Anda di halaman 1dari 3

Ethiopia Minta Bantuan Pangan Darurat

Lima tahun kemarau berkepanjangan yang


hanya sesekali diselingi hujan telah
mengancam kehidupan sekitar 23 juta
penduduk di tujuh negara kawasan Afrika
Timur. Hari Kamis (22/10), Ethiopia, salah
satu negara di antara ketujuh negara itu,
meminta bantuan pangan darurat senilai 121
juta Dolar AS kepada masyarakat
internasional.
Menurut Menteri Negara Ethiopia untuk
Pertanian dan Pembangunan Daerah Mitiku Kassa, awal tahun ini hampir 5 juta orang
terancam kelaparan di negaranya. Namun minimnya hujan tahun ini menyebabkan jumlah
orang yang membutuhkan bantuan darurat melonjak hingga 6,2 juta orang untuk periode
Oktober hingga Desember 2009.
Peringatan mengenai situasi di Afrika Timur sudah didengungkan oleh PBB dan organisasi
bantuan pangan Jerman Welthungerhilfe. Ketika meluncurkan laporannya pertengahan
Oktober, Iris Krebber dari kantor Welthunger di Nairobi, Kenya juga mengingatkan, "Yang
termiskin dari mereka yang miskin dan mengalami kelaparan adalah perempuan. Belum lagi,
perempuan biasanya merupakan penanggung jawab utama dalam keluarga, yang menjamin
makanan, kesehatan dan berbagai hal."
Ethiopia berpenduduk 83 juta orang. Menurut Menteri Pertanian Ethiopia Mitiku Kassa, hampir
80 ribu anak-anak di bawah usia lima tahun menderita kekurangan gizi parah. Selain hampir
160 ribu ton pangan bantuan, ia juga meminta 11 ton pangan khusus untuk anak-anak dan
perempuan senilai 8,9 juta dolar AS, serta sekitar 45 juta Dolar AS bantuan non-pangan dari
para donatur.
Mitiku Kassa mengatakan, sejak Januari negaranya menghadapi berbagai tantangan
kemanusiaan yang meliputi keamanan pangan, kesehatan, nutrisi, sanitasi serta khususnya,
air. Selama dua tahun terakhir di berbagai kawasan, sama sekali tak turun hujan. Diperkirakan
kondisi kekeringan bisa berlangsung sampai 25 tahun ke depan.
Permintaan bantuan Ethiopia diserukan bersamaan dengan peluncuran laporan lembaga
bantuan Oxfam berjudul "Band Aids and Beyond" dalam rangka memperingati 25 tahun
tragedi kelaparan di Ethiopia tahun 1984. Dalam bencana itu lebih dari 1 juta orang meninggal
akibat kelaparan.
Dalam laporan Oxfam tercatat imbauan Birhan Woldu, salah seorang yang mengalami masa
kelaparan itu. Ia mengimbau internasional untuk membantu warga Ethiopia mengolah sektor
pertanian dan menghasilkan pangannya sendiri. Dari sekitar 3,2 milyar Dolar bantuan dari
Amerika Serikat saja hingga 1991, sekitar 94% pangan dipasok dari luar negeri.
Laporan Oxfam menekankan perlunya mengubah strategi bantuan kemanusiaan darurat untuk
Ethiopia. Direktur Oxfam, Penny Laurence juga mengingatkan, meski tak dapat mendatangkan
hujan, masih banyak hal yang bisa diperbuat untuk menghentikan siklus bencana akibat
kekeringan di Ethiopia dan Tanduk Afrika.
Di Ethiopia banyak warga yang jenuh dengan citra "korban bencana kelaparan" yang dimiliki
negaranya. Banyak warga berharap adanya investasi asing yang dapat membantu Ethiopia
agar lebih mandiri memenuhi kebutuhan pangannya.
Kontingen Garuda dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB

Dalam misinya menjaga perdamaian dunia, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) punya


Peacekeeping Operation (UNPO) atau Misi Pemeliharaan Perdamaian (MPP).
Dilansir dari situs Kementerian Luar Negeri, peran MPP PBB awalnya memelihara gencatan
senjata dan stabilisasi situasi dalam perang.
Gencatan senjata penting untuk memberi kesempatan usaha politik dan diplomasi sebagai
penyelesaian konflik.
Dengan berakhirnya Perang Dingin, tugas MPP PBB berubah dari misi "tradisional" yang
mengedepankan tugas-tugas militer, menjadi misi yang lebih luas.
Misi yang dulunya melibatkan tentara, kini lebih banyak melibatkan polisi dan unsur sipil.
Sifat dari konflik yang harus dihadapi oleh MPP PBB juga berubah. Sebelumnya, MPP PBB
menangani konflik antarnegara.
Namun saat ini, MPP PBB dituntut untuk dapat diterjunkan pada berbagai konflik internal dan
perang saudara.
MPP PBB juga dihadapkan pada realita semakin meningkatnya konflik yang bersifat asimetris,
ancaman kelompok bersenjata, terorisme dan radikalisme, serta penyakit menular.
Indonesia terlibat dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB. Sesuai Pembukaan Undang-
undang Dasar 1945 alinea IV, salah satu tujuan negara yakni menjaga ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Dikutip dari PBB dan Organisasi Internasional (2018), keterlibatan Indonesia sejak tahun 1957
telah diakui berbagai pihak.
Indonesia diberi kepercayaan oleh PBB untuk mengirim personel keamanan terbaiknya dalam
menjalankan Misi Pemerliharaan Perdamaian.
Pasukan tentara, kepolisian, dan sipil Indonesia dikenal dengan nama Kontingen Garuda.
Sebagai negara yang berlandaskan hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
ikut berperan dalam menciptakan perdamaian
dunia.
Dikutip dari situs resmi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI, peran serta
Indonesia dalam perdamaian dunia adalah
amanat Pembukaan Undang-undang Dasar
Negara RI Tahun 1945 alinea ke-4.
Yaitu dalam rangka mewujudkan perdamaian
dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Walaupun harapan untuk hidup damai pada kenyataannya masih menjadi impian yang sulit bagi
sebagian bangsa.
Peran Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia melalui dua cara, yaitu melalui:
1. Hubungan Internasional
2. Organisasi Internasional
Berdasarkan Undang-undang No. 37 Tahun 1999, telah diijelaskan pengertian mengenai
hubungan internasional.
Hubungan internasional adalah kegiatan yang menyangkut aspek regional dan internasional yang
dilakukan oleh pemerintah di tingkat pusat dan daerah, lembaga negara, badan usaha, organisasi
politik, organisasi masyarakat, LSM atau warga negara.
Bagi bangsa Indonesia, hubungan internasional memiliki arti penting antara lain:
Pembentukan satu negara Republik Indonesia yang demokratis.Pembentukan satu masyarakat
yang adil dan makmur secara material ataupun spiritual.Pembentukan satu persahabatan yang
baik antara Republik Indonesia dan semua negara di dunia.Mempertahankan kemerdekaan
bangsa dan menjaga keselamatan negara.Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari
luar.Meningkatkan perdamaian internasional.Meningkatkan persaudaraan segala bangsa.
Pola hubungan internasional yang dibangun bangsa Indonesia dapat dilihat dari kebijakan politik
luar negeri Indonesia.
Kebijakan politik luar negeri Indonesia menerapkan prinsip politik luar negeri yang bebas aktif dan
diabdikan bagi kepentingan nasional.
Bebas artinya bahwa bangsa Indonesia bebas menjalin hubungan dan kerja sama dengan bangsa
mana pun di dunia.
Aktif artinya bahwa bangsa Indonesia selalu berusaha secara aktif dalam usaha ᵅᵅᵅᵅmenciptakan
perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Sebagaimana diatur dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 dan pasal 11 UUD 1945.
Pentingnya organisasi internasional adalah karena kerja sama antar negara atau antar warga
negara memungkinkan terlembaganya nilai-nilai bersama.
Bentuk dukungan bangsa Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia melalui organisasi
internasional antara lain:
Pelopor berdirinya ASEAN yang bertujuan menjaga stabilitas perdamaian regional Asia
TenggaraMengirimkan misi perdamaian di Perserikatan Bangsa-bangsa yang tergabung dalam
Misi Republik Indonesia (MISIRIGA)Penyelenggara Konferensi Asia Afrika pada 1955Aktif dalam
Gerakan Non Blok (GNB)Aktif dalam OPEC yang merupakan negara-negara

Anda mungkin juga menyukai