Anda di halaman 1dari 8

AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN : PENGUJIAN

SUBSTANTIF ATAS SALDO UTANG USAHA

OLEH :

Yoel Wahyu Kristian 023001800002

Muhammad Irsyad Rasyid 023001800027

Muhammad Dwiky Satya 023001800064

1
A. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO UTANG USAHA

Pengertian Utang Usaha

Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi semua
kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau kurang dari
tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan).

Seperti halnya dengan piutang usaha, uutang usaha biasanya juga dipengaruhi oleh
volume transaksi yang tinggi dan karenanya sangat rentan terhadap salah saji. Akan tetapi,
bila dibandingkan dengan audit atas saldo aktiva, audit atas uutang usaha lebih ditekankan
pada asersi kelengkapan daripada asersi eksistensi atau kejadian. Alasannya adalah bahwa
jika manajemen termotivasi untuk memanipulasi uutang, maka ia cenderung menetapkan
utang terlalu rendah agar dapat melaporkan posisi keuangan yang lebih menguntungkan.

Perbedaan pengujian substantif antara utang lancar dengan aktiva lancar

1. Pengujian substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian
utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya, sedangkan aktiva lancar
untuk menemukan penyajian aktiva lancar yang tinggi dari jumlah yang seharusnya.
a. Dalam pengujian substantif terhadap kas auditor melakukan pengujian fisik kas.
b. Dalam pengujian sustantif terhadap piutang auditor mengirimkan konfirmasi terhadap
debitur.
c. Dalam pengujian substantif terhadap persediaan auditor melakukan pengamatan
terhadap perhitungan fisik persediaan.
d. Berbagai unsur tersebut dilakukan untuk menemukan adanya over statement dalam
aktiva lancar.
e. Di lain pihak pengujian substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk menemukan
adanya utang yang belum dicatat (unrecord liabilities) pada tanggal neraca.
2. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi masalah
penentuan kewajiban nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat direalisasikan) yang
dicantumkan ke dalam neraca. Dilain pihak, dalam pengujian substantif terhadap utang
lancar auditor menghadapi kewajiban perusahaan yang terjadi di masa lalu yang dalam
jangka pendek harus dilunasi.

2
Tujuan pengujian substantif terhadap utang usaha

 Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan


dengan utang usaha.
 Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan
dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca.
 Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan
kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca.
 Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
 Membuktikan kewajiban penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca.

B. PERANCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF


Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi laporan keuangan yang
signifikan dicapai dengan mengumpulkan bukti dan pengujian rincian. Kerangka kerja umum
untuk mengembangkan program audit atas pengujian substantif dapat digunakan dalam
merencanakan pengujian substantif untuk utang usaha. Daftar pengujian substantif yang
mungkin, dimasukkan dalam program audit yang dikembangkan atas dasar ini disajikan pada
ditabel bawah.

Tujuan Audit Saldo Akun


EO3 C3 RO3 VA# PD#
Kategori Pengujian Substantif
Prosedur Awal 1. Mendapatkan pemahaman tentang
bisnis dan industri serta menentukan:
a. Signifikasi pembelian dan utang
usaha bagi perusahaan.
b. Pemicu ekonomi penting yang
mempengaruhi pembelian
perusahaan dan utang usaha.
c. Termin perdagangan standar
dalam industri, termasuk tanggal
perdagangan dan sebagainya.
d. Luas konsentrasi aktivitas dengan
pemasok dan komitmen pembelian

3
yang berkaitan.
2. Melaksanakan prosedur awal atas
saldo hutang usaha dan catatan yang
akan diuji lebih lanjut.
a. Menelusuri saldo awal hutang
usaha ke kertas kerja tahun
sebelumnya.
b. Mereview aktivitas dalam akun
buku besar hutang usaha dan
menyelidiki ayat jurnal yang
tampak tidak biasa dari segi
jumlah atau sumbernya.
c. Mendapatkan daftar hutang usaha
pada tanggal neraca dan
menentukan bahwa hal tersebut
mencerminkan secara akurat
catatan akuntansi yang
mendasarinya dengan cara:
i. Menjumlahkan daftar dan
menentukan kesesuaiannya
dengan (1) total file voucher
yang belum dibayar, buku
pembantu, atau file induk
hutang usaha, dan (2) saldo
akun pengendali buku besar.
ii. Menguji kecocokan pemasok
dan saldo dalam daftar dengan
yang terdapat dalam catatan
akuntansi yang mendasarinya.
Prosedur 3. Melaksanakan prosedur analitis:
Analitis a. Mengembangkan akspektasi atau
hutang usaha dengan perusahaan,
termin perdagangan normal dan
sejarah perputaran hutang usaha.
b. Menghitung rasio-rasio:
i. Perputaran hutang usaha
(pembelian + hutang usaha)

4
ii. Hutang usaha terhadap total
kewajiban lancar.
c. Menganalisis hasil rasio
dibandingkan dengan ekspektasi
berdasarkan data tahun
sebelumnya, data industri, jumlah
yang dianggarkan, dan data
lainnya.
d. Membandingkan saldo beban
dengan tahun sebelumnya atau
jumlah yang dianggarkan untuk
menyelidiki kemungkinan kurang
saji yang berkaitan dengan hutang
yang tidak dicatat.
Pengujian 4. Menelusuri sampel catatan transaksi
Rincian hutang usaha ke dokumentasi
Transaksi pendukungnya.
a. Menelusuri kredit ke voucher
pendukung faktur penjual laporan
penerimaan, pesanan pembelian,
serta invormasi pendukung
lainnya.
b. Menelusuri debet ke pengeluaran
kas atau memo retur pembelian
5. Melaksanakan pengujian pisah batas
pembelian.
a. Memilih sampel transaksi
pembelian yang dicatat dalam
beberapa hari sebelum dan
sesudah akhir tahun serta
memeriksa voucher pendukung
faktur penjual dan laporan
penerimaan untuk menentukan
bahwa pembelian telah dicatat
pada periode yang tepat.
b. Mengobservasi nomor laporan
penerimaan terakhir yang

5
diterbitkan pada hari terakhir
bisnis selama periode audit dan
menelusuri sampel laporan
penerimaan bernomor lebih kecil
dan lebih besar ke dokumen
pembelian terkait serta
menentukan bahwa transaksi telah
dicatat pada periode yang tepat.
6. Melaksanakan pengujian pisah batas
pengeluaran kas.
a. Mengobservasi nomor acak
terakhir yang diterbitkan dan
dikirimkan pada hari terakhir
periode audit dan menelusuri ke
catatan akuntansi untuk
memverifikasi kekurangan pisah
batas, atau
b. Menelusuri tanggal pembayaran
cek yang dikembalikan dengan
laporan pisah batas bank akhir
tahun ke tanggal yang telah
dicatat.
7. Melaksanakan pencarian kewajiban
yang belum tercatat.
a. Memeriksa pembayaran
berikutnya antara tanggal neraca
dan akhir pekerjaan lapangan,
serta apabila dokumen yang
bersangkutan menunjukkan bahwa
pembayaran dilakukan untuk
kewajiban yang ada pada tanggal
neraca, maka telusurilah ke daftar
hutang usaha.
b. Memeriksa dokumentasi hutang
yang dicatat pada akhir tahun yang
masih belum dibayar sampai akhir

6
pekerjaan lapangan.
c. Menyelidiki pesanan pembelian,
laporan penerimaan, faktur
penjual yang tidak sesuai pada
akhir tahun.
d. Melakukan tanya jawab dengan
personil bagian akuntansi dan
pembelian mengenai hutang yang
belum dicatat.
e. Mereview anggaran modal,
perintah kerja, dan kontrak
konstruksi sebagai bukti atas
hutang yang belum dicatat.
Pengujian 8. Mengkonfirmasi hutang usaha
Rincian Saldo a. Mengidentifikasi pemasok utama
dengan mereview register voucher
atau buku pembantu atau file
induk hutang usaha dan
mengirimkan permintaan
konfirmasi kepada pemasok
dengan saldo yang besar, aktivitas
yang tidak biasa, bersaldo kecil
atau nol, dan bersaldo debet.
b. Menyelidiki dan merekonsiliasi
perbedaan.
9. Merekonsiliasi hutang yang belum
dikonfirmasi dengan laporan bulanan
yang diterima klien dari pemasok.

Penyajian dan 10. Membandingkan penyajian laporan 


Pengungkapan dengan GAAP.
a. Menentukan bahwa hutang telah
diidentifikasi dan diklasifikasikan
secara tepat menurut jenis serta
periode pembayaran yang
diperkirakan.

7
b. Menentukan apakah ada saldo
debet yang signifikan secara
keseluruhan sehingga harus
diidentifikasi.
c. Menentukan ketetapan
pengungkapan yang berkaitan
dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa atau hutang
yang dijamin.
d. Mengajukan pembayaran kepada
manajemen tentang ekstensi
komitmen yang belum
diungkapkan atau kewajiban
kontinjensi.

Anda mungkin juga menyukai