Anda di halaman 1dari 15

BAB I

TEKNIK AERONAUTIKA

Tujuan Pembelajaran Umum


1. Mahasiswa memahami definisi, sasaran, dan disiplin keilmuan teknik
aeronautika.
2. Mahasiswa memahami berbagai tantangan, lingkungan fisik penerbangan, dan
persyaratan disain pesawat udara.
Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Mahasiswa memahami bagaimana persyaratan disain pesawat udara memenuhi
tantangan dan lingkungan fisik penerbangan.

1.1 WAHANA TERBANG


Teknik Dirgantara adalah ilmu teknik yang mempelajari, meneliti, dan
mengembangkan masalah-masalah kerekayasaan penerbangan udara
(aeronautics) dan penerbangan antariksa (astronautics).
Yang dimaksud dengan penerbangan udara di sini adalah penerbangan di dalam
atmosfer bumi atau atmosfer suatu planet. Sedangkan penerbangan antariksa
adalah penerbangan di ruang antariksa antar planet.
Dalam penguasaan Teknik Dirgantara, sasaran yang dicapai adalah kemampuan
dalam memahami ilmu-ilmu kerekayasaan dirgantara untuk diterapkan dalam
rancang bangun, produksi, serta operasi wahana terbang (flight vehicle), yaitu
wahana udara (air vehicle) dan wahana antariksa (space vehicle).
1.1.1 Wahana Udara
Ditinjau dari sumber gaya angkat yang diperlukan untuk terbang, wahana udara
dibagi dalam beberapa jenis. Berikut secara singkat diberikan contoh-contoh
jenis wahana udara.
Gaya angkat dari gejala aerostatik
Dalam hal ini gaya angkat aerostatik dibangkitkan dari gas yang lebih ringan
dari udara yang dibawa oleh wahana tersebut. Efek Archimides menimbulkan
gaya angkat. Wahana udara dari jenis ini adalah balon (balloon) dan kapal udara
(airship). Perhatikan Gambar I.1.
Gaya angkat dari gejala aerodinamik
Dalam hal ini gaya angkat aerodinamik dibangkitkan dari pergerakan wahana
udara di dalam atmosfer dengan kecepatan tertentu. Efek Bernoulli
menimbulkan gaya angkat ini. Wahana udara jenis ini disebut pesawat udara
(aircraft). Perhatikan Gambar I.2.

Pengantar Teknik Aeronautika 1


Gambar I.1 Balon dan airship.

Gambar I.2 Fixed wing aircraft dan rotary wing aircraft.

Gaya angkat dari gejala dorongan sistem propulsif


Dalam hal ini gaya angkat dibangkitkan dari gaya dorong yang dihasilkan oleh
sistem propulsif dari wahana tersebut. Efek reaksi Newton menimbulkan gaya
angkat propulsif. Wahana udara jenis ini ada dua macam, yaitu roket dan
hovercraft.

Gambar I.3 Roket dan hovercraft.

Gaya angkat dari gejala aerodinamik ground effect


Dalam hal ini gaya angkat aerodinamik dibangkitkan dari pergerakan relatif
udara di antara permukaan dan sayap wahana yang bergerak dengan kecepatan
tertentu. Efek Bernoulli menimbulkan gaya angkat ini. Wahana udara jenis ini
disebut pesawat dalam efek permukaan (ground effect craft).

Pengantar Teknik Aeronautika 2


Gambar I.4 Wing in ground effect craft.

1.1.2 Jenis Pesawat Udara


Dilihat dari sifat sayap yang dipakai untuk membangkitkan gaya angkat,
pesawat udara dapat dikelompokkan dalam tiga jenis.
Fixed wing
Fixed wing: pesawat udara dengan sayap tetap, dalam arti tidak bergerak. Dalam
hal ini sayap berfungsi sebagai pembangkit gaya angkat aerodinamik.

Gambar I.5 Rigid aircraft dan flexible aircraft.

Rotary wing
Rotary wing: pesawat udara dengan sayap berputar, yang lazim disebut rotor.
Rotor atau sayap berputar ini berfungsi untuk membangkitkan gaya angkat
aerodinamik.
Pesawat jenis rotary wing ini dibagi dalam dua jenis lagi, yaitu helikopter: jika
rotor diputar langsung oleh mesin dan gyrokopter: jika rotor berputar akibat
gerak maju pesawat.

Gambar I.6 Helikopter dan gyrokopter.

Pengantar Teknik Aeronautika 3


Mixed fixed-rotary wing
Mixed fixed-rotary wing: pesawat udara dengan sayap tetap dan berputar untuk
membangkitkan gaya angkat. Terdapat dua cara pada pesawat jenis ini, yaitu:
Tilt rotor: rotor dipasang pada sayap tetap. Saat take off dan landing, rotor
berfungsi sebagai rotary wing pembangkit gaya angkat. Selanjutnya saat terbang
jelajah, rotor diputar (tilted) untuk berfungsi sebagai pembangkit gaya dorong ke
depan dan sayap tetap berfungsi sebagai pembangkit gaya angkat.

Gambar I.7 Pesawat tilt rotor Boeing-Bell V-22 Osprey.

Canard rotary wing (CRW): rotor dipasang seperti pada helikopter dan canard
(sayap tetap ukuran kecil) dipasang pada badan pesawat bagian depan seperti
pada pesawat sayap tetap.

Gambar I.8 Pesawat experimental CRW Boeing X-50.

1.2 LINGKUNGAN FISIK PENERBANGAN


Teknik Dirgantara menjadi sangat menarik karena adanya dua tantangan utama
yang harus dihadapi, yaitu:
Lingkungan fisik penerbangan yang sangat banyak jenisnya, bervariasi,
serta asing terhadap kondisi lingkungan sehari-hari yang kita kenal di
darat.
Persyaratan fisik rancang bangun pesawat terbang saling kontradiktif
antara satu dengan lainnya, sehingga memerlukan kompromi optimasi
yang sangat ketat.
Lingkungan fisik penerbangan mempunyai parameter-parameter dengan harga
sangat bervariasi dari sangat rendah ke sangat tinggi. Terdapat dua tipe
lingkungan penerbangan, yaitu lingkungan alami dan lingkungan buatan.

Pengantar Teknik Aeronautika 4


Lingkungan alami terdiri dari lingkungan atmosfer, cuaca pada lapisan atmosfer
rendah, lingkungan medan elektromagnetik, lingkungan medan gravitasi,
lingkungan medan percepatan inersial, dan lingkungan antariksa. Beberapa dari
lingkungan alami di atas memberikan gaya dan momen kepada pesawat terbang
yang bergerak di dalamnya.
Lingkungan buatan terdiri dari lingkungan suara, lingkungan contrails,
lingkungan gelombang radio, dan lingkungan inframerah. Lingkungan buatan
manusia ini sebagian besar dibangkitkan oleh pesawat terbang itu sendiri dan
juga dikenal dengan nama jejak pesawat (aircraft signatures). Dalam situasi
permusuhan jejak-jejak ini akan menjadi sasaran pelacakan dari sistem
penginderaan musuh untuk memperoleh kedudukan pesawat.
1.2.1 Lingkungan Atmosfer
Lingkungan atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti bola bumi.
Troposfer: 0–11 km. Daerah yang mengandung hampir seluruhnya uap air dan
hampir seluruh gejala cuaca terjadi di sini.
Stratosfer: 11–50 km. Daerah yang mengandung lapisan ozone (O3), dimana
panas dibangkitkan melalui penyerapan radiasi sinar ultraviolet. Dengan
demikian pada daerah ini temperatur naik dengan naiknya tinggi lapisan.

Gambar I.9 Struktur atmosfer.

Pengantar Teknik Aeronautika 5


Mesosfer: 50–80 km. Daerah dimana gas dengan ikatan molekul jarang
(rarefield gas) dimulai. Pada daerah ini temperatur turun dengan naiknya
ketinggian dikarenakan semakin menipisnya lapisan ozone.
Thermosfer: 80–500 km. Daerah dimana atom-atom jarang dari oxigen
menyerap radiasi sinar ultraviolet. Pada daerah ini radiasi sinar kosmik dan
sinar-X menyebabkan temperatur kembali naik dengan laju cukup tinggi.
Exosfer: 500–1000 km. Daerah dimana rarefield gas semakin banyak, dan
kebanyakan terdiri dari atom-atom bebas dari oxigen, hidrogen, dan helium.
Tekanan dan temperatur atmosfer

Gambar I.10 Variasi tekanan dan temperatur terhadap


ketinggian.

Model atmosfer ISA


Sifat-sifat atmosfer distandardisasikan dalam model matematik oleh beberapa
badan-badan aeronautika di Amerika Serikat maupun Eropa. Yang paling
banyak dipakai adalah the International Standard Atmosphere (ISA) yang
digunakan untuk tujuan penerbangan sipil. Sifat-sifat di muka laut (sea level):
T0 = 288.16 K = 518.69 ºR = 15 ºC = 59 ºF
ρ0 = 1.225 kg/m3 = 0.002377 slug/ft3 = 0.0765 lbm/ft3
p0 = 101,325 N/m2 = 2116.2 lb/ft2 = 14.7 psi
g0 = 9.81 m/s2 = 32.17 ft/s2

Pengantar Teknik Aeronautika 6


Gaya dan momen aerodinamik
Gaya dan momen aerodinamik diberikan oleh atmosfer ke pesawat udara yang
bergerak di dalamnya. Setiap gaya dan momen ini dapat diuraikan dalam tiga
komponen yang saling tegak lurus sbb:

Gambar I.11 Pesawat komuter turboprop ganda IPTN N-250


“Gatotkoco”.

Gaya aerodinamik:
gaya angkat (lift) →L
gaya hambat (drag) →D
gaya samping (side force) →Y
Momen aerodinamik:
momen roll →L
momen pitch →M
momen yaw →N
Gaya dan momen aerodinamik bertitik tangkap di pusat aerodinamik
(aerodynamic centre).
Atmosfer sebagai sumber gaya dorong
Selain gaya dan momen aerodinamik, lingkungan atmosfer dapat dimanfaatkan
untuk membangkitkan gaya dorong (thrust) pada sistem propulsi (motor atau
engine) pesawat terbang. Makin besar kerapatan udara, makin besar pula gaya
dorong yang dapat dibangkitkan melalui gerakan aliran udara ini.
Untuk lapisan troposfer dengan kerapatan udara cukup besar. Sistem propeller
dapat digunakan untuk membangkitkan gaya dorong dengan cara memindahkan
momentum aliran udara untuk memperoleh reaksi berupa gaya dorong.
Untuk lapisan stratosfer dengan kerapatan udara kecil. Sistem pancar gas: udara
dihisap masuk sistem propulsi dengan menggunakan kompresor, kemudian
dicampur dengan bahan bakar, dibakar dan gas yang timbul dipancarkan ke
belakang untuk memperoleh gaya dorong.

Pengantar Teknik Aeronautika 7


1.2.2 Cuaca pada Lapisan Atmosfer Rendah
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa aktivitas cuaca sebagian besar terjadi
di troposfer, dimana interaksi dinamik antara permukaan tanah (soil as well as
water) dan lapisan udara rendah membangkitkan banyak fenomena cuaca seperti
angin, awan, badai, dan sebagainya yang menurunkan kualitas prestasi terbang
pesawat udara.
Tiga jenis kondisi cuaca yang secara kuat mempengaruhi prestasi terbang, yaitu
awan dan kondisi icing; angin, turbulens, dan gust; wind shear dan microburst.
1.2.3 Lingkungan Medan Elektromagnetik
Struktur interior pusat bumi terdiri dari bola padat yang diselimuti oleh bola cair
di luarnya, dimana kedua bola ini berputar dengan kecepatan putar yang
berbeda. Perbedaan kecepatan putar ini membangkitkan beberapa lapisan medan
elektro-magnetik.
Electrosfer
Lapisan elektromagnetik dari muka laut sampai ke ketinggian 25–60 km.
Lapisan ini membentuk kapasitor raksasa dengan muka laut sebagai pelat
dasarnya, dengan konduktivitas elektrik sebesar 300 kV beda muatan kapasitor.

Gambar I.12 Electrosfer.

Pada kondisi cuaca penuh awan lapisan ini menambah jumlah muatan listrik di
dalam awan sampai 20 kV dan merangsang timbulnya petir. Electrosfer
memberikan muatan elektrostatik pada pesawat yang melintas di dalamnya.
Ionosfer
Lapisan Ionosfer mulai dari 25–60 km sampai ketinggian 500 km, ini adalah
lapisan dimana di dalamnya terjadi pengeboman radiasi sinar kosmik dan sinar-
X matahari yang menyebabkan gas pada lapisan ini terionisasi (molekul-molekul

Pengantar Teknik Aeronautika 8


gas diberi muatan sehingga berubah menjadi partikel bermuatan listrik yang
disebut ion).
Lapisan ionosfer menjulang dari bagian atas stratosfer, dimana gas mulai jarang
sampai mencapai tingkat atas dari termosfer. Di dalam lapisan ionosfer,
gelombang radio dipantulkan kembali ke permukaan bumi.

Gambar I.13 Ionosfer.

Magnetosfer
Magnetosfer adalah daerah medan magnetik di atas ionosfer yang menyelimuti
bumi dalam bentuk shell donut sampai ketinggian 36000 km. Ada dua donut
raksasa di magnetosfer, sabuk van Allen dalam dan sabuk van Allen luar.

Gambar I.14 Sabuk van Allen.

Magnetosfer tidak memberikan pengaruh apapun pada pesawat udara yang


terbang di atmosfer sampai ke mesosfer, namun lapisan ini memberikan momen
cukup berarti pada pesawat antariksa yang mengorbit bumi mulai dari termosfer
sampai exosfer.

Pengantar Teknik Aeronautika 9


1.2.4 Lingkungan Medan Gravitasi
Medan gravitasi suatu planet adalah medan potensial fisik yang kuat medan di
suatu titik sebanding dengan kebalikan jarak titik tersebut terhadap titik pusat
medan. Potensial ini ditimbulkan oleh massa planet yang melengkungkan
struktur ruang dan waktu di sekitar planet tersebut.
Menurut Albert Einstein, medan gravitasi merupakan manifestasi lengkungan
ruang dan waktu dalam dimensi empat.

Gambar I.15 Medan gravitasi.

1.2.5 Lingkungan Medan Percepatan Inersial


Medan percepatan inersial timbul jika suatu benda bergerak dengan percepatan
linear maupun angular relatif terhadap acuan tetap.
Jika suatu pesawat antariksa bergerak dengan percepatan linear maupun angular,
maka akan timbul gaya/momen pada pesawat terbang tersebut yang menurut
Newton besarnya sebanding dengan hasil kali antara massa/momen inersia
pesawat tersebut dengan percepatan linear/angular dari gerakannya dengan arah
yang berlawanan dengan arah percepatan tersebut. Gaya/momen ini disebut
gaya/momen inersia dan bertitik tangkap di pusat massa pesawat.

Gambar I.16 Pesawat dalam pengaruh medan percepatan


inersial.

1.2.6 Lingkungan Antariksa


Lingkungan antariksa di tata surya dengan matahari sebagai titik pusat orbit dari
seluruh benda-benda langit di dalamnya merupakan lingkungan yang penuh

Pengantar Teknik Aeronautika 10


dengan gejala-gejala astrofisika. Ketiga gejala astrofisika ini memberikan
gaya/momen pada pesawat antariksa yang besar dan arahnya bersifat acak
(random).
tekanan radiasi matahari (solar radiation pressures) yang dikenal juga
sebagai angin matahari (solar wind).
hujan meteoroid mikro (micro meteoroid shower) yang diakibatkan oleh
meteor-meteor yang tersebar di tata surya sejak proses kejadiannya 4
milyar tahun yang lalu.
tegangan termal (thermal stress) akibat keluar masuk bayangan suatu
planet.
1.2.7 Lingkungan Suara
Dengan mengukur intensitas suara dari muka bumi dengan menggunakan
receiver (microphone) pada beberapa tempat di sekitar lintas terbang pesawat
akan diperoleh kontour intensitas suara pesawat di permukaan. Kontour ini
disebut jejak suara (noise footprint).

Gambar I.17 Jejak suara.

1.2.8 Lingkungan Contrails

Gambar I.18 Condensation trails (contrails).

Pengantar Teknik Aeronautika 11


Contrails merupakan jejak kondensasi (condensation trails) dan awan cirrus
buatan yang terbentuk oleh exhaust mesin pesawat atau wingtip vortices yang
membentuk presipitasi kristal es kecil dalam moist.

1.2.9 Lingkungan Gelombang Radio

Gambar I.19 Stealth technology.

Gambar I.20 Radar cross section (RCS).

Pengantar Teknik Aeronautika 12


1.2.10 Lingkungan Inframerah

Gambar I.21 Infrared signature.

1.3 PERSYARATAN FISIK RANCANG BANGUN

1.3.1 Persyaratan Berat vs. Kekuatan Struktur


Pesawat terbang dirancang dengan berat W seringan mungkin agar dapat
diperoleh energi terbang E sebesar mungkin. Konsekuensi dari berat seringan
mungkin ini adalah kekuatan struktur menjadi lemah, padahal untuk dapat
menahan beban-beban terbang (aerodinamik, gravitasi, dan inersial) kekuatan
struktur harus cukup besar.
T−D
E=V
W

Energi terbang dapat dibuat setinggi mungkin jika:


berat pesawat W seringan mungkin → masalah struktur.
gaya dorong T sebesar mungkin → masalah prestasi propulsi.
gaya hambat aerodinamik D sekecil mungkin → masalah aerodinamika.
kecepatan terbang V sebesar mungkin → masalah mekanika terbang.
Energi terbang E merupakan masalah mekanika terbang. Di sini terjadi konflik
persyaratan antara masalah Mekanika Terbang vs. Struktur Pesawat Terbang

Pengantar Teknik Aeronautika 13


1.2.2 Cuaca pada Lapisan Atmosfer Rendah
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa aktivitas cuaca sebagian besar terjadi
di troposfer, dimana interaksi dinamik antara permukaan tanah (soil as well as
water) dan lapisan udara rendah membangkitkan banyak fenomena cuaca seperti
angin, awan, badai, dan sebagainya yang menurunkan kualitas prestasi terbang
pesawat udara.
Tiga jenis kondisi cuaca yang secara kuat mempengaruhi prestasi terbang, yaitu
awan dan kondisi icing; angin, turbulens, dan gust; wind shear dan microburst.
1.2.3 Lingkungan Medan Elektromagnetik
Struktur interior pusat bumi terdiri dari bola padat yang diselimuti oleh bola cair
di luarnya, dimana kedua bola ini berputar dengan kecepatan putar yang
berbeda. Perbedaan kecepatan putar ini membangkitkan beberapa lapisan medan
elektro-magnetik.
Electrosfer
Lapisan elektromagnetik dari muka laut sampai ke ketinggian 25–60 km.
Lapisan ini membentuk kapasitor raksasa dengan muka laut sebagai pelat
dasarnya, dengan konduktivitas elektrik sebesar 300 kV beda muatan kapasitor.

Gambar I.12 Electrosfer.

Pada kondisi cuaca penuh awan lapisan ini menambah jumlah muatan listrik di
dalam awan sampai 20 kV dan merangsang timbulnya petir. Electrosfer
memberikan muatan elektrostatik pada pesawat yang melintas di dalamnya.
Ionosfer
Lapisan Ionosfer mulai dari 25–60 km sampai ketinggian 500 km, ini adalah
lapisan dimana di dalamnya terjadi pengeboman radiasi sinar kosmik dan sinar-
X matahari yang menyebabkan gas pada lapisan ini terionisasi (molekul-molekul

Pengantar Teknik Aeronautika 8


∆Wf mf
ζ= dan SFC =
W T
Jangkauan terbang dapat dibuat sejauh mungkin jika:
efisiensi aerodinamik (CL/CD) sebesar mungkin → masalah
aerodinamika.
specifik fuel consumption SFC sekecil mungkin → masalah prestasi
propulsi.
berat bahan bakar/berat pesawat ζ sebesar mungkin → masalah struktur.
Jangkauan terbang R dan lama terbang E merupakan masalah mekanika terbang.
Di sini terjadi konflik persyaratan antara masalah
Mekanika Terbang vs. Prestasi Propulsi
1.3.5 Persyaratan Δ Energi Terbang vs. Massa Bahan Bakar
Khusus untuk pesawat terbang dengan propulsi roket (pesawat udara bermesin
roket atau pesawat antariksa). Untuk merubah energi diperlukan thruster roket
yang membangkitkan penambahan kecepatan sbb:
  − ∆V 
∆E = 12 m(∆V ) ∆M f = M 0 1 − exp
2
dan 
  c 
Konsekuensinya, massa bahan bakar yang diperlukan tumbuh secara
eksponensial dengan perubahan kecepatan terbang yang diperlukan, mendekati
massa awal pesawat itu sendiri.
Perubahan energi terbang dapat dibuat besar jika:
impuls spesifik motor roket c sebesar mungkin → masalah prestasi
propulsi.
massa bahan bakar roket Mf sedekat mungkin dengan massa awal
pesawat M0 → masalah struktur pesawat.
Di sini terjadi konflik persyaratan antara masalah
Prestasi Propulsi vs. Struktur Pesawat
1.3.6 Persyaratan Kestabilan vs. Gaya dan Momen Alami
Dalam penerbangannya pesawat terbang akan mengalami gangguan dari gaya
dan momen yang dibangkitkan oleh lingkungannya. Adapun gaya-gaya dan
momen-momen alami ini mempunyai titik tangkap yang lokasinya berbeda-
beda, sehingga akan mempengaruhi keseimbangan sikap dari pesawat selama
bergerak. Faero + Fgrav + Finersial + Fmagnet + Fprop + Fastro = 0
Sikap pesawat terbang dapat dibuat seimbang dalam penerbangannya jika
seluruh gaya dan momen yang bekerja pada pesawat tersebut berjumlah nol →
masalah mekanika terbang. Di sini terjadi konflik persyaratan antara masalah
Aerodinamika, Struktur, & Prestasi Propulsi vs. Mekanika Terbang

Pengantar Teknik Aeronautika 15

Anda mungkin juga menyukai