10f4d Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu
10f4d Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu
MODUL 02
2017
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
Balai Uji Coba Sistem Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-
Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
pengembangan Modul Pengelolaan SDA Terpadu sebagai kemampuan
inti/substansi dalam Pelatihan Orientasi Terpadu. Modul ini disusun untuk
memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
Angkatan 2017 yang tersebar di beberapa unit organisasi bidang sumber daya air
di lingkungan Kementerian PUPR.
Modul pengelolaan SDA terpadu ini disusun dalam 3 (tiga) bagian yang terbagi atas
pendahuluan, materi pokok, dan penutup. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami
pengelolaan SDA terpadu. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih
menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka
dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan
yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi
peningkatan kompetensi CPNS Angkatan 2017 yang tersebar di beberapa unit
organisasi bidang sumber daya air di lingkungan Kementerian PUPR.
DAFTAR ISI
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu
DAFTAR GAMBAR
Deskripsi
Modul pengelolaan SDA terpadu ini terdiri dari 3 (tiga) materi pokok. Materi pokok
pertama membahas pengenalan pengelolaan sumber daya air terpadu. Materi
pokok kedua membahas kebijakan dan penerapan pengelolaan sumber daya air
terpadu di Indonesia. Selanjutnya, materi pokok ketiga membahas keterpaduan
dalam pengelolaan sumber daya air terpadu.
Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk mengetahui dan
memahami pengelolaan sumber daya air terpadu dalam melaksanakan pekerjaan
pada sektor-sektor sumber daya air. Setiap materi pokok dilengkapi dengan latihan
yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari
materi pada materi pokok.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak
dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dengan baik
materi yang merupakan kemampuan inti/substansi dari Pelatihan Orientasi
Terpadu. Untuk menambah wawasan, peserta diharapkan dapat membaca terlebih
dahulu materi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air terpadu dari
sumber lainnya.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Pengajar/Widyaiswara/Fasilitator, adanya
kesempatan brainstorming, diskusi dan studi kasus.
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat Bantu/Media
pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board dengan spidol dan
penghapusnya, bahan tayang, modul dan/atau bahan ajar, flipchart, kertas plano,
metaplan, film/visualisasi serta lembar instruksi.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta pelatihan diharapkan mampu mengetahui
dan memahami pengelolaan sumber daya air terpadu dalam melaksanakan
pekerjaan pada sektor-sektor sumber daya air.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka pembinaan bidang sumber daya air pada umumnya dan pengelolaan
SDA terpadu pada khususnya, maka perlu dilakukan pembinaan Aparatur Sipil
Negara (ASN) yang memiliki integritas dan profesional dalam bidangnya. Tuntutan
untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan memiliki ASN yang memiliki integritas dan
profesional tentunya membutuhkan kesungguhan dan kesiapan sumber daya
manusia yang baik melalui penyaringan penerimaan ASN yang baik dan selektif.
Juga tidak bisa diabaikan adalah pentingnya pembinaan, pendidikan dan pelatihan
sumber daya ASN untuk membentuk dan mengkader aparatur yang berintegritas
dan profesional.
Kesiapan sumber daya aparatur yang baik dan berkualitas tentunya akan
memudahkan berlangsungnya proses reformasi birokrasi yang sedang dijalankan.
Sehubungan dengan hal tersebut faktor kesiapan dan kemauan untuk mengubah
pola pikir, sikap dan perilaku sebagai PNS yang berintegritas dan profesional
menjadi pondasi dan esensi strategis yang ikut menentukan keberhasilan
pelaksanaan pengelolaan SDA terpadu.
Salah satu upaya untuk menciptakan aparatur yang profesional salah satunya
adalah dengan mengikuti pelatihan ini. Dengan keikutsertaan pada pelatihan
tersebut maka diharapkan seorang ASN akan mampu untuk melaksanakan tugas
dan fungsi dengan sebaik-baiknya khususnya ASN yang akan menjalankan
kegiatan pengelolaan SDA terpadu.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan mengenai pengelolaan
sumber daya air terpadu sebagai proses yang ditujukan untuk meningkatkan
pengembangan dan pengelolaan air, lahan dan sumber daya terkait secara
terkoordinasi demi tercapainya kesejahteraan ekonomi dan sosial yang maksimum
dengan cara yang adil dan secara mutlak mempertahankan keberlanjutan
ekosistem yang vital, melalui metode brainstorming, ceramah interaktif, diskusi dan
studi kasus.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta pelatihan diharapkan mampu
mengetahui dan memahami pengelolaan sumber daya air terpadu dalam
melaksanakan pekerjaan pada sektor-sektor sumber daya air.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu:
a) Menjelaskan pengelolaan sumber daya air terpadu;
b) Menjelaskan kebijakan dan penerapan pengelolaan sumber daya air
terpadu di Indonesia;
c) Menjelaskan keterpaduan dalam pengelolaan sumber daya air terpadu.
E. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata pelatihan “Pengelolaan SDA Terpadu” ini adalah 5 (lima) jam pelajaran (JP)
atau sekitar 225 menit.
MATERI POKOK 1
PENGENALAN PENGELOLAAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU
Laju dan jumlah penguapan air bervariasi, yang terbesar berada di daerah
khatulistiwa karena radiasi matahari diwilayah ini pada umumnya lebih besar. Uap
air yang terjadi bersifat murni karena pada saat naik ke atmosfer kandungan garam
yang ada didalamnya ditinggalkan, dan uap air yang dihasilkan dari proses
penguapan tersebut akan mengalir terbawa oleh udara yang bergerak atau angin.
Pada kondisi/suhu udara tertentu uap air tersebut akan mengalami kondensasi dan
membentuk butir-butir air yang pada gilirannya akan jatuh kembali ke bumi, yang
disebut sebagai peristiwa presipitasi berupa hujan dan atau salju. Presipitasi
tersebut ada yang jatuh kembali di lautan, di permukaan tanah, di daun tanaman,
dan sebagian lagi akan menguap kembali ke udara sebelum mencapai permukaan
tanah.
Hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan menyebar ke berbagai arah dengan
berbagai cara, sebagian akan tertahan sementara di permukaan tanah, dan
sebagian akan mengalir ke saluran dan sungai sebagai air permukaan. Jika
permukaan tanah porous maka sebagian air hujan yang jatuh akan langsung
meresap ke dalam tanah yang disebut dengan peristiwa infiltrasl, sebagian lagi akan
terserap oleh akar-akar tumbuh-tumbuhan untuk proses pertumbuhannya.
Di permukaan tanah, air tersebut akan mengalir dan bergerak dengan berbagai
cara, di daerah retensi air akan menetap untuk sementara waktu, daerah retensi
dapat berupa retensi alam seperti daerah cekungan, danau, situ, telaga, areal yang
rendah dan sebagainya, maupun retensi buatan seperti waduk, embung, sumur
resapan dan daerah tampungan air buatan lainnya.
Secara alamiah air akan mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah yang lebih
rendah, dari pegunungan dan perbukitan ke lembah lalu ke daerah dataran, dan
akhirnya akan bermuara ke laut. Aliran air ini disebut aliran air permukaan, karena
bergerak di atas permukaan tanah, aliran ini biasanya memasuki daerah tangkapan
air atau daerah aliran sungai, menuju ke sistem jaringan sungai, sistem danau atau
waduk. Pada sistem jaringan sungai, aliran air tersebut akan mengalir mulai dari
sistem jaringan sungai kecil menuju ke sistem sungai yang lebih besar, dan
selanjutnya akan menuju ke muara sungai, tempat pertemuan sungai dengan laut.
Sebagian air hujan yang jatuh di permukaan tanah, akan meresap langsung ke
dalam tanah yang porous dan atau masuk kedalam tanah melalui akar-akar
tanaman melalui peristiwa perkolasi, menjadi air tanah.
Air tanah dapat dibedakan atas aliran air tanah dangkal yang sifatnya tidak
tertekan/bebas (confined aquifer), yaitu aliran air tanah yang berada di atas lapisan
tanah yang kedap air, serta aliran air tanah dalam yang sifatnya tertekan/tidak
bebas (unconfined aquifer), yaitu aliran air tanah yang berada diantara 2 lapisan
tanah yang kedap air, dan aliran air tanah dasar (base flow), yaitu aliran air tanah
yang mengisi sistem jaringan sungai pada saat musim kemarau atau ketika hujan
tidak turun untuk beberapa waktu, sehingga sistem aliran sungai masih mempunyai
aliran secara tetap dan kontinyu.
Proses penguapan atau evaporasi, bila terjadi melalui perantaraan daun tanaman
disebut peristiwa transpirasi. Pada tanaman, air di dalam tanah akan diambil melalui
akar-akarnya untuk pertumbuhannya, dan air didalam tanaman tersebut juga akan
keluar berupa uap karena energi panas matahari. Proses terjadinya penguapan
dari dalam tanaman disebut evapotranspirasi.
Terjadinya penguapan yang lain, selain berasal dari laut juga dapat terjadi langsung
dari permukaan sistem sungai, danau, waduk, embung, dan sebagainya dimana
uap air yang terjadi selanjutnya akan naik dan bergerak di udara, yang selanjutnya
pada kondisi tertentu akan terkondensasi menjadi butir-butir air yang kemudian
turun kembali sebagai hujan, dan proses selanjutnya sama seperti yang telah
dikemukakan dimuka.
Kejadian tersebut diatas akan membentuk suatu pergerakan yang berulang, dan
membentuk suatu siklus yang disebut Siklus Hidrologi, siklus tersebut merupakan
konsep dasar tentang teori keseimbangan air secara global di permukaan bumi.
Proses dari siklus hidologi tersebut diatas dapat dilihat pada Gambar I.1.
Besar kecilnya aliran air permukaan di suatu daerah, dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang berkaitan dengan iklim, terutama curah hujan, dan faktor-faktor
yang berkaitan dengan sifat dan karakteristik daerah aliran sungai.
Parameter hujan yang berpengaruh terhadap besarnya aliran air permukaan,
antara lain intensitas hujan, waktu atau durasi hujan, serta persebaran hujan.
Intensitas hujan adalah banyaknya air hujan per satuan waktu, tidak dapat
dihitung terpisah dengan durasi hujan. Banyaknya curah hujan yang sama
yang terjadi dalam 2 durasi yang berbeda akan menghasilkan aliran air
permukaan yang berbeda. Hujan dengan intensitas yang tinggi akan
menghasilkan volume air permukaan yang lebih besar bila dibandingkan
dengan hujan yang lebih kecil intensitasnya, karena hujan dengan intensitas
yang tinggi dapat menyebabkan tingkat infiltrasi tanah terlampaui.
Laju dan volume air permukaan dari suatu DAS akan mencapai nilai maksimal
bila seluruh areal DAS memberi kontribusi terhadap aliran, dengan kata lain
laju dan volume air permukaan dipengaruhi oleh persebaran hujan, dimana
hujan yang tersebar merata di seluruh DAS akan menghasilkan laju dan
volume air permukaan yang lebih besar bila dibandingkan dengan hujan
dengan intensitas yang sama, tapi tidak menyebar secara merata.
Faktor bentuk juga berpengaruh pada aliran permukaan, bila hujan yang
turun tidak serentak terjadi di seluruh DAS, tapi bergerak dari ujung yang
satu ke ujung yang lain, misal dari hilir ke hulu DAS. Pada DAS yang
memanjang laju aliran akan lebih kecil, karena aliran air permukaan akibat
dari hujan di hulu belum memberikan kontribusi pada titik kontrol, aliran air
permukaan dari hujan di hilir telah habis atau mengecil. Sebaliknya pada
DAS yang melebar, datangnya aliran air permukaan dari semua tempat di
DAS tidak terpaut banyak, dimana aliran air dari hulu sudah tiba sebelum
aliran air dari hilir habis atau mengecil.
b. Kondisi Topografi
Kemiringan lahan dan kerapatan sungai atau saluran, dan bentuk-bentuk
cekungan lainnya berpengaruh terdapat laju dan volume aliran air
permukaan. DAS dengan kemiringan yang curam disertai dengan
keberadaan sungai/saluran yang rapat akan menghasilkan laju dan
volume aliran air permukaan yang lebih besar bila dibandingkan dengan
DAS yang landai dengan keberadaan sungai/saluran yang jarang, dan
adanya cekungan-cekungan.
c. Tataguna Lahan
Pengaruh tataguna lahan terhadap aliran air permukaan, dinyatakan
dalam koefisien aliran permukaan C, yaitu bilangan yang menyatakan
perbandingan antara besarnya aliran air permukaan dengan besarnya
curah hujan.
Angka koefisien aliran air permukaan ini merupakan salah satu indikator
untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai C berkisar antara 0
sampai 1, nilai C = 0 menyatakan bahwa semua air hujan yang jatuh akan
terinfiltrasi ke dalam tanah, sedangkan nilai C = 1 menyatakan semua air
hujan jatuh mengalir sebagai aliran air permukaan. Pada suatu DAS yang
masih baik, nilai C mendekati nol, sedangkan untuk DAS yang semakin
rusak, nilai C mendekati satu.
Q = 0,0028 CIA
dimana :
Q = Laju aliran air permukaan (debit) puncak, dalam satuan m3/dtk
C = Koefisien aliran air permukaan
I = Intensitas hujan, dalam satuan mm/jam
2. Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah, sedangkan daerah aliran air tanah atau cekungan air tanah
atau akuifer merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh batas-batas
hidrogeologis, tempat dimana semua kejadian hidrogeologis berlangsung,
seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah.
Air tanah merupakan sumber air tawar yang terbesar yang ada di bumi ini,
mencakup 30% dari total air tawar atau 10,5 juta km3. Akhir-akhir ini
pemanfaatan air tanah meningkat dengan pesat, bahkan di beberapa tempat
tingkat exploitasinya sudah sampai pada tingkat yang membahayakan. Air
tanah pada umumnya dimanfaatkan baik sebagai sumber air bersih, maupun
untuk irigasi.
Kecenderungan memilih air tanah sebagai sumber air bersih, antara lain
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Tersedia relatif dekat dengan tempat yang memerlukan, sehingga
kebutuhan akan prasarana dan sarana pembawa/distribusi relatif lebih
murah
b. Debit/produksi air tanah/sumur umumnya lebih stabil
c. Lebih bersih dari bahan cemaran/pollutant di permukaan
d. Kualitasnya lebih seragam
e. Bebas dari kekeruhan, bakteri, lumut dan binatang air.
Cara pengambilan air tanah yang paling sederhana adalah dengan membuat
sumur gali, dengan kedalaman yang lebih rendah dari posisi muka air tanah.
Jumlah air yang dapat diambil dari sumur gali umumnya terbatas, dan yang
diambil adalah air tanah dangkal. Sumur gali biasanya dibuat dengan
kedalaman 5 - 15 meter dari permukaan tanah.
Sedangkan untuk pengambilan air tanah dengan jumlah yang besar, cara
yang banyak dipakai adalah dengan membuat sumur dalam, dan air tanah
yang diambil adalah air tanah dalam yang terletak pada lapisan air tanah yang
tertekan.
Sumber Daya Air harus dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan
lingkungan, dengan tujuan untuk mewujudkan pemanfaatan sumber daya air yang
berkelanjutan guna kemakmuran rakyat, dengan pengertian:
a. Secara menyeluruh, yaitu mencakup semua bidang pengelolaan yang meliputi
konservasi dan pendayagunaan sumber daya air, serta pengendalian daya
rusak air, meliputi 1 (satu) sistem wilayah pengelolaan yg mencakup semua
proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
b. Secara terpadu, berupa pengelolaan yang dilaksanakan dengan melibatkan
semua pemangku kepentingan antar sektor dan antar wilayah
c. Berwawasan lingkungan hidup, dimana pengelolaan yang dilakukan harus
memperhatikan keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungan
d. Berkelanjutan, dimana pengelolaan yang dilakukan ditujukan untuk
kepentingan generasi sekarang, dan kepentingan generasi mendatang.
Dengan demikian pengelolaan sumber daya air dapat didefinisikan sebagai upaya
untuk merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air,
dan pengendalian daya rusak air.
Sebagai tolok ukur dampak pengelolaan tanah adalah jumlah tanah yang
hilang per satuan waktu, atau tingkat pengendapan di waduk,
pendangkalan di sungai/saluran irigasi atau rendahnya mutu air,
c. Pengelolaan Air
Pengelolaan air mencakup berbagai usaha untuk mendapatkan, membagi,
menggunakan, mengatur, serta mengelola dan membuang air, mulai dari
sumbernya sampai ke tempat pembuangan, sesuai dengan kebutuhan dan
persyaratan, yang antara lain meliputi :
1) Kuantitas air/jumlah air yang dimanfaatkan
2) Kualitas air/mutu air yang dipergunakan
3) Ketersediaan air/kontinuitas air
d. Pembinaan Aktifitas Masyarakat
Pembinaan aktifitas masyarakat mencakup berbagai usaha penyuluhan
dan pelatihan bagi masyarakat setempat yang memanfaatkan sumber daya
alam untuk kehidupan sehari-hari, agar mereka dapat menyadari dan
melakukan kegiatan pengelolaan vegetasi, tanah dan air secara baik dan
benar.
Diantara pengelolaan lahan dan pengelolaan air terdapat keterkaitan yang
sangat erat, dengan demikian konservasi lahan yang merupakan unsur utama
dalam pengelolaan daerah aliran sungai di bagian hulu, akan berpengaruh
terhadap kondisi daerah aliran sungai di bagian hilir, terutama dalam
pemanfaatan air yang optimal untuk berbagai kegunaan, serta untuk
pengendalian banjir.
daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air dan
sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang terkait dengan
sumber daya air.
Dalam menggunakan hak guna air, masyarakat pemegang hak guna air
berkewajiban untuk memperhatikan kepentingan umum yang diwujudkan melalui
perannya dalam konservasi sumber daya air, serta perlindungan dan pengamanan
prasaran.a sumber daya air. Selain itu masyarakat mempunyai kesempatan yang
sama untuk berperan serta dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan terhadap pengelolaan sumber daya air.
Konservasi sumber daya air sebagai salah satu upaya pengelolaan sumber daya
air dimaksudkan untuk menjaga dan mempertahankan kelangsungan dan
keberadaan sumber daya air, termasuk daya dukung, daya tampung, dan
fungsinya. Konservasi sumber daya air dapat dilakukan melalui kegiatan
perlindungan dan pelestarian sumber daya air, pengawetan air, pengelolaan
kualitas air, serta pengendalian pencemaran air, dengan mengacu pada pola
pengelolaan sumber daya air pada setiap wilayah sungai, dan dipakai sebagai
acuan dalam perencanaan tata ruang.
Konservasi sumber daya air dilaksanakan pada sungai, danau, waduk, rawa,
cekungn air tanah, sistem irigasi, daerah tangkapan air, kawasan suaka alam,
kawasan pelestarian alam, kawasan hutan dan kawasan pantai.
pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air secara optimal agar berhasil
guna dan berdaya guna. Pendayagunaan sumber daya air harus mengacu pada
pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai.
Pengendalian daya rusak air dapat dilakukan pada sungai, danau, waduk, rawa,
cekungan air tanah, sistem irigasi, serta air hujan dan air laut yang berada di darat,
diutamakan pada upaya pencegahan melalui perencanaan pengendalian yang
disusun secara terpadu dan menyeluruh, mencakup upaya pencegahan,
penanggulangan, dan pemulihan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan
oleh daya rusak air dalam pola pengelolaan sumber daya air secara keseluruhan.
Sistem informasi sumber daya air, merupakan jaringan informasi sumber daya air
yang tersebar dan dikelola oleh berbagai institusi. Jaringan informasi sumber daya
air harus dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan dalam bidang
sumber daya air. Pemerintah dan pemerintah daerah dapat membentuk unit
pelaksana teknis untuk menyelenggarakan kegiatan sistem informasi sumber daya
air. Pemerintah dan pemerintah daerah serta pengelola sumber daya air, sesuai
dengan kewenangannya menyediakan informasi sumber daya air bagi semua pihak
yang berkepentingan dalam bidang sumber daya air.
Dalam pengelolaannya, sumber daya air didukung oleh suatu sistem informasi yang
mampu menyajikan data dan informasi sebagai alat bantu dalam pengambilan
keputusan. Sebagaimana diamanahkan dalam undang-undang. Pemerintah telah
menyediakan sistem informasi sumber daya air bagi semua pihak yang
1.4 Rangkuman
Air yang merupakan bagian dari sumber daya alam dan sebagai kesatuan dari
ekosistem lingkungan, secara keseluruhan merupakan sumber kehidupan dan
penghidupan mahluk hidup di bumi ini, karena semua mahluk hidup tersebut
memerlukan air, untuk itu ketersediaan air baik dari segi kuantitas dan kualitasnya
mutlak harus terpenuhi.
Air dan sumber air harus dapat dikelola secara bijaksana dengan
mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya, sehingga
ketersediaan air pada suatu tempat dan waktu yang tepat, harus dapat mencukupi
kebutuhan manusia dan lingkungan secara optimal, tidak berkelebihan dan juga
tidak kekurangan.
Untuk dapat melakukan pengelolaan air dan sumber air atau pengelolaan sumber
daya air secara bijak, maka proses terjadinya air dan sumber air di bumi, baik air
permukaan maupun air tanah, perlu dipahami melalui pendekatan siklus hidrologi.
Dengan pemahaman atas siklus hidrologi tersebut, maka dapat diketahui bahwa
jumlah air di bumi ini relatif tetap dari masa ke masa. Terjadinya fluktuasi yang besar
atas kuantitas sumber daya air di suatu tempat dari waktu ke waktu, pada umumnya
lebih disebabkan oleh perubahan kondisi iklim setempat, kondisi daerah tangkapan
air atau kondisi daerah aliran sungai, serta perlakukan manusia terhadap daerah
tangkapan air tersebut.
Sesuai dengan Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, maka
pengelolaan sumber daya air harus dilakukan secara holistis dan melibatkan
semua pihak yang terkait atau stake holder, melalui pendekatan :
a. Konservasi sumber daya air
b. Pendayagunaan sumber daya air
c. Pengendalian daya rusak air
d. Pemberdayaan masyarakat, serta
e. Sistem informasi sumber daya air
MATERI POKOK 2
KEBIJAKAN DAN PENERAPAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
TERPADU DI INDONESIA
Pola PSDA dan rencana PSDA terpadu disusun berdasarkan wilayah sungai. Dari
ketentuan yang tercantum di dalam beberapa produk peraturan perundangan di
Indonesia, wilayah sungau (WS) didenfinisikan sebagai kesatuan wilayah
pengelolaan SDA yang terbentuk dari satu atau lebih DAS, dan/ atau pulau-pulau
kecil. DAS didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografisdan batas di
laut sampai dengan daerah perairanyang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Sedangkan pulau kecil didefinisikan sebagai pulau yang luasnya kurang dari atau
sama dengan 2.000 km². (UU No. 7/2004, PP No. 42/2008, Permen PUPR No.
04/PRT/M/2015).
groundwater bodies and coastal waters”. River Basin merupakan padanan istilah
DAS yang dikenal di Indonesia.
53 WS Lintas Kabupaten/Kota
15 WS Lintas Kabupaten/Kota
4 Peraturan Menteri PUPR 5 WS Lintas Negara 128 WS
No.04 /PRT /M /2015 31 WS Lintas Provinsi
Tentang Kriteria dan 28 WS Strategis Nasional
Penetapan Wilayah Sungai 52 WS Lintas Kabupaten/Kota
12 WS Lintas Kabupaten/Kota
Penetapan WS memiliki implikasi dan konsekwensi social, finansial dan politik bagi
pemerintah pada semua tingkatan baik kabupaten/kota dan provinsi maupun
nasional. Karena itu proses penetapannya perlu dilakukan dengan pertimbangan
secermat mungkin serta ditelaah segala konsekwensinya sebelum ditetapkan.
Pembahasan mengenai pembagian WS dilakukan secara demokratis melalui
serangkaian pertemuan berjenjang antar pihak yang berkepentingan di tingkat
pemerintah kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Pembentukan Wilayah Sungai
ditentukan berdasarkan pada tiga pertimbangan dan kriteria sebagaimana tersebut
di dalam tabel berikut:
No Pertimbangan Kriteria
1 Efektivitas pengelolaan SDA Mampu memenuhi kebutuhan
konservasi SDA dan pendayagunaan
SDA;dan/atau
Terhubung oleh prasarana SDA lintas
DAS, atau
Terhubung oleh CAT
2 Efisiensi pengelolaan SDA Rentang kendali pengelolaan SDA;dan
3 Keseimbangan pengelolaan Hak setiap orang untuk mendapatkan air
SDA pada DAS basah dan guna memenuhi kehidupan yang sehat,
DAS kering bersih, dan produktif dapat tercukupi.
MATERI POKOK 3
KETERPADUAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU
Sejalan dengan itu, kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh Daerah
merupakan bagian integral dari kebijakan nasional. Pembedanya adalah terletak
pada bagaimana memanfaatkan kearifan, potensi, inovasi, daya saing, dan
kreatifitas Daerah untuk mencapai tujuan nasional tersebut di tingkat lokal yang
pada gilirannya akan mendukung pencapaian tujuan nasional secara keseluruhan.
Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat.
a. Pendidikan;
b. Kesehatan;
c. Pekerjaan umum dan penataan ruang;
Begitu pula sebagian pemerintah provinsi malah ada yang lebih dulu
membentuk UPTD dengan nama Balai Pengelolaan SDA (BPSDA) pada WS yang
menjadi kewenangan provinsi. Wilayah kerja dan tanggung jawab BPSDA lebih
dominan di area JSA (Jaringan Sumber Air) dan sebagian area JPA (Jaringan
Pemanfaatan Air khususnya jaringan irigasi).
PENUTUP
A. Simpulan
Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan
manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam
segala bidang. Adanya ketidakseimbangan antara ketersediaan air dengan
kebutuhan air maka sumber daya air wajib dikelola dengan memperhatikan fungsi
sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras.
B. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas lanjutan
untuk dapat memahami detail orientasi terpadu dalam tata kelola dan ruang lingkup
bidang sumber daya air dan ketentuan pendukung terkait lainnya, sehingga memiliki
pemahaman yang komprehensif mengenai pelatihan yang dilaksanakan.
EVALUASI FORMATIF
A. Soal
Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban yang benar dari petanyaan-
pertanyaan di bawah ini!
1. …..
a.
b.
c.
d.
e.
2. …..
a.
b.
c.
d.
e.
3. …..
a.
b.
c.
d.
e.
4. ….
a.
b.
c.
d.
e.
5. …..
a.
b.
c.
d.
e.
Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat
mengetahui dan memahami pengelolaan SDA terpadu. Proses berbagi dan diskusi
dalam kelas dapat menjadi pengayaan akan materi pengelolaan SDA terpadu.
Untuk memperdalam pemahaman terkait materi pengelolaan SDA terpadu,
diperlukan pengamatan pada beberapa modul-modul mata pelatihan terkait atau
pada modul-modul yang pernah Anda dapatkan serta melihat variasi-variasi modul-
modul yang ada pada media internet. Sehingga terbentuklah pemahaman yang utuh
akan materi-materi yang disampaikan dalam Pelatihan Orientasi Terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Kodoarie, Robert J & Roestam Sjarief. (2005). Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Linsley, Ray K., Frazini, Joseph B., & Djoko Sasongko. (1995). Teknik Sumber
Daya Air. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Linsley, Ray K., Kohler, Max A., & Joseph L. H. Paulhus. (1986). Hidrologi Untuk
Insinyur. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11A Tahun 2006 tentang Pembagian
Wilayah Sungai.
Suripin. (2002). Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta : Penerbit Andi.
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN
Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kata kunci dari setiap butir
pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan
maksud agar peserta pelatihan dapat mengukur kemampuan diri sendiri.