LP Kista Ovarium
LP Kista Ovarium
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017
Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan pada pasien post operatif Kista Ovarium di
Kebidanan RS Tk.III dr. Reksodiwiryo Padang”. Peneliti menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, saya mengucapkan terima kasih kepada,
Yth :
1. Ibu Dra. Hj. Syarwini, S.Kep,M.Biomed selaku pembimbing I dan ibu Hj.
Metri Lidya, S,Kp. M. Biomed selaku pembimbing II yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini.
2. Bapak H.Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Padang
3. Ibu Hj.Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang
4. Ibu Ns.Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan
Padang Poltekkes Kemenkes Padang yang telah membantu dalam administrasi
untuk memperoleh data yang diperlukan.
5. Ibu Dra. Lisa Megahati, Apt, MM selaku Direktur utama RS Tk.III dr.
Reksodiwiryo Padang
6. Ibu Betraweli, S.ST selaku Kepala ruangan kebidanan RS Tk.III dr.
Reksodiwiryo Padang yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian.
7. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf Program Studi Keperawatan Padang
Poltekkes Kemenkes Padang yang telah memberikan bekal ilmu dan banyak
membantu.
8. Orang tua dan keluarga peneliti yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral.
9. Sahabat yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan ini.
Peneliti menyadari karya tulis ilmiah ini masih terdapat kekurangan dan belum
sempurna. Oleh sebab itu peneliti mengharapkan masukan, tanggapan, kritik dan
Peneliti
Lampiran 5 Surat selesai penelitian dari Direktur RS Tk.III dr. Reksodiwiryo Padang
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem, fungsi, dan proses produksi (Kemenkes,2014). Kista ovarium
adalah kantung berisi cairan yang terletak di ovarium. Kista ovarium merupakan
kasus umum dalam ginekologi yang dapat terbentuk kapan saja, pada masa
pubertas sampai menopause juga selama kehamilan (Nugroho, 2012).
Insiden kista ovarium di Amerika Serikat adalah sekitar 15 kasus per 100.000
wanita per tahun. Kista ovarium didiagnosis lebih dari 21.000 perempuan per
tahun, dan di perkirakan menyebabkan 14.600 kematian (American Cancer
Society,2009). Penderita kista ovarium di Malaysia pada tahun 2008 terdata 428
kasus, dimana terdapat 20% diantaranya meninggal dunia dan 60% diantaranya
adalah wanita karir yang telah berumah tangga. Sedangkan pada tahun 2009
terdata 768 kasus penderita kista, dan 25% diantaranya meninggal dunia dan 70%
diantaranya wanita karier yang telah berumah tangga (Siringo, 2013).
Angka kejadian kista ovarium di Indonesia belum diketahui dengan pasti karena
pencatatan dan pelaporan yang kurang baik. Sebagai gambaran di Rumah Sakit
Kanker Dharmais ditemukan kira-kira 30 penderita setiap tahun (Siringo,2013).
Insiden kista ovarium di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
mengalami kenaikan pada tahun 2012-2014. Kejadian kista ovarium pada tahun
2012 sebanyak 312 kasus, pada tahun 2013 meningkat menjadi 375 kasus dan
pada tahun 2014 meningkat tajam sebanyak 611 kasus (Trisnawati,2015).
Penderita kista ovarium di Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang dari tahun
2015-2016 juga mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2015 tercatat sebanyak
11 kasus sedangkan pada tahun 2016 tercatat sebanyak 20 kasus (Data Rekam
Medis RS Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang).
Menurut hasil penelitan Siringo, dkk (2013) di Rumah Sakit ST Elizabeth Medan
menemukan 116 orang penderita kista ovarium pada tahun 2008-2012 yang
terjadi pada kelompok umur 27-39 tahun (29,7%) dengan kista ovarium jinak
(94,8%) dan kista ovarium ganas (5,2%). Sedangkan penelitian Fadhilah,dkk
(2015) di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar menemukan penderita kista
ovarium sebanyak 124 orang pada tahun 2011-2013 yang terjadi pada kelompok
Studi awal yang dilakukan pada tanggal 20 Januari 2017 di ruang kebidanan
Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang ditemukan satu orang pasien post
operasi histerektomi dengan diagnosa medis kista ovarium. Berdasarkan hasil
observasi, pengkajian pada pasien kista ovarium meliputi pengkajian luka bekas
operasi serta nyeri yang dirasakan pasien. Petugas kesehatan sudah memberikan
pemahaman kepada pasien bahwa nyeri yang dirasakan adalah pengaruh dari luka
bekas operasi. Petugas sudah memantau tanda-tanda vital, memberikan analgetik
kepada pasien untuk mengurangi nyeri,mengobservasi luka operasi. Petugas
kesehatan juga sudah memberikan pendidikan tentang proses terapi namun
petugas belum mengkaji kebutuhan psikologi pada pasien karena jika tidak
diperhatikan akan mengakibatkan klien mengalami gangguan harga diri.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien post operatif Kista
Ovarium di kebidanan Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang pada
tahun 2017
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum dapat dibuat tujuan khusus sebagai berikut:
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian pada pasien dengan post
operatif Kista Ovarium di kebidanan Rumah Sakit Tk.III
dr.Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien
post operatif dengan Kista Ovarium di kebidanan Rumah Sakit Tk.III
dr.Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017
c. Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan pada pasien dengan
post opertif Kista Ovarium di kebidanan Rumah Sakit Tk.III
dr.Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017
d. Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan pada pasien dengan
post operatif Kista Ovarium di kebidanan Rumah Sakit Tk.III
dr.Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
post operatif Kista Ovarium di kebidanan Rumah Sakit Tk.III
dr.Reksodiwiryo Padang pada tahun 2017
f. Mampu melakukan pendokumentasian pada pasien dengan post opertif
Kista Ovarium di kebidanan Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo
Padang pada tahun 2017
2. Rumah Sakit
3. Institusi Pendidikan
Penelitian karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran dalam penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan post
operatif Kista Ovarium
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Status menopause
Ketika wanita telah memasuki masa menopause, ovarium dapat menjadi
tidak aktif dan dapat menghasilkan kista akibat tingkat aktifitas wanita
menopause yang rendah.
c. Pengobatan infertilitas
Pengobatan infertilitas dengan konsumsi obat kesuburan dilakukan
dengan induksi ovulasi dengan gonadotropin (konsumsi obat kesuburan).
Gonadotropin yang terdiri dari FSH dan LH dapat menyebabkan kista
berkembang.
4. Patofisiologi
Perkembangan ovarium setelah lahir didapatkan kurang lebih sebanyak
1.000.000 sel germinal yang akan menjadi folikel, dan sampai pada umur satu
tahun ovarium berisi folikel kistikdalam berbagai ukuran yang dirasngsang
oleh peningkatan gonadotropin secara mendadak, bersamaan dengan lepasnya
Pada masa reproduksi akan terjadi maturasi folikel yang khas termasuk
ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Proses ini terjadi akibat interaksi
hipotalamus-hipofisis-gonad di mana melibatkan folikel dan korpus luteum,
hormone steroid, gonadotropin hipofisis dan faktor autokrin atau parakrin
bersatu untuk menimbulkan ovulasi. Kista ovarium yang berasal dari proses
ovulasi normal disebut kista fungsional jinak. Kista dapat berupa folikular dan
luteal. Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi (LH surge) dan kemudian
cairan intrafolikel tidak diabsorpsi kembali. Pada beberapa keadaan,
kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara artificial dimana gonatropin
diberikan secara berlebihan untuk menginduksi ovulasi. Hipotalamus
menghasilkan gonadotrophin releasing hormone (GnRH), yang disekresi
secara pulpasi dalam rentang kritis. Kemudian GnRH memacu hipofisis untuk
menghasilkan gonadotropin (FSH dan LH) yang disekresi secara pulpasi juga.
Segera setelah menopause tidak ada folikel ovarium yang tersisa. Terjadi
peningkatan FSH 10-20 kali lipat dan peningkatan LH sekitar 3 kali lipat dan
kadar maksimal dicapai 1-3 tahun pasca menopause, selanjutnya terjadi
penurunan yang bertahap walaupun sedikit pada kedua gonadotropin tersebut.
Peningkatan kadar FSH dan LH pada saat kehidupan merupakan bukti pasti
terjadi kegagalan ovarium (Prawirohardjo,2011).
Ukuran kista ovarium bervariasi, misalnya kista korpus luteum yang
berukuran sekitar 2 cm-6 cm, dalam keadaan normal lambat laun akan
mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum akan
5. Manifestasi klinis
Menurut Nugroho (2012), tanda dan gejala kista ovarium antara lain:
a. Sering tanpa gejala.
b. Nyeri saat menstruasi.
c. Nyeri pada perut bagian bawah.
d. Nyeri saat berhubungan badan.
e. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai kaki.
f. Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil.
g. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar
banyak.
9) Jantung
(a) Inspeksi
ictus cordis tidak terlihat
(b) Palpasi
Ictus cordis teraba
(c) Perkusi
Pekak
(d) Auskultasi
Bunyi jantung S1 dan S2 normal
10) Payudara/mamae
Simetris kiri dan kanan, areola mamae hiperpigmentasi, papilla mamae
menonjol, dan tidak ada pembengkakan
11) Abdomen
(a) Inspeksi
Biasanya perut tampak membuncit
(b) Palpasi
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, teraba masa pada abdomen
(c) Perkusi
Biasanya redup
(d) Auskultasi
Bising usus normal
12) Genitalia
Biasanya siklus menstruasi tidak teratur, nyeri yang berlangsung lama
saat menstruasi (Nugroho,2012)
13) Ekstermitas
Biasanya tekanan pada tumor dapat menyebabkan edema pada tungkai
14) Pemeriksaan penunjang
(a) Hasil USG abdomen untuk menentukan sifat-sifat kista
(b) Hasil laparaskopi, untuk mengetahui asal tumor dan untuk
menentukan sifat-sifat tumor.
(c) Hasil pemeriksaan darah untuk mengetahui penurunan atau
peningkatan hemoglobin, leukosit, eritrosit.
No Diagnosis
NOC NIC
keperawatan
4. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya
rencana tindakan tersebut diharapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan
terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap
proses keperawatan (Diagnosa, tujuan intervensi) harus di evaluasi, dengan
melibatkan klien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya dan bertujuan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini berbentuk deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk
memaparkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi saat ini. Jenis rancangan
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian studi kasus.
Penelitian ini menggunakan studi kasus tentang penerapan asuhan keperawatan
1. Jenis data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien
dengan menggunakan format pengkajian. Data primer dari penelitian
ini didapatkan dari hasil wawancara dan pemeriksaasn fisik secara
langsung kepada pasien. Data primer yang diperoleh akan dijelaskan
sebagai berikut:
1) Hasil wawancara sesuai dengan format pengakajian
gynekolgi onkologi yang telah disediakan sebelumnya
meliputi: identitas pasien dan penanggung jawab, riwayat
kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat haid,
riwayat obstetrik dan aktivitas sehari-hari.
2) Hasil pemeriksaan fisik berupa : keadaan umum,
pemeriksaan tanda-tanda vital dam pemeriksaan fisik head to
toe.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
rekam medis, kepala ruangan, petugas di ruangan kebidanan Rumah
Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang. Data sekunder umumnya berupa
data penunjang, catatan atau laporan historis yang telah tersusun
dalam arsip yang tidak dipublikasikan.
2. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya
jawab langsung responden yang diteliti dengan menggunakan format
pengkajian ginekologi dan onkologi. Sebelum mengawali wawancara,
peneliti memberikan penjelasan kepada responden mengenai hal-hal yang
akan ditanyakan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden
didasarkan pada format pengkajian yang telah dibuat peneliti. Pedoman
wawancara yang dipakai pada studi kasus ini adalah lembaran pengkajian
keperawatan meliputi identitas, riwayat kesehatan, ADL (sesuai dengan
format masing- masing tatanan ilmu ).
3. Pengukuran
Pengukuran yaitu melakukan pemantauan kondisi pasien dengan
mengukur dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan seperti
pemeriksaan tekanan darah menggunakan tensi meter dan stetoskop, nadi
dan pernafasan menggunakan arloji dan pengukuran berat badan
menggunakan timbangan.
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan perjalanan penyakit pasien yang sudah
berlalu yang disusun berdasarkan perkembangan kondisi pasien.
Dokumentasi keperawatan berbentuk catatan perkembangan, hasil
pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaan diagnostik seperti foto
G. Hasil Analisis
A. Deskripsi Kasus
Ny. AP (partisipan I) berusia 25 tahun datang ke Poliklinik Syakira RS Reksodiwiryo Padang untuk melakukan kontrol ulang atas
tindakan operasi pengangkatan kista ovarium. Asuhan keperawatan pada partisipan I dilakukan pada tanggal 6 -10 Juni 2017.
Ny.A berusia 43 tahun datang ke Poliklinik Syakira untuk kontrol ulang atas tindakan operasi kista ovarium. Asuhan diberikan
pada partisipan II dilakukan pada 5-9 Juli 2017.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 6 Juni Saat di lakukan pengkajian pada tangga 5 Juni
2017, klien sudah dilakukan tindakan operasi atas 2017, klien sudah di lakukan tindakan operasi atas
indikasi kista ovarium. Klien mengatakan sedikt indikasi adanya kista ovarium serta multiple mioma
nyeri pada luka bekas operasi, luka bekas operasi uteri. Klien mengatakan nyeri sudah tidak ada lagi,
sudah mulai mengering. Klien mengatakan luka operasi sudah kering. Klien mengatakan masih
Riwayat Kesehatan Ny.AP mengatakan pernah di rawat sebelumnya di Ny.A mengatakan pernah dirawat sebelunya di
Dahulu ruang kebidanan RS Rekodiwiryo Padang selama ruang kebidan RS Reksodiwiryo Padang selama 5
5 hari. hari. Ny.A pernah menderita gastritis.
Keterbatasan peneliti :
Saat peneliti melakukan penelitian, Ny.A sudah
diperbolehkan pulang maka peneliti melakukan
kunjungan rumah
Riwayat kesehatan Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga Ny.A mengatakan mempunyai keluarga yang
keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan klien menderita penyakit kanker payudara serta memiliki
serta riwayat penyakit DM, hipertensi dan keluarga yang memiliki riwayat penyakit Diabetes
penyakit menular. Mellitus.
.
Riwayat onkologi Ny.AP mengatakan haid pertama pada umur 12 Ny.A mengatakan haid pertama pada umur 12
tahun, siklus haid tidak teratur, lamanya haid 6 tahun, siklus haid teratur, lamanya haid 7 hari.
hari. Klien mengatakan 3 kali ganti pembalut saat Klien mengatakan 3-5 kali ganti pembalut saat haid.
haid. Warna darah saat haid merah pekat. Warna darah saat haid merah pekat sampai
kehitaman.
Riwayat obstetri Klien sudah memilki 1 orang anak dengan Klien belum memiliki anak dan tidak pernah ikut
persalinan spontan pada tahun 2013, berat bayi KB.
2300 gram, klien pernah ikut KB selama 1 tahun
dengan metoda suntik.
ADL Ny.AP sebelum sakit makan 3 kali sehari namun Ny.A mengatakan sebelum sakit mempunyai
mempunyai kebiasaan makan makanan cepat saji kebiasaan makan makanan cepat saji serta makan 2-
seperti mie. Saat ini klien sudah makan makan 3 kali serta makan sering terlambat. Saat ini Ny.A
yang berserat dan tinggi protein. dianjurkan makan makanan yang mengandung
Pola tidur
Tidur siang tidak teratur, tidur malam teratur Pola tidur siang Ny.A kurang teratur karena Ny.A
dengan jumlah jam tidur ±6 jam. Masalah tidur sebelum sakit harus bekerja, sedangkan tidur malam
tidak ada pada malam hari. ± 6 jam.
Kebiasaan BAB 1 kali sehari, warna kuning Kebiasaan BAB saat sakit 1 kali sehari,warna
kecoklatan dengan konsistensi lembek, tidak ada kuning kecoklatan dengan konsistensi lembek,
masalah BAB. tidak ada masalah saat BAB.
Pemeriksaan fisik Saat dilakukan pemeriksaan fisik, keadaan umum Saat dilakukan pemeriksaan fisik,keadaaan umum
pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis, tampak baik, kesadaran compos mentis, GCS 15,
GCS 15, hasil pengukuran TD: 110/70 mmHg, hasil pengukuran TD: 120/80 mmHg, suhu 37o C,
suhu: 36,6oC (36,5oC-37,5oC), nadi 80 kali nadi 82 kali permenit, pernafasan 19 kali permenit.
permenit, pernafasan 20 kali permenit (normal 16-
20 kali peremenit).
Bentuk kepala normal, tidak terdapat benjolan dan Bentuk kepala normal, tidak terdapat benjolan dan
tidak terdapat lesi, mata simteris kiri dan kanan, tidak terdapat lesi, mata simetris kiri dan kanan,
konjutiva anemis, sklera tidak ikterik, hidung konjuntiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, hidung
tampak kotor dan tidak ada lesi serta tidak ada tampak bersih, tidak ada lesi serta tidak ada
kelainan. Mukosa bibir tampak kering, telinga kelainan. Mukosa bibir tampak lembap, telinga
Pemeriksaan thoraks, simetris kiri dan kanan, Pemeriksaan toraks simetris kiri dan kanan, saat di
tidak ada retraksi dinding dada, saat di palpasi perkusi terdengar sonor, saat di palpasi fremitus kiri
fremitus kiri dan kanan sama, saat diperkusi dan kanan sama, di auskultasi terdengar vesikuler.
terdengar sonor, saat di auskultasi terdengar Pemeriksaan jantung tidak terlihat iktus kordis,
vesikuler. Pemeriksaan jantung ditemukan ictus iktus kordis teraba di RIC 5. Pada pemeriksaan
cordis tidak terlihat,irama jantung regular. abdomen,terdapat luka bekas operasi, tidak ada
Pada pemeriksaan abdomen tampak luka bekas asites, tidak terdapat nyeri tekan, saat perkusi
operasi, terdapat nyeri tekan, saat perkusi terdengar timpani, saat auskultasi bising usus
terdengar timpani,saat auskuktasi terdengar bising normal.
usus positif.
Pemeriksaan kulit turgor kembali cepat, lembap, Pemeriksaan kulit turgor kembali cepat, lembab,
warna merah muda, tidak ada edema,akral teraba tidak ada edema, capillary refill kembali dalam dua
hangat, capillary refil kembali dalam dua detik, detik, akral teraba hangat.
Partisipan I Partisipan II
Diagnosis Berdasarkan hasil pengkajian, masalah yang Berdasarkan hasil pengkajian masalah keperawatan
Keperawatan muncul pada partisipan I adalah : yang muncul pada partisipan II adalah :
Diagnosis pertama ketidakefektifan pemeliharaan Diagnosis pertama yaitu Ketidakefektifan
kesehatan berhubungan dengan dengan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
ketidakmampuan pengambilan keputusan dengan ketidakmampuan pengambilan keputusan
Diagnosis kedua yaitu defisiensi pengetahuan Diagnosis kedua yaitu defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi berhubungan dengan kurang informasi
Diagnosis keperawatan ketiga yaitu kesiapan Diagnosis keperawatan ketiga yaitu kesiapan
meningkatkan manajemen kesehatan meningkatkan manajemen kesehatan
Tabel 4.3 Deskripsi Rencana Keperawatan
Partisipan I Partisipan II
Partisipan I Partisipan II
Partisipan I Partisipan II
Evaluasi Diagnosis pertama yaitu ketidakefektifan Diagnosis pertama yaitu ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan
ketidakmapuan pengambilan keputusan, evaluasi ketidakmapuan pengambilan keputusan, evaluasi
Diagnosis kedua yaitu defesiensi pengetahuan Diagnosis kedua yaitu defesiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi, evaluasi berhubungan dengan kurang informasi, evaluasi
keperawatan dapat teratasi pada hari kelima keperawatan dapat teratasi pada hari kelima dengan
dengan kriteria hasil : klien mengatakan telah kriteria hasil : klien mengatakan telah mengetahui
mengetahui tentang tanda dan gejala penyakitnya. tentang tanda dan gejala penyakitnya.
Diagnosis ketiga yaitu kesiapan meningkatkan Diagnosis ketiga yaitu kesiapan meningkatkan
manajemen kesehatan , evaluasi keperawatan manajemen kesehatan , evaluasi keperawatan dapat
dapat teratasi pada hari kelima dengan kriteria teratasi pada hari kelima dengan kriteria hasil :klien
hasil :klien dapat meningkatkan manajemen dapat meningkatkan manajemen kesehatan
kesehatan
Pada tahap ini peneliti akan membahas perbedaan atau kesenjangan antara asuhan
keperawatan pada pasien post operatif kista ovarium. Pembahasan ini sesuai dengan
tahapan asuhan keperawatan yang dimulai dari proses pengkajian, perumusan
diagnosis keperawatan, pengidentifikasian intervensi keperawatan, pelaksanaan
implementasi dan proses evaluasi.
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa pada usia kedua partisipan
berbeda yaitu partisipan I dengan usia 25 tahun (usia reproduksi) sudah menderita
kista ovarium dan partisipan II pada usia 43 tahun (pre menopause). Menurut
Prawirohardjo, pada masa reproduksi akan terjadi maturasi folikel yang khas
termasuk ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Proses ini terjadi akibat
interaksi hipotalamus-hipofisis-gonad yang melibatkan folikel dan korpus luteum,
hormon steroid, gonadotropin hipofisis dan faktor autokrin atau parakrin bersatu
untuk menimbulkan ovulasi. . Kista ovarium yang berasal dari proses ovulasi
normal disebut kista fungsional jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal.
Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi (LH surge) dan kemudian cairan
intrafolikel tidak diabsorpsi kembali. Kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara
artificial dimana gonatropin diberikan secara berlebihan untuk menginduksi
ovulasi (Prawirohardjo,2011).
Hasil asumsi peneliti bahwa kista ovarium yang terjadi pada partisipan I pada
masa reproduksi terbentuk karena adanya pengaruh dari hipotalamus-hipofis-
gonad yang melibatkan folikel dan korpus luteum. Kista yang terjadi ini karena
kegagalan ovulasi dan kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorpsi kembali
sehingga menumpuk dan semaki lama ovarium membesar dan perut penderita
juga membesar. Sedangkan pada partisipan II yang terjadi pada usia pre
menopause kareba pada usia ini folikel menjadi berkurang. Akibatnya terjadi
peningkatan FSH dan LH, FSH akan menyebabkan maturasi folikel selama
folikuler dan LH berperan dalam proses ovulasi serta produksi hormon estrogen
dan progesterone oleh korpus luteum, peningkatan kadar FSH dan LH merupakan
Menurut Nugroho tanda dan gejala kista ovarium yaitu sering tanpa gejala, nyeri
perut pada bagian bawah, nyeri saat menstruasi, siklus menstruasi tidak teratur,
nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai kaki serta terkadang disertai
nyeri saat buang air kecil (Nugroho,2012). Menurut Fadhilah, dkk Karakteristik
Wanita penderita Kista Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2011-2013 didapatkan
penderita kista ovarium sebanyak 124 orang pada tahun 2011-2013 dengan
keluhan tertinggi yaitu nyeri abdomen bawah (56,2%).
Menurut asumsi peneliti tentang hasil penelitian diatas tidak ada perbedaan antara
kasus dengan teori dan penelitian terdahulu. Pada Ny.partisipan I ditemukan
keluhan nyeri pada abdomen bawah dan siklus menstruasi tidak teratur sedangkan
pada partisipan II hanya ditemukan gejala nyeri pada abdomen bawah namun
siklus menstruasi masih teratur. Ini sesuai dengan teori karena gejala dari kista
ovarium itu sendiri ada yang menujukkan gejala yang khas namun ada juga yang
ditemukan sering tanpa gejala.
Menurut Arif, dkk (2016) faktor resiko terbentuknya kista ovarium adalah
riwayat keluarga. Semakin banyak jumlah keluarga yang menderita penyakit
kanker lainnya dan semakin dekat tingkat keluarga maka semakin besar resiko
wanita terkena kista ovarium. Menurut Mumpuni dan Andang, mengkonsumsi
makanan yang berlemak akan mengakibatkan zat-zat lemak tidak dapat dipecah
dalam proses metabolism sehingga akan meningkatkan resiko timbulnya kista.
Hasil asumsi peneliti tidak ada perbedaan antara kasus dengan teori dan
penelitian terdahulu. Pada partisipan I tidak mempunyai riwayat keluarga yang
menderita penyakit kanker namun dapat disebabkan dari gaya hidup yangkurang
berolahraga dan banyak mengkonsumsi makanan cepat saji. Sedangkan
pasrtisipan II bisa disebakan karena faktor genetik dari keluarga yang diturunkan
kepada Ny.A sehingga dari Ny.A yang suka mengkonsumsi makanan yang cepat
saji juga mempercepat terbentuknya kista ovarium.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik tidak ditegakkan
karena tidak ditemukan klien mengatakan nyeri namun klien merasakan ngilu dan
bisa ditoleransi, klien tidak tampak meringis, klien tidak tampak mengubah posisi
untuk mengorangi nyeri. Diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh tidak ditegakkan karena tidak ditemukan tanda-tanda penurunan
berat badan, tidak ada mual muntah,berat badan dalam batas normal.
Pada teori menjelaskan bahwa faktor resiko terjadinya ovarium bisa disebakan
oleh gaya hidup. Partisipan I dan partisipan II menyukai makanan yang cepat saji.
Padahal makanan yang cepat saji mempunyai zat yang dapat memicu terjadinya
kista maupun memicu terjadinya penyakit lain. Saat mengkonsumsi makanan
cepat saji, zat yang terkandung didalamnya tidak dapat dinetralisir oleh tubuh
sehingga lama kelamaan akan menumpuk. Zat yang menumpuk itu akan
mengganggu metabolisme tubuh dan akan menyebabkan tubuh tidak bekerja
dengan mestinya. Saat metabolism tubuh terganggu, maka akan mengganggu dari
fungsi organ tubuh.
3. Rencana keperawatan
Dalam penelitian ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus pada
penyusunan rencana tindakan dalam meprioritaskan masalah, merumuskan
masalah, merumuskan tujuan, kriteria hasil serta tindakan.
Berdasarkan NIC-NOC (2015) pada 5x24 jam atau pertemuan kelima kedua
partisipan dapat paham tentang gaya hidup sehat serta akan meningkatkan
lagi kesehatan yang lebih optimal dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang tersedia. Hal ini sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa hasil
evaluasi untuk diagnosis ini adalah mampu meningkatkan pengetahuan gaya
hidup sehat.
Berdasarkan NIC-NOC (2015), pada 5x24 jam atau pertemuan kelima klien
dapat mengatasi kurangnya pengetahuan yang tampak bahwa kedua
partisipan menunjukkan perkembangan terhadap masalah defesiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi secara bertahap sampai
kunjungan kelima. Hal ini sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa
hasil evaluasi untuk diagnosis ini adalah mampu mengetahui tentang tanda
dan gejala penyakitnya supaya tidak terjadi penyakit yang berulang.
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan kasus di atas dan setelah melakukan asuhan keperawatan
pada pasien dapat disimpulkan :
1. Pengkajian Keperawatan
B. Saran
1. Identitas Klien
Nama : Ny. AP
Umur : 25 tahun
Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Parak Gadang No.26
2. Suami
Nama : Tn. Wd
Umur :28 tahun
Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : swasta
Agama : Islam
Keluarga terdekat
yang mudah dihubungi : Ny.M ( Ipar)
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan utama :
Klien masuk melalui Poli Syakira RS Reksodiwiryo Padang pada tanggal
16 Mei 2017 pukul 14.45 WIB dengan keluhan nyeri pada perut bagian
bawah sejak 3 bulan SMRS, siklus menstruasi tidak teratur, keluar darah
berwarna merah segar sejak 1 bulan yang lalu di luar siklus menstruasi.
4. Data Psikologis
Saat ini klien tampak sering diam saat ditanya tentang penyakitnya
5. Data Spritual
Klien berdo,a untuk kesembuhan penyakitnya
5) Makan / minum
Saat dirumah sakit klien mendapatkan makanan yang tinggi kalori tinggi protein.
Saat dirumah klien mengatakan dianjurkan makan makanan yang berserat dan
tinggi protein namun terhalang karena keterbatasan biaya
7) Personal hygiene
Saat dirumah sakit personal hygiene dibantu oleh petugas dan keluarga, saat
dirumah klien sudah bisa memenuhi personal hygiene sendiri
c. Telinga : bersih, tidak ada cairan yang keluar, tidak ada lesi
Keluhan : tidak ada keluhan
d. Muka
1) Mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
2) Hidung : kotor,tidak ada pembengkakan
3) Mulut dan gigi : gigi tampak bersih, mukosa bibir tampak kering
Keluhan :
h. Perut
I : tampak luka bekas operasi
P : terdapat nyeri tekan
P : timpani
A : bising usus positif
i. Ekstremitas
Tidak ada edema, akral teraba hangat, CRT <2 detik
j. Genitalia
9. Data Penunjang
a. Data Laboratorium
Darah : tgl 18 Mei 207
Hb :10,0 gr/dl
Golongan Darah :O
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan USG :
NIM :143110235
ANALISIS DATA
3. DS: Kesiapan
3. Klien mengungkapkan meningkakan
manajemen
keinginan untuk sembuh
kesehatan yang
4. Klien mengatakan akan
lebih baik
mengurangi faktor penyebab
kista agat tidak muncul lagi
DO:
4. Klien tampak memiliki
kemauan untuk mengubah
perilaku hidup sehat
5. Klien tampak menghindari
Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
1. Identitas Klien
Nama : Ny. A
Umur : 43 tahun
Pendidikan : Diploma II
Agama : Islam
2. Suami
Nama : Tn. W
Umur : 53 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Keluarga terdekat
3. Riwayat Kesehatan
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 5 Juni 2017 klien mengatakan
sudah dilakukan tindakan operasi atas indikasi kista ovarium. Klien mengatakan
nyeri sudah tidak ada lagi. Klien mengatakan masih berhati-hati saat beraktifitas
karena takut luka operasi akan menjadi parah. TD saat dikaji : hasil pengukuran
TD: 120/80 mmHg, suhu 37o C, nadi 82 kali permenit, pernafasan 19 kali
permenit.
1. Menarche : 12 tahun
e. Riwayat Obstetri
3. Riwayat nifas dan menyusui : tidak ada riwayat nifas dan menyusui
2. Metoda :-
3. Keluhan :-
4. Data Psikologis
Saat ini klien mengatakan tidak ingin penyakitnya kembali lagi dan tidak ingin di
rawat dengan penyakit lain. Klien berharap penyakit nya sembuh dan tidak menjadi
parah.
5. Data Spritual
Klien bekerja sebagai guru TK, sedangkan suami bekerja sebagai swasta
Saat dirumah sakit aktifitas klien dibantu oleh petugas dan keluarga, saat
dirumah klien beraktitas dibantu oleh suami
4. Nafsu makan
5. Makan / minum
Klien mengatakan sudah mengurangi memakan makanan yang cepat saji dan
lebih banyak makan yang berserat
Pola tidur siang Ny.A kurang teratur karena Ny.A bekerja pada siang hari,
sedangkan tidur malam ± 6 jam.
7. Personal hygiene
Saat ini kebiasaan BAK Ny.A lebih dari 5 kali sehari dengan jumlah lebih
kurang 250cc, warna kuning, Ny.A mengatakan lebih sering pipis pada malam
hari. Kebiasaan BAB 1 kali sehari,warna kuning kecoklatan dengan konsistensi
lembek, tidak ada masalah saat BAB.
8. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
4. Nadi : 82 x/menit
2. Kepala dan rambut : bentuk kepala normal, tidak terdapat benjolan, bersih, tidak
ada lesi
3. Telinga: bersih, tidak ada cairan yang keluar, tidak ada lesi
4. Muka
Paru-paru
P : sonor
A : vesikuler
Jantung
A : vesikuler
7. Payudara / mamae
8. Perut
P : timpani
Saat ini tidak ada edema, akral teraba hangat, CRT <2 detik
10. Genitalia
1. Obat oral :
2. Terapi (pembedahan) :
NIM :143110235
sebelumnya tidak
mengetahui penyakitnya
2. Ny.A mengatakan
mengabaikan rasa nyeri
yang dirasakan karena
DS: Kesiapan
5. Klien mengungkapkan meningkatkan
manajemen
keinginan untuk sembuh
kesehatan yang lebih
6. Klien mengatakan akan baik
mengurangi faktor
penyebab kista agat tidak
muncul lagi
DO:
7. Klien tampak memiliki
kemauan untuk
mengubah perilaku hidup
sehat
8. Klien tampak
menghindari faktor resiko
dengan mengkonsumsi
makanan yang berserat
9. Klien tampak
menghindari makanan
yang cepat saji
efektif
2. Defesiensi pengetahuan berhubungan 5 Juni 9 Juni
dengan kurang informasi 2017 2017
Nama : Ny.A
Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
Kesiapan meningkatan Meningkatkan manajemen kesehatan Perilaku patuh diet yang disarankan
manajemen kesehatan
yang lebih baik 1. Berpartisipasi dalam menetapkan tujuan diet
yang bisa dicapai dengan professional kesehatan,
P: Intervensi dilanjutkan
Selasa, 6 Ketidakefektifan 1. Melibatkan individu, keluarga S: klien mengatakan akan mengubah gaya
Juni 2017 pemeliharaan dan kelompok dalam rencana hidup
kesehatan implementasi gaya hidup atau
berhubungan dengan modifikasi perilaku kesehatan O: keluarga tampak tidak terlibat dan
strategi koping tidak 2. Merumuskan tujuan dalam modifikasi perilaku kesehatan
efektif progam pendidikan kesehatan
A: Masalah belum teratasi
P:intervensi dilanjutkan
P : interevensi dilanjutkan
P: intervensi dilanjutkan
P: intervensi dilanjutkan
Kamis, 8 Ketidakefektifan 1. Mengevaluasi kembali pengetahuan S: klien mengatakan sudah memahami dan
Juni 2017 pemeliharaan tentang berperilaku hidup sehat sudah perilaku hidup sehat
kesehatan 2. Melibatkan keluarga dalam upaya
berhubungan dengan O: keluarga tampak sudah mau terlibat
hidup sehat
strategi koping tidak dalam upaya hidup sehat
efektif 3. Menekankan pentingnya hidup
sehat A: masalah teratasi
P: intervensi dilanjutkan
P: intervensi dilanjutkan
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan