Anda di halaman 1dari 54

Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

MODUL 02

MODUL PENGELOLAAN SDA TERPADU

PELATIHAN ORIENTASI TERPADU

2017
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI

Balai Uji Coba Sistem Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-
Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
pengembangan Modul Pengelolaan SDA Terpadu sebagai kemampuan
inti/substansi dalam Pelatihan Orientasi Terpadu. Modul ini disusun untuk
memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
Angkatan 2017 yang tersebar di beberapa unit organisasi bidang sumber daya air
di lingkungan Kementerian PUPR.

Modul pengelolaan SDA terpadu ini disusun dalam 3 (tiga) bagian yang terbagi atas
pendahuluan, materi pokok, dan penutup. Penyusunan modul yang sistematis
diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami
pengelolaan SDA terpadu. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih
menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.

Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka
dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan
yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi
peningkatan kompetensi CPNS Angkatan 2017 yang tersebar di beberapa unit
organisasi bidang sumber daya air di lingkungan Kementerian PUPR.

Bandung, November 2017


Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Sumber Daya Air dan Konstruksi

Ir. K. M. Arsyad, M.Sc.


NIP. 19670908 199103 1 006

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iv
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ................................................................... v
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Deskripsi Singkat.......................................................................................... 1
C. Tujuan Pembelajaran ................................................................................... 2
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok............................................................. 2
E. Estimasi Waktu............................................................................................. 2
MATERI POKOK 1 PENGENALAN PENGELOLAAAN SUMBER DAYA AIR
TERPADU ............................................................................................................. 3
1.1 Air dan Sumber Daya Air........................................................................... 3
1.1.1 Siklus Hidrologi ................................................................................... 3
1.1.2 Air Permukaan dan Air Tanah ............................................................. 5
1.1.3 Sumber Daya Air .............................................................................. 10
1.1.4 Fungsi Sumber Daya Air ................................................................... 11
1.2 Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu .................................................. 11
1.2.1 Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ................................................... 11
1.2.2 Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu............................................ 14
1.2.3 Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat ............................................ 19
1.3 5 (Lima) Pilar Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu ............................ 20
1.3.1 Konservasi Sumber Daya Air ............................................................ 20
1.3.2 Pendayagunaan Sumber Daya Air.................................................... 20
1.3.3 Pengendalian Daya Rusak Air .......................................................... 21
1.3.4 Pemberdayaan Masyarakat .............................................................. 21
1.3.5 Sistem Informasi Sumber Daya Air ................................................... 22
1.4 Latihan .......................................................Error! Bookmark not defined.
1.5 Rangkuman............................................................................................. 23
MATERI POKOK 2 KEBIJAKAN DAN PENERAPAN PENGELOLAAN SUMBER
DAYA AIR TERPADU DI INDONESIA ................................................................ 25

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi ii


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

2.1 Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air ................................................ 25


2.2 Penerapan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu di Indonesia ............ 26
2.3 Latihan .......................................................Error! Bookmark not defined.
2.4 Rangkuman................................................Error! Bookmark not defined.
MATERI POKOK 3 KETERPADUAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA
AIR TERPADU .................................................................................................... 34
3.1 Keterpaduan Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu .................. 34
3.2 Latihan .......................................................Error! Bookmark not defined.
3.3 Rangkuman................................................Error! Bookmark not defined.
PENUTUP ............................................................................................................ 41
A. Simpulan .................................................................................................... 41
B. Tindak Lanjut .............................................................................................. 41
EVALUASI FORMATIF ....................................................................................... 43
A. Soal ............................................................................................................ 43
B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 - Siklus Hidrologi ............................................................................. 11

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iv


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Deskripsi
Modul pengelolaan SDA terpadu ini terdiri dari 3 (tiga) materi pokok. Materi pokok
pertama membahas pengenalan pengelolaan sumber daya air terpadu. Materi
pokok kedua membahas kebijakan dan penerapan pengelolaan sumber daya air
terpadu di Indonesia. Selanjutnya, materi pokok ketiga membahas keterpaduan
dalam pengelolaan sumber daya air terpadu.

Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk mengetahui dan
memahami pengelolaan sumber daya air terpadu dalam melaksanakan pekerjaan
pada sektor-sektor sumber daya air. Setiap materi pokok dilengkapi dengan latihan
yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari
materi pada materi pokok.

Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak
dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dengan baik
materi yang merupakan kemampuan inti/substansi dari Pelatihan Orientasi
Terpadu. Untuk menambah wawasan, peserta diharapkan dapat membaca terlebih
dahulu materi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air terpadu dari
sumber lainnya.

Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Pengajar/Widyaiswara/Fasilitator, adanya
kesempatan brainstorming, diskusi dan studi kasus.

Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat Bantu/Media
pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board dengan spidol dan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi v


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

penghapusnya, bahan tayang, modul dan/atau bahan ajar, flipchart, kertas plano,
metaplan, film/visualisasi serta lembar instruksi.

Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta pelatihan diharapkan mampu mengetahui
dan memahami pengelolaan sumber daya air terpadu dalam melaksanakan
pekerjaan pada sektor-sektor sumber daya air.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vi


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka pembinaan bidang sumber daya air pada umumnya dan pengelolaan
SDA terpadu pada khususnya, maka perlu dilakukan pembinaan Aparatur Sipil
Negara (ASN) yang memiliki integritas dan profesional dalam bidangnya. Tuntutan
untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan memiliki ASN yang memiliki integritas dan
profesional tentunya membutuhkan kesungguhan dan kesiapan sumber daya
manusia yang baik melalui penyaringan penerimaan ASN yang baik dan selektif.
Juga tidak bisa diabaikan adalah pentingnya pembinaan, pendidikan dan pelatihan
sumber daya ASN untuk membentuk dan mengkader aparatur yang berintegritas
dan profesional.

Kesiapan sumber daya aparatur yang baik dan berkualitas tentunya akan
memudahkan berlangsungnya proses reformasi birokrasi yang sedang dijalankan.
Sehubungan dengan hal tersebut faktor kesiapan dan kemauan untuk mengubah
pola pikir, sikap dan perilaku sebagai PNS yang berintegritas dan profesional
menjadi pondasi dan esensi strategis yang ikut menentukan keberhasilan
pelaksanaan pengelolaan SDA terpadu.

Salah satu upaya untuk menciptakan aparatur yang profesional salah satunya
adalah dengan mengikuti pelatihan ini. Dengan keikutsertaan pada pelatihan
tersebut maka diharapkan seorang ASN akan mampu untuk melaksanakan tugas
dan fungsi dengan sebaik-baiknya khususnya ASN yang akan menjalankan
kegiatan pengelolaan SDA terpadu.

B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan mengenai pengelolaan
sumber daya air terpadu sebagai proses yang ditujukan untuk meningkatkan
pengembangan dan pengelolaan air, lahan dan sumber daya terkait secara
terkoordinasi demi tercapainya kesejahteraan ekonomi dan sosial yang maksimum
dengan cara yang adil dan secara mutlak mempertahankan keberlanjutan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 1


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

ekosistem yang vital, melalui metode brainstorming, ceramah interaktif, diskusi dan
studi kasus.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran, peserta pelatihan diharapkan mampu
mengetahui dan memahami pengelolaan sumber daya air terpadu dalam
melaksanakan pekerjaan pada sektor-sektor sumber daya air.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu:
a) Menjelaskan pengelolaan sumber daya air terpadu;
b) Menjelaskan kebijakan dan penerapan pengelolaan sumber daya air
terpadu di Indonesia;
c) Menjelaskan keterpaduan dalam pengelolaan sumber daya air terpadu.

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Dalam modul Pengelolaan SDA Terpadu ini akan membahas materi:
1. Pengenalan pengelolaan sumber daya air terpadu
a) Air dan sumber daya air
b) Pengelolaan sumber daya air terpadu
c) 5 (lima) pilar pengelolaan sumber daya air terpadu
2. Kebijakan dan penerapan pengelolaan sumber daya air terpadu di Indonesia
a) Kebijakan pengelolaan sumber daya air terpadu
b) Penerapan pengelolaan sumber daya air terpadu di Indonesia
3. Keterpaduan dalam pengelolaan sumber daya air terpadu

E. Estimasi Waktu
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk
mata pelatihan “Pengelolaan SDA Terpadu” ini adalah 5 (lima) jam pelajaran (JP)
atau sekitar 225 menit.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 2


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

MATERI POKOK 1
PENGENALAN PENGELOLAAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU

Indikator keberhasilan : setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan


mampu menjelaskan pengelolaan sumber daya air terpadu.

1.1 Air dan Sumber Daya Air


1.1.1 Siklus Hidrologi
Yang dimaksud dengan air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun
di bawah permukaan tanah, seperti air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut
yang berada di darat, yang selalu bergerak mengikuti pola pergerakan/siklus
tertentu. Mengingat sebagian besar air di bumi berada di lautan, maka proses
pergerakan atau siklus tersebut pada umumnya dimulai dari permukaan laut,
dimana terjadi penguapan air laut akibat energi panas matahari, penguapan juga
banyak terjadi pada air yang berada di daratan.

Laju dan jumlah penguapan air bervariasi, yang terbesar berada di daerah
khatulistiwa karena radiasi matahari diwilayah ini pada umumnya lebih besar. Uap
air yang terjadi bersifat murni karena pada saat naik ke atmosfer kandungan garam
yang ada didalamnya ditinggalkan, dan uap air yang dihasilkan dari proses
penguapan tersebut akan mengalir terbawa oleh udara yang bergerak atau angin.

Pada kondisi/suhu udara tertentu uap air tersebut akan mengalami kondensasi dan
membentuk butir-butir air yang pada gilirannya akan jatuh kembali ke bumi, yang
disebut sebagai peristiwa presipitasi berupa hujan dan atau salju. Presipitasi
tersebut ada yang jatuh kembali di lautan, di permukaan tanah, di daun tanaman,
dan sebagian lagi akan menguap kembali ke udara sebelum mencapai permukaan
tanah.

Hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan menyebar ke berbagai arah dengan
berbagai cara, sebagian akan tertahan sementara di permukaan tanah, dan
sebagian akan mengalir ke saluran dan sungai sebagai air permukaan. Jika

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 3


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

permukaan tanah porous maka sebagian air hujan yang jatuh akan langsung
meresap ke dalam tanah yang disebut dengan peristiwa infiltrasl, sebagian lagi akan
terserap oleh akar-akar tumbuh-tumbuhan untuk proses pertumbuhannya.

Di permukaan tanah, air tersebut akan mengalir dan bergerak dengan berbagai
cara, di daerah retensi air akan menetap untuk sementara waktu, daerah retensi
dapat berupa retensi alam seperti daerah cekungan, danau, situ, telaga, areal yang
rendah dan sebagainya, maupun retensi buatan seperti waduk, embung, sumur
resapan dan daerah tampungan air buatan lainnya.

Secara alamiah air akan mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah yang lebih
rendah, dari pegunungan dan perbukitan ke lembah lalu ke daerah dataran, dan
akhirnya akan bermuara ke laut. Aliran air ini disebut aliran air permukaan, karena
bergerak di atas permukaan tanah, aliran ini biasanya memasuki daerah tangkapan
air atau daerah aliran sungai, menuju ke sistem jaringan sungai, sistem danau atau
waduk. Pada sistem jaringan sungai, aliran air tersebut akan mengalir mulai dari
sistem jaringan sungai kecil menuju ke sistem sungai yang lebih besar, dan
selanjutnya akan menuju ke muara sungai, tempat pertemuan sungai dengan laut.

Sebagian air hujan yang jatuh di permukaan tanah, akan meresap langsung ke
dalam tanah yang porous dan atau masuk kedalam tanah melalui akar-akar
tanaman melalui peristiwa perkolasi, menjadi air tanah.

Air tanah dapat dibedakan atas aliran air tanah dangkal yang sifatnya tidak
tertekan/bebas (confined aquifer), yaitu aliran air tanah yang berada di atas lapisan
tanah yang kedap air, serta aliran air tanah dalam yang sifatnya tertekan/tidak
bebas (unconfined aquifer), yaitu aliran air tanah yang berada diantara 2 lapisan
tanah yang kedap air, dan aliran air tanah dasar (base flow), yaitu aliran air tanah
yang mengisi sistem jaringan sungai pada saat musim kemarau atau ketika hujan
tidak turun untuk beberapa waktu, sehingga sistem aliran sungai masih mempunyai
aliran secara tetap dan kontinyu.
Proses penguapan atau evaporasi, bila terjadi melalui perantaraan daun tanaman
disebut peristiwa transpirasi. Pada tanaman, air di dalam tanah akan diambil melalui

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 4


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

akar-akarnya untuk pertumbuhannya, dan air didalam tanaman tersebut juga akan
keluar berupa uap karena energi panas matahari. Proses terjadinya penguapan
dari dalam tanaman disebut evapotranspirasi.

Terjadinya penguapan yang lain, selain berasal dari laut juga dapat terjadi langsung
dari permukaan sistem sungai, danau, waduk, embung, dan sebagainya dimana
uap air yang terjadi selanjutnya akan naik dan bergerak di udara, yang selanjutnya
pada kondisi tertentu akan terkondensasi menjadi butir-butir air yang kemudian
turun kembali sebagai hujan, dan proses selanjutnya sama seperti yang telah
dikemukakan dimuka.

Kejadian tersebut diatas akan membentuk suatu pergerakan yang berulang, dan
membentuk suatu siklus yang disebut Siklus Hidrologi, siklus tersebut merupakan
konsep dasar tentang teori keseimbangan air secara global di permukaan bumi.
Proses dari siklus hidologi tersebut diatas dapat dilihat pada Gambar I.1.

1.1.2 Air Permukaan dan Air Tanah


1. Air Permukaan
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah,
seperti air sungai, air saluran (stream), mata air (spring), air danau, air waduk,
air telaga, dan air di kolam retensi. Air permukaan ini dapat berasal dari air
hujan, lelehan salju, dan aliran yang berasal dari air tanah. Jumlah air
permukaan di bumi diperkirakan hanya sebesar 0,35 juta km3 atau sekitar 1%
dari air tawar yang ada di bumi, dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan,
seperti untuk kebutuhan domestik, industri, irigasi dan pertanian, pembangkit
tenaga listrik, pelayaran sungai, serta untuk keperluan pariwisata atau
rekreasi, dan sebagainya.

Besar kecilnya aliran air permukaan di suatu daerah, dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang berkaitan dengan iklim, terutama curah hujan, dan faktor-faktor
yang berkaitan dengan sifat dan karakteristik daerah aliran sungai.
Parameter hujan yang berpengaruh terhadap besarnya aliran air permukaan,
antara lain intensitas hujan, waktu atau durasi hujan, serta persebaran hujan.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 5


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

Intensitas hujan adalah banyaknya air hujan per satuan waktu, tidak dapat
dihitung terpisah dengan durasi hujan. Banyaknya curah hujan yang sama
yang terjadi dalam 2 durasi yang berbeda akan menghasilkan aliran air
permukaan yang berbeda. Hujan dengan intensitas yang tinggi akan
menghasilkan volume air permukaan yang lebih besar bila dibandingkan
dengan hujan yang lebih kecil intensitasnya, karena hujan dengan intensitas
yang tinggi dapat menyebabkan tingkat infiltrasi tanah terlampaui.

Durasi hujan berkaitan langsung dengan volume air permukaan, karena


tingkat infiltrasi tanah pada suatu kejadian hujan akan menurun sejalan
dengan bertambahnya waktu. Oleh karena itu hujan dengan durasi singkat
tidak banyak menghasilkan aliran air permukaan, dibandingkan dengan hujan
dengan intensitas yang sama, namun mempunyai durasi yang lebih lama.

Laju dan volume air permukaan dari suatu DAS akan mencapai nilai maksimal
bila seluruh areal DAS memberi kontribusi terhadap aliran, dengan kata lain
laju dan volume air permukaan dipengaruhi oleh persebaran hujan, dimana
hujan yang tersebar merata di seluruh DAS akan menghasilkan laju dan
volume air permukaan yang lebih besar bila dibandingkan dengan hujan
dengan intensitas yang sama, tapi tidak menyebar secara merata.

Sifat dan karakteristik DAS yang berpengaruh terhadap air permukaan,


meliputi :
a. Luas dan Bentuk DAS
Laju dan volume aliran air permukaan semakin bertambah besar dengan
bertambah luasnya DAS. Namun apabila laju dan volume air permukaan
dinyatakan dalam satuan luas, maka besarannya akan berkurang dengan
bertambah luasnya DAS tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan waktu
yang diperlukan oleh air untuk mengalir dari titik terjauh ke titik kontrol
(waktu konsentrasi).
Pengaruh bentuk DAS terhadap aliran air permukaan dapat ditunjukan
dengan memperhatikan hidrograf-hidrograf yang terjadi pada 2 DAS

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 6


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

dengan luas yang sama, namun bentuknya berbeda, menerima hujan


dengan intensitas yang sama.

Bentuk DAS yang memanjang dan menyempit akan menghasilkan laju


aliran permukaan yang lebih kecil, bila dibandingkan dengan DAS yang
berbentuk melebar dan melingkar, karena waktu konsentrasi DAS yang
memanjang lebih lama dibandingkan dengan DAS yang melebar,
sehingga terjadinya konsentrasi air di titik kontrol lebih lambat dan
berpengaruh terhadap laju dan volume aliran air permukaan.

Faktor bentuk juga berpengaruh pada aliran permukaan, bila hujan yang
turun tidak serentak terjadi di seluruh DAS, tapi bergerak dari ujung yang
satu ke ujung yang lain, misal dari hilir ke hulu DAS. Pada DAS yang
memanjang laju aliran akan lebih kecil, karena aliran air permukaan akibat
dari hujan di hulu belum memberikan kontribusi pada titik kontrol, aliran air
permukaan dari hujan di hilir telah habis atau mengecil. Sebaliknya pada
DAS yang melebar, datangnya aliran air permukaan dari semua tempat di
DAS tidak terpaut banyak, dimana aliran air dari hulu sudah tiba sebelum
aliran air dari hilir habis atau mengecil.
b. Kondisi Topografi
Kemiringan lahan dan kerapatan sungai atau saluran, dan bentuk-bentuk
cekungan lainnya berpengaruh terdapat laju dan volume aliran air
permukaan. DAS dengan kemiringan yang curam disertai dengan
keberadaan sungai/saluran yang rapat akan menghasilkan laju dan
volume aliran air permukaan yang lebih besar bila dibandingkan dengan
DAS yang landai dengan keberadaan sungai/saluran yang jarang, dan
adanya cekungan-cekungan.

Pengaruh kerapatan sungai/saluran, yaitu panjang saluran per satuan luas


DAS untuk aliran air permukaan adalah memperpendek waktu konsentrasi
sehingga memperbesar laju aliran air permukaan.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 7


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

c. Tataguna Lahan
Pengaruh tataguna lahan terhadap aliran air permukaan, dinyatakan
dalam koefisien aliran permukaan C, yaitu bilangan yang menyatakan
perbandingan antara besarnya aliran air permukaan dengan besarnya
curah hujan.

Angka koefisien aliran air permukaan ini merupakan salah satu indikator
untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS. Nilai C berkisar antara 0
sampai 1, nilai C = 0 menyatakan bahwa semua air hujan yang jatuh akan
terinfiltrasi ke dalam tanah, sedangkan nilai C = 1 menyatakan semua air
hujan jatuh mengalir sebagai aliran air permukaan. Pada suatu DAS yang
masih baik, nilai C mendekati nol, sedangkan untuk DAS yang semakin
rusak, nilai C mendekati satu.

Metode yang dipakai untuk menghitung aliran air permukaan adalah


Metode Rasional; metode ini sangat simple dan mudah penggunaannya,
namun terbatas untuk DAS kecil dengan luas kurang dari 300 Ha, karena
metode ini merupakan model kotak hitam, sehingga tidak dapat
menyelaskan hubungan antara curah hujan dengan aliran air permukaan
dalam bentuk hidrograf.

Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa hujan yang


terjadi mempunyai intensitas yang seragam dan merata di seluruh DAS,
selama paling sedikit sama dengan waktu konsentrasi DAS.

Persamaan matematik Metode Rasional dinyatakan dalam bentuk :

Q = 0,0028 CIA

dimana :
Q = Laju aliran air permukaan (debit) puncak, dalam satuan m3/dtk
C = Koefisien aliran air permukaan
I = Intensitas hujan, dalam satuan mm/jam

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 8


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

A = Luas DAS, dalam satuan Ha

2. Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah, sedangkan daerah aliran air tanah atau cekungan air tanah
atau akuifer merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh batas-batas
hidrogeologis, tempat dimana semua kejadian hidrogeologis berlangsung,
seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah.

Cekungan air tanah ini dapat dibedakan atas 2 kondisi, yaitu :


a. Cekungan air tanah bebas atau confined aquifer
b. Cekungan air tanah tertekan atau unconfined aquifer

Air tanah merupakan sumber air tawar yang terbesar yang ada di bumi ini,
mencakup 30% dari total air tawar atau 10,5 juta km3. Akhir-akhir ini
pemanfaatan air tanah meningkat dengan pesat, bahkan di beberapa tempat
tingkat exploitasinya sudah sampai pada tingkat yang membahayakan. Air
tanah pada umumnya dimanfaatkan baik sebagai sumber air bersih, maupun
untuk irigasi.

Kecenderungan memilih air tanah sebagai sumber air bersih, antara lain
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Tersedia relatif dekat dengan tempat yang memerlukan, sehingga
kebutuhan akan prasarana dan sarana pembawa/distribusi relatif lebih
murah
b. Debit/produksi air tanah/sumur umumnya lebih stabil
c. Lebih bersih dari bahan cemaran/pollutant di permukaan
d. Kualitasnya lebih seragam
e. Bebas dari kekeruhan, bakteri, lumut dan binatang air.

Cara pengambilan air tanah yang paling sederhana adalah dengan membuat
sumur gali, dengan kedalaman yang lebih rendah dari posisi muka air tanah.
Jumlah air yang dapat diambil dari sumur gali umumnya terbatas, dan yang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 9


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

diambil adalah air tanah dangkal. Sumur gali biasanya dibuat dengan
kedalaman 5 - 15 meter dari permukaan tanah.

Sedangkan untuk pengambilan air tanah dengan jumlah yang besar, cara
yang banyak dipakai adalah dengan membuat sumur dalam, dan air tanah
yang diambil adalah air tanah dalam yang terletak pada lapisan air tanah yang
tertekan.

1.1.3 Sumber Daya Air


Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang dikandung di dalamnya,
dimana sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan atau buatan yang
terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, sedangkan daya air
adalah potensi yang terkandung dalam air dan atau sumber air yang dapat memberi
manfaat dan atau kerugian bagi kehidupan manusia dan lingkungannya.

Sumber Daya Air harus dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan
lingkungan, dengan tujuan untuk mewujudkan pemanfaatan sumber daya air yang
berkelanjutan guna kemakmuran rakyat, dengan pengertian:
a. Secara menyeluruh, yaitu mencakup semua bidang pengelolaan yang meliputi
konservasi dan pendayagunaan sumber daya air, serta pengendalian daya
rusak air, meliputi 1 (satu) sistem wilayah pengelolaan yg mencakup semua
proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
b. Secara terpadu, berupa pengelolaan yang dilaksanakan dengan melibatkan
semua pemangku kepentingan antar sektor dan antar wilayah
c. Berwawasan lingkungan hidup, dimana pengelolaan yang dilakukan harus
memperhatikan keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungan
d. Berkelanjutan, dimana pengelolaan yang dilakukan ditujukan untuk
kepentingan generasi sekarang, dan kepentingan generasi mendatang.

Dengan demikian pengelolaan sumber daya air dapat didefinisikan sebagai upaya
untuk merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air,
dan pengendalian daya rusak air.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 10


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

1.1.4 Fungsi Sumber Daya Air


Adapun fungsi dari pengelolaan sumber daya air adalah :
a. Fungsi sosial, kepentingan umum lebih diutamakan daripada kepentingan
individu
b. Fungsi lingkungan hidup, sumber daya air menjadi bagian dari ekosistem
sekaligus sebagai tempat kelangsungan hidup flora dan fauna
c. Fungsi ekonomi, sumber daya air dapat didayagunakan untuk menunjang
kegiatan usaha/ekonomi yang diselenggarakan dan diwujudkan secara serasi
dan selaras.

Gambar I.1 - Siklus hidrologi

1.2 Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu


1.2.1 Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Pengelolaan daerah aliran sungai adalah pengelolaan sumber daya alam yang
terbarui pada suatu daerah aliran sungai, seperti vegetasi, tanah dan air, sehingga
dapat memberikan manfaat yang optimal dan berkesinambungan. Sasaran
pengelolaan daerah aliran sungai adalah daerah-daerah yang secara alami
berpotensial terhadap terjadinya kerusakan lingkungan, khususnya erosi lahan di
bagian hulu dan tengah daerah aliran sungai, dan memiliki kemiringan lebih besar
dari 8%.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 11


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

1. Pola Pengelolaan Daerah Aliran Sungai


Pola pengelolaan daerah aliran sungai didasarkan atas:
a. Landasan institusional, berdasarkan prinsip pembagian kewenangan dan
tanggung jawab, yang ditetapkan dalam UU No. 7 tahun 2004.
b. Landasan konsepsional, berdasarkan prinsip kelestarian lingkungan
dengan mengacu pada pendayagunaan yang berkelanjutan, dan prinsip
pemanfaatan bersama, untuk pemenuhan secara lebih efisien, adil, dan
merata.
c. Landasan Operasional, berdasarkan prinsip one river (satu sungai), one
integrated plan (satu rencana yang terpadu), dan one coordinated
management system (satu sistem pengelolaan yang terkoordinasi).

Untuk itu berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan No. 11A/PRT/M/2006,


tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, Indonesia terbagi dalam 133
wilayah sungai:
a. 5 WS lintas negara, 27 WS lintas provinsi, dan 37 WS strategis nasional,
yang menjadi kewenangan pemerintah pusat
b. 51 WS lintas kabupaten/kota, yang menjadi kewenangan pemerintah
provinsi
c. 13 WS secara utuh dalam satu kabupaten/kota, yang menjadi kewenangan
pemerintah kabupaten/kota.
2. Lingkup Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Isu-isu yang ada dalam pengelolaan daerah aliran sungai dewasa ini yang
menjadi acuan dalam penentuan lingkup pengelolaan daerah aliran sungai,
antara lain:
a. Penanganan DAS masih terfragmentasi, baik dalam hal pengembangan,
perlindungan, maupun pengelolaan daerah airan sungai
b. Terjadinya pengundulan hutan di hulu daerah aliran sungai
c. Penataan ruang di daerh aliran sungai hilir tidak berwawasan lingkungan
d. Pembuangan limbah di sungai tidak terkendali
e. Pemanfaatan air yang berkelanjutan semakin terancam

Untuk itu lingkup pengelolaan daerah aliran sungai, mencakup:

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 12


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

a. Daerah tangkapan air, mencakup pengendalian tata guna lahan, konservasi


air dan tanah, serta monitoring dan evaluasi.
b. Pengelolaan sumber daya air, mencakup manajemen kuantitas air dan
kualitas air.
c. Pemeliharaan prasarana dan sarana pengairan, mencakup pemeliharaan
preventif, korektif, dan darurat.
d. Pengendalian banjir, mencakup pemantauan dan prediksi banjir,
pengaturan dan pencegahan banjir, serta penanggulangan banjir.
e. Pengelolaan lingkungan sungai, mencakup perencanaan dan
pengendalian sempadan sungai.
f. Pemberdayaan masyarakat.
3. Kegiatan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Kegiatan pengelolaan daerah aliran sungai meliputi empat aspek yang
penanganannya harus dilakukan secara terpadu, dengan memakai daerah
aliran sungai yang bersangkutan sebagai satu kesatuan wilayah
pengembangan.
a. Pengelolaan Vegetasi
Dalam pengelolaan daerah aliran sungai, maka kegiatan pengelolaan
vegetasi diarahkan untuk mencapai sasaran sebagai berikut :
1) Kawasan lindung dengan vegetasi yang rapat, dalam hal ini vegetasi
hutan atau vegetasi lainnya yang berfungsi lindung
2) Terpeliharanya kondisi vegetasi di luar kawasan lindung, sehingga
dapat berfungsi secara optimal untuk perlindungan terhadap tanah dan
air.
b. Pengelolaan Lahan
Kegiatan pengelolaan lahan diarahkan untuk tercapainya produktifitas
tanah yang tinggi, serta terkendalinya erosi lahan.
Unsur-unsur yang menjadi pertimbangan, antara lain :
1) Lahan harus dimanfaatkan/digunakan sesuai kemampuannya
2) Tanah harus dilindungi dari ancaman erosi dengan mempertahankan
penutupan tanah
3) Metode guludan dan terasering atau perlakuan lainnya dapat
diterapkan untuk meningkatkan penggunaan tanah yang lebih baik

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 13


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

Sebagai tolok ukur dampak pengelolaan tanah adalah jumlah tanah yang
hilang per satuan waktu, atau tingkat pengendapan di waduk,
pendangkalan di sungai/saluran irigasi atau rendahnya mutu air,
c. Pengelolaan Air
Pengelolaan air mencakup berbagai usaha untuk mendapatkan, membagi,
menggunakan, mengatur, serta mengelola dan membuang air, mulai dari
sumbernya sampai ke tempat pembuangan, sesuai dengan kebutuhan dan
persyaratan, yang antara lain meliputi :
1) Kuantitas air/jumlah air yang dimanfaatkan
2) Kualitas air/mutu air yang dipergunakan
3) Ketersediaan air/kontinuitas air
d. Pembinaan Aktifitas Masyarakat
Pembinaan aktifitas masyarakat mencakup berbagai usaha penyuluhan
dan pelatihan bagi masyarakat setempat yang memanfaatkan sumber daya
alam untuk kehidupan sehari-hari, agar mereka dapat menyadari dan
melakukan kegiatan pengelolaan vegetasi, tanah dan air secara baik dan
benar.
Diantara pengelolaan lahan dan pengelolaan air terdapat keterkaitan yang
sangat erat, dengan demikian konservasi lahan yang merupakan unsur utama
dalam pengelolaan daerah aliran sungai di bagian hulu, akan berpengaruh
terhadap kondisi daerah aliran sungai di bagian hilir, terutama dalam
pemanfaatan air yang optimal untuk berbagai kegunaan, serta untuk
pengendalian banjir.

1.2.2 Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu


Pengelolaan sumber daya air terpadu adalah suatu proses koordinasi
pengembangan dan pengelolaan sumber daya air, tanah, dan sumber daya
manusia dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatannya dengan cara-cara yang
tepat, tanpa mengganggu kestabilan ekosistem sumber daya air tersebut, selain itu
pengelolaan sumber daya air terpadu juga merupakan aplikasi dari cara struktural
dan non struktural untuk mengendalikan sistem sumber daya air, baik alami maupun
buatan, untuk kepentingan manusia dan tujuan-tujuan lingkungan.
1. Kewenangan Pengelolaan Sumber Daya Air

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 14


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

Mengacu pada UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka


disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsinya, serta jenis dan besaran
kegiatan, maka kewenangan pengelolaan sumber daya air, dapat
dikelompokan atas:
a. Kewenangan Pemerintah Pusat
1) Penentuan kebijakan nasional pengelolaan sumber daya air.
2) Penetapan norma, standar, kriteria dan pedoman pengelolaan sumber
daya air.
3) Penyelesaian sengketa pengelolaan sumber daya air antar provinsi.
4) Pengelolaan sumber daya air yang terletak pada wilayah sungai lintas
provinsi, lintas negara, dan strategis nasional.
5) Pengembangan sistem irigasi primer dan irigasi sekunder pada DI lintas
provinsi.
6) Pengelolaan irigasi pada DI yang luasnya lebih besar 3.000 ha atau DI
sedang lintas provinsi, strategis nasional, dan lintas negara.
b. Kewenangan Pemerintah Provinsi
1) Pengelolaan sumber daya air yang terletak pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota.
2) Pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder pada DI lintas
kabupaten/kota.
3) Pengelolaan irigasi pada DI yang luasnya 1.000 ha sampai dengan
3.000 ha atau DI kecil yang lintas kabupaten/kota.
c. Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota.
1) Pengelolaan sumber daya air yang terletak pada wilayah sungai dalam
kabupaten/kota.
2) Pengembangan sistem irigasi primer dan sekunder pada DI dalam satu
kabupaten/kota.
3) Pengelolaan irigasi pada DI yang luasnya kurang dari 1.000 ha atau DI
kecil yang berada dalam satu kabupaten/kota.
2. Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Air Oleh Pihak Terkait
a. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air
Pengelolaan dan Pemanfaatan sumber daya air oleh para pihak yang terkait
harus dilakukan secara berencana dan teratur, mengingat potensi sumber

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 15


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

daya air yang ada terbatas, sedangkan pemanfaatannya akan selalu


meningkat.
Pengaturan pemanfaatan sumber daya air tersebut mencakup kegiatan
perencanaan, pengawasan, pengusahaan, pemeliharaan, serta
perlindungan sumber daya air secara terpadu dan menyeluruh, dengan
mempertimbangkan potensi sumber daya air yang tersedia, serta kondisi
sosial ekonomi masyarakat setempat.
Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air secara terpadu dan
menyeluruh tersebut, antara lain berupa:
1) Pengembangan daerah irigasi
2) Pengembangan air tanah untuk irigasi
3) Pengembangan sistem drainase
4) Penyediaan air baku untuk rumah tangga dan industri
5) Transportasi air
6) Pembangkitan listrik tenaga air
7) Perikanan dan perlindungan satwa
8) Rekreasi air
9) Pengendalian pencemaran air dan gulma air
10) Pengendalian erosi dan sedimen
11) Pengendalian banjir
12) Pengendalian kekeringan
b. Para pihak yang terkait
Para pihak yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air secara
terpadu antara lain:
1) Departemen Pekerjaan Umum, terkait dengan pengelolaan air
permukaan dan air tanah, untuk keperluan irigasi, air domestik, dan
pertanian.
2) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, terkait dengan
pengelolaan air permukaan dan air tanah untuk keperluan pembangkit
listrik tenaga air.
3) Departemen Kehutanan, terkait dengan pengelolaan air permukaan
dan lahan untuk keperluan pertanian, dan eksploitasi lahan.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 16


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

4) Departemen Dalam Negeri, termasuk pemerintah provinsi dan


pemerintah kabupaten/kota, terkait dengan pengelolaan air permukaan,
air tanah, dan lahan untuk keperluan irigasi, air domestik, pertanian,
eksploitasi lahan, dan industri.
5) Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, terkait dengan pengeloaan
air permukaan, air tanah, dan lahan untuk keperluan pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran, serta serta kelestarian air
dan lahan.
6) Masyarakat/swasta, terkait dengan dengan pengelolaan air
permukaan, air tanah, dan lahan untuk keperluan irigasi, air domestik,
pertanian, eksploitasi lahan, dan industri.
3. Konsep Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu
a. Kerangka konsepsional
Pengelolaan sumber daya air terpadu memerlukan kerangka konsepsional,
mengingat hal-hal sebagi berikut:
1) Semua pihak menyadari bahwa masalah sumber daya air adalah
kompleks
2) Wilayah sumber daya air dapat berupa bagian dari pengembangan
wilayah baik perkotaan maupun perdesaan, ataupun berupa bagian
dari administrasi pemerintahan
3) Adanya hubungan yang erat antara rencana tata ruang wilayah dengan
master plan pengembangan sumber daya air
4) Batas teknis daerah aliran sungai dan daerah aliran air tanah dapat
sama, tapi pada kondisi tertentu dapat berbeda, demikian pula dengan
batas administrasi pemerintahan
5) Pengelolaan sumber daya ai dapat berupa sistem sumber daya alami
alami dan atau sistem sumber daya airbuatan buatan
6) Sistem sumber daya air dapat dilihat dari bagian infrastruktur keairan
7) Pengelolaan sumber daya air dapat dilihat dari fungsinya, seperti untuk
irigasi, drainase, air baku, dsb
8) Terdapatnya saling ketergantungan dalam pengelolaan sumber daya
air
b. Elemen pengelolaan sumber daya air terpadu

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 17


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

Dengan mempertimbangkan kerangka konspsi pengelolaan sumber daya


air, maka elemen-elemen dalam pengelolaan sumber daya air terpada,
mencakup:
1) Peraturan Perundangan
Peraturan perundangan yang diperlukan dalam penglolaan sumber
daya air terpadu, antara lain menyangkut :
 Kebijakan, seperti visi dan misi pengembangan sumber daya air,
kebijakan sumber daya air nasional, dan kebijakan yang terkait
dengan sumber daya air.
 Strategi, seperti peraturan tentang sumber daya air, dan peraturan
yang terkait dengan sumber daya air.
 Finansial, seperti kebijakan investasi, pengembalian biaya dan
kebijakan denda, penilaian investasi. peran sektor swasta dan
institusi publik.
2) Peran Institusi
Peran institusi yang diperlukan dalam pengelolaan sumber daya air
terpadu, antara lain menyangkut :
 Penciptaan kerangka kerja organisasi, seperti organisasi lintas
sektor untuk pengelolaan sumber daya air, dewan air nasional,
organisasi pengelola daerah aliran sungai, badan pengatur daerah
aliran sungai, organisasi penyedia pelayanan, institusi dan
komunitas masyarakat, serta wewenang lokal.
 Pengembangan sumber daya manusia, seperti kapasitas dan
kapabilitas pengelolaan sumber daya air, kapasitas dan kapabilitas
pengaturan, serta transfer keahlian dan ketrampilan.
3) Alat-Alat Manajemen, seperti analisis sumber daya air, perancangan
dan perencanaan sumber daya terpadu, pengelolaan kebutuhan
sumber daya air, instrumen perubahan sosial, resolusi konflik,
instrumen pengaturan, instrumen perekonomian, serta pengelolaan
informasi.
4. Sistem Informasi Sumber Daya Air
Informasi sumber daya air meliputi informasi mengenai kondisi hidrologis,
hidrometeorologis, hidrogeologi, kebijakan sumber daya air, prasarana sumber

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 18


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air dan
sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang terkait dengan
sumber daya air.

Dalam pengelolaan sumber daya air terpadu, diperlukan sistem informasi


sumber daya air, yang antara lain mencakup:
a. Jaringan Informasi SDA
1) Meliputi semua informasi yang terkait dengan pengelolaan sumber
daya air, yang lokasinya tersbar an dikelola oleh berbagai instansi.
2) Dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan dalam bidang
sumber daya air dengan berbagai cara, seperti internet, media cetak
yang diterbitkan secara berkala, surat menyurat, telpon, dan faksimil
dengan prinsip terbuka.
b. Penyelenggaraan Sistem Informasi SDA
1) Diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan
pengelola sumber daya air, sesuai dengan kewenangannya.
2) Semua pihak yang melakukan kegiatan yang terkait dengan sumber
daya air, seperti studi, penelitian, seminar, serta pembangunan
prasarana sumber daya air harus menyampaikan hasil kegiatannya
kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang sumber daya air.

1.2.3 Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat


Dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya air secara terpadu, maka
masyarakat berhak untuk :
a. Memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air
b. Memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialaminya sebagai
akibat pelaksanaan pengelolaan sumber daya air
c. Memperoleh manfaat atas pengelolaan sumber daya air
d. Menyatakan keberatan atas rencana pengelolaan sumber air yang sudah
diumumkan dalam jangka waktu tertentu sesuai kondisi setempat
e. Mengajukan laporan dan pengaduan kepada pihak yang berwenang atas
kerugian yang menimpa dirinya, yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pengelolaan sumber daya air

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 19


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

f. Mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap berbagai masalah sumber


daya air yang merugikan kehidupannya.

Dalam menggunakan hak guna air, masyarakat pemegang hak guna air
berkewajiban untuk memperhatikan kepentingan umum yang diwujudkan melalui
perannya dalam konservasi sumber daya air, serta perlindungan dan pengamanan
prasaran.a sumber daya air. Selain itu masyarakat mempunyai kesempatan yang
sama untuk berperan serta dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan terhadap pengelolaan sumber daya air.

1.3 5 (Lima) Pilar Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu


1.3.1 Konservasi Sumber Daya Air
Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta
keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia
dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk
hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang.

Konservasi sumber daya air sebagai salah satu upaya pengelolaan sumber daya
air dimaksudkan untuk menjaga dan mempertahankan kelangsungan dan
keberadaan sumber daya air, termasuk daya dukung, daya tampung, dan
fungsinya. Konservasi sumber daya air dapat dilakukan melalui kegiatan
perlindungan dan pelestarian sumber daya air, pengawetan air, pengelolaan
kualitas air, serta pengendalian pencemaran air, dengan mengacu pada pola
pengelolaan sumber daya air pada setiap wilayah sungai, dan dipakai sebagai
acuan dalam perencanaan tata ruang.

Konservasi sumber daya air dilaksanakan pada sungai, danau, waduk, rawa,
cekungn air tanah, sistem irigasi, daerah tangkapan air, kawasan suaka alam,
kawasan pelestarian alam, kawasan hutan dan kawasan pantai.

1.3.2 Pendayagunaan Sumber Daya Air


Pendayagunaan sumber daya air sebagai salah satu upaya pengelolaan sumber
daya air, dilakukan melalui kegiatan penatagunaan, penyediaan, penggunaan,

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 20


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air secara optimal agar berhasil
guna dan berdaya guna. Pendayagunaan sumber daya air harus mengacu pada
pola pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai.

Pendayagunaan sumber daya air ini dimaksudkan untuk memanfaatkan sumber


daya air secara berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan
pokok masyarakat secara adil, dengan mempertimbangkan:
a. Mengutamakan pendayagunaan air permukaan, yang berada diluar kawasan
suaka alam/kawasan pelestarian alam.
b. Mengutamakan fungsi sosial dengan prinsip pemanfaat air membayar biaya
jasa pengelolaan sumber daya air.
c. Diselenggarakan secara terpadu dan adil dengan mendorong pola kerjasama
antar sektor, antar kelompok, antar wilayah.
d. Melibatkan peran masyarakat.

1.3.3 Pengendalian Daya Rusak Air


Daya rusak air adalah daya air yang dapat menimbulkan kerusakan dan atau
bencana terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya, yang antara lain berupa
kejadian banjir, erosi tanah dan sedimentasi, tanah longsor, banjir lahar dingin,
tanah amblas, perubahan sifat dan kandungan kimia, biologi dan fisik dalam air,
instrusi air laut, dan perembesan pada tempat yang tidak diinginkan.

Pengendalian daya rusak air dapat dilakukan pada sungai, danau, waduk, rawa,
cekungan air tanah, sistem irigasi, serta air hujan dan air laut yang berada di darat,
diutamakan pada upaya pencegahan melalui perencanaan pengendalian yang
disusun secara terpadu dan menyeluruh, mencakup upaya pencegahan,
penanggulangan, dan pemulihan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan
oleh daya rusak air dalam pola pengelolaan sumber daya air secara keseluruhan.

1.3.4 Pemberdayaan Masyarakat


Pengelolaan sumber daya air juga membutuhkan peran serta masyarakat. Dalam
hal ini, masyarakat harus berperan aktif dalam program-program pemerintah akan
pengelolaan SDA dan menjaga kualitas dan kuantitas sarana dan Prasarana SDA.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 21


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan pemberdayaan para


pemilik kepentingan dan kelembagaan sumber daya air secara terencana dan
sistematis untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sumber daya air.
Pemberdayaan dilaksanakan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan konstruksi,
pengawasan, operasi dan pemeliharaan sumber daya air dengan melibatkan peran
masyarakat.

Kelompok masyarakat atau prakarsa sendiri juga dapat melaksanakan upaya


pemberdayaan untuk kepentingan masing-masing dengan berpedoman pada
tujuan pemberdayaan sumber daya air yang berlaku. Pemberdayaan masyarakat
dapat diselenggarakan dalam bentuk Pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan serta pendampingan.

1.3.5 Sistem Informasi Sumber Daya Air


Dalam konteks pengelolaan SDA Terpadu, peranan data dan informasi sangat
sangatlah esensial, dimana data yang berkualitas dan lengkap merupakan aset
pengelolaan SDA yang merupakan komponen terpenting dalam analisis untuk
upaya pengambilan keputusan.

Sistem informasi sumber daya air, merupakan jaringan informasi sumber daya air
yang tersebar dan dikelola oleh berbagai institusi. Jaringan informasi sumber daya
air harus dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan dalam bidang
sumber daya air. Pemerintah dan pemerintah daerah dapat membentuk unit
pelaksana teknis untuk menyelenggarakan kegiatan sistem informasi sumber daya
air. Pemerintah dan pemerintah daerah serta pengelola sumber daya air, sesuai
dengan kewenangannya menyediakan informasi sumber daya air bagi semua pihak
yang berkepentingan dalam bidang sumber daya air.

Dalam pengelolaannya, sumber daya air didukung oleh suatu sistem informasi yang
mampu menyajikan data dan informasi sebagai alat bantu dalam pengambilan
keputusan. Sebagaimana diamanahkan dalam undang-undang. Pemerintah telah
menyediakan sistem informasi sumber daya air bagi semua pihak yang

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 22


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

membutuhkan informasi terkait sumber daya air. Kementerian PUPR telah


membangun berbagai sistem informasi SDA baik sistem yang berbasis standalone
maupun sistem berbasis online. Sistem-sistem tersebut mampu menyajikan
informasi atau data-data terkait SDA. Walaupun tidak secara keseluruhan, SISDA
pada umumnya mampu menyajikan data secara tabular dan juga spasial sehingga
memudahkan kalangan eksekutif dalam membuat kebijakan terkait SDA. Informasi
sumber daya air yang dimaksud berupa informasi mengenai kondisi hidrologis,
hidrometeorologis, hidrogeologis, kebijakan sumber daya air, prasarana sumber
daya air, teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air dan
sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan
sumber daya air.

1.4 Rangkuman
Air yang merupakan bagian dari sumber daya alam dan sebagai kesatuan dari
ekosistem lingkungan, secara keseluruhan merupakan sumber kehidupan dan
penghidupan mahluk hidup di bumi ini, karena semua mahluk hidup tersebut
memerlukan air, untuk itu ketersediaan air baik dari segi kuantitas dan kualitasnya
mutlak harus terpenuhi.

Air dan sumber air harus dapat dikelola secara bijaksana dengan
mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya, sehingga
ketersediaan air pada suatu tempat dan waktu yang tepat, harus dapat mencukupi
kebutuhan manusia dan lingkungan secara optimal, tidak berkelebihan dan juga
tidak kekurangan.

Untuk dapat melakukan pengelolaan air dan sumber air atau pengelolaan sumber
daya air secara bijak, maka proses terjadinya air dan sumber air di bumi, baik air
permukaan maupun air tanah, perlu dipahami melalui pendekatan siklus hidrologi.
Dengan pemahaman atas siklus hidrologi tersebut, maka dapat diketahui bahwa
jumlah air di bumi ini relatif tetap dari masa ke masa. Terjadinya fluktuasi yang besar
atas kuantitas sumber daya air di suatu tempat dari waktu ke waktu, pada umumnya
lebih disebabkan oleh perubahan kondisi iklim setempat, kondisi daerah tangkapan

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 23


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

air atau kondisi daerah aliran sungai, serta perlakukan manusia terhadap daerah
tangkapan air tersebut.

Sesuai dengan Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, maka
pengelolaan sumber daya air harus dilakukan secara holistis dan melibatkan
semua pihak yang terkait atau stake holder, melalui pendekatan :
a. Konservasi sumber daya air
b. Pendayagunaan sumber daya air
c. Pengendalian daya rusak air
d. Pemberdayaan masyarakat, serta
e. Sistem informasi sumber daya air

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 24


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

MATERI POKOK 2
KEBIJAKAN DAN PENERAPAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
TERPADU DI INDONESIA

Indikator keberhasilan : setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan


mampu menjelaskan kebijakan dan penerapan pengelolaan sumber daya air
terpadu di Indonesia.

2.1 Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air


Diuraikan dari PERMEN PUPR tentang 7 sektor
 PERMEN PUPR No. 04 tahun 2015 tentang kriteria penetapan sungai
 PERMEN PUPR No. 06/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan
Pemeliharaan Sumber Air dan Bangunan Pengairan
 PERMEN PUPR No. 07 tahun 2015 tentang Pengamanan Pantai
 PERMEN PUPR No. 08 tahun 2015 tentang Sempadan Irigasi
 PERMEN PUPR No. 09 tahun 2015 tentang Penggunaan Sumber Air
 PERMEN PUPR No. 10 tahun 2015 tentang Rencana Teknis
Pengaturan Tata Air
 PERMEN PUPR No. 11/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan
Pemeliharaan Jaringan Reklamasi Rawa Pasang Surut
 PERMEN PUPR No. 12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi
 PERMEN PUPR No. 13 tahun 2015 tentang Darurat Daya Rusak Air
 PERMEN PUPR No. 14 tahun 2015 tentang Kriteria dan Status Irigasi
 PERMEN PUPR No. 16/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi Rawa Lebak
 PERMEN PUPR No. 17 tahun 2015 tentang Komisi Irigasi
 PERMEN PUPR No. 18/PRT/M/2015 tentang Iuran Eksploitasi dan
Pemeliharaan Bangunan Pengairan
 PERMEN PUPR No. 21/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tambak

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 25


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

 PERMEN PUPR No. 26 tahun 2015 tentang Pengalihan Alur Sungai


 PERMEN PUPR No. 27 tahun 2015 tentang Bendungan
 PERMEN PUPR No. 28 tahun 2015 tentang Sempadan Sungai Danau
 PERMEN PUPR No. 29 tahun 2015 tentang Rawa
 PERMEN PUPR No. 30 tahun 2015 tentang Pengembangan
Pengelolaan Sistem Irigasi
 PERPRES No. 40 tahun 2015 tentang Air Bersih dan Pajak
 PERMEN PUPR No. 01/PRT/M/2016 tentang Tata Cara Perizinan
Pengusahaan Sumber Daya Air dan Penggunaan Sumber Daya Air
 PERMEN PUPR No. 12/PRT/M/2016 tentang Kriteria Tipologi Unit
Pelaksana Teknis Pengelola Sumber Daya Air Wilayah Sungai Di
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat

2.2 Penerapan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu di Indonesia

Pola PSDA dan rencana PSDA terpadu disusun berdasarkan wilayah sungai. Dari
ketentuan yang tercantum di dalam beberapa produk peraturan perundangan di
Indonesia, wilayah sungau (WS) didenfinisikan sebagai kesatuan wilayah
pengelolaan SDA yang terbentuk dari satu atau lebih DAS, dan/ atau pulau-pulau
kecil. DAS didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke
laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografisdan batas di
laut sampai dengan daerah perairanyang masih terpengaruh aktivitas daratan.
Sedangkan pulau kecil didefinisikan sebagai pulau yang luasnya kurang dari atau
sama dengan 2.000 km². (UU No. 7/2004, PP No. 42/2008, Permen PUPR No.
04/PRT/M/2015).

Berdasarkan definisi tersebut diatas, dapat dimaknai bahwa sebuah wilayah


sungai dapat terdiri atas satu DAS (river basin), atau dapat pula terdiri dari
gabungan beberapa DAS dan pulau pulau kecil yang terdekat. Definisi wilayah
sungai ini ternyata mirip dengan definisi ‘river basin district’ sebagaimana diatur di
dalam dokumen “The EU Water Framework Directive” yang ditetapkan pada tahun
2000. Dokumen itu menyatakan bahwa kesatuan wilayah pengelolaan SDA di Uni
Eropa disebut sebagai River Basin Districts (RBD), yang didefinisikan sebagai: “the
areas of land and sea identified as the main management unit. These regions can
include one or more neighbouring river basins together with their associated

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 26


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

groundwater bodies and coastal waters”. River Basin merupakan padanan istilah
DAS yang dikenal di Indonesia.

Sebagai pelengkap informasi, gambar berikut merupakan salah satu sampel


peta pembagian wilayah sungai atau River Basin District (RBD) di England, Wales,
Scotland, Northern Ireland, and The Republik of Ireland yang ditetapkan
berdasarkan The EU Water Framework Directive. Dalam peta itu nampak adanya
pulau pulau kecil yang tergabung dalam satu RBD dengan DAS yang ada di pulau
yang lebih benar. Selain itu batas suatu RBD pun terlihat tidak hanya terhenti pada
garis pantai melainkan juga termasuk wilayah perairan laut yang masih terpengaruh
aktivitas daratan.

Batas WS tidaklah selalu klop dengan batas wilayah administratif


pemerintahan, karena kriteria penetapan kedua batas wilayah itu memang berbeda.
Batas wilayah sungai ditentukan berdasarkan batas wilayah hidrografis alami aliran
air yaitu DAS, sedangkan batas wilayah administratif pemerintahan ditentukan
berdasarkan batas wilayah historis legalistik dan politik. Karena perbedaan batas
tersebut, WS di Indonesia dapat dipilah menjadi lima kategori berdasarkan
posisinya terhadap wilayah administratif pemerintahan, yaitu:

1) WS di dalam satu kabupaten,


2) WS di dalam satu provinsi atau lintas kabupaten/kota,
3) WS lintas provinsi, dan
4) WS lintas negara
5) WS Strategis Nasional.

Yang dimaksud dengan WS Strategis Nasional adalah WS dalam satu


kabupaten atau WS di dalam satu provinsi yang potensi SDA dan wilayahnya
memiliki nilai penting atau strategis ditinjau dari segi kepentingan nasional.

Pengkategorian WS ini akan menjadi kriteria dasar dalam menentukan siapa


atau pemerintah pada tingkatan apa yang akan berwenang dan bertanggung jawab
dalam pengelolaan SDA yang ada disitu. Apakah Pemerintah (pusat), pemerintah
provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Lingkup wewenang dan tanggung jawab
pengelolaan SDA ini termasuk juga Operasi dan Pemeliharaan (OP) SDA.

Menurut Lampiran Huruf C UU No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan


Daerah, ketentuan mengenai pembagian wewenang dan tanggung ini diatur
sebagaimana tersebut pada table 2.1.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 27


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

Tabel 2.1. Status WS dan pembagian urusan pengelolaan SDA

No Kategori Wilayah Sungai (WS) Pihak yang berwenang dan


bertanggung jawab dalam
pengelolaan SDA
1 WS di dalam satu wilayah Kabupaten/Kota Pemerintah Kabupaten/Kota
2 WS lintas wilayah kabupaten/kota Pemerintah Provinsi
3 WS lintas wilayah Provinsi Pemerintah Pusat
4 WS lintas wilayah Negara Pemerintah Pusat
5 WS Strategis Nasional. Pemerintah Pusat

Kedudukan WS di dalam setiap kelompok ini bersifat dinamis. Dalam


perjalanan waktu suatu WS dapat mengalami perubahan kategori sesuai dengan
dinamika perubahan besar yang terjadi, misalnya karena adanya:

 Pemekaran wilayah administrasi pemerintah, sehingga WS yang semula


terletak di dalam satu wilayah provinsi atau satu kabupaten atau kota akan
berubah menjadi WS lintas wilayah provinsi atau lintas kabupaten atau kota;
 Dinamika pertumbuhan daerah atau perkembangan keadaan demografi,
keadaan sosial dan perekonomian daerah, sehingga WS yang semula tidak
strategis nasional ternyata kemudian memenuhi kriteria WS strategis
nasional; atau
 Perubahan keanggotaan DAS di dalam suatu WS karena sebab teknis,
misalnya ada suatu DAS yang kemudian terhubung dengan DAS lain
misalnya karena ada jaringan infrastruktur yang membuat kedua DAS itu
menjadi terhubung.

Hingga kini pengelompokan WS di Indonesia telah mengalami 4 kali


perubahan sebagaimana tersebut di dalam tabel berikut:

Tabel 2.2. Dinamika Penetapan Wilayah Sungai di Indonesia

No Dasar Penetapan Status WS Jumlah


WS
1 Permen PU No. 39  15 WS Lintas Provinsi 90 WS
Tahun 1989  73 WS Lintas Kabupaten/Kota
 2 WS dikelola BUMN
2 Peraturan Menteri PU No.  5 WS Lintas Negara 133 WS
11A /PRT /M /2006 tanggal  27 WS Lintas Provinsi
26 Juni 2006  37 WS Strategis Nasional
 51 WS Lintas Kabupaten/Kota
 13 WS Dalam Kabupaten/Kota
3 Keputusan Presiden RI  5 WS Lintas Negara 131 WS
No. 12 Tahun 2012  29 WS Lintas Provinsi
 29 WS Strategis Nasional

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 28


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

 53 WS Lintas Kabupaten/Kota
 15 WS Lintas Kabupaten/Kota
4 Peraturan Menteri PUPR  5 WS Lintas Negara 128 WS
No.04 /PRT /M /2015  31 WS Lintas Provinsi
Tentang Kriteria dan  28 WS Strategis Nasional
Penetapan Wilayah Sungai  52 WS Lintas Kabupaten/Kota
 12 WS Lintas Kabupaten/Kota

Penetapan WS memiliki implikasi dan konsekwensi social, finansial dan politik bagi
pemerintah pada semua tingkatan baik kabupaten/kota dan provinsi maupun
nasional. Karena itu proses penetapannya perlu dilakukan dengan pertimbangan
secermat mungkin serta ditelaah segala konsekwensinya sebelum ditetapkan.
Pembahasan mengenai pembagian WS dilakukan secara demokratis melalui
serangkaian pertemuan berjenjang antar pihak yang berkepentingan di tingkat
pemerintah kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Pembentukan Wilayah Sungai
ditentukan berdasarkan pada tiga pertimbangan dan kriteria sebagaimana tersebut
di dalam tabel berikut:

Tabel 2.3. Pertimbangan dan Kriteria Pembentukan Wilayah Sungai

No Pertimbangan Kriteria
1 Efektivitas pengelolaan SDA  Mampu memenuhi kebutuhan
konservasi SDA dan pendayagunaan
SDA;dan/atau
 Terhubung oleh prasarana SDA lintas
DAS, atau
 Terhubung oleh CAT
2 Efisiensi pengelolaan SDA  Rentang kendali pengelolaan SDA;dan
3 Keseimbangan pengelolaan  Hak setiap orang untuk mendapatkan air
SDA pada DAS basah dan guna memenuhi kehidupan yang sehat,
DAS kering bersih, dan produktif dapat tercukupi.

Proses pembentukan WS yang ideal dilakukan dengan pendekatan bottom up – top


down yang dimulai dari pembahasan dan penyampaian usulan mengenai batas WS
dari pemerintah kabupaten/kota. Namun rupanya pendekatan bottom up pada
umumnya terkendala oleh keterbatasan sumber daya pengkajian yang tersedia di
tingkat kabupaten/kota. Yang terjadi akhirnya usulan yang ditunggu dari pemerintah
kabupaten/kota itu tidak semuanya siap memenuhi batas waktu yang ditentukan,
sehingga keterlambatan penyampaian usulan ini akan sangat mengganggu.
Dengan pengalaman seperti itu, tatacara penetapan WS di Indonesia ditempuh
melalui pendekatan top down – bottom up dengan tetap membuka kesempatan
konsultasi/komunikasi dua arah antara pusat dan daerah.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 29


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

Usulan penetapan suatu WS harus dilandasi kajian akademis yang


melibatkan beberapa disiplin ilmu. Disiplin ilmu dimaksud sekurang kurangnya
mencakup sosiologi, ekonomi, ekologi, hidrologi dan keairan, geologi, tata ruang
wilayah, serta administrasi pemerintahan. Kajian akademis itu, antara lain meliputi:
a. Kajian terhadap Data dan Peta DAS pada semua pulau
b. Kajian terhadap Data dan Peta Cekungan Air Tanah pada semua pulau
c. Kajian mengenai kondisi hidrologi dan hidrogeologi pada semua pulau
d. Kajian mengenai dinamika demografi pada setiap DAS dan wilayah administratif
e. Kajian mengenai dinamika pemanfaatan ruang pada setiap DAS
f. Kajian mengenai dinamika ketersediaan air dan pemanfaatan air atau analisis
water balance pada setiap DAS
g. Identifikasi ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan SDA antar DAS

Setiap DAS yang diamati kemudian dilakukan pengujian mengenai :


a. Kecukupan SDA dalam memnuhi hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi
dirinya agar dapat hidup sehat dan produktif;
b. Efektifitas pengelolaan SDA di dalam DAS; dan/atau
c. Efisiensi pengelolaan SDA

Pengujian sebagaimana dimaksud pada huruf a, bertujuan untuk mengetahui


potensi air di dalam suatu DAS memiliki kemampuan untuk mencukupi semua jenis
kebutuhan air di wilayahnya sendiri, ataukah dia harus digabungkan pengelolaan
airnya dengan DAS lain yang berada didekatnya.
Pengujian sebagaimana dimaksud pada huruf b, bertujuan untuk mengetahui
pengelolaan SDA di DAS akan efektif memenuhi tujuan pendayagunaan SDA dan
pengendalian daya air;dan/atau telah tersedia prasarana SDA yang
menghubungkan DAS itu dengan DAS lain.

Pengujian sebagaimana dimaksud pada huruf c, bertujuan untuk mengetahui


sejauh mana efisiensi pengelolaan suatu rancangan WS ditinjau dari cakupan luas
wilayahnya dengan kemampuan rentang kendali pengelolaan SDA-nya.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 30


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

Kajian tersebut menghasilkan peta rancangan pembagian WS di seluruh


wilayah Negara Republik Indonesia berikut batas batasnya.
Peta dimaksud kemudian digelar (dioverlay) diatas peta batas wilayah administratif
pemerintahan dengan maksud untuk mengidentifikasi posisi/letak kedudukannya
terhadap batas wilayah administrasi pemerintahan. Analisis tumpuk peta itu
menghasilkan informasi mengenai letak kedudukan tiap tiap WS terhadap wilayah
administrasi pemerintahan, yang dikategorikan sebagai berikut:
a. WS di dalam satu wilayah Kabupaten/Kota
b. Batas WS lintas wilayah Kabupaten/Kota
c. WS lintas wilayah Provinsi, dan
d. WS lintas wilayah Negara.

WS yang termasuk dalam kategori sebagaimana huruf a dan huruf b,


kemudian diuji lagi apakah diantara WS tersebut ada yang memenuhi syarat untuk
dinyatakan sebagai WS Strategis Nasional atau tidak. Pengujian dilakukan
berdasarkan 4 (empat) parameter sebagaimana diatur dalam ketentuan yang
tercantum di dalam pasal 11 PP No. 42/2008, yaitu:
a. Ukuran dan besarnya potensi SDA pada WS;
b. Banyaknya sektor dan jumlah penduduk di dalam WS;
c. Potensi dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi terhadap pembangunan
nasional; dan
d. Potensi dampak negatif akibat daya rusak air terhadap pertumbuhan ekonomi.

Keempat parameter tersebut bersifat akumulatif (bukan bersifat alternatif)


dalam arti harus terpenuhi semuanya. Setiap parameter dinilai berdasarkan kriteria
sebagaimana tersebut di dalam tabel berikut :

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 31


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

Tabel 2.4. Kriteria Penilaian WS Strategis Nasional


No Parameter Kriteria Penilaian
1 Ukuran dan  Lebih besar atau sama dengan 20% dari potensi SDA
besarnya potensi pada provinsi.
SDA pada WS
2 Banyaknya  Paling sedikit terkait dengan 16 sektor; dan
sektor dan  Paling sedikit 30% dari jumlah penduduk pada
jumlah penduduk provinsi.
di dalam WS
3 Besarnya  Sosial:
dampak sosial, a. Paling sedikit 30% dari seluruh tenaga kerja pada
lingkungan, dan tingkat provinsi terpengaruh oleh SDA, atau
ekonomi b. Terdapat pulau kecil atau gugusan pulau kecil
terhadap yang berbatasan dengan wilayah negara lain.
pembangunan  Lingkungan:
nasional a. Terdapat keanekaragaman hayati yang spesifik
dan langka pada sumber air yang perlu dilindungi
menurut konvensi internasional,
b. Rasio debit air maksimum dan debit minimum rata-
rata tahunan pada sungai utama melebihi 75, atau
c. Kebutuhan air dan ketersediaan air andalan setiap
tahun pada wilayah sungai yang bersangkutan
melampaui angka 1,5
 Ekonomi:
a. Terdapat paling sedikit ada 1 daerah irigasi yang
luasnya lebih besar atau sama dengan 10.000 ha;
b. Paling sedikit ada 20% industri di provinsi yang
produktivitasnya tergantung pada SDA; atau
c. Terdapat PLTA yang produksi listriknya terhubung
dengan jaringan listrik lintas provinsi dan/atau
terhubung kedalam jaringan transmisi nasional.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 32


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

4 Potensi dampak  Menimbulkan kerugian ekonomi paling sedikit 1% dari


negatif akibat produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tingkat
daya rusak air provinsi.
terhadap
pertumbuhan
ekonomi

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 33


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

MATERI POKOK 3
KETERPADUAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU

Indikator keberhasilan : setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan


mampu menjelaskan keterpaduan dalam pengelolaan sumber daya air terpadu.

3.1 Keterpaduan Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu

Penjelasan Umum UU No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah


menyatakan bahwa pasal 1 Undang Undang Dasar (UUD) 1945 menyatakan bahwa
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republic. Konsekuensi
logis sebagai negara kesatuan adalah dibentuk pemerintah Negara Indonesia
sebagai pemerintah nasional sebagai langkah pertama, dan kemudian pemerintah
nasional tersebut membentuk Daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. Kemudian pasal 18 ayat (2) dan ayat (5) UUD 1945 menyatakan bahwa
Pemerintah Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan
Pemerintahan menurut Asas Otonomi dan Tugas Pembantuan dan diberikan
otonomi yang seluas-luasnya.

Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah dilaksanakan


berdasarkan prinsip negara kesatuan. Dalam negara kesatuan, kedaulatan hanya
ada pada pemerintahan negara atau pemerintahan nasional dan tidak ada
kedaulatan pada Daerah. Oleh karena itu, seluas apapun otonomi yang diberikan
kepada Daerah, tanggung jawab akhir penyelenggaraan Pemerintah Daerah akan
tetap ada ditangan Pemerintah Pusat. Untuk itu Pemerintahan Daerah pada negara
kesatuan merupakan satu kesatuan dengan Pemerintahan Nasional.

Sejalan dengan itu, kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh Daerah
merupakan bagian integral dari kebijakan nasional. Pembedanya adalah terletak
pada bagaimana memanfaatkan kearifan, potensi, inovasi, daya saing, dan
kreatifitas Daerah untuk mencapai tujuan nasional tersebut di tingkat lokal yang
pada gilirannya akan mendukung pencapaian tujuan nasional secara keseluruhan.
Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 34


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

Agar pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah


berjalan sesuai dengan kebijakan nasional maka Presiden berkewajiban untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah. Presiden sebagai pemegang kekuasaaan pemerintahan dibantu oleh
menteri negara dan setiap menteri bertanggung jawab atas urusan pemerintahan
tertentu dalam pemerintahan. Sebagian urusan pemerintahan yang menjadi
tanggung jawab menteri tersebut yang sesungguhnya diotonomikan ke Daerah.

Konsekuensi menteri sebagai pembantu Presiden adalah kewajiban menteri


atas nama Presiden untuk melakukan pembinaan dan pengawasan agar
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah berjalan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan. Agar tercipta sinergi antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
kementerian/Lembaga pemerintah nonkementerian berkewajiban membuat norma,
standar, prosedur, dan kriteria (NSPK) untuk dijadikan pedoman bagi Daerah dalam
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang diserahkan ke Daerah dan menjadi
pedoman bagi kementerian/Lembaga pemerintah nonkementerian untuk
melakukan pembinaan dan pengawasan.

Presiden melimpahkan kewenangan kepada Menteri sebagai koordinator


pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Kementerian/lembaga pemerintahan nonkementerian melakukan pembinaan dan
pengawasan yang bersifat teknis. Mekanisme tersebut diharapkan mampu
menciptakan harmonisasi antar kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian
dalam melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintah
Daerah secara keseluruhan.

Sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945, terdapat Urusan Pemerintahan


yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat yang dikenal dengan
istilah urusan pemerintahan absolut dan ada urusan pemerintahan konkuren.
Urusan pemerintahan konkuren terdiri dari atas Urusan Pemerintahan Wajib dan
Urusan Pemerintahan Pilihan yang dibagi antara Pemerintah Pusat, Daerah
provinsi, dan Daerah kabupaten/kota. Urusan Pemerintahan Wajib dibagi dalam
Urusan Pemerintahan Wajib yang terkait Pelayanan Dasar dan Urusan
Pemerintahan Wajib yang tidak terkait Pelayanan Dasar. Untuk Urusan
Pemerintahan Wajib dibagi dalam Urusan Pemerintahan Wajib yang terkait
Pelayanan Dasar ditentukan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk menjamin
hak-hak konstitusional masyarakat.

Pasal 12 ayat (1) UU No.23/2014 menyatakan bahwa Urusan Pemerintahan


Wajib yang terkait Pelayanan Dasar, meliputi:

a. Pendidikan;
b. Kesehatan;
c. Pekerjaan umum dan penataan ruang;

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 35


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

d. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman;


e. Ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat; dan
f. Sosial

Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Daerah provinsi dengan


Daerah kabupaten/kota walaupun sama Urusan Pemerintahannya, tetapi
perbedaannya akan nampak dari skala atau ruang lingkup Urusan Pemerintahan
tersebut. Walaupun Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota mempunyai
Urusan Pemerintahan masing-masing yang sifatnya tidak hierarki, namun tetap
akan terdapat hubungan antara Pemerintah Pusat, Daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota dalam pelaksanaanya dengan mengacu pada NSPK yang dibuat
oleh Pemerintah Pusat. Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara
Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta Daerah kabupaten/kota, didasarkan
pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan strategis
nasional. (Ps 13 ayat 1 UU 23/2014)

Mengingat kondisi geografis wilayah RI yang sangat luas, maka untuk


efektifitas dan efisiensi pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota, Presiden
sebagai penanggung jawab akhir pemerintahan secara keseluruhan melimpahkan
kewenangannya kepada gubernur untuk bertindak atas nama Pemerintah Pusat
untuk melakukan pembinaan dan pengawasan kepada Daerah kabupaten/kota
agar melaksanakan otonominya dalam koridor NSPK yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat. Untuk efektifitas pelaksanaan tugasnya selaku Wakil
Pemerintah Pusat, gubernur dibantu oleh perangkat gubernur sebagai Wakil
Pemerintah Pusat. Karena perannya sebagai Wakil Pemerintah Pusat maka
hubungan gubernur dengan Pemerintah Daerah kabupaten/kota bersifat hierarkis.
(Penjelasan Umum UU 23/2014).

Sinergi Urusan Pemerintahan di bidang pengelolaan SDA akan melahirkan


sinergi kelembagaan antara Pemerintah Pusat dan Daerah karena setiap
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian akan tahu siapa pemangku
kepentingan (stakeholder) dari kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian
tersebut di tingkat provinsi dan kabupaten/kota secara nasional. Sinergi Urusan
Pemerintahan dan kelembagaan tersebut akan menciptakan sinergi dalam
pengelolaan SDA antara kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian
dengan Daerah untuk mencapai target nasional. Manfaat lanjutannya adalah akan
tercipta penyaluran bantuan yang terarah dari kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian terhada Daerah-Daerah yang menjadi stakeholder utamanya untuk
akselerasi realisasi target nasional.

Selanjutnya, ketentuan sebagaimana tersebut di dalam pasal 13 ayat (2) UU


23/2014 dinyatakan bahwa Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat adalah meliputi:

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 36


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah provinsi atau lintas


negara;
b. Urusan Pemerintahan yang penggunaannya lintas Daerah provinsi atau
lintas negara;
c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah
provinsi atau lintas negara;
d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien
apabila dilakukan oleh Pemerintah Pusat; dan/atau
e. Urusan Pemerintahan yang perannya strategis bagi kepentingan nasional.

Sejalan dengan ketentuan tersebut diatas, dalam lempira huruf C UU


No.23/2014 dinyatakan bahwa Pengelolaan SDA yang terletak pada:

 WS lintas negara, lintas provinsi, dan WS Strategis Nasional menjadi tanggung


jawab dan wewenang Pemerintah (pusat),
 WS lintas kabupaten/kota menjadi tanggung jawab dan wewenang pemerintah
provinsi, dan Pengelolaan SDA
 WS dalam satu kabupaten/kota menjadi tanggung jawab dan wewenang
pemerintah kabupaten/kota yang bersangkutan.

Pembagian wewenang dan tanggung jawab pengelolaan SDA sebagaimana


telah diatur di dalam UU No.23/2014 itu harus dilaksanakan secara konsekwen dan
konsisten, dalam arti bahwa kewenangan pengelolaan SDA yang sudah ditentukan
sebagai tanggung jawab Pemerintah Pusat tidak dapat dipecah pecah lagi menurut
orde sungai. Misalnya, hanya karena pertimbangan pragmatis atau karena ada
ketidakmampuan menangani, tiba tiba muncul gagasan atau pikiran untuk
melepaskan sebagian urusan pengelolaan SDA pada WS. Urusan pengelolaan
SDA yang semula menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Pusat ingin
dipecah lagi dengan skema bahwa Pemerintah Pusat hanya bertanggung jawab
mengelola sungai induk saja, sedangkan pengelolaan anak anak sungai yang kecil
menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah yang bersangkutan tanpa
memperhitungkan konsekwensi pengoperasian air yang akan dipenggal penggal
itu, dan belum tentu pula mempertimbangkan implikasinya terhadap Daerah yang
tiba tiba akan menerima penyerahan tanggung jawab. Apapun alasannya, bahwa
gagasan atau pikiran semacam itu seharusnya perlu dicegah, karena hal itu justru
merupakan bentuk pengabaian atau pengingkaran terhadap tujuan esensial
pembentukan dan penetapan WS.

Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan SDA, Kementerian Pekerjaan


Umum pada akhir tahun 2005 membentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT)
pengelolaan SDA pada setiap WS yang ada dalam lingkup tanggung jawabnya.
UPT ini diberi nama Balai Besar Pengelolaan WS (BBWS) dan Balai Wilayah
Sungai (BWS).

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 37


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

Sebagai organ kepanjangan tangan Pemerintah (Pusat), BBWS dan BWS


bertugas melaksanakan pengelolaan SDA di WS. Tugas dimaksud meliputi
perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan dalam rangka
konservasi, dan pendayagunaan SDA dan pengendalian daya rusak air pada
sungai, pantai, bendungan, danau, situ, embung, dan sumber air lainnya, irigasi,
tambak, air tanah, dan air baku serta pengelolaan drainase utama perkotaan.
Wilayah kerja dan tanggung jawab BBWS dan BWS lebih dominan di area JSA dan
sebagian area JPA.

Begitu pula sebagian pemerintah provinsi malah ada yang lebih dulu
membentuk UPTD dengan nama Balai Pengelolaan SDA (BPSDA) pada WS yang
menjadi kewenangan provinsi. Wilayah kerja dan tanggung jawab BPSDA lebih
dominan di area JSA (Jaringan Sumber Air) dan sebagian area JPA (Jaringan
Pemanfaatan Air khususnya jaringan irigasi).

Sedangkan pengelolaan SDA pada WS yang menjadi wewenang pemerintah


kabupaten/kota, dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengelolaan SDA di wilayah
kabupaten/kota yang bersangkutan.

Di lingkungan kementerian lain pun juga dibentuk UPT untuk melaksanakan


urusan pemerintahan yang menjadi wewenang dan tanggung jawab
kementerian/lembaga non-kementerian. Misalnya di Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan terdapat UPT yang diberi nama Balai Pengelolaan DAS
(BPDAS) dan sekarang menjadi Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung
(BPDASHL). BPDASHL bertugas melaksanakan penyusunan rencana,
pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan serta konservasi tanah dan air,
pengembangan kelembagaan, pengendalian kerusakan perairan darat, dan
evaluasi pengelolaan DAS dan hutan lindung. Wilayah kerja dan tanggung jawab
BPDASHL lebih dominan di area DTA (Daerah Tangkapan Air).

Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Pemerintah


Pusat diselenggarakan:

a. Sendiri oleh Pemerintah Pusat;


b. Dengan cara melimpahkan sebagian urusan pengelolaan SDA kepada
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat atau kepada Instansi Vertikal yang
ada di Daerah berdasarkan asas Dekonsentrasi; atau
c. Dengan cara menugasi Daerah berdasarkan asas Tugas Pembantuan. (Pasal
19 ayat (1) UU 23/2014)

Tata laksana penugasan oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah


berdasarkan asas Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud pada huruf c
ditetapkan dengan peraturan menteri/kepala lembaga pemerintah non-kemeterian.
(Pasal 19 ayat (4) UU 23/2014).

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 38


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah provinsi


diselenggarakan :

a. Sendiri oleh Darerah provinsi;


b. Dengan cara menugasi Daerah kabupaten/kota berdasarkan asas Tugas
Pembantuan; atau
c. Dengan cara menugasi Desa. (Pasal 20 ayat (1) UU 23/2014)

Penugasan oleh Daerah provinsi kepada Daerah kabupaten/kota


berdasarkan asas Tugas Pembantuan sebagaimana dimaksud pada huruf b, dan
kepada Desa sebagaimana dimaksud pada huruf c ditetapkan dengan peraturan
gubernur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 20 ayat
(2) UU 23/2014).

Urusan Pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah


kabupaten/kota diselenggarakan sendiri oleh Daerah kabupaten/kota atau dapat
ditugaskan sebagian pelaksanaannya kepada Desa. (Pasal 20 ayat (3) UU 23/2014.

Penugasan oleh Daerah kabupaten/kota kepada Desa sebagaimana


dimaksud pada huruf c ditetapkan dengan peraturan bupati/wali kota sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal 20 ayat (4) UU 23/2014.

Yang dimaksud dengan Tugas Pembantuan adalah penugasan dari


Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah
Daerah provinsi kepada Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian
Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi. (Pasal 1 angka
11 UU 23/2014).

Yang dimaksud dengan Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan


Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur
sebagai wakil Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu,
dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan
pemerintahan umum. Anggaran untuk melaksanakan Tugas Pembantuan
disediakan oleh yang menugasi. (Pasal 22 ayat (3) UU 23/2014)
Untuk mencapai kinerja pengelolaan SDA yang lebih optimal, perlu
dipertimbangkan bahwa pelaksanaan sebagian urusan pengelolaan SDA yang
menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Pusat dapat ditugaskan
kepada pemerintah Daerah provinsi atau kabupaten/kota berdasarkan pelaksanaan
asas tugas pembantuan sesuai dengan ketentuan UU 23/2014. Anggaran untuk
melaksanakan Tugas Pembantuan disediakan oleh yang menugasi. (Pasal 22 ayat
3 UU 23/2014).

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 39


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

Sedangkan pelaksanaan sebagian urusan pengelolaan SDA yang bersifat


rutin atau menerus dapat dilimpahkan oleh Pemerintah Pusat kepada gubernur atau
instansi vertikal (UPT Pusat) berdasarkan pelaksanaan asas dekonsentrasi sesuai
dengan ketentuan UU 23/2014. Penugasan dan pelimpahan sebagian urusan
pengelolaan SDA harus dipertimbangkan atas dasar kemampuan dan kesiapan
pihak penerima tugas dan penerima pelimpahan.
Penugasan dan pelimpahan sebagian urusan pengelolaan SDA dari
Pemerintah Pusat kepada Daerah, selain akan lebih mendekatkan pelayanan
kepada masyarakat, dimaksudkan juga untuk membangun jalinan hubungan yang
lebih harmonis antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi dan
pemerintah Daerah kabupaten/kota. Dengan mempertimbangkan keterbatasan
kemampuan dan sumber daya aparatur desa, barangkali pemerintahan desa dapat
dipertimbangkan untuk diberikan penugasan melaksanakan sebagian urusan
pengelolaan SDA tertentu sesuai dengan kapasitasnya, misalnya pemberdayaan
masyarakat dan pelaksanaan sebagian pemeliharaan rutin prasarana dan sarana
SDA.
Gambaran mengenai garis besar letak sebagian urusan pengelolaan SDA
yang memungkinkan untuk ditugaskan (melalui tugas pembantuan) kepada
pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota, atau
dilimpahkan (melalui asas dekonsentrasi) kepada gubernur.
Penyelenggaraan urusan pengelolaan SDA yang menjadi wewenang dan
tanggung jawab Pusat yang pelaksanaannya tidak boleh ditugaskan (tugas
pembantuan) kepada Pemerintah Daerah Provinsi atau Pemerintah Daerah
kabupaten/kota atau dilimpahkan kepada Gubernur (asas dekonsentrasi), misalnya:
1. Pengelolaan sumber air (sungai, danau, rawa) pada DAS lintas provinsi, lintas
negara, atau sumber air yang menjadi batas provinsi atau negara.
2. Pengelolaan jaringan irigasdi primer dan sekunder pada DI lintas provinsi, lintas
negara, atau yang menjadi batas provinsi atau negara.
3. Pembangunan dan pengelolaan prasarana SDA lintas provinsi atau prasarana
SDA yang manfaatnya lintas provinsi.
4. Pembangunan dan pengelolaan prasarana SDA yang terkait dengan
kepentingan nasional (sumber air pada DAS utama)
5. Penanggulangan dan pemulihan akibat BENCANA NASIONAL (yang terkait
dengan daya rusak air).

Dalam hal Pemerintah Daerah provinsi atau Pemerintah Daerah


kabupaten/kota tidak melaksanakan sebagian urusan pengelolaan SDA yang
menjadi kewenangannya sehingga berpotensi membahayakan kepentingan umum
atau karena adanya sengketa antar daerah, pemerintah diatasnya wajib mengambil
alih untuk sementara waktu melalui Satuan Tugas Bantuan Teknis yang dibentuk
guna mencegah terjadi kesenjangan pelayanan kepada masyarakat.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 40


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

PENUTUP

A. Simpulan
Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan
manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam
segala bidang. Adanya ketidakseimbangan antara ketersediaan air dengan
kebutuhan air maka sumber daya air wajib dikelola dengan memperhatikan fungsi
sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras.

Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,


memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya ai, pengendalian daya rusak air, pemberdayaan
masyarakat dan sistem informasi sumber daya air. Pengelolaan sumber daya air
perlu diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan keterpaduan yang harmonis
antarwilayah, antarsektor dan antargenerasi.

Berdasarkan pemaparan di atas, pengelolaan SDA terpadu yang diberikan kepada


CPNS Angkatan 2017 khususnya dalam pelaksanaan Pelatihan Orientasi Terpadu
dengan tujuan untuk pemberian wawasan dan pengetahuan dasar sehingga
diharapkan CPNS yang bersangkutan mengetahui dan mengetahui pengelolaan
SDA terpadu dalam melaksanakan pekerjaan pada sektor-sektor sumber daya air.

B. Tindak Lanjut
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas lanjutan
untuk dapat memahami detail orientasi terpadu dalam tata kelola dan ruang lingkup
bidang sumber daya air dan ketentuan pendukung terkait lainnya, sehingga memiliki
pemahaman yang komprehensif mengenai pelatihan yang dilaksanakan.

Selain itu, diharapkan Narasumber/Fasilitator bersama-sama dengan Peserta


dan/atau secara sendiri membuat rangkuman atau simpulan dari pembelajaran,
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan
hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 41


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan diskusi dan/atau memberikan


tugas baik individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar Peserta.

Diharapkan setelah memperoleh pembelajaran dari modul ini Peserta dapat


melakukan pengayaan dengan materi yang berkaitan dengan pengelolaan SDA
terpadu dan juga perlu dipelajari tentang pengelolaan sumber daya air yang
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan perkembangan
teknologi saat ini.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 42


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

EVALUASI FORMATIF

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan diakhir pembahasan modul


pengelolaan SDA terpadu pada Pelatihan Orientasi Terpadu. Evaluasi ini
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta pelatihan
terhadap materi yang disampaikan dalam modul.

A. Soal
Anda diminta untuk memilih salah satu jawaban yang benar dari petanyaan-
pertanyaan di bawah ini!
1. …..
a.
b.
c.
d.
e.
2. …..
a.
b.
c.
d.
e.
3. …..
a.
b.
c.
d.
e.
4. ….
a.
b.
c.
d.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 43


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

e.
5. …..
a.
b.
c.
d.
e.

B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta pelatihan terhadap materi yang di
paparkan dalam materi pokok, gunakan rumus berikut :

Jumlah Jawaban Yang Benar


𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑠𝑎𝑎𝑛 = × 100 %
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan :


90 - 100 % : baik sekali
80 - 89 % : baik
70 - 79 % : cukup
< 70 % : kurang

Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat
mengetahui dan memahami pengelolaan SDA terpadu. Proses berbagi dan diskusi
dalam kelas dapat menjadi pengayaan akan materi pengelolaan SDA terpadu.
Untuk memperdalam pemahaman terkait materi pengelolaan SDA terpadu,
diperlukan pengamatan pada beberapa modul-modul mata pelatihan terkait atau
pada modul-modul yang pernah Anda dapatkan serta melihat variasi-variasi modul-
modul yang ada pada media internet. Sehingga terbentuklah pemahaman yang utuh
akan materi-materi yang disampaikan dalam Pelatihan Orientasi Terpadu.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 44


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

DAFTAR PUSTAKA

BIE, CD. Soemarto. (1997). Hidrologi Teknik. Malang : Pusat Pendidikan


Manajemen Teknologi Terapan.

Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

Kodoarie, Robert J & Roestam Sjarief. (2005). Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Linsley, Ray K., Frazini, Joseph B., & Djoko Sasongko. (1995). Teknik Sumber
Daya Air. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Linsley, Ray K., Kohler, Max A., & Joseph L. H. Paulhus. (1986). Hidrologi Untuk
Insinyur. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Notodihardjo, Mardjono. (1989). Pengembangan Wilayah Sungai Di Indonesia.


Jakarta : Badan Penerbit PU.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11A Tahun 2006 tentang Pembagian
Wilayah Sungai.

Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1991 tentang Sungai.

Suripin. (2002). Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Undang - Undang RI No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

GLOSARIUM

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi


Modul 2 Pengelolaan SDA Terpadu

KUNCI JAWABAN

Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kata kunci dari setiap butir
pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan
maksud agar peserta pelatihan dapat mengukur kemampuan diri sendiri.

Adapun kunci jawaban dari soal evaluasi formatif, sebagai berikut :


1.
2.
3.
4.
5.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi

Anda mungkin juga menyukai