Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KESULITAN BELAJAR
(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikah)

Dosen Pengampu : Eka Putri Amelia, M.Psi. Psikolog

Disusun Oleh:
1. Ciara 1911030279
2. Mar’atus Mudrikah 1911030120
3. Novita Sari 1911030362

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas
berkat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “KESULITAN BELAJAR” dengan baik dan tepat pada
waktunnya. Sholawat serta selama kita haturkan kepada junjungan agung Nabi
Besar Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam yang telah memberikan
pedoman kepada kita jalan yang sebenar-benarnya jalan berupa ajaran agama
islam yang begitu sempurna dan menjadi rahmat bagi alam semesta.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari beberapa pihak. Untuk
itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada pihak pihak
yang telah membantu baik moral maupun pikiran.

Tiada gading yang tak retak, itu kata pepatah tiada satupun manusia yang luput
dari kesalahan. Oleh karena itu kami berharap pemberian maaf yang sebesar-
besarnya atas kekurangan dan kesalahan yang ada dalam makalah ini. Kritik dan
saran sangat kami harapkan agar kami dapat memperbaiki makalah-makalah yang
akan kami buat selanjutnya.

Bandar Lampung, Oktober 2020

Penyusun (Kelompok 9)

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR...........................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................1
C. Tujuan Penulisan.........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesulitan Belajar.......................................................3


B. Indikasi Kesulitan Belajar...........................................................4
C. Penyebab Kesulitan Belajar........................................................4
D. Bentuk-bentuk Kesulitan Belajar................................................5
E. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar...............................................8
F. Implikasi Terhadap Pendidikan..................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................13
B. Saran ...........................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
penting dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa
berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada dalam sekolah maupun dilingkungan
rumah (keluarga).

Pada sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar.
Hal tersebut tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja.
Hal tersebut juga dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu,
siswa yang berkemampuan rata-rata juga mengalami kesulitan dalam belajar. Sedang
yang namanya kesulitan belajar itu merupakan kondisi proses belajar yang ditandai
oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai kesuksesan. Kesulitan belajar ini
tidak selalu disebabkan oleh intelegensi yang rendah akan tetapi juga disebabkan oleh
faktor-faktor non-integensi.

Maka dari itu kami membahas masalah kesulitan belajar ini karena disaat
sekarang ini banyak anak atau siswa yang banyak mengalami masalah kesulitan
belajar. Kami berharap dengan adanya makalah ini kami semua bisa mengetahui
mengenai faktor dan hal yang dapat dilakukan untuk menghilangkan rasa kesulitan
belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kesulitan belajar ?
2. Bagaimana indikasi kesulitan belajar ?
3. Apa penyebab kesulitan belajar ?
4. Apa saja bentuk-bentuk kesulitan belajar ?
5. Bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar ?
6. Bagaimana implikasi terhadap pendidikan ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kesulitan belajar.
2. Untuk mengetahui indikasi kesulitan belajar.
3. Untuk mengetahui penyebab kesulitan belajar.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kesulitan belajar.
5. Untuk mengetahui cara mengatasi kesulitan belajar.
6. Untuk mengetahui implikasi terhadap pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesulitan Belajar Akademik


Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning
disability. Terjemahan tersebut sesungguhnya kurang tepat karena learning artinya
belajar dan disability artinya ketidak mampuan; sehingga terjemahannya yang benar
seharusnya adalah ketidakmampuan belajar siswa dalam belajar.

Kesulitan belajar pertama kali ditemukan oleh Hallahan, yang mengemukakan


bahwa “suatu gangguan dalam satu hal atau lebih dari proses psikologi dasar yang
mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut
mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir,
berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung. Batasan tersebut mencakup
kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia dan afasiah
perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki
problematika belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam
penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena
gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya atau ekonomi”.

Sementara itu. Hammil, mengemukakan definisi kesulitan belajar sebagai


berikut ; “kesulitan belajar menunjukkan pada sekelompok kesulitan yang
dimanesfestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan
penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis menalar
atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut intrinsik dan
diduga disebabkan oleh cadanya disfungsi sistem syaraf pusat. Meskipun suatu
kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang
mengganggu atau berbagai pengaruh lingkungan berbagai hambatan tersebut bukan
penyebab atau pengaruh langsung. 1

1
Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Hlm 5.

3
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa indikasi kesulitan
belajar dapat terwujud sebagai suatu kekurangan dalam satu atau lebih bidang
akademik, baik dalam mata pelajaran yang spesifik, seperti membaca, menulis,
matematika atau menghitung, dan mengeja atau dalam berbagai keterampilan yang
bersifat lebih umum seperti mendengarkan, berbicara dan berpikir. 2

B. Indikasi Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar bisa terjadi bersamaan dengan kondisi lain adanya hambatan
sosial dan emosional. Adapun indikasi gangguan belajar pada anak, yaitu.;
a. Murung
b. Prestasi rendah
c. Perhatian sesaat
d. Tugas tidak selesai
e. Sulit beradaptasi
f. Masa bodoh
g. Tidak semangat
h. Tidak konsentrasi
i. Tidak teliti3

C. Penyebab Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah,
akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor non intelegensi. Dengan
demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Karena itu,
Dalyono membagi kesulitan belajar dalam beberapa kelompok:
a. Dilihat dari jenis kesulitan belajar, berat dan sedang.
b. Dilihat dari bidang studi yang dipelajari; sebagian bidang studi, dan
keseluruhan bidang studi.
c. Dilihat dari kesulitan belajar; permanen dan sementara.
d. Dilihat dari faktor penyebabnya; intelegensi dan non intelegensi.

Sementara itu, menurut Muhibbin Syah mengungkapkan bahwa secara garis besar
penyebab kesulitan belajar terdiri dari:

2
Ibid, Hlm 7.
3
WS Wingkel, Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan, (Jakarta: Gramedia Widiasmara, 1991), Hlm
175.

4
a. Faktor interen siswa, yakni hal-hal atau keadaan yang muncul dari dalam diri
siswa sendiri, meliputi gangguan atau kekurang mampuan psiko-fisik siswa,
yakni:
1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya
kapasitas intelektual atau intelegensi siswa.
2) Yang bersifat efektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi
dan sikap.
3) Yang bersikap psikomotor (ranah karsah), antara lain seperti
terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan
telinga)
b. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari
diri siswa, meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak
mendukung aktivitas belajar siswa, yakni;
1) Lingkungan keluarga, contohnya ketidak harmonisan hubungan orang
tua dan rendahnya ekonomi keluarga.
2) Lingkungan perkampungan atau masyarakat, contohnya wilayah
perkampungan kumuh dan teman sepermainan yang nakal.
3) Lingkungan sekolah, contohnya kondisi dan letak gedung sekolah
yang buruk seperti dekat dengan pasar dan kondisi guru dan alat-alat
belajar yang berkualitas yang rendah. 4

D. Bentuk-Bentuk Kesulitan Belajar


Disamping penyebab kesulitan belajar di atas, bentuk-bentuk kesulitan belajar
tampak pada:
a. Gangguan perhatian adalah hiperaktif, pengalian perhatian
b. Kegagalan untuk mengembangkan dan mobilisasi strategi untuk belajar,
mengorganisasi belajar, kerangka belajar aktif, dan fungsi-fungsi metakognitif.
c. Lemah dalam kemampuan gerak antara koordinasi dan gerak baik dan kasar,
kegagalan umum dan canggung persoalan-persoalan spesial.
d. Permasalahan-permasalahan spesial antara lain, perbedaan stimulus
pendengaran, penglihatan, pendengaran dan penglihatan.
e. Kesulitan bahasa lisan, pendengaran berbicara daftar kata, kemampuan
linguistik
4
Ibid, Hlm 177

5
f. Kesulitan membaca antara lain: pengkodean, ketrampilan dasar membaca,
membaca komprehensif.
g. Kesulitan menulis bahasa, antara lain mengeja, tulisan tangan, mengarang.
h. Kesulitan matematika antara lain; pemikiran kuantitatif, berhitung, waktu,
ruang dan menghitung fakta.
i. Tingkah laku sosial yang tidak pantas antara lain persepsi sosial, tingkah laku
emosi, penegakkan saling berhubungan.

Selain itu, adanya gangguan belajar pada anak dalam proses belajar dapat dilihat
pada:

a. Gangguan persepsi visual, yang meliputi;


1) Melihat huruf angkat dengan posisi yang berbeda dari yang tertulis,
sehingga seringkali tarbalik dalam menuliskannya kembali.
2) Sering tertinggal huruf dalam menulis
3) Menuliskan kata dengan urutan yang salah misalnya ibu ditulis ubi.
4) Kacau (sulit memahami) antara kanan dan kiri.
5) Bingung membedakan antara obyek utama dan latar belakang.
6) Sulit mengkoordinasi antara mata (penglihatan) dengan tindakan
(tangan, kaki, dan lain-lain)
b. Gangguan persepsi audotori, yaitu:
1) Sulit membedakan bunyi; menangkap secara berbeda apa yang
didengarnya
2) Sulit memahami perintah, terutama beberapa perintah sekaligus.
3) Bingung atau kacai dengan bunyi yang datang dari berbagai penjuru
(sulit menyaring) sehingga susah mengikuti diskusi, karena sementara
mencoba memahami apa yang sedang didengar, sudah datang suara
(masalah) yang lain.
c. Gangguan belajar bahasa, yang meliputi;
1) Sulit memahami/menangkap apa yang dikatakan orang kepadanya.
2) Sulit mengkoordinasikan atau mengatakan apa yang sedang dipikirkan
d. Gangguan perseptual motorik, yang meliputi;
1) Kesulitan motorik halus (sulit mewarnai, menggunting, menempel, dan
lain-lain)

6
2) Memiliki masalah dalam koordinasi dan disorientasi yang
mengakibatkan canggung dan kaku dalam gerakannya.
e. Hiperaktivitas, yaitu:
1) Sukar mengontrol aktivitas motorik dan selalu bergerak (tak bisa diam)
.
2) Berpindah-pindah dalam satu tugas ke tugas lain tanpa
menyelesaikannya.
3) Implusif
f. Kacau, yaitu:
1) Tidak dapat membedakan stimulus yang penting dan tidak penting.
2) Tidak teratus, karena tidak memiliki urutan-urutan dalam proses
pemikiran.
3) Perhatiannya sering berbeda dengan apa yang sedang dikerjakan
(misalnya melamun atau sedang menghayal saat belajar di sekolah).

Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan


tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis,
sosiologis, maupum fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat
menyebabkan hasil belajar yang dicapai berada di bawah standar.

Kesulitan belajar yang dihadapi siswa, meliputi: Learning disorder atau


kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar sesorang terganggu karena
timbulnya respon yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan
belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau
terhambat oleh adanya respon yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang
dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Learning disfuncion
merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan
baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas
mental, gangguan alat indra atau gangguan psikologis lainmya. Under achivier
mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang
tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Slow Learner
atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia
membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang
memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Dan Learning Disabilities atau ketidak
mampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau

7
menghindari belajar, sehingga hasil belajar dibawah potensi intelektualnya. Siswa
yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas, akan
tampak dari berbagai gejala yang di manifestasikan dalam prilakunya, baik aspek
psikomotorik, kognitif, konatif, maupun efektif. Beberapa prilaku yang merupakan
manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain:
a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah dibawah nilai rata-rata yang dicapai
oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tetapi nilai yang
diperoleh selalu rendah.
c. Lambat dalam melakukan tugas-tugad kegiatan belajarnya dan selalu
tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
d. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti; acuh tak acuh, menentang,
pura-pura dan sebagainya.
e. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat,
tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau di luar kelas,
tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan
menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti; pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi
tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa kesulitan belajar pasti akan
dihadapi oleh setiap individu di dalam belajar karena tingkat intelegensi yang
berbeda dan cara belajar yang berbeda.5

E. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar


Guru yang peka akan menyesuaikan pelajaran yang ia sampaikan dengan
meperhatikan kualitas pelajaran. Dengan demikian, anak yang mengalami kesulitan
belajar juga mendapatkan pengalaman keberhasilan dalam belajar. Tujuannya adalah
menyampaikan pelajaran yang menantang bagi anak yang mengalami kesulitan
belajar, dan bukan pelajaran yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi sehingga
anak menjadi frustasi dan kehilangan minat dalam belajar.
Adapun usaha yang dapat dilakukan guru, yang meliputi:
5
Ibid, Hlm 179-182

8
1. Berikan perintah yang terperinci, karena anak-anak memiliki kesulitan
dalam merangkai kata.
2. Sebisa mungkin tidak ada gangguan selama proses belajar mengajar
sedang berlangsung.
3. Sampaikan pelajaran dengan menggunakan contoh-contoh yang
konkrit.
4. Perhatikan jika mungkin beberapa anak yang mengalami kesulitan
belajar selalu berada dalam pengawasan Anda.
5. Berikan program remedial, siswa yang gagal mencapai tujuan
pembelajaran akibat gangguan internal, perlu ditolong dengan program
remedial.
6. Bantuan media dan alat peraga, penggunaan alat peraga pelajaran dan
media belajar kiranya cukup membantu siswa yang mengalami
kesulitan menerima materi pelajaran. Misalnya, karena materi
pelajaran bersifat abstrak sehingga sulit dipahami siswa.

7. Suasana belajar menyenangkan, suasana belajar yang nyaman dan


menggembirakan akan membantu siswa yang mengalami hambatan
dalam menerima materi pelajaran.6

F. Implikasi Terhadap Pendidikan

Manusia pada umumnya berkembang sesuai dengan tahapan-tahapannya.


Perkembangan tersebut dimulai sejak masa konsepsi hingga akhir hayat. Ketika
individu memasuki usia sekolah, yakni antara tujuh sampai dengan dua belas tahun,
individu dimaksud sudah dapat disebut sebagai peserta didik yang akan berhubungan
dengan proses pembelajaran dalam suatu sistem pendidikan. Cara pembelajaran yang
diharapkan harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak, yakni memilki
karakteristik sebagai berikut:

1. Programnya disusun secara fleksibel dan tidak kaku serta memperhatikan


perbedaan individual anak
2. Tidak dilakukan secara monoton, tetapi disajikan secara variatif melalui banyak
aktivitas

6
Sudjara, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Falah Production, 2000), Hlm 102.

9
3. Melibatkan penggunaan berbagai media dan sumber belajar sehingga
memungkinkan anak terlibat secara penuh dengan menggunakan berbagai proses
perkembangannya.

Aspek-aspek perkembangan peserta didik yang berimplikasi terhadap proses


pendidikan akan diuraikan seperti dibawah ini :

1. Implikasi Perkembangan Biologis dan Perseptual

Secara fisik, anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda
dengan kondisi fisik sebelum dan sesudahnya. Karakteristik perkembangan fisik ini
perlu dipelajari dan dipahami karena akan memiliki implikasi tertentu bagi
penyelenggaraan pendidikan. Proses perkembangan biologis atau perkembangan fisik
mencakup perubahan-perubahan dalam tubuh individu seperti pertumbuhan otak, otot,
sistem syaraf, struktur tulang, hormon, organ-organ dll, termasuk juga didalamnya
perubahan dalam kemampuan fisik seperti perubahan dalam penglihatan, kekuatan
arti memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk memfungsikan unsur
unsur fisiknya, dengan kata lain, diperlukan suatu cara pembelajaran seperti ini tidak
saja akan memunculkan kegemaran belajar, tetapi juga akan memberikan banyak
dampak positif.7

2. Implikasi Perkembangan Intelektual

Perkembangan intelektual erat kaitannya dengan potensi otak manusia, potensi otak
manusia hanya tampak delapan persen sebagai pikiran sadar, sedangkan sisanya 92
persen disebut alam bawah sadar. Dari penjelasan tersebut dapat kita ketahui bahwa
potensi otak manusia yang berkaitan dengan perkembangan intelektual hanya memuat
delapan persen saja. Untuk itu, perkembangan intelektual pada peserta didik perlu
dikembangkan. Proses perkembangan intelektual melibatkan perubahan dalam
kemampuan dan pola berpikir, kemahiran berbahasa, dan cara individu memperoleh
pengetahuan dari lingkungannya. Aktivitas-altivitas seperti mengamati dan
mengklasifikasikan benda-benda, menyatukan beberapa kata menjadi satu kalimat,

7
Mukhlis, “Prinsip-prinsip/Hukum Perkembangan Peserta Didik Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan”,
dalam Jurnal Ansiru PAI, Vol. 2, No. 2. Juli-Desember 2018. Hlm 126

10
menghappal doa, memecahkan soal-soal matematika, dan menceritakan pengalaman
kepada orang lain merupakan proses intelektual dalam perkembangan anak.

3. Implikasi Perkembangan Bahasa


Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada dasarnya
bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara, melainkan juga dapat
diwujudkan dengan tanda isyarat tangan atau anggota tubuh lainnya yang memilki
aturan sendiri. Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan pikiran individu
tampak dalam perkembangan bahasanya, yaitu kemampuan membentuk pengertian,
menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.
Implikasi perkembangan bahasa pada peserta didik :
a. Apabila kegiatan pembelajaran yang diciptakan bersifat efektif, maka
perkembangan bahasa peserta didika dapat berjalan secara optimal. Sebaliknya
apabila kegiatan pembelajaran kurang efektif, maka dapat diprediksi bahwa
perkembangan bahasa peserta didik akan mengalami hambatan.
b. Bahasa adalah alat komunikasi yang paling efektif dalam pergaulan sosial. Jika
ingin menghasilkan pembelajaran yang efektif untuk mendapatkan hasil pendidikan
yang optimal, maka sangat diperlukan bahasa yang komunikatif dan memungkinkan
peserta didik yang terlibat dalam interaksi pembelajaran dapat berperan secara aktif
dan produktif.
c. Meskipun umumnya anak SD memilki kemampuan potensial yang berbeda beda,
namun pemberian lingkungan yang kondusif bagi perkembangan bahasa sejak dini
sangat diperlukan.8

4. Implikasi Perkembangan Kreatifitas


Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan berfikir dan bersikap
tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak biasa guna menghasilkan
penyelesaian yang unik terhadap persoalan. Kreatifitas merupakan suatu aktivitas otak
yang terorganisasikan, komprehensif, imajinatif tinggi untuk menghasilkan sesuatu
yang orisinil. Oleh karena itu, kreatifitas lebih dikatakan sebagai suatu yang lebih
inovatif dari pada reproduktif.

5. Implikasi Perkembangan Sosial


8
Ibid, Hlm 127

11
Manusia menurut pembawaannya adalah makhluk sosial, sejak dilahirkan, bayi sudah
termasuk ke dalam masyarakat kecil yang disebut keluarga. Ketika kecil, mulanya
anak-anak hanya mempunyai hak saja, didalam rumah tangga ia mempunyai hak
untuk dipelihara dan dilindungi oleh orang tuanya, namun lama-kelamaan keadaanitu
berubah. Anak-anak yang pada mulnya hanya mempunyai hak saja, berangsur-angsur
mempunyai kewajiban. Lingkungan sosial merupakan pengaruh luar yang datang dari
orang lain. Selain itu, yang termasuk lingkungan sosial ialah pendidikan. Yang
dimaksud dengan pendidikan adalah pengaruh-pengaruh yang disengaja dari anggota
berbagai golongan tertentu, seperti pengaruh ayah, nenek, paman, dan guru-guru.
Perkembangan sosial merupakan proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral, tradisi atau meleburkan diri menjadi satu kesatuan
yang saling berkomunikasi dan bekerja sama.

6. Implikasi Perkembangan Emosional


Emosi merupakan keadaan pada diri seseorang yang disertai warna efektif, baik pada
tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas. Contoh tentang perngaruh pengaruh
emosi terhadap perilaku individu dalam pembelajaran, diantaranya adalah:
a. Memperkuat dan melemahkan semangat apabila timbul rasa senang atau kecewa
atas hasil belajar yang dicapai
b. Menghambat konsentrasi belajar apabila sedang mengalami ketegangan emosi
c. Menggangu penyesuaian sosial apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati
d. Suasana emosional yang dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi
sikapnya dikemudian hari
Emosi mempengaruhi cara belajar anak, yaitu :
(a) menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan,
(b) reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi kebiasaan,
(c) emosi merupakan suatu bentuk komunikasi,
(d) suasana emosional yang dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi
sikapnya dikemudian hari.
7. Implikasi Perkembangan Moral
Moral bukan hanya memilki arti bertingkah laku sopan santun, bertindak dengan
lemah lembut, dan berbakti kepada orang tua saja, melainkan lebih luas lagi dari itu.
Selalu berkata jujur, bertindak konsekuen, bertanggung jawab, cinta bangsa dan
sesama manusia, mengabdi kepada rakyatdan negara, berkemauan keras, berperasaan

12
halus, dan sebagainya, termasuk pula kedalam moral yang perlu dikembangkan dan
ditanamkan dalam hati sanubari anak-anak. Perkembangan moral anak dapat
berlangsung yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar-
salah atau baik-buruk oleh orang tua dan gurunya.

8. Implikasi Perkembangan Spritual


Anak-anak sebenarnya telah memilki dasar-dasar kemampuan spritual yang
dibawanya sejak lahir. Untuk mengembangkan kemampuan ini, pendidikan
mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, untuk melahirkan manusia
yang ber-SQ tinggi dibutuhkan pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada
perkembangan aspek IQ dan SQ saja. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yang menempatkan
perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya.
Berikut ini juga merupakan beberapa implikasi prinsip-prinsip (hukum)
perkembangan terhadap pendidikan, yaitu:
1. Pengembangan (penyusunan, pemilihan, penggunaan) materi, strategi, metodologi,
sumber, evaluasi belajar mengajar hendaknya memperhatikan periode perkembangan
peserta didik.
2. Program (kurikulum) belajar mengajar disusun secara bertahap dan berjenjang
sesuai dengan tahapan prkembangan peserta didik, ketentuannya seperti:
a. Dari sederhana menuju yang kompleks.
b. Dari mudah menuju sukar.
c. Sistem belajar mengajar diorganisasikan agar terlaksana prinsip mastery learning
(belajar tuntas) dan continous progress (maju berkelanjutan)
3. Sampai batas tertentu, program dan strategi belajar mengajar seyogianya
dikembangkan dan diorganisasikan perlakuan (intervensi) yang dapat merangsang dan
mempercepat laju perkembangan peserta didik (Syamsuddin, 2004:85).
Dalam merancang pendidikan, seorang manager pendidikan haruslah mengerti
tentang proses perkembangan peserta didik dan menyesuaikannya dengan proses
tersebut, hal ini sangat urgen karena untuk mengefektifkan, mengefisienkan dan
memaksimalkan pencapaian tujuan dari pendidikan tersebut. 9

9
Ibid, Hlm 127-129

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning
disability. Terjemahan tersebut sesungguhnya kurang tepat karena learning artinya

14
belajar dan disability artinya ketidak mampuan; sehingga terjemahannya yang
benar seharusnya adalah ketidakmampuan belajar siswa dalam belajar.
Indikasi kesulitan belajar dapat terwujud sebagai suatu kekurangan dalam satu
atau lebih bidang akademik, baik dalam mata pelajaran yang spesifik, seperti
membaca, menulis, matematika atau menghitung, dan mengeja atau dalam
berbagai keterampilan yang bersifat lebih umum seperti mendengarkan, berbicara
dan berpikir.

B. Saran

Makalah yang kami buat ini belumlah sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari para pembaca sangat kami harapkan, agar makalah yang akan kami
buat selanjutnya dapat menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan wawasan bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 1976. Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia,


Jakarta: Bulan Bintang.

15
Wingkel, WS. 1991. Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta:
Gramedia Widiasmara.

Sudjara. 2000. Strategi Pembelajaran Bandung: Falah Production.

Mukhlis, “Prinsip-prinsip/Hukum Perkembangan Peserta Didik Dan Implikasinya


Terhadap Pendidikan”, dalam Jurnal Ansiru PAI, Vol. 2, No. 2. Juli-Desember
2018.

16

Anda mungkin juga menyukai