Anda di halaman 1dari 12

MASYARAKAT MADANI

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu :

Farihul Lutfi, M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. Mar’atus Sholeha Nestyti (12405193049)


2. Agnum Retno Wulandari (12405193063)
3. Dita Rizqi Marliana (12405193067)
4. Litha Septiana Nurkhasanah P. (12405193079)

SEMESTER 1

JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH KELAS 1B

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

OKTOBER 2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karna telah memberikan
kelancaran dan kemurahan-Nya teradap kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah “Pendidikan Kewarganegaraan” dalam bentuk makalah, sholawat serta salam semoga
senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuan yamg terbatas, maka makalah yg berjudul “Masyarakat Madani” ini, masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyemurnaan pembutan makalah ini, kami berharap dari makalah yang kami susun ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami maupun pembaca. Amin.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Tulungagung, 26 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I : PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan Penulisan 1
BAB II : PEMBAHASAN 2

A. Pengertian Masyarakat Madani 2


B. Ciri-ciri Masyarakat Madani 3
C. Tujuan Masyarakat Madani 4
D. Masyarakat Madanidan Demokrasi 5

BAB III : PENUTUP 8

A. Kesimpulan 8
B. Saran 8
DAFTAR RUJUKAN 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Mengkaitkan Islam dengan istilah masyarakat madani (civilized society) akan
timbul beberapa pertanyaan atau barangkali akan juga disebut problematik. Di suatu
sisi, hal itu akan dianggap sebagai apologetik, lantaran istilah civil society adalah
western terminologi (istilah dari Barat). Di sisi lain, berbicara mngenai masyarakat
yang mayoritasnya muslim tidak lepas dari ajaran agamanya. Akan tetapi, bia pula
terjadi bahwa anggapan apologetik itu akan membangkitkan kita untuk mengaji lebih
dalam tentang ajaran Islam itu sendiri dan sejarah masyarakatnya. Jika berbicara
tentang sejarah Islam, suharusnya bukan hanya terhenti pada sasaran praktek
masyarakat Islam, namun sekaligus harus secara mendasar mencakup sejarah
pemikiran, meskipun tidak atau belum terpraktekkan dalam kehidupannyata oleh
pemeluknya. Dengan cara seperti inilah kita akan berusaha untuk mengungkap nilai-
nilai dari kandungan Islam.

2. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian masyarakat madani ?
B. Apa saja ciri-ciri masyarakat madani ?
C. Bagaimana tujuan masyarakat madani ?
D. Bagaimana hubungan masyarakat madani dan demokrasi ?

3. Tujuan Penelitian
A. Agar dapat mengetahui pengertian masyarakat madani.
B. Agar dapat mengetahui ciri-ciri masyarakat madani.
C. Agar mengetahui tujuan masyarakat madani.
D. Agar mengetahui tentang masyarakat madani dan demokrasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat Madani


Masyarakat madani merupakan istilah yang populer digunakan untuk
menjelaskan tentang civil society versi Islam, terutama berkaitan dengan pengaturan
aspek kemasyarakatan dalam islam. Terminologi masyarakat madani merupakan
terjemah dari “mujtama madani” (bahasa Arab), yang diperkenalkan oleh Prof. Naquib
al-Attas, seorang ahli sejarah dan peradaban Islam dari Malaysia.
Di Indonesia, istilah masyarakat madani dipopulerkan oleh Nurcholis Madjid,
yang merujuk pada masyarakat Islam yang dibangun Nabi di Madinah. Istilah madani
merujuk pada kata madaniyah yang artinya peradaban. Karna masyarakat madani
berasosiasi (bergabung) dengan peradaban.
Menurut KBBI, Masyarakat madani adalah masyarakat yang menjunjung tinggi
nilai, norma, serta hukum yang ditopang oleh penguasaan iman, ilmu dan teknologi
peradaban.
Mambicarakan masyrakat madani adalah membicarakan masalah kehidupan
politik suatu bangsa, apakah bangsa itu sudah demokratis atau masih otoriter. Masyarakat
madani adalah sebuah entitas yang menjadi pendukung utama bagi terwujudnya suatu
kehidupan politik yang demokratis. Apabila suatu negara masih menganut sistem politik
yang otoriter dan diktator, maka mustahil akan muncul suatu kekuatan masyarakat
madani yang kuat, meski kekuatan masyarakat-masyarakat madani itu ada, tapi tidak bisa
eksis dan bahkan untuk sekedar menjadi dirinya sendriri saja amat sulit, masyarakat
madani berkaitan erat dengan proses demokratisasi yang berlangsung dalam masyarakat,
ia merupakan musuh “bebuyutan” dari rezim otoriter-diktator.1
Istilah “masyarakat madani” sendiri pertama kali dikenalkan dalam ceramah
Timbalan P.M. Malaysia, Anwar Ibrahim dalam Festival Istiqlal 1995. Di sini, agama
merupakan sumber, peradaban adalah prosesnya, dan masyarakat kota adalah hasilnya.
Dengan demikian, maka civil society diterjemahkan sebagai “masyarakat madani” yang
mengandung tiga hal, yakni agama, peradaban dan perkotaan.
Ada beberapa pendapat tentang masyarakat madani yaitu:
1. Menurut Bell

1
Syarifudin Jurdi,Pemikiran Politik Islam Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008), hal.533-534

2
Yaitu Keputusan-keputusan sayongyan diambil secara local dan tidak dikontrol
oleh Negara dan birokrasinya.
2. Menurut Taylor
Yaitu bagian dari perjuangan yang berkelanjutan untuk memperoleh kebebasan
dalam dunia modern.
3. Menurut Waltzer
Yaitu bahwa masyarakat Madani ini dalam rangka memperoleh sintesa nilai-nilai
yang berbeda dalam rangka mencari kehidupan yang bagus.

B. Ciri-ciri Masyarakat Madani


Adapun ciri-ciri masyarakat Madani yaitu:
1. Menjunjung tinggi nilai
2. Memiliki peradapan yang tinggi
3. Mengedepankan kesederajatan dan transparansi
4. Ruang lingkup publik yang bebas
5. Supremasi hukum
6. Keadilan sosial
7. Partisipasi sosial
Menurut Nurcholis ciri mendasar dari masyarakat madani yang dibangun Nabi
adalah egaliterianisme/kesederajatan, penghargaan pada orang lain berdasarkan prestasi
(bukan kesukuan, ras atau sejenisnya), keterbukaan seluruh partisipasi seluruh anggota
masyarakat, penegakan hukum dan keadilan, toleransi dan pluralisme, serta prinsip
musyawarah.
Ide masyarakat Madani bukan hanya untuk satu bentuk, namun sering digunakan
untuk tiga hal yang berbeda, meskipun dalam beberapa hal terjadi overlapping,
sebagaimana dikemukakan oleh Adam Seligman, sebagai berikut:
(1). Masyarakat Madani digunakan untuk slogan politik, yakni sebagai slogan gerakan
dan partai yang bermacam-macam . Sementara itu di Barat,dengan dalih untuk
perwujudan istilah tersebut, kelompok atau perorangan dapat dengan leluasa mengritik
kebijakan pemerintahnya.
(2). Masyarakat Madani digunakan oleh ilmuwan sosial sebagai konsep anasilis,yaitu
untuk menjelaskan bentuk-bentuk tertentu tentang fenomena sosial atau organisasi sosial.
Kini lebih terkenal untuk menjelaskan bentuk organisai sosial kaitannya dengan
demokrasi dan kewarganegaraan.

3
(3). Masyarakat Madani merupakan istilah yang berkaitan dengan konsep-konsep
normatif yang filosofis: sebagai konsep ideal yang etis, yakni suatu visi keteraturan
social yang membawa kita mengarah pada terciptanya visi kehidupan yang baik.2
Sedangkan Hall memberi defisi Masyarakat Madani, dengan ungakapanya:
Masyarakat Madani adalah bentuk khusus masyarakat yang menghargai perbedaan social
dan mampu membatasi pembinasaan kekuasaan politik.

C. Tujuan Masyarakat Madani


Terdapat beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat
madani, yakni adanya democratic governance (pemerintahan demokratis yang dipilih dan
berkuasa secara demokratis) dan democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggup
menjunjung nilai-nilai keamanan sipil (civil security), tanggung jawab sipil (civil
responsibility), dan ketahanan sipil (civil resilience).
Apabila diurai, dua kriteria tersebut menjadi tujuah prasyarat masyarakat madani,
yaitu:
a. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.
b. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (social capital)
yang kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan tugas-tugas kehidupan
dan terjalinya kepercayaan dan relasi sosial antarkelompok.
c. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan atau dengan kata
lain terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial.
d. Adanya hak, kemampuan, dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga-lembaga
swadaya untuk terlibat dalam berbagai forum, sehingga isu-isu kepentingan bersama
dan kebijakan publik dapat dikembangkan.
e. Adanya persatuan antarkelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya sikap saling
menghargai perbedaan antarbudaya dan kepercayaan.
f. Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga-lembaga
ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan berkeadilan sosial.
g. Adanya jaminan, kepastian, dan kepercayaan antara jaringan-jaringan
kemasyarakatan yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan komunikasi
antarmasyarakat secara teratur, terbuka, dan terpercaya.3
2
A Qodri Azizy,Melawan Globalisasi Reintrepetasi Ajaran Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004),
hal.130
3
Angga Sopiana “Tujuan Masyarakat Madani”, dalam http://www.sridianti.com/tujuan-masyarakat-
madani.html ,diakses 23 Oktober 2019

4
Tanpa prasyarat tersebut, masyarakat madani hanya akan berhenti pada jargon.
Masyarakat madani akan terjerumus pada kekuasaan masyarakat sipil yang sempit. Hal
tersebut tidak ubahnya dengan sistem militerisme yang antidemokrasi dan sering
melanggar hak asasi manusia.

Dengan kata lain, ada beberapa rambu-rambu yang perlu diwaspadai dalam
proses mewujudkan masyarakat madani. Rambu-rambu tersebut dapat menjadi jebakan
yang menggiring masyarakat menjadi sebuah semangat kelompok yang bertolak
belakang dengan semangat negara-bangsa.

D. Masyarakat Madani dan Demokrasi


Masyarakat Madani menginginkan tegaknya demokrasi, keadilan hukum dan
ekonomi yang Islami dalam berbagai sisi kehidupan.
Dengan mengutip dari Dahl dan Lijphart tentang masyrakat Madani yang
karakteristiknya identik dengan demokrasi. Mengapa memakai istilah MM tidak
demokrasi, terutama sekali di Eropa Timur sejak kemerdekaannya dari penjajah dari
elite bangsanya sendiri di tahun 1987-1989? Hal ini terjadi oleh karena istilah MM
dianggap lebih netral, tidak terkorupsi oleh pemerintah di Eropa Timur. Di Negara
komunis, para penguasanya juga memeakai istilah demokrasi untuk menyebut system
pemerintahan di negaranya. Atau meminjam istilah John Hall,demokrasi dapat diambil
keputusan dengan cara tidak beradab. Istilah MM dianggap lebih netral dan lebih
menarik untuk dijadikan semboyan perbaikan sistem politik dan pemerintahan, sehingga
lebih menarik untuk dijadikan tema pembahasan.4
Dalam tatanan civil society yang demokratis, setiap individu diberikan kebebasan
untuk bergerak diruang publik untuk menentukan afiliasi keagamaan atau sentimen
lainnya. Oleh karena itu diberikan, kebebasan bagi partisipasi politik dalam pembuatan
dan kebijakan. Pendapat ini menggunakan partisipasi politik, sebagai kata lain dari
demokrasi, sehingga progam pembangunan yang dibangun oleh pemerintah Indonesia
pasca Orde Baru tidak bersifat top down melainkan bersifat buttom up.
Civil society yang kadang diterjemahkan kadalam bahasa Indonesia dengan arti
Masyarakat Sipil, dan realitanya konsep masyarakat sipil sebenarnya masih merupakan
bentuk turunan dari konsep demokrasi. Sebab, konsep masyarakat sipil masih belum
beranjak dari ide dasar demokrasi, yakni kedaulatan dan kekuasaan di tangan rakyat.

4
A Qodri Azizy,Melawan Globalisasi..., hal.134-135

5
Kalau disini ditarik suatu pemahaman yang berciri ke Indonesiaan yakni,
masyarakat madani (civil society) itu adalah suatu masyarakat yang memiliki
kemerdekaan penuh dalam menentukan jalan hidup bangsa yang bersangkutan, bebas
dari tekanan pihak pemerintah, namun segala hal ihwal dalam kehidupan bernegara itu
dilandasi oleh hukum yang berkeadilan.
Karena dalam kehidupan politik, ekonomi dan hak untuk menentukan
kepemimpinan negara itu tidak keluar dari koridor hukum. Untuk Indonesia ruh dari
hukum itu sendiri hanya Pancasila yang dipahami secara murni dan konsekwen, tidak
melenceng dari sumber – sumber aslinya yakni budaya bangsa Indonesia. Maka dari itu
sangatlah keliru jika ada pihak yang menganggap bahwa sosialisme ala Indonesia itu
adalah sama persis dengan sosialisme yang berkembang di negeri – negeri barat atau
yang terdapat dalam konsepsi para cendekiawan maupun para filosof barat. Alasannya
penulis yakin dengan teori Ibnu Khaldun yang mengatakan bahwa “bentuk itu mesti
sesuai materi”, berarti adalah suatu kemustahilan untuk dapat menerapkan suatu ideologi
yang nyata – nyata kontradiksi dengan budaya masyarakat dimana ideologi itu akan
diterapkan.
Masyarakat Indonesia yang sejak zaman dahulu kala sudah nyata–nyata sebagai
masyarakat yang “religius” lantas harus diarahkan kepada suatu ideologi yang
kontradiksi dengan hati nuraninya, niscahya arahan itu agal mengalami kegagalan total,
sebab masyarakat Indonesia yang mayoritasnya adalah muslim, tentu alam pikirannya
tidak akan berjauhan dari nilai – nilai Islam.
Suatu negara demokratis tidaklah mendiskriminasikan warganya untuk terlibat
dalam kegiatan ekonomi, politik, dan agama. Selain itu tidak ada diskriminasi dalam
pemberian kesempatan untuk bekerja dalam menuju kepada kehidupan yang layak dan
manusiawi, termasuk juga dalam hal mendapatkan pendidikan, dan berbagai
sisikehidupan lainnya.
Masyarakat Madani menginginkan tegaknya demokrasi, keadilan dalam hukum,
ekonomi yang Islami (religius) dalam berbagai sisi kehidupan, sedangkan civil society
kering dari nilai-nilai religious karena hanya berlandaskan hasil kajian logika dan
budaya.
Konsep masyarakat madani (Islam) digunakan sebagai alternatif untuk
mewujudkan good government yang dapat diartikan menciptakan suatu masyarakat
harmonis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang pada puncaknya akan
terciptalah masyarakat adil dan makmur.

6
BAB III
PENUTUP

7
A. Kesimpulan
Masyarakat madani adalah masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi
etika dan moralitas , transparan, toleransi, berpotensi, aspiratif bermotivasi,
berpartisipasi, konsisten memiliki bandingan, mampu berkoordinasi, sederhana,
sinkron, integral, mengakui, emansipasi, dan hak asasi, namun yang paling
dominan adalah masyarakat yang demokratis. Masyarakat madani kelembagaan
social yang akan melindungi warga Negara dari perwujudan kekuasaan Negara
yang berlebihan. Bahkan masyarakat madani tiang utama kehidupan politik yang
demokratis. Sebab masyarakat madani tidak saja melindungi warga Negara dalam
berhadapan dengan Negara, tetapi juga merumuskan dan menyuarakan aspirasi
masyarakat.
B. Saran
Bagi para pembaca yang budiman jika ingin menambah wawasan dan ingin
mengetahui lebih jauh maka penyusun mengharapkan dengan rendah hati agar
membaca buku-buku yang berkaitan dengan judul "Masyarakat Madani" dan jika
masih ada yang dibingungkan, dihimbau untuk bertanya kepada ahlinya.

DAFTAR RUJUKAN

8
Rahardjo, M. Dawam. 1999. Masyarakat madani: agama, kelas menengah, dan
perubahan sosial. Jakarta: Pustaka LP3ES
Azizy, A. Qodri. 2004. Melawan Globalisasi Reintrepretasi Ajaran Islam.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Jurdi,Syarifuddin. 2008. Pemikiran Politik Islam Indonesia.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Wawan,Mas’udi. 1999. Masyarakat Madani. Jurnal Ilmu Sosial & Ilmu Politik. 3(2).
http://jurnal.ugm.ac.id
Khalik, Abu Tholib. 2012. Masyarakat Madani dan Sosialisme. 8(3).
http://ejournal.radenintan.ac.id
Sopiana, Angga. 2019. “Tujuan Masyarakat Madani”, dalam
http://www.sridianti.com/tujuan-masyarakat-madani.html , diakses 23 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai