Anda di halaman 1dari 13

KABUPATEN PONOROGO

PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA NGROGUNG, KEPALA DESA


SAHANG, KEPALA DESA WAGIR LOR, KEPALA DESA TALUN, KEPALA
DESA GONDOWIDO, KEPALA DESA PUPUS, KEPALA DESA NGEBEL
DAN KEPALA DESA SEMPU

NOMOR 01 TAHUN 2016


NOMOR 01 TAHUN 2016
NOMOR 01 TAHUN 2016
NOMOR 01 TAHUN 2016
NOMOR 01 TAHUN 2016
NOMOR 01 TAHUN 2016
NOMOR 01 TAHUN 2016
NOMOR 01 TAHUN 2016

TENTANG

KERJA SAMA ANTAR DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA NGROGUNG, KEPALA DESA SAHANG, KEPALA DESA


WAGIR LOR, KEPALA DESA TALUN, KEPALA DESA
GONDOWIDO, KEPALA DESA PUPUS, KEPALA DESA NGEBEL
DAN KEPALA DESA SEMPU,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengembangan usaha


bersama, kegiatan kemasyarakatan,
pelayanan, pembangunan, dan
pemberdayaan masyarakat antar-Desa
dilakukan kerja sama antar-Desa;
b. bahwa untuk melaksanakan kerja sama antar
Desa sebagaimana dimaksud dalam huruf a
telah diselenggarakan Musyawarah Desa
Bersama;
c. bahwa untuk memenuhi ketentuan Pasal 92
ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa, kerja sama antar-
Desa dan pelaksanaannya oleh Badan Kerja
sama Antar-Desa dituangkan dalam
Peraturan Bersama Kepala Desa;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
b, dan c perlu menetapkan Peraturan
Bersama Kepala Desa tentang Kerja sama
Antar Desa;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950


tentang Pembentukan Daerah-Daerah
Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa
Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran
negara Republik Indonesia Nomor 9)
Sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang No. 2 Tahun 1965 Tentang
Perubahan Batas Wilayah kotapraja
Surabaya dan Dati II Surabaya dengan
mengubah Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1950 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah
Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa
Timur dan Undang-Undang 16 Tahun 1950
Tentang Pembentukan Daerah- Daerah Kota
Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa
Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan DI.
Yogyakarta (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2730)
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5495);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 213, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5539)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor
43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5717);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5558) sebagaimana telah diubah terakhir kali
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa
yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 57,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5864);
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111
Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Peraturan di Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 2091);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2093);
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor
2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib
dan Mekanisme Pengambilan Keputusan
Musyawarah Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 159);
8. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4
Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan
Dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan
Usaha Milik Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 296);
9. Peraturan Desa Nrogung Nomor 04 tahun
2016 tentang Kerja sama Desa (Lembaran
Desa Nomor 04 Tahun 2016);
10. Peraturan Desa Sahang Nomor 08 Tahun
2016 tentang Kerja sama Desa (Lembaran
Desa Nomor 08 Tahun 2016);
11. Peraturan Desa Wagir Lor Nomor 08 Tahun
2016 tentang Kerja sama Desa (Lembaran
Desa Nomor 08 Tahun 2016);
12. Peraturan Desa Talun Nomor 06 Tahun
2016tentang Kerja sama Desa (Lembaran
Desa Nomor 06 Tahun 2016);
13. Peraturan Desa Gondowido Nomor 03 Tahun
2016 tentang Kerja sama Desa (Lembaran
Desa Nomor 03 Tahun 2016);
14. Peraturan Desa Pupus Nomor 03 Tahun
2016 tentang Kerja sama Desa (Lembaran
Desa Nomor 03 Tahun 2016);
15. Peraturan Desa Ngebel Nomor 07 Tahun
2016 tentang Kerja sama Desa (Lembaran
Desa Nomor 07 Tahun 2016);
16. Peraturan Desa Sempu Nomor 04 Tahun
2016 tentang Kerja sama Desa (Lembaran
Desa Nomor 04 Tahun 2016).
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA


NGROGUNG, KEPALA DESA SAHANG, KEPALA
DESA WAGIR LOR, KEPALA DESA TALUN,
KEPALA DESA GONDOWIDO, KEPALA DESA
PUPUS, KEPALA DESA NGEBEL, DAN KEPALA
DESA SEMPU TENTANG KERJA SAMA ANTAR
DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
1. Desa adalah Desa Ngrogung, Desa Sahang, Desa Wagir
Lor, Desa Talun, Desa Gondowido, Desa Pupus, Kepala
Desa Ngebel, dan Desa Sempu, yang berkedudukan di
kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa
Timur.
2. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut
dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
3. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai
kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan
sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
4. Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM
Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan
usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat Desa.
5. Badan Usaha Milik Desa Bersama, yang selanjutnya
disebut BUM Desa Bersama, adalah badan usaha yang
dibentuk dalam skema kerja sama antar-Desa yang
dimiliki oleh 2 (dua) Desa atau lebih.
6. Badan Kerjasama Antar Desa, yang selanjutnya disebut
BKAD adalah pelaksana kerjasama antar-Desa yang
ditetapkan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa.
7. Musyawarah Desa Bersama adalah musyawarah antar-
Desa yang dilakukan oleh Desa yang berkedudukan di
kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa
Timur, mengenai agenda pembahasan strategis tentang
kerja sama antar Desa.
8. Peraturan Bersama Kepala Desa atau sebutan lainnya
adalah peraturan yang ditetapkan oleh dua atau lebih
Kepala Desa dan bersifat mengatur.
BAB II
RUANG LINGKUP KERJA SAMA

Pasal 2
(1) Para pihak perwakilan/delegasi dari Desa telah
bersepakat melakukan kerja sama antar-Desa dengan
ruang lingkup:
a. pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh
Desa untuk mencapai nilai ekonomi yang berdaya
saing;
b. kegiatan kemasyarakatan, pelayanan dan
pembangunan, antar-Desa; dan/atau
c. bidang pemberdayaan masyarakat.
(2) Kerja sama antar-Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) telah dibahas melalui Musyawarah Desa
Bersama sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

BAB III
BIDANG KERJA SAMA
Pasal 3
Desa melaksanakan kerja sama antar Desa di wilayah
kecamatan Ngebel melalui bidang:
a. pengembangan ekonomi dan usaha bersama yang
dimiliki oleh Desa;
b. kegiatan sosial kemasyarakatan antar-Desa;
c. kegiatan pemberdayaan masyarakat antar-Desa;
dan/atau
d. kegiatan pembangunan antar-Desa.

Pasal 4
(1) Desa melakukan kerja sama antar-Desa dalam bidang
pengembangan ekonomi dan usaha bersama yang
dimiliki oleh Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (1) meliputi:
a. pengembangan potensi wisata disekitar telaga
Ngebel;
b. pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan
pasar wisata;
c. pembangunan toko grosir, bekerjasama dengan
usaha warga desa lainnya;
d. pengelolaan dana bergulir; dan/atau
e. kegiatan usaha bersama lainnya yang dapat
diselenggarakan melalui kerja sama antar-Desa.
(2) Untuk melaksanakan kerja sama antar-Desa melalui
pengembangan usaha bersama yang dimiliki oleh Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), delegasi Desa
telah bersepakat melalui Musyawarah Desa Bersama
untuk mendirikan BUM Desa Bersama.
(3) Pendirian BUM Desa Bersama sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan melalui:
a. pendirian BUM Desa Bersama dilakukan 8 (delapan)
Desa tanpa membubarkan BUM Desa yang sudah
ada; dan/atau
b. kerja sama mengenai pelayanan usaha antar-Desa
yang dilakukan oleh BUM Desa dengan BUM Desa
lainnya.
(4) BKAD bertanggungjawab dalam melakukan fasilitasi
pendirian BUM Desa Bersama sebagaimana dimaksud
pada ayat (3).
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai BUM Desa Bersama
diatur dengan Peraturan Bersama Kepala Desa
tersendiri.

Pasal 5
(1) Desa melakukan kerja sama antar-Desa dalam bidang
sosial kemasyarakatan antar-Desa meliputi:
a. pengembangan dan peningkatan kapasitas
masyarakat melalui kegiatan bakti sosial; dan
b. kegiatan kemasyarakatan antar-Desa lainnya yang
dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-
Desa.
(2) BKAD bertanggungjawab dalam melakukan koordinasi
pelaksanaan kegiatan sosial kemasyarakatan antar-
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 6
(1) Desa melakukan kerja sama antar-Desa dalam bidang
pemberdayaan masyarakat antar-Desa meliputi:
a. pengembangan dan peningkatan kapasitas
masyarakat melalui penyelenggaraan kursus,
pelatihan, dan kegiatan pengembangan kapasitas
yang melibatkan Desa; dan
b. kegiatan pemberdayaan masyarakat antar-desa
lainnya yang dapat diselenggarakan melalui kerja
sama antar-desa.
(2) BKAD bertanggungjawab dalam melakukan koordinasi
pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat antar-
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

BAB IV

TATA CARA DAN KETENTUAN


PELAKSANAAN KERJA SAMA

Bagian Kesatu

Musyawarah Desa Bersama

Pasal 7
(1) BKAD harus terlebih dahulu melakukan pembahasan
agenda kerja sama antar-Desa melalui Musyawarah
Desa Bersama untuk selanjutnya disepakati sebagai
keputusan bersama.
(2) Musyawarah Desa Bersama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat membahas dan menyepakati:
a. pembentukan lembaga antar-Desa yang melakukan
pelaksanaan pembangunan antar-Desa;
b. pelaksanaan program pemerintah, pemerintah
provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota yang
dapat dilaksanakan melalui skema kerja sama antar-
Desa;
c. perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan pogram
pembangunan antar-Desa;
d. pengalokasian anggaran untuk pembangunan Desa,
antar-Desa, dan Kawasan Perdesaan;
e. masukan terhadap program pemerintah daerah
kabupaten yang dilaksanakan di lokasi Desa yang
bersepakat dalam kerja sama antar-Desa ini;
dan/atau
f. hal strategis lainnya mengenai kegiatan lain yang
dapat diselenggarakan melalui kerja sama antar-
Desa.
(3) Hasil penyelenggaaan Musyawarah Desa Bersama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan
kedalam Berita Acara Musyawarah Desa Bersama
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua
Badan Kerja sama Antar Desa
Pasal 8
(1) Kerja sama antar Desa dilaksanakan oleh BKAD sesuai
hasil kesepakatan Desa.
(2) BKAD terdiri atas perwakilan/delegasi dari:
a. Pemerintah Desa;
b. anggota BPD;
c. lembaga kemasyarakatan Desa atau lembaga adat
yang masih aktif di Desa;
d. lembaga Desa lainnya; dan
e. tokoh atau wakil masyarakat dengan
mempertimbangkan keadilan gender.
(3) BKAD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
bertanggung jawab kepada kepala Desa.

Pasal 9
(1) Susunan organisasi BKAD terdiri atas:
a. pengurus; dan
b. pengelola unit kerja atau kelompok kerja.
(2) Pengurus BKAD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipilih dalam Musyawarah Desa Bersama, terdiri atas:
a. ketua;
b. sekretaris; dan
c. bendahara.
(3) Pengelola unit kerja atau kelompok kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dipilih dalam
Musyawarah Desa Bersama.
(4) Susunan kepengurusan BKAD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran sebagai bagian
tak terpisahkan dari Peraturan Bersama Kepala Desa
ini.

Pasal 10
(1) Untuk menjamin pelaksanaan tata kerja mengenai kerja
sama antar Desa secara optimal, BKAD dapat
menyusun tata kerja dalam bentuk standar prosedur
operasional.
(2) Standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disusun dan dibahas dalam musyawarah
BKAD.
(3) Dalam hal BKAD memperoleh masukan yang bersifat
operasional terhadap rumusan standar prosedural
operasional, BKAD dapat mengundang lembaga atau
perorangan yang mempunyai kompetensi dalam kerja
sama antar-Desa.

BAB V
JANGKA WAKTU
Pasal 11
(1) Jangka waktu pelaksanaan kerja sama antar-Desa
bersifat tak terbatas, kecuali terdapat kesepakatan
untuk perubahan atau berakhirnya kerja sama.
(2) Perubahan atau berakhirnya kerja sama antar-Desa
harus dibahas dan disepakati melalui Musyawarah
Desa Bersama, dengan menyertakan para pihak yang
terikat dalam Peraturan Bersama Kepala Desa ini.
(3) Hasil kesepakatan Musyawarah Desa Bersama
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicantumkan
kedalam Berita Acara Musyawarah Desa Bersama
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 12
(1) Masyarakat Desa berhak memberikan masukan
mengenai kemajuan pelaksanaan kerja sama antar-
Desa melalui BKAD.
(2) BKAD harus menyediakan sarana pengaduan atas
pelaksanaan kerja sama antar-Desa.
(3) Dalam upaya mencapai transparansi dan akuntabilitas,
BKAD harus menangani pengaduan dari masyarakat
Desa dalam waktu yang efektif dan hasilnya
disampaikan kepada publik.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaduan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur lebih lanjut
dalam standar prosedur operasional.

Pasal 13
(1) Setiap perwakilan/delegasi Desa yang menjadi bagian
dari keanggotaan BKAD harus memberikan informasi
penyelenggaraan kerja sama antar Desa kepada kepala
Desa.
(2) Kepala Desa bertugas menyampaikan laporan hasil
penyelenggaraan kerja sama antar-Desa melalui
Musyawarah Desa mengenai kerja sama Desa yang
diselenggarakan oleh BPD.

BAB VII
PENDANAAN
Pasal 14
Setiap Desa mengalokasikan dana untuk pelaksanaan
seluruh bidang kerja sama antar Desa, yang bersumber
dari APB Desa.

Pasal 15
(1) Pembangunan kawasan perdesaan yang berskala lokal
Desa harus diserahkan pelaksanaannya kepada Desa
dan/atau kerja sama antar Desa sesuai ketentuan
perundang-undangan.
(2) Dalam hal terdapat sumber pendanaan untuk
pembangunan kawasan perdesaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), BKAD melakukan koordinasi
dengan pemerintah kabupaten dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.

BAB VIII
TATA CARA PERUBAHAN, PENUNDAAN, DAN
PEMBATALAN KERJA SAMA

Pasal 16
(1) Tata cara perubahan, penundaan, dan pembatalan
kerja sama antar-Desa, dibahas dan disepakati dalam
Musyawarah Desa Bersama.
(2) Kerja sama antar Desa dinyatakan berakhir apabila:
a. terdapat keadaan luar biasa yang mengakibatkan
kerja sama antar Desa tidak dapat dilaksanakan;
b. salah satu Desa tidak dapat melaksanakan
ketentuan dalam Peraturan Bersama Kepala Desa
ini;
c. terdapat hal yang merugikan kepentingan Desa,
daerah, atau nasional; atau
d. bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 17
BKAD bertugas memfasilitasi Musyawarah Desa Bersama
mengenai agenda perubahan, penundaan, dan pembatalan
kerja sama antar-Desa.

BAB IX
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 18
(1) Setiap perselisihan yang timbul dalam kerja sama antar
Desa, diselesaikan melalui Musyawarah Desa Bersama
dan dilandasi semangat kekeluargaan.
(2) Dalam hal terjadi perbedaan pendapat dalam mengatasi
perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
BKAD menyelenggarakan Musyawarah Desa Bersama
yang bersifat mendadak dan pengambilan keputusan
berdasarkan suara terbanyak.
(3) Apabila terjadi perselisihan kerja sama Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelesaiannya
dapat difasilitasi dan diselesaikan oleh camat atau
sebutan lain.

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 19
Kerja sama antar-Desa yang sedang dilakukan oleh BKAD
harus dilakukan penyesuaian sesuai dengan Peraturan
Bersama Kepala Desa ini.

Pasal 20
Dalam hal Unit Pengelola Kegiatan (UPK) yang selama ini
mengelola aset dan dana bergulir dari PNPM-Mandiri
Perdesaan telah memilih untuk dikelola bersama dalam
skema kerja sama antar Desa bidang pengembangan
usaha bersama yang dimiliki oleh Desa, maka BKAD harus
memfasilitasi pendataan aset dan dana bergulir untuk
selanjutnya dikembangkan melalui salah satu unit usaha
BUM Desa Bersama.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 21
Pada saat Peraturan Bersama Kepala Desa ini mulai
berlaku, semua ketentuan yang mengatur mengenai BKAD
di wilayah kecamatan Ngebel dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 22

Peraturan Bersama Kepala Desa ini mulai berlaku pada


tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Bersama Kepala Desa ini dengan
penempatannya dalam Berita Desa Ngrogung, Desa
Sahang, Desa Wagir Lor, Desa Talun, Desa Gondowido,
Desa Pupus, Kepala Desa Ngebel, dan Desa Sempu.

Ditetapkan di Ngebel
pada tanggal 2 November 2016
LAMPIRAN I PERATURAN BERSAMA KEPALA DESA KEPALA DESA
NGROGUNG, KEPALA DESA SAHANG, KEPALA DESA WAGIR LOR,
KEPALA DESA TALUN, KEPALA DESA GONDOWIDO, KEPALA DESA
PUPUS, KEPALA DESA NGEBEL DAN KEPALA DESA SEMPU
NOMOR 01 TAHUN 2016
NOMOR 01 TAHUN 2016
NOMOR 01 TAHUN 2016
NOMOR 01 TAHUN 2016
NOMOR 01 TAHUN 2016
NOMOR 01 TAHUN 2016
NOMOR 01 TAHUN 2016
NOMOR 01 TAHUN 2016
TENTANG KERJA SAMA ANTAR
DESA

SUSUNAN KEPENGURUSAN
BADAN KERJA SAMA ANTAR DESA (BKAD)
KECAMATAN NGEBEL
PERIODE 2016-2022

KETUA : MULYONO

SEKRETARIS : ANAN RIYANTO

BENDAHARA : RINI SUDARWATI

UNIT KERJA / KELOMPOK KERJA

1. BIDANG PENGEMBANGAN EKONOMI DAN USAHA BERSAMA


Koordinator : EVA
Anggota : EDISAPUTRO
2. SOSIAL KEMASYARAKATAN
Koordinator : RIO
Anggota : TUMARI
3. PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ANTAR-DESA
Koordinator : AGUS

Anda mungkin juga menyukai