Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Kelas)

Dosen Pengampu : Nur Rochmatul Wachidah, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. Bonggo Pribadi 1911030042


2. Manda Dea Putri 1911030119
3. Mar’atus Mudrikah 1911030120

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas
berkat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS” dengan
baik dan tepat pada waktunnya. Sholawat serta selama kita haturkan kepada
junjungan agung Nabi Besar Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam yang
telah memberikan pedoman kepada kita jalan yang sebenar-benarnya jalan berupa
ajaran agama islam yang begitu sempurna dan menjadi rahmat bagi alam semesta.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari beberapa pihak. Untuk
itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada pihak pihak
yang telah membantu baik moral maupun pikiran.

Tiada gading yang tak retak, itu kata pepatah tiada satupun manusia yang luput
dari kesalahan. Oleh karena itu kami berharap pemberian maaf yang sebesar-
besarnya atas kekurangan dan kesalahan yang ada dalam makalah ini. Kritik dan
saran sangat kami harapkan agar kami dapat memperbaiki makalah-makalah yang
akan kami buat selanjutnya.

Bandar Lampung, November 2020

Penyusun (Kelompok 4)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Dalam Manajemen Kelas..........................................3


B. Pendekatan Proses Kelompok........................................................................3
C. Pendekatan Sosioemosional...........................................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................13
B. Saran...............................................................................................................13

DAFTAR PUTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang guru memiliki peranan sebagai pengelola aktivitas yang
harus bekerja berdasar pada kerangka acuan pendekatan pengelolaan kelas.
Mengelola kelas dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada
banyaknya macam kepemimpinan dan kontrol, tetapi terletak pada
ketrampilan memberikan fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap peserta
didik. Pemecahan masalah merupakan proses penyelesaian yang beragam,
ini tergantung pada sumber permasalahan.
Guru harus memiliki, memahami dan terampil dalam
menggunakan macam-macam pendekatan dalam pengelolaan kelas,
meskipun tidak semua pendekatan yang dipahami dan dimilikinya
dipergunakan bersamaan atau sekaligus. Dalam hal ini, guru dituntut untuk
terampil memilih atau bahkan memadukan pendekatan yang menyakinkan
untuk menangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang
dihadapi.
Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan
berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar
belakang dan sifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan segala
komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok
bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil
dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di
kelas. Mengingat pentingnya pendekatan dalam pengelolaan kelas, maka
pada makalah ini penulis akan membahas mengenai pendekatan dalam
pengelolaan kelas yaitu Pendekatan proses Kelompok dan Pendekatan
Sosioemosional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan dalam manajemen kelas?
2. Bagaimana pendekatan proses kelompok dalam manajemen kelas?

1
3. Bagaimana pendekatan sosioemosional dalam manajemen kelas?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan dalam manajemen kelas.
2. Untuk mengetahui pendekatan proses kelompok dalam manajemen
kelas.
3. Untuk mengetahui pendekatan sosioemosional dalam manajemen
kelas.

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Dalam Manajemen Kelas


Pendekatan dapat di artikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran. Pedekatan yang berpusat pada guru
menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct intruction),
pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menururnkan strategi
pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
Manajemen kelas merupakan usaha yang dilakukan secara sadar
untuk mengatur agar proses pembelajaran dapat berjalan secara sistematis.
Usaha sadar itu mengarah pada persiapan belajar, penyiapan sarana dan
alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi dan kondisi
proses pembelajaran, dan pengaturan waktu, sehingga proses pembelajaran
berjalan dengan baik dan tujuan kurikulum dapat tercapai. Pengertian lain
dari manajemen kelas adalah serangkaian kegiatan guru dalam upaya
menciptakan suatu kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik dalam
kelas tersebut dapat belajar dengan efektif dan memelihara situasi kelas
agar tetap kondusif untuk proses belajar mengajar.
Jadi dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pendekatan
dalam manajeman kelas adalah suatu pandangan atau gambaran dari
seorang guru terhadap pembelajaran, yang dilakukan atau di terapkan
dalam proses pemebelajaran untuk menciptakan kondisi dalam proses
belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan efektif.1

B. Pendekatan Proses Kelompok

T. Raka Joni mengatakan bahwa pendekatan proses kelompok adalah


usaha mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan
berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kondisi kelas yang
bergairah dalam belajar. Yang menjadi dasar dari pendekatan proses
kelompok ini adalah psikologi sosial dan dinamika kelompok yang
1 A.R Nursalim, Manajemen Kelas, (Pekan Baru: Zanafa Publishing, 2011). Hlm 6

3
mengemukakan dua asumsi sebagai berikut: (1) pengalaman belajar
sekolah berlangsung dalam konteks sosial, dan (2) tugas guru yang
terutama dalam manajemen kelas adalah pembinaan dan memelihara
kelompok yang produktif dan efektif.

Asumsi pertama berarti guru harus mengutamakan kegiatan yang


dapat mengikut sertakan seluruh personal dikelas. Dengan kata lain,
kegiatan kelas harus diarahkan pada kepentingan bersama. Sedangkan
pada asumsi kedua berarti guru harus mampu membentuk dan
mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan guru
sebagai kelompok antara lain dapat diwujudkan berupa regu mengajar
(team teaching) yang bertugas membantu kelompok belajar.2

Pendekatan proses kelompok didasarkan atas dua macam anggapan


dasar, yaitu bahwa kegiatan sekolah berlangsung dalam suasana kelompok,
yaitu kelompok kelas. Kelompok kelas adalah suatu sistem sosial yang
memiliki ciri-ciri seperti yang dimiliki oleh sistem sosial, lainnya. Dalam
hubungannya dengan kelompok kelas, maka tugas guru dalam mengelola
kelas adalah berusaha mengembangkan dan mempertahankan suasana
kelompok kelas yang efektif dan produktif. Oleh karenanya guru
hendaknya mengembangkan dan mempertahankan kondisi yang
menyangkut ciri-ciri kelompok kelas sebagai sistem sosial. Adapun ciri-
ciri yang penting dimiliki oleh kelompok kelas sebagai sistem sosial
adalah harapan, kepemimimpinan, kemenarikan, norma, komunikasi dan
keeratan.

a. Harapan adalah persepsi pada guru dan siswa berkenaan


dengan hubungan mereka.
b. Kepemimpinan merupakan tingkah laku yang mendorong
kelompok bergerak ke arah pencapaian tujuan yang diharapkan.
c. Kemenarikan merupakan tingkat hubungan persahabatan
diantara anggota kelompok kelas. Tugas guru dalam

2 Djamarah, Saiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2002). Hlm 7

4
pengelolaan kelas menjadi berusaha memperlihatkan empati,
saling pengertian, sikap mendorong teman, saling menerima
dan memberikan kesempatan.
d. Norma adalah suatu pedoman tentang cara berpikir, merasa dan
bertingkah laku yang diakui bersama oleh anggota kelompok.
e. Komunikasi merupakan wahana yang memungkinkan
terjadinya interaksi kelompok yang bermakna dan
memungkinkan terjadinya proses kelompok.
f. Keeratan adalah keeratan rasa kebersamaan yang dimiliki oleh
kelompok kelas. Yang mendorong terjadinya keeratan itu
adalah adanya minat terhadap tugas-tugas kelompok, saling
menyukai dan anggota kelompok merasa dibantu oleh
kelompok kelas (Nurhadi, 1983: 184).3

Pendekatan kelompok agar memiliki suatu ikatan yang kuat


memerlukan beberapa unsur yaitu tujuan kelompok, aturan, dan pemimpin.
Adapun penjelasan dari ketiga unsur tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tujuan kelompok

Pada tujuan kelompok ini tugas guru adalah mengarahkan para siswa
ke tujuan kelas, khususnya tujuan pelajaran. Oleh karena itu, guru perlu
merumuskan tujuan yang jelas dan mengkomunikasikan dengan para
siswa.

2.   Aturan

Aturan yang mampu mengikat siswa menjadi kelompok adalah aturan


yang dibuat oleh guru dan siswa, atau minimal disetujui oleh siswa.

3. Pemimpin

Sebagai pemimpin, hal utama yang harus dilakukan adalah


menjelaskan tujuan kelompok. Selain itu dalam rangka menciptakan dan
memelihara suasana kerja kelompok yang sehat, diantaranya adalah
mendorong dan memeratakan partisipasi, mengusahakan kompromi,
3 Dwi Faruqi, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Melalui Pengelolaan Kelas”,
dalam Evaluasi, Vol.2, No.1, Maret 2018. Hlm 300-301

5
mengurangi ketegangan, dan memperjelas partisipasi serta menerapkan
sanksi.4

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa di


dalam pendekatan proses kelompok yaitu usaha mengelompokkan peserta
didik sehingga tercipta kondisi kelas yang bergairah dalam belajar, dan
pengalaman belajar peserta didik juga dapat diperoleh dari kegiatan
kelompok ini, dimana dalam kelompok tersebut terdapat norma-norma
yang harus ditaati oleh anggotanya, terdapat tujuan yang ingin dicapai, dan
adanya hubungan timbal balik antar anggota kelompok untuk mencapai
tujuan, serta memelihara kelompok yang produktif.

Kelebihan dan kekurangan pendekatan proses kelompok:

Kelebihan:

a. Menumbuhkan rasa kebersamaan dan toleransi dalam sikap dan


perbuatan.
b. Menumbuhkan rasa ingin maju dan mendorong anggota kelompok
untuk tampil sebagai kelompok yang terbaik.
c. Kemungkinan terjadi adanya transfer pengetahuan antar sesama
kelompok.
d. Timbul rasa kesetiakawanan sosial antar kelompok.
e. Dapat meringankan tugas guru atau pimpinan sekolah

Kekurangan:

a. Melalui metode kerja kelompok memerlukan persiapan dan


perencanaan yang matang.
b. Persaingan yang tidak sehat akan terjadi manakala guru tidak dapat
memberikan pengertian kepada siswa.
c. Bagi siswa yang tidak memiliki disiplin diri dan pemalas terbuka
kemungkinan untuk pasif dalam kelompoknya.
d. Sifat dan kemampuan individual kadang-kadang terasa diabaikan.

4 Hasibuan, J.J dan Mujiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Rosdakarya, 1995). Hlm 177

6
e. Jika tugas yang diberikan kepada kelompok masing-masing kemudian
tidak diberi batas-batas waktu tertentu, maka cendrung tugas tersebut
diabaikan atau terabaikan.
f. Tugas juga dapat terbengkalai manakala tidak mempertimbangkan segi
psikologis dan didaktis anak didik.5

C. Pendekatan Sosioemosional
Pendekatan Sosioemosional terdiri dari dua kata, sosio/sosial dan
emosional. Emosi menurut L.Crow & A. Crow sebagaimana dikutip
Djaali adalah pengalaman yang afektif yang disertai oleh penyesuaian
batin secara menyeluruh, dimana keadaan mental dan fisiologi sedang
dalam kondisi yang meluap-luap, juga dapat diperlihatkan dengan tingkah
laku yang jelas dan nyata. Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada di dalam
diri seseorang. Sedangkan perkembangan sosial didefinisikan sebagai
kemajuan yang progresif melalui kegiatan yang terarah dari individu
dalam pemahaman atas warisan sosial dan formasi pola tingkah lakunya
yang luwes. Hal itu disebabkan oleh adanya kesesuaian yang layak antara
dirinya dengan warisan sosial
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengemukakan, emosi
berhubungan dengan masalah perasaan. Seseorang yang mempunyai
perasaan pasti dapat merasakan sesuatu, baik perasaan jasmaniah maupun
perasaan rohaniah. Perasaan rohaniah di dalamnya ada perasaan
intelektual, perasaan estetis, perasaan etis, perasaan sosial, dan perasaan
harga diri. Dengan demikian sosio-emosional merupakan perubahan yang
terjadi pada setiap diri individu dalam warna afektif yang menyertai setiap
keadaan atau perilaku individu. Artinya akan muncul beragam afektif yang
nampak pada peserta didik dalam proses pembelajaran yang harus
direspon dengan baik oleh pendidik.
Sementara sosio merupakan proses belajar untuk menyesuaikan
diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri
menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerjasama.

5 Ibid. Hlm 177

7
Pembelajaran yang memperhatikan aspek social berarti praktik
pembelajaran yang mampu menjadikan kebersamaan sebagai orientasi
sekaligus bentuk nyata dari proses pembelajaran itu sendiri.
Pendekatan emosi dan hubungan sosial adalah pendekatan yang
didasarkan pada pendekatan psikologi klinis dan konseling (penyuluhan).
Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa proses belajar mengajar
yang efektif mensyaratkan adanya iklim sosio-emosional yang baik antar
pendidik dan peserta didik, dan antara peserta didik dengan peserta didik
lainnya, dan juga pendidik menduduki posisi terpenting bagi terbentuknya
sosio-emosional yang baik.
Menurut pendekatan ini, pembelajaran yang baik adalah
terciptanya hubungan yang baik antar semua pihak yang terlibat dalam
proses pembelajaran, yaitu pendidik dengan peeserta didik dan antara
peserta didik. Tidak dibenarkan proses pembelajaran yang dapat
memunculkan suasana emosional yang tidak baik, baik yang dilakukan
pendidik maupun peserta didik. J.H Resnick memberikan definisi
psikologi klinis sebagai bidang meliputi penelitian, pengajaran dan servis
yang relevan dengan aplikasi dari prinsip-prinsip, metode, dan prosedur
untuk memahami, memprediksi, dan mengurangi intelektual, emosional,
biologis, psikologis, sosial, ketidakmampuan dan ketidaknyamanan, yang
diterapkan pada populasi dengan range yang luas.6
Dalam pendekatan Sosio-Emosional ini manajemen kelas
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan iklim sosio-
emosional yang positif di dalam kelas. Sosio-emosional yang positif
berarti ada hubungan positif antara pendidik dan peserta didik dan peserta
didik dengan peserta didik lainnya. Dalam pendekatan ini guru menjadi
kunci dalam pembentukan hubungan pribadi dan peranannya adalah
menciptakan hubungan pribadi yang sehat.
Dari deskripsi diatas, pendekatan sosio-emosional dapat diartikan
sebagai cara pandang yang menganggap bahwa kelas yang kondusif dapat
dicapai dengan menciptakan hubungan yang harmonis antara guru dengan

6 Arif Shaifudin, “Pendekatan Sosio-emosional Dalam Pembelajaran”, dalam El-Wahdah: Jurnal


Pendidikan, Vol.1, No.1, Juni 2020. Hlm 18-19

8
peserta didik serta antar peserta didik. Jadi, dapat dikatakan bahwa kondisi
kelas yang kondusif dapat tercapai jika hubungan antara guru dengan
peserta didik serta peserta didik dengan peserta didik terjalin dengan baik. 7
Menurut Carl A. Rogers ide yang menyangkut ciri-ciri pendekatan iklim
sosio-emosional ini dapat dijumpai dalam tulisan-tulisan Carl Rogers.
Pokok pikiran Rogers menyatakan bahwa faktor yang amat berpengaruh
terhadap peristiwa belajar adalah mutu sikap yang ada dalam hubungan
interpersonal antara guru (sebagai fasilitator) dan siswa (sebagai pelajar).
Menurut Rogers, beberapa sikap yang perlu dimiliki guru untuk membantu
siswa belajar adalah:

1. Sikap kesadaran akan diri sendiri, keterbukaan dan tidak berpura-pura.

Guru perlu mengenal dirinya dengan baik dan menampilkan dirinya


sendiri sebagai mana adanya. Guru hendaknya menyadari perasaannya
sendiri, menerima perasaan itu dan jika perlu mengkomunikasikan
perasaan itu. Tindakan guru harus sesuai dengan perasaan itu dan tidak
pernah berpura - pura. Pengembangan hubungan interpersonal dan iklim
sosio-emosional yang positif amat dipengaruhi oleh kemampuan guru
menampilkan dirinya sebagaimana adanya. Menurut Rogers, penampilan
diri sebagaimana adanya merupakan sikap yang paling penting yang
mempengaruhi proses belajar.

2. Sikap menerima, menghargai, mau membantu, dan percaya.

Penerimaan guru merupakan sikap kedua yang juga amat penting dalam
membantu siswa belajar. Penerimaan guru mengisyaratkan bahwa guru
memandang siswa sebagai individu yang berharga. Hal ini juga
menandakan adanya kepercayaan guru kepada siswa. Jika tingkah laku
siswa diterima guru, maka siswa itu akan merasa bahwa ia dipercaya dan
dihormati. Dengan demikian, guru yang menghormati dan mempercayai
siswa akan mempunyai kesempatan yang besar untuk menciptakan iklim
sosio emosional yang dapat membantu kesuksesan belajar siswa.

7 Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas, (Jogjakarta: Ar. Ruzz Media, 2013). Hlm. 199-120

9
3. Sikap mau mengerti dengan penuh empati.

Pengertian dengan penuh empati merupakan kemampuan guru untuk


memahami keadaan siswa sesuai dengan pandangan siswa itu sendiri.
Kemampuan ini menunjukkan kepekaan guru terhadap perasaan-perasaan
siswa dan kepekaan guru untuk tidak memberikan penilaian terhadap
keadaan siswa. Pengertian mendalam yang tanpa disertai penilaian ini
perlu dilengkapi empati dari guru terhadap siswa. Jika hal ini terjadi, maka
siswa akan merasa bahwa guru mengerti apa yang dipikirkan dan
dirasakan oleh siswa. Dengan demikian, hubungan interpersonal dan iklim
sosio-emosional yang positif akan berkembang, dan selanjutnya pengaruh
besar terhadap kegitan belajar siswa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan Sosio-Emosional yaitu


menekankan pentingnya hubungan interpersonal. Hubungan antara pribadi
yang baik yang berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi
hubungan antara guru dan murid serta hubungan antar siswa. Di dalam hal
ini, guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut.8

Sebagaimana diulas pada definisi pendekatan sosio-emosional


yang menginginkan suasana pembelajaran dengan menekankan hubungan
yang baik antara pendidik dan peserta didik, maka penting untuk diketahui
karakteristik pendekatan ini. Thomas Gordon mengemukakan, hubungan
guru dan siswa dikatakan memiliki iklim sosio-emosional yang baik
apabila hubungan itu memiliki sifat-sifat seperti berikut:

1. Adanya keterbukaan antara pendidik dan peserta didik. Sifat ini


menghendaki antara pendidik dan peserta didik saling bersikap jujur
dan terbuka diri satu sama lain.
2. Adanya sikap responsif. Sifat ini meghendaki adanya kepekaan antara
pendidik dan peserta didik, terutama dari pihak pendidik. Sikap ini
harus ada dalam iklim sosio-emosinal, karena interaksi sosial dapat

8 Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001). Hlm 55

10
dipastikan akan banyak memunculkan penilaian antara satu individu
terhadap individu yang lain
3. Saling ketergantungan, antara satu dengan yang lain. Pendekatan
sosio-emosional sejatinya memang memupuk sifat merasa saling
membutuhkan satu sama lain. Bertolak dari sifat inilah diharapkan
akan muncul hubungan yang baik di antara elemen yang terlibat dalam
pembelajaran, khususnya keeratan hubungan pendidik dan peserta
didik.
4. Adanya kebebasan. Kebebasan di sini artinya adanya penghargaan dan
penghormatan akan terhadap berbagai keberagaman yang ada dalam
peserta didik. Peserta didikdiberikan ruang yang cukup untuk dapat
tumbuh dan berdasar keunikannya, kreatifitasnya dan kepribadiannya
masing-masing.
5. Saling memenuhi kebutuhan. Dengan adanya sikap ini, maka
hubungan yang terjalin di dalam kelas melalui kegiatan pembelajaran
adalah rasa saling melengkapi. Dan adanya keyakinan bahwa tidak
mungkin satu individu dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan
demikian akan terbangun keutuhan hubungan dalam pembelejaran di
kelas.

Selain itu juga terdapat sikap yang diajukan oleh Suharsimi Arikunto
untuk menandai terjadinya interaksi sosio-emosional dalam proses
pembelajaran, yaitu penghargaan terhadap aspek-aspek kepribadian. Relasi
antara pendidik dan peserta didik memberikan ruang yang luas dalam
mempertimbangkan unsur-unsur kepribadian anak. Pendidik bersikap
hangatdalam membina sikap persahabatan dengansemua siswa,
menghargai siswa dan menerima siswa dengan berbagaiketerbatasannya.
Kondisi pembelajaran seperti ini adalah yang dimaksudkan akan
mengantarkan peserta menuju tujuan pembelajaran yang diinginkan.9

Kelebihan dan Kekurangan pendekatan sosioemosional:

Kelebihan:

9 Ibid. Hlm 20-21

11
a. Siswa merasa nyaman di kelas kerena terjalin hubungan yang baik
dengan guru.
b. Penyelesaian suatu masalah dipecahkan bersama melalui
pertemuan kelas.
c. Pelajaran diyakini akan lebih mudah diterima karena siswa merasa
nyaman, tentram dan aman dengan situasi yang ada.
d. Terbinanya sikap demokratis.
e. Selalu ada penghargaan, jadi setiap kegagalan tidak akan
membunuh motivasi siswa.
f. Siswa belajar untuk saling menghargai teman ataupun guru.

Kelemahan:

a. Apabila hubungan siswa terlalu dekat dengan guru atau guru terlalu
baik akan menimbulkan sikap siswa yang terlalu bebas.
b. Sulit untuk memahami karakter emosi setiap siswa di kelas, maka
diperlukan ketrampilan guru yang lebih untuk membuat iklim sosio
emosional yang kondusif.10

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

10 Hasibuan, J.J dan Mujiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Rosdakarya, 1995). Hlm 178

12
Pendekatan dalam manajeman kelas adalah suatu pandangan atau
gambaran dari seorang guru terhadap pembelajaran, yang dilakukan atau
di terapkan dalam proses pemebelajaran untuk menciptakan kondisi dalam
proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan efektif.
Pendekatan proses kelompok yaitu usaha mengelompokkan peserta
didik sehingga tercipta kondisi kelas yang bergairah dalam belajar, dan
pengalaman belajar peserta didik juga dapat diperoleh dari kegiatan
kelompok ini, dimana dalam kelompok tersebut terdapat norma-norma
yang harus ditaati oleh anggotanya, terdapat tujuan yang ingin dicapai, dan
adanya hubungan timbal balik antar anggota kelompok untuk mencapai
tujuan, serta memelihara kelompok yang produktif.
Pendekatan sosio-emosional dapat diartikan sebagai cara pandang
yang menganggap bahwa kelas yang kondusif dapat dicapai dengan
menciptakan hubungan yang harmonis antara guru dengan peserta didik
serta antar peserta didik. Jadi, dapat dikatakan bahwa kondisi kelas yang
kondusif dapat tercapai jika hubungan antara guru dengan peserta didik
serta peserta didik dengan peserta didik terjalin dengan baik.

B. Saran
Makalah yang kami buat ini belumlah sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan, agar makalah
yang akan kami buat selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Nursalim A.R. 2011. Manajemen Kelas. Pekan Baru: Zanafa Publishing.

13
Saiful Bahri dan, Aswan Zain, Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Dwi Faruqi, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa Melalui


Pengelolaan Kelas”, dalam Evaluasi, Vol.2, No.1, Maret 2018.

JJ, Hasibuan dan Mujiono. 1995. Proses Belajar Mengajar, Bandung:


Rosdakarya.

Wiyana Ardy Novan. 2013. Manajemen Kelas, Jogjakarta: Ar. Ruzz Media.

Uzer, Usman. 2001. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Arif Shaifudin, “Pendekatan Sosio-emosional Dalam Pembelajaran”, dalam


El-Wahdah: Jurnal Pendidikan, Vol.1, No.1, Juni 2020.

14

Anda mungkin juga menyukai