Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/335272742

PERKEMBANGAN OTOMASI DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI SEBAGAI SOLUSI


MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN

Research · August 2019


DOI: 10.13140/RG.2.2.26365.31208

CITATIONS READS

0 1,017

1 author:

Muhammad Ainul Yaqin


Institut Teknologi Sepuluh Nopember
18 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Analysis Process Business UKM View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Ainul Yaqin on 20 August 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PAPER 2
PERKEMBANGAN OTOMASI DALAM INDUSTRI
KONSTRUKSI SEBAGAI SOLUSI MEMPERCEPAT

Manufacturing System Lab. – Industrial Engineering Dept. – 4th Semester 2018-2019


PEMBANGUNAN
TITLE (MAX 14 WORDS)

UNDERGRADUATE PROGRAM
The writer(s) states that this assignment is my (our) own work
and has done it as the best as I (we) can. All the usage of other’s idea, thought
and written statement have been written with sufficient citation -
I (we) commit to accept all the consequences towards the plagiarism
that has been made – starting from no mark for this assignment, mark
deduction of other evaluation for this subject and other academic consequences.

AUTHOR(S)
Student *
No. Fullname Signature Score
Number

INDUSTRIAL AUTOMATION –
Muhammad
1. 02411740000154
Ainul Yaqin

2.

Lecturer’s
3.
Signature

4.

Your academic success which is made honestly


is the proof of your excellent integrity,
for the bright future

Submission Date:
05 APRIL 2019
___ (Receiver’s Signature)

Class

Muhammad Ainul Yaqin| 1 | Industrial Automation B


Muhammad Ainul Yaqin| 2 | Industrial Automation
PERKEMBANGAN OTOMASI DALAM INDUSTRI KONSTRUKSI SEBAGAI SOLUSI
MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN
Pendahuluan
Teknologi merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam
perkembangannya, terdapat teknologi membantu pekerjaan manusia menjadi lebih mudah. Salah satu
bidang yang sangat menerapkan kemajuan teknologi adalah bidang industri. Sejarah mengenai
perkembangan industri 1.0 hingga 4.0 tidak terlepas dengan penerapan teknologi. Menurut Slamet
Riyadi (2018) mengatakan, titik krusial perkembangan teknologi adalah pada awal abad dua puluh. Pada
abad ini lahir teknologi informasi dan mulai proses produksi dengan proses otomatis. Hebatnya pada
zaman ini teknologi PLC (Programmable Logic Control) mulai dikembangkan. PLC ini merupakan sistem
otomasi berbasis komputer. Menurut Klaus Schwab (2016) perkembangan PLC ini menyebabkan biaya
produksi menjadi lebih murah. Dalam sejarah revolusi industri, puncak revolusi ini ketika datangnya
teknologi digital. Teknologi ini memiliki dampak masif terhadap hidup manusia. Dalam revolusi industri
4.0 melakukan sistem otomatis dalam proses aktivitas dengan bantuan Internet of Things (IoT). Dengan
timbulnya ini, muncul bisnis – bisnis baru seperti Gojek, Uber , dan lain lain. Selain itu juga berkembang
autonomous vehicle (mobil tanpa supir), drone, dan banyak alat alat baru yang dikembangkan dengan
menggabungkan prinsip otomatis dan Internet of Things (IoT). Pengembangan teknologi tersebut
dilakukan semata – mata demi keberlangsungan sektor industri baik manufaktur maupun jasa (Kasali,
2017). Selain sektor industri yang penting, ternyata sektor konstruksi tidak kalah penting apalagi di
Negara Indonesia yang saat ini sedang menggencarkan pembangunan infrastruktur. Mengapa konstruksi
penting? Menurut Bayu Murtiyoso (2014) Konstruksi penting karena jumlah penduduk bumi semakin
hari semakin meningkat. Berdasarkan World Bank pada tahun 2012 populasi dunia mencapai Tujuh
Miliar dan diprediksi pada tahun 2030 mencapai jumlah Sembilan Miliar pada tahun 2030, sedangkan hal
tersebut akan meningkatkan demand pada kebutuhan infrastruktur. Data menunjukkan jumlah USD
uang yang digunakan dalam kemampuan pembangunan infrastruktur saat ini adalah 24 Triliun USD,
sedangkan permintaan dalam infrastruktur adalah 60 Triliun USD. Ini memiliki selisih yang sangat besar
yakni 36 Triliun USD (ARTBA, 2014). Jika melihat kemampuan dan permintaan yang sangat timpang
disini, maka penting untuk menyeimbangkannya. Jika lebih ditelusuri lagi, Konstruksi merupakan salah
satu industri manufaktur di dunia yang sangat sedikit menggunakan otomasi (ARTBA, 2014). Dari
pernyataan ini maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan pertama yang dimiliki dunia konstruksi
adalah masih menggunakan cara konvensional dan belum menggunakan otomasi. Untuk
menyeimbangkan kebutuhan tersebut maka penting menggunakan otomasi dalam dunia konstruksi.
Permasalahan kedua yang dihadapi oleh konstruksi adalah kemoloran proyek. Terdapat dua faktor yang
melatarbelakangi molor nya proyek pembangunan konstruksi yakni faktor alam dan faktor manusia.
Contoh dari faktor alam yakni cuaca yang tidak mendukung. Sedangkan penyebab dari faktor manusia
adalah pekerjaan dilakukan pengulangan berkali kali, gambar konstruksi membingungkan, pelaksanaan
pekerjaan tidak benar, pengaturan material tidak teratur, pemilihan bahan dengan faktor mengira –
ngira dan kemampuan pekerja tidak sama dan tidak bisa diprediksi. Ini merupakan sebuah
permasalahan. Seharusnya dengan hadirnya proses otomasi di dunia konstruksi, tentu dapat mengkaver
kesalahan manusia tersebut. Permasalahan ketiga yang dihadapi oleh konstruksi adalah masalah
keselamatan. Berdasarkan data dari kementrian tenaga kerja (2018) bahwa sepanjang tahun 2017, telah
terjadi 1877 kecelakaan tenaga kerja konstruksi. Jumlah ini sangat banyak. Oleh sebab itu ini harus
dikurangi dengan cepat agar konstruksi di Indonesia lebih aman nyaman dan efektif.
Berbicara proses otomasi pada dunia konstruksi untuk mempercepat pembangunan dan
keselamatan, hal tersebut bukan sekedar imajinasi. Terdapat beberapa indikator yang penulis harap
mampu menciptakan kondisi yang seperti itu. Pertama – tama yang harus dilakukan yakni dengan
melihat komponen apa saja yang harus di otomasi, apa saja jenis tipe dan kontrol otomasi yang
dibutuhkan, kemampuan perusahaan konstruksi dalam mengotomasi hal tersebut, dan kebutuhan vital
dalam mengotomasikan hal tersebut. Jika identifikasi dari keempat hal ini dilakukan maka proses
Muhammad Ainul Yaqin| 3 | Industrial Automation
otomasi dapat masuk ke dunia konstruksi, sehingga mampu membantu para pekerja konstruksi. Sebagai
contoh dalam mendata barang-barang sebuah proyek maka diperlukan orang yang jeli dalam mendata
harga dan kebutuhan proyek tersebut. Tidak sampai disana pekerja juga harus menentukan kapan dia
akan membeli barang tersebut kemudian kapan barang tersebut digunakan dan mendata kemajuan
proyek saat barang tersebut digunakan. Para pekerja tersebut juga harus memantau barang datang dan
barang digunakan. Melihat contoh kongkrit ini, tentu sangat lah kesulitan apabila para pekerja harus
mendata tersebut satu – satu, kemudian pasti akan terjadi kesalahan kesalahan yang akan terjadi.Oleh
sebab itu otomasi hadir untuk membereskan permasalahan tersebut. Menurut penulis, terdapat enam
indikator keberhasilan dalam dunia konstruksi. Indikator yang pertama adalah tercapainya data – data
valid dengan harga – harga setiap barang sehingga memudahkan kontraktor dalam menghitung dan
merencanakan proyek konstruksi. Yang kedua adalah Terdapat perkembangan imajinatif sebuah proyek
konstruksi sebelum konstruksi dimulai sehingga mampu merencanakan tata kelola konstruksi. Indikator
ketiga adalah tersambungnya setiap pekerja dalam konstruksi sehingga peminjaman barang pada proses
konstruksi dapat dilakukan dengan cepat. Maksud dari indikator yang ketiga ini adalah ketika seorang
pekerja membutuhkan sebuah barang dan barang tersebut sudah dipakai temannya maka sistem
otomasi ini mampu menunjukkan alat terdekat yang tidak dipakai dimana. Indikator yang ketiga adalah
tercapainya waktu konstruksi sesuai perencanaan bahkan bisa mendahului. Indikator keempat adalah
sistem pengecekan kemajuan otomatis. Dimana sistem ini terintegrasi dengan proyek dan pekerja
sehingga mampu secara real-time mengetahui pengembangan konstruksi tersebut. Indikator kelima
adalah terciptanya suasana kerja yang aman. Indikator ini dapat tercapai dengan sistem otomasi yang
terintegrasi sehingga mampu mengecek kesiapan para pekerja dalam hal peralatan dan keamanan diri.
Kemudian menjadi pengingat akan bahaya konstruksi maupun tidak. Indikator keenam adalah
Kesesuaian hasil dan keinginan konstruksi yang dilakukan dengan cepat.
Melihat permasalahan dan indikator keberhasilan adanya konstruksi maka solusi dari
permasalahan tersebut adalah proses otomasi yang terintegrasi. Dalam menjawab permasalahan yang
pertama maka perlu adanya otomasi dalam dunia konstruksi untuk mempercepat. Dalam menjawab
kemoloran proyek maka para pekerja harus memiliki kemampuan lebih agar proyek konstruksi yang
dijalankan dapat selesai sesuai rencana. Solusi nya yakni menggunakan tenaga mesin. Dalam
perkembangannya, saat melakukan salah satu proses pembangunan yakni pengecoran semen, dahulu
para pekerja dalam mengaduknya masih menggunakan tenaga manusia, namun dengan perkembangan
zaman, ada mesin untuk mengaduk semen. Ini merupakan solusi mendasar untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut. Untuk permasalahan yang ketiga adalah keselamatan. Memang dalam
menuntaskan permasalahan keselamatan pada proses konstruksi ini dibutuhkan pengarahan yang betul
dan pemahaman akan safety. Kecelakaan terjadi karena kebiasaan pekerja yang sering melalaikan aspek
penting dalam pembangunan seperti topi keselamatan, sabuk, sarung tangan, dan berbagai alat lain.
Selain itu dibutuhkan juga alat otomatis sebagai penanda bahaya di lingkungan konstruksi. Hal tersebut
apabila dilakukan dengan baik oleh para pekerja, maka konstruksi dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Sedangkan dalam mencapai indikator keberhasilan sebuah konstruksi yang baik dapat dicapai dengan
integrasi otomasi. Mengapa penulis lebih senang menggunakan kalimat integrasi otomasi? Karena
konstruksi saat ini membutuhkan hal hal yang real-time dan perkembangan data saat ini. Apabila
konstruksi terdapat sedikit saja hal-hal yang tidak terupdate maka konstruksi tersebut dapat ketinggalan
zaman dan proses yang dilakukan tidak efisien. Setelah mengintegrasi dan otomasi proses konstruksi
kemudian bahan apa dan jenis kontrol apa yang bisa diwujudkan dalam hal ini? Jawaban hal tersebut
adalah karena hadirnya teknologi yang canggih seperti BIM (Building Information Modelling), 3D Printing
sekala besar, Virtual Reality for construction, Smart operation, dan masih banyak alat yang bisa
digunakan demi mendukung kelancaran proses otomasi dalam bidang konstruksi ini
Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini, penulis akan memaparkan komponen otomasi dan jenis kontrol yang
bisa dipakai dan telah dipakai guna mengotomasi sebuah proses konstruksi. Alat pertama yakni BIM
(Building Information Modelling). Mungkin perkembangan teknologi ini masih belum sampai ditelinga
Muhammad Ainul Yaqin| 4 | Industrial Automation
orang Indonesia, namun teknologi BIM ini telah berkembang pesat di luar negeri khususnya di Singapura,
Eropa, dan Amerika (Kasali, 2019). BIM sendiri merupakan alah satu teknologi di bidang AEC (Arsitektur,
Engineering dan Konstruksi) (Putra, 2016). BIM memiliki kemampuan dalam hal menyimulasikan
informasi dalam sebuah proyek pembangunan dalam model 3, 4, hingga 5 dimensi. Maksud dari dimensi
ini adalah dimensi biaya, waktu pengerjaan, komponen barang, struktur bangunan, dan proses
pembangunan. Teknologi ini menerapkan prinsip teknologi 3D sehingga mampu dilihat model rancang
bangunan nya dari depan, belakang, maupun samping. (Kasali, 2019). Berikut adalah gambaran teknologi
BIM yang telah digunakan.

Gambar 1 Contoh Penggunaan BIM (Source : Google Image)


Sebelum otomasi dengan menggunakan BIM, para konstraktor menggunakan CAD dalam
merancang konstruksi mereka. Terdapat beberapa alasan para kontraktor pindah dari CAD ke BIM
karena BIM memiliki hal – hal yang tidak dimiliki CAD. Seperti BIM dapat meniru proses bangunan
sebenarnya, sedangkan CAD tidak bisa. Teknologi BIM awal mulanya diperkenalkan pada tahun 2003 di
Amerika Serikat dengan melakukan percobaan pada 9 proyek yang dinaungi oleh General Service
Administration (GSA). Kemudian pada tahun 2009, 50% industri konstruksi di Amerika menggunakan BIM
(Andy K. D. Wong, 2010). Pada perkembangannya, GSA mampu melakukan perkembangan hingga
menjadi enam tingkat. Pertama yakni mengarahkan penggunaan BIM berbasis Industry Foundation
Classess. Kedua yakni megarahkan desain bangunan baru yang melalui Public Building Services (PBS).
Ketiga yakni mengembangkan adanya standarisasi BIM. Keempat yakni GSA mengembangkan BIM
dengan industri Real-estate. Kelima yakni mengembangkan pendemonstrasian dalam desain hemat
energi pada sebuah proyek San Fransisco. Keenam adalah pengembangan teknologi avatar yang diadopsi
dari industri game untuk simulasi perilaku manusia di dalam model virtual.
Cara kerja BIM sendiri yakni memanfatkan big data yang terotomasi, sehingga BIM selalu update
kapanpun dan dimanapun BIM digunakan. Prinsip otomasi virtual sebuah bangunan sebelum konstruksi,
sehingga proses maket yang biasa digunakan sebelum merancang bangunan sudah bisa dilakukan secara
otomatis di BIM (Andy K. D. Wong, 2010). Setelah itu otomasi dalam estimasi data dan waktu
perencanaan pembangunan tertulis jelas. Dalam hal ini dapat dirancang otomatis misalnya
pembangunan kaca kapan setelah melakukan apa dilakukannya. Dan uniknya data mata uang yang BIM
gunakan dalam estimasi biaya pembangunan ini merupakan otomasi database seluruh dunia sehingga
dapat memilih langsung toko penyuplai yang diinginkan oleh sang kontraktor. Dengan menggunakan
teknologi ini, dapat mempermudah proses tender proyek. Penyelarasan otomasi teknologi BIM ini
merupakan sebuah digitalisasi berotomasi. Dengan menggunakan teknologi BIM ini, proses tahapan
konstruksi dapat dipercepat karena semua stakeholder proyek mampu melihat perkembangan yang

Muhammad Ainul Yaqin| 5 | Industrial Automation


terjadi di lapangan melalui aplikasi BIM ini. Namun apabila pengembangan teknologi BIM ini tidak
diimbangi dengan alat otomasi sebagai pembantu penyelesaian proses konstruksi maka seperti kurang.
Oleh sebab itu perlu hadirnya robot sebagai otomasi tindakan manusia dalam perancangan konstruksi
ini.

Gambar 2 Robot Hadrian Yang dikembangkan Fastbrick Robotics


Jika melihat sejarahnya mengenai robotik terlebih dahulu, Capek (1921) mendefinisikan robot
tidak seperti alat mekanikanl dan seperti biologis dan lebih mirip seperti penggambaran ponsel cerdas.
Sedangkan Asimov (1941) mengartkan bahwa robot merupakan benda mati yang memiliki kecerdasan
buatan. Pada abad ke-21 ini kecerdasan buatan (Artificial Intelegent) telah mengubah pandangan dunia
tentang teknologi. AI mulai ramai diperbincangkan setelah sebuah robot bernama Alpha Go berhasil
mengalahkan seorang grandmaster catur yang terkenal (Chouard, 2016). Sehingga kemudian
berkembang robot dan kecerdasan buatan. Sehingga fitur robot tersebut yakni mampu melakukan
gerakan gerakan cepat dan teliti yang tidak bisa dilakukan kebanyakan orang pada umumnya. Selain itu
teknologi robot. Selain itu robot tidak memiliki rasa lelah sehingga allowance yang diberikan tidak ada.
Dari latar belakang ini pengembangan mesin dengan kemampuan seperti itu terus dilakukan. Di luar
negeri seperti Italia pengembangan ini mengacu pada seluruh bidang, khususnya konstruksi. Akhirnya
para ilmuwan menemukan teknologi otomasi konstruksi yakni 3D Printing. Metode ini hampir sama
denga prinsip mesin cetak biasa 2D. Pada awalnya mesin ini juga hampir sama dengan mesin 3D Printing
skala kecil, namun dalam pengemabangan nya mesin ini sudah terotomasi, sehingga dalam beberapa
percobaan pembangunan konstruksi jembatan, sudah tidak diperlukan manusia sama sekali (atau
setidaknya satu manusia hanya sebagai pengawas) karena pengerjaan pembuatan jembatan full
automated dilakukan menggunakan robot.

Gambar 3 Robot Fastbricks yang digunakan untuk mnata batuan sebagai tembok rumah. (Source
https://www.equipmentworld.com)
Dalam perkembangannya antara robot atau mesin dan Artificial Intellegent, telah dibangun
mesin yang membantu para kontraktor untuk menyusun batu batu yang dipakai sebagai tembok rumah.
Muhammad Ainul Yaqin| 6 | Industrial Automation
Salah satu perusahaan yang mengembangkan ini adalah Fastbrick Robotics yang berada di Amerika
Serikat. Perusahaan ini mulai memasarkan mesin yang mampu menyusun batu bata tersebut. Mesin ini
sangat membantu dalam mempercepat proses konstruksi, mengurangi biaya, memperbaiki proses
perencanaan dan mengurangi resiko kecelakaan kerja. (Robotics, 2016). Pada fase ini manusia berguna
sebagai pengawas dan otak pemrogram untuk merancang mesin tersebut. Cara kerja mesin ini sama
seperti cara kerja mesin 3D Printing. Mesin ini menyusun bata dengan menumpuk – numpuk bata
tersebut. Kemudian bata yang ditumpuk tersebut merupakan bata khusus dimana apabila saling
menumpuk maka mereka akan mengeluarkan cairan yang berfungsi sebagai perekat. Ini merupakan
sebuah kontrol otomasi yang sangat maju dengan memanfaatkan teknologi 3D Printing. Berikut
merupakan hasil dari proses otomasi tersebut (Zakaria Dahli, Zoubeir Lafhaj, 2017).

Gambar 4 Hasil pengerjaan Fastbrick (Source : https://www.youtube.com/watch?v=4YcrO8ONcfY)


Melihat hasil pekerjaan ini, sebenarnya teknologi ini menggunakan sensor tempat dimana akan
mendeteksi panjang dan lebar yang ditentukan dengan program yang telah dibuat. Karena cara
memakainya hampir sama dengan 3D Printing, operator lebih mudah untuk mengaturnya. Namun
sebelum memulai terdapat sensor tempat pengisian barang yang akan ditata oleh sang robot. Operator
harus menempatkan barang yang menjadi sumber daya ditempat plugin. Kemudian tombol di tekan
maka PLC akan membaca program yang telah diberikan kemudian mendeteksi melalui sensor dan
mengirimkan perlakuan melalui aktuator (J.-H. Chang dan P. Huynh, 2016).
Dari perkembangan tersebut, dunia konstruksi semakin melakukan perkembangan dalam hal
otomasi. Hingga perkembangan terbaru dari proyek otomasi tanpa melibatkan manusia sama sekali.
Dalam hal ini yang dimaksud adalah tanpa ada manusia dari pekerjaan mulai hingga selesai. Namun saat
setup material dan setup robot masih menggunakan tenaga manusia. Mesin ini merupakan mesin
otomasi dari perkembangan mesin sebelumnya (Coxworth, 2018).

Gambar 5 Hejimans Automated Bridge Build 3d Printing MX3D


Alat ini dikembangkan oleh perusahaan konstruksi di negara Belanda bernama Hejimans pada
tahun 2015. Alat ini terinspirasi oleh van gough. Ini merupakan jembatan pertama yang dibangun tanpa

Muhammad Ainul Yaqin| 7 | Industrial Automation


ada andil manusia secara langsung dalam proses pembangunan nya kecuali saat setup material awal.
Jembatan ini diselesaikan dengan waktu hanya sekitar enam bulan. Apabila menggunakan tenaga
manusia mungkin akan dapat terselesai dalam waktu yang lebih lama (Coxworth, 2018). Al hasil untuk
membangun jembatan, perusahaan menggunakan empat robot dengan nama MX3D ini.
Pengembangan alat Ini terdiri dari lengan pengelasan robot dimana meletakkan gumpalan logam
cair. kemudian lengan Robot menambahkan gumpalan lain di atasnya. Setelah itu gumpalan logam
tersebut akan mengeras. Setelah mengeras kemudian alat tersebut akan melanjutkan proses itu sampai
menciptakan keseluruhan kolom-kolom logam. Setelah itu robot memiliki kemampuan dalam
mengontrol titik di ruang di mana lasan dibuat. Sehingga memungkinkan dalam mengontrol orientasi
kolom logam, bahkan membuat kolom logam tersebut mampu dibuat agar saling berhubungan.
Dengan melakukan hal tersebut maka jadilah jembatan yang memiliki panjang 12,5 meter (41
kaki), dan membutuhkan waktu enam bulan untuk mencetak jembatan ini. Jembatan inipun terdiri 4.500
kg berat dari baja stainless dan tersusun dengan 1.100 km dari kawat. Pada awalnya alat 3D Printing
jembatan MX3D hanya memiliki harapan dalam mencetak jembatan di lokasi. Dengan robot pada satu
sisi kanal, kemudian membangun jalan di seberang. Ini merupakan suatu hal yang kurang praktis. Pada
praktiknya, Jembatan sekarang akan dikenakan uji beban untuk memverifikasi integritas strukturalnya,
sebelum dipasang di kanal (Coxworth, 2018).
Selama perkembangan alat MX3D ini, negara eropa memulai tertarik berlomba lomba dalam
mengembangkan alat ini. Yang paling maju adalah negara China. Negara China adalah salah satu negara
yang mengembangkan ini. Negara China berhasil mengembangkannya. China mengembangkan mesin 3D
Printing For Bridge dan kemudian mampu membuat jembatan terpanjang di dunia. Jembatan terpanjang
di dunia ini berhasil (Cameron, 2019).
ANALISA DAN INTERPRETASI DATA
Berdasarkan daftar pustaka yang telah ditulis oleh penulis, maka demi mencapai konstruksi yang
tepat waktu dapat dilakukan dengan mengotomasikan proses yang masih ribet dan konvensional. BIM
merupakan sebuah trobosan yang cukup dan baik bagi pengembangan. Dengan melihat kemampuan
BIM saat ini, kemampuan otomasi dan digitalisasi dapat digabungkan menjadi satu. Proses sebagai
membypas dari keadaan yang masih ribet dan keadaan yang konvensional. Dengan BIM proses yang
lama dapat dipermudah. Percobaan BIM ini didasarkan pada penggunaan CAD yang dinilai kurang teliti
dan tidak melibatkan sesuatu seperti biaya dan beberapa hal lainnya.
Perkembangan BIM semakin kelihatan dan semakin bagus karena para pengguna BIM yang terus
menerus mengupdate database yang BIM punya. Di Indonesia sendiri, telah diketahui perkembangan
BIM telah dimiliki oleh PT Waskita. Setelah BIM tersebut digunakan kemudian database tersebut dapat
diupdate sehingga membantu para perusahaan dalam menggunakannya. Dengan BIM dapat
mengotomasi dalam digitalisasi pembentukan model bangunan. Dengan hal ini, para kontraktor dan
arsitek tidak perlu menggunakan Maket, namun langsung menggunakan BIM. Hadirnya bim juga tentu
membuat rancangan bangunan tidak dalam angan angan saja, namun dalam keadaan nyata.
Setelah penggunaan BIM ini dikembangkan, para ilmuwan mengembangkan robot kontraktor.
Dimana robot ini seperti mesin 3D Printing dalam skala besar. Ini jelas membantu memangkas biaya
besar yang biasa digunakan untuk membayar pekerja. Contoh mesin 3D Printing yang dikembangkan
dalam membuat bangunan tersebut telah mengalami beberapa tahapan perkembangan hingga tercapai
seperti itu. Peneliti dari luar negeri terus mengimprovisasi hingga mampu membangun sebuah rumah
dengan mesin 3D Printing besar tersebut. Ini merupakan sebuah kemajuan dalam dunia otomasi .
Dengan kehadiran mesin 3D printing, otomasi menjadi lebih gampang. Apalagi dengan kemajuan PLC
yang ada dan perkembangan BIM, tentu dalam menggabungkan teknologi BIM dan teknologi 3D Printing.
Maka dapat dipastikan otomasi di masa depan tidak sulit.
Contoh dari pengembangan ini adalah penerapan MX3D. Alat ini dapat mengintegrasikan
rancangan model BIM dengan hasil yang sebenarnya dan proses pembangunannya pun tanpa manusia.
Dalam proses pengembangannya teknologi ini memiliki sensor jarak, sensor benda, sensor panas, sensor
waktu, dan sensor gerak. Hasil dari teknologi ini pun tidak main – main bahkan dapat lebih bagus dari
Muhammad Ainul Yaqin| 8 | Industrial Automation
manusia. Selain itu waktu yang dibutuhkan pun lebih sedikit dari pada proyek pembangunan jembatan
yang dilaksanakan manusia. Tentu saja dalam pelaksanaan mesin ini yang dibutuhkan dalam hal ini
komponen komponen otomasi seperti dalam hal mengambil barang / benda yang menjadi input atau
bahan baku dalam pembentukan jembatan, maka alat ini harus mampu mendeteksi letaknya. Kemudian
dalam hal merakit jembatan sensor semua akan bekerja dengan sistem kontrol yang terpusat sehingga
menyebabkan alat ini mampu bekerja secara otomatis.
Kemajuan teknologi ini membuat disruption di bidang konstruksi. Sehingga bahayanya adalah
mulai tersingkirnya para pekerja kasar dalam hal ini seperti tukang dan beberapa kuli karena digantikan
oleh robot. Dengan fenomena seperti ini seharusnya masyarakat harus lebih berkembang dalam
menghadapi hal – hal disruptive seperti ini.
KESIMPULAN
Perkembangan teknologi menuntut manusia untuk melek terhadap teknologi. Tidak bisa
dipungkiri apabila melihat teknologi saat ini. Manusia tidak bisa dipisahkan oleh teknologi, sehingga
manusia harus memanfaatkan teknologi. Dengan perkembangan teknologi ini mendorong industri untuk
melakukan perubahan. Salah satu perubahan industri yakni dengan otomasi. Penerapan otomasi dalam
industri konstruksi dapat menciptakan suasana yang cepat dan tidak molor dalam dunia konstruksi.
Dengan BIM, kontraktor dapat mengerjakan proyek dengan tepat sasaran dan cepat. Dengan 3D Printing
membuat rumah dan jembatan, resiko kecelakaan kerja dapat terkurangi karena aktifitas manusia disana
tidak langsung terjun dalam pembuatan konstruksi namun dalam setup dan persiapan alat tersebut.
Dengan adanya BIM dan pengembangan 3D Printing mampu menjadikan konstruksi lebih cepat, aman,
dan tidak terjadi ketimpangan dalam dunia konstruksi.
DAFTAR PUSTAKA
Admin, 2018. Konstruksi Indonesia, Indonesia: Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia.
Andy K. D. Wong, F. K. W. W. A. N., 2010. Attributes of Building Information Modelling Implementations
in Various Countries.. Netherlands, Emerald Group Publishing Limited.
ARTBA, 2014. Analysis of Data Provided, US: AEM Economic Indicator.
Asimov, 1941. “Liar!”. Astounding Science Fiction, 05.Mei(Street & Smith).
Cameron, 2019. World's longest 3D printed concrete pedestrian bridge opens in Shanghai. [Online]
Available at: https://www.3ders.org/articles/20190116-worlds-longest-3d-printed-bridge-opened-in-
shanghai.html
[Accessed 04 04 2019].
Chouard, 2016. The Go Files: AI computer wraps up 4-1 victory against human champion.. [Online]
Available at: http://www.nature.com/news/the-go-filesoi-computer-wraps-up-4-1-victoryagainst-
human-champion-1.19575
[Accessed 04 04 2019].
Coxworth, B., 2018. Welding robots complete 3D-printed steel bridge. [Online]
Available at: https://newatlas.com/mx3d-3d-printed-bridge-complete/54074/
[Accessed 04 04 2019].
J.-H. Chang dan P. Huynh, 2016. ASEAN in transformation : the future of jobs at risk of automation.
Jenewa, International Labour Organization : Bureau for mployers Activities.
K., C., 1921. R.U.R. (Rossum's Universal Robots), Neew York: Penguin Group.
Kasali, R., 2017. Tomorrow is Today, Jakarta: Mizan.
Kasali, R., 2019. Tomorrow is Today. Surabaya: s.n.
Murtiyoso, B., 2014. Jakarta: PT Position Partner.
Putra, I. F., 2016. Mempelajari Penerapan Building Information Modeling (BIM) di Amerika Serikat.
[Online]
Available at: https://medium.com/bicara-bim/mempelajari-penerapan-building-information-modeling-
bim-di-amerika-serikat-acafd7274696
[Accessed 04 04 2019].

Muhammad Ainul Yaqin| 9 | Industrial Automation


Riyadi, S., 2018. Revolusi Industri 4.0: Peluang dan Tantangan Bagi Alumni Universitas Terbuka,
Purwokerto: Universitas Jendral Soedirman.
Robotics, F., 2016. Fastbrick Robotics Homepage. [Online]
Available at: http://www.constructionrobotics.com
[Accessed 04 04 2019].
Schwab, K., 2016. The Fourth Industrial Revolution. England: World Economic Forum.
Zakaria Dahli, Zoubeir Lafhaj, 2017. Robotic mechanical design for brick-laying automation, UK:
ResearchGate.

Muhammad Ainul Yaqin| 10 | Industrial Automation

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai