Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

POTENSIAL OSMOTIK

Hari : Kamis Tanggal : 11 Maret 2021 Kelas : D1

Oleh :

Nadira Aisha Anjani

081911433085

Kelompok 5 :

1. Rizky Febriana (081911433078)


2. Nadira Aisha A (081911433085)
3. Khulafannisa (081911433089)
4. Putri Amatul B (081911433097)
5. Cynara Nur Aini (081911433098)

Dosen Asistensi : Prof. Dr. Edy Setiti Wida Utami, MS.

PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sel tumbuhan memiliki ciri fisiologi yang berbeda dengan sel hewan
khususnya dengan keberadaan dinding sel pada sel tumbuhan. Dinding sel pada
tumbuhan tinggi merupakan matriks yang di dalamnya terdapat rangka, yaitu senyawa
selulosa yang berwujud mikrofibril atau benang halus. Matriks pada dinding sel ini
tersusun dari beberapa senyawa yaitu hemiselulosa, pektin, plastik biologik, protein
dan lemak.
Pada sel, dinding yang tegarlah yang menyebabakan naiknya tekanan. Struktur
antara dinding sel dan membrane sel berbeda. Membran memungkinkan molekul air
melintas lebih cepat daripada unsur terlarur; dinding sel primer biasanya sangat
permeabel terhadap keduanya. Memang membrane sel tumbuhan memungkinkan
berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel yang tegar itulah yang menimbulkan
tekanan. Sel hewan tidak mempunyai dinding, sehingga bila timbul tekanan di
dalamnya, sel tersebut sering pecah, seperti yang terjadi saat sel darah merah
dimasukkan ke dalam air. Sel yang turgid banyak berperan dalam menegakkan bagian
tumbuhan yang tidak berkayu.
Dinding sel secara umum dibedakan menjadi dinding sel primer dan dinding
sel sekunder. Perbedaan antara kedua macam dinding ini terletak pada fleksibilitas,
ketebalan, susunan mikrofibril dan pertumbuhannya (Istanti, 1999). Seluruh aktivitas
sel tumbuhan sangat tergantung dengan keberadaan dinding sel ini. Dinding sel selain
berfungsi untuk proteksi isi sel juga berperan sebagai jalan keluar masuknya air,
makanan dan garam-garam mineral ke dalam sel. Sel tumbuhan merupakan bagian
terkecil dari sistem hidup dan di dalam sistem ini sel-sel saling bergantung. Perilaku
sel tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan sel itu sendiri tetapi juga sel-sel di
sekitarnya dan tumbuhan itu sendiri serta lingkungan luar. Berbagai macam zat seperti
makanan, zat mineral, air dan gas bergerak dari sel ke sel dalam bentuk molekul atau
partikel.
Lingkungan suatu sel meliputi sel-sel di sekitarnya dan lingkungan luar yang meliputi
air, tanah dan udara tempat tumbuh dan hidup tumbuhan tersebut. Sel-sel yang
bersinggungan langsung dengan lingkungan luar antara lain sel-sel yang ada di akar,
batang dan daun yang kemudian meluas ke suluruh tubuh tumbuhan melalui ruang-
ruang dalam sel (Tjitrosomo, 1983). Molekul atau partikel air, gas dan mineral masuk
ke dalam sel tumbuhan melalui proses difusi dan osmosis. Melalui proses-proses
tersebut tumbuhan dapat memperoleh zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya.
Proses difusi berlangsung dari daerah yang memilki konsentrasi partikel tinggi ke
daerah yang konsentrasi partikelnya rendah. Difusi memiliki peranan penting dalam
sel-sel tumbuhan yang hidup.
Air masuk ke dalam akar,bergerak dari sel ke sel dan meninggalkan tubuh
dalam bentuk uap, semua melalui proses difusi. Gas-gas (O2 dan CO2), unsur-unsur
dan bahan-bahan makanan masuk ke dalam sel atau di antara sel-sel dan bergerak dari
sel ke sel dengan jalan difusi (Tjitrosomo, 1983). Difusi berlangsung karena adanya
perbedaan konsentrasi. Selain perbedaan konsentrasi, perbedaan sifat juga dapat
menyebabkan difusi (Sasmitamihardja, 1990). Sedangkan osmosis merupakan
peristiwa perpindahan air dari daerah yang konsentrasi airnya tinggi ke daerah yang
konsentrasi airnya rendah melalui membran semipermeabel. Membran semipermeabel
yaitu membran yang hanya mengizinkan lalunya air dan menghambat lalunya zat
terlarut. Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air yang
menggambarkan kemampuan molekul air untuk melakukan difusi (Sasmitamihardja,
1990). Potensial tekanan timbul karena adanya tambahan tekanan dan sama dengan
tekanan nyata di bagian sisem tertentu; dan potensial osmotik (disebut juga potensial
linarut) terjadi karena adanya unsur terlarut. Lambang yang tepat untuk potensial
tekanan adalah huruf Yunani psi Ψp, tapi P dapat juga digunakan. Lambang untuk
potensial osmotik atau potensial linarut adalah Ψs. Perkembangan tekanan osmosis itu
bukanlah milik larutan semata, tetapi milik seluruh sistem yang terdiri dari larutan,
selaput (membran), dan bahan terlarut. Sifat larutan yang diukur dengan tekanan
osmosis itu disebut potensial osmosis (PO) dan alat untuk mengukur besarnya tekanan
osmosis disebut osmometer.
Sel tumbuhan dapat mengalami kehilangan air, apabila potensial air di luar sel
lebih rendah daripada potensial air di dalam sel. Jika sel kehilangan air cukup besar,
maka ada kemungkinan volume isi sel akan menurun besar sehingga tidak dapat
mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Artinya, membran dan
sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, peristiwa ini disebut plasmolisis. Sel yang
sudah terplasmolisis dapat disehatkan kembali dengan memasukkannya ke dalam air
murni (Tjitrosomo, 1983).
Potensial air bukan saja menjadi penentu akhir dari proses pergerakan air
secara difusi, tetapi juga menjadi penentu tak langsung perpindahan massa air yang
terjadi karena adanya gradien tekanan, sedangkan gradien tekanan timbul akibat
pergerakan secara difusi.
Pada metode volume jaringan yang diinginkan dimasukkan ke dalam seri
larutan dengan ragam konsentrasi yang diketahui (biasanya sukrosa, sorbitol,
manitol,dan lain lain). Pelarut terbaik untuk pengukuran semacam ini adalah yang
tidak mudah melintasi membran atau yang tidak merusak jaringan. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan larutan yang tidak mengubah volume jaringan, artinya tidak ada
air yang masuk atau yang hilang. Ini menandakan bahwa jaringan dan larutan sudah
sejak semula berada dalam kesetimbangan. Potensial air jaringan sudah dan masih
sama dengan potensial air larutan. Pada tekanan atmosfer, saat P = 0, maka ψ = ψs.
Nilai ψs untuk larutan, yang diketahui konsentrasinya (Salisbury, F.B., Cleon W.R.
1995).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Berapakah potensial air umbu kentang?
2. Bagaimana hubungan antara perubahan panjang atau volume umbi kentang
dengan Molaritas larutan sukrosa
3. Bagaimana konsep potensial osmotik yang terjadi pada umbi kentang?
1.3 TUJUAN
1. Mengukur potensial air umbi kentang
2. Mengetahui hubungan perubahan panjang umbi dengan molaritas larutan
sukrosa
3. Mengetahui konsep potensial osmotik yang terjadi pada umbi kentang
BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1 BAHAN DAN ALAT


2.1.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan potensial osmotik antara lain :
1. Umbi kentang
2. Seri larutan sukrosa (0,0 M; 0,4 M; 0,8 M; 1,2 M; 1,6 M)
2.1.2 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan potensial osmotik antara lain :
1. Alat pengebor gabus
2. Pisau silet
3. Kertas aluminium foil
4. Botol bermulut besar (50 ml)
5. Gelas ukur 50 ml atau 100 ml
2.2 CARA KERJA

2.2.1 Metode Primer

1. Umbi kentang dibuat membentuk silinder dengan menggunakan alat


pengebor gabus.
2. Silinder umbi kentang dipotong sama panjang dengan ukuran 3 cm.
3. Menyiapkan botol-botol yang sebelumnya telah diisi dengan 30 ml larutan
sukrosa yang konsentrasinya telah ditentukan. Untuk setiap botol, diisi
dengan satu konsentrasi.
4. Memasukkan potongan umbi tersebut kedalam botol, masing-masing botol
diisi dengan 4 potongan umbi.
5. Untuk memperkecil terjadinya penguapan maka semua kegiatan dilakukan
dengan cepat.
6. Botol-botol tersebut ditutup rapat dengan menggunakan aluminium foil.
7. Silinder umbi dalam botol tersebut dibiarkan selama 45 menit.
8. Setelah 45 menit, kemudian silinder umbi dikeluarkan dari botol, dan diukur
panjangnya.
9. Silinder umbi dari setiap konsentrasi sukrosa kemudian dihitung harga rata-
rata panjangnya.
10. Tabulasikan data yang diperoleh dari tiap kelompok dalam tabel data kelas.
11. Dari data kelas tersebut, kemudian dibuat grafik dengan molaritas larutan
sebagai sumbu X, dan rata-rata panjang silinder sebagai sumbu Y, lalu pada
grafik tersebut dibuat suatu garis sejajar sumbu X pada jarak 3 cm.
12. Selanjutnya, Menentukan pada konsentrasi berapa molar silinder umbi tidak
lagi mengalami perubahan panjang dengan grafik yang telah dibuat
sebelumnya.

2.2.2 Metode Sekunder

Data yang diperoleh untuk percobaan kali ini adalah data mentah/sekunder
yang diberikan oleh Dosen Pengampu Mata Kuliah Praktikum Fisiologi
Tumbuhan. Adapun cara mengolah data tersebut antara lain :

1. Memasukkan data kelompok pada tabel hasil pengamatan kelompok.


2. Mencari rerata panjang kentang awal (cm) dan rerata panjang kentang akhir
(cm) pada tabel hasil pengamatan kelas.
3. Dari data kelas tersebut, kemudian dibuat grafik dengan molaritas larutan
sebagai sumbu X, dan rata-rata panjang silinder sebagai sumbu Y, lalu pada
grafik tersebut dibuat suatu garis sejajar sumbu X pada jarak 3 cm.
4. Selanjutnya, menentukan pada konsentrasi berapa molar silinder umbi tidak
lagi mengalami perubahan panjang dengan grafik yang telah dibuat
sebelumnya.
BAB III

HASIL, PEMBAHASAN, DAN DISKUSI

3.1 HASIL PENGAMATAN


Bedasarkan pengamatan dan pengukuran diperoleh data sekumder sebagai berikut :
Tabel hasil pengamatan potensial osmotic kelompok 5 kelas D1 dapat dilihat pada
tabel 1, sedangkan untuk hasil pengamatan potensial osmotic kelas D1 dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Kelompok

Rata-rata panjang kentang (cm)


Konsentrasi sukrosa (M)
Awal Akhir
0 3 3,2
0,4 3 3
0,8 3 2,7
1,2 3 2,3
1,6 3 2,6

Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Kelas


Rerata panjang kentang awal
Rerata panjang kentang akhir (cm)
(cm)
Konsentrasi KELOMPOK KELOMPOK
sukrosa (M) Rerata
Rerata
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
kelompok kelompok

0 3 3 3 3 3 3 3 3,1 3 3 3,2 3,06


0,4 3 3 3 3 3 3 2,9 2,8 2,9 2,8 3 2,88
0,8 3 3 3 3 3 3 2,8 2,7 2,8 2,8 2,7 2,76
1,2 3 3 3 3 3 3 2,7 2,6 2,7 2,7 2,3 2,6
1,6 3 3 3 3 3 3 2,7 2,6 2,6 2,6 2,6 2,62
Grafik 1. Grafik Perubahan Panjang Kentang pada setiap Konsentrasi Larutan

Grafik Perubahan Panjang Kentang pada


setiap Konsentrasi Larutan
3.1
Rerata Panjang Kentang (cm) 3
2.9
2.8 Rerata Panjang
Kentang Awal
2.7
2.6 Rerata Panjang
Kentang Akhir
2.5
Linear (Rerata Panjang
2.4 Kentang Awal)
2.3
0 0.4 0.8 1.2 1.6
Molaritas Larutan (M)

3.2 PEMBAHASAN
Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan mempengaruhi
difusi air dari luar dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada tiga faktor
yang menentukan nilai potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam vakuola dan
tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini menyebabkan potensial air dalam sel
tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu potensial matriks, potensial
osmotic, dan potensial tekanan. Pada praktikum ini dulakukan pengamatan pada
potensial osmotik pada umbi kentang. Praktikum ini bertujuan untuk mengukur
potensial air pada umbi kentang. Pada praktikum kali ini digunakan dua bahan yaitu
umbi kentang dan seri larutan sukrosa dalam beberapa konsentrasi yaitu 0,0 M ; 0,4 M
; 0,8 M ; 1,2 M ; 1,6 M. Pada praktikum kali ini dilakukan dengan beberapa tahapan,
hal pertama yang dilakukan yaitu dengan membuat potongan silinder pada umbi
kentang menggunakan alat pengebor gabus dengan Panjang silinder 3 cm. Kemudian
potongan silinder umbi kentang dimasukan ke dalam botol yang sudah berisi larutan
sukrosa dengan berbagai konsentrasi, masing – masing botol diisi dengan 4 potongan
umbi kentang. Setelah dimasukan ke dalam botol, botol yang berisi umbi kentang
ditutup menggunakan alumunium foil dengan rapat dan dibiarkan selama 45 menit.
Setelah didiamkan selama 45 menit, di dapatkan hasil pengamatan kelompok
bahwa potongan umbi kentang yang sudah dimasukkan kedalam larutan sukrosa
mengalami perubahan panjang silinder yang semula hanya berukuran 3 cm. Hasil
yang di dapatkkan pada konsentrasi 0,0 M yaitu rata – rata potongan umbi kentang
bertambah panjang menjadi 3,2 cm. Pada konsentrasi 0,4 M didapatkan hasil adanya
pertambahan panjang rata - rata menjadi 3 cm. Pada konsentrasi 0,8 M didapatkan
hasil adanya pertambahan panjang rata - rata menjadi 2,7 cm. Pada konsentrasi 1,2 M
didapatkan hasil adanya pertambahan panjang rata - rata menjadi 2,3 cm. Pada
konsentrasi 1,6 M didapatkan hasil adanya pertambahan panjang rata - rata menjadi
2,6 cm. Perubahan yang terjadi pada potongan umbi kentang ini dikarenakan adanya
larutan di luar kentang yang memiliki potensial air lebih tinggi di bandingkan yang
ada di dalam kentang, sehingga larutan di luar kentang akan mengalir ke dalam
kentang yang potensial airnya lebih rendah. Perubahan pada panjang umbi kentang
juga menunjukkan semakin pekat konsentrasinya makan potongan umbi kentang akan
semakin pendek. Rata – rata akhir panjang umbi kentang pada konsentrasi 0,0 M
memiliki rata – rata akhir paling panjang yaitu 3,2 cm, hal ini seharusnya tidak
mengalami penambahan panjang pada umbi kentang. Rata – rata akhir panjang umbi
kentang pada konsentrasi 0,4 M memiliki rata – rata akhir paling panjang yaitu 3 cm
yang menandakan tidak ada perubahan panjang umbi kentang. Rata – rata akhir
panjang umbi kentang pada konsentrasi 0,8 M memiliki rata – rata akhir paling
panjang yaitu 2,7 cm. Rata – rata akhir panjang umbi kentang pada konsentrasi 1,2 M
memiliki rata – rata akhir paling panjang yaitu 2,3 cm. Rata – rata akhir panjang umbi
kentang pada konsentrasi 1,6 M memiliki rata – rata akhir paling panjang yaitu 2,6
cm. Hasil yang di dapatkkan pada konsentrasi 0,0 M sudah terdapat perubahan
panjang umbi kentang dan pada konsentrasi 1,6 M umbi kentang lebih panjang
dibandingkan pada konsentrasi 1,2 M. hal ini tidak sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa potensial osmotic dipengaruhi oleh konsentrasi zat terlarut,
semikin banyak zat terlarut maka potensial osmotiknya semakin rendah, semakin
potensial osmotiknya rendah maka potensial air juga rendah. Seharusnya panjang
umbi kentang yang di dapatkkan pada percobaan ini semakin besar konsentrasi
larutan sukrosa maka paling besar juga menyebabkan perubahan panjang silinder,
karena air bergerak dari dalam kentang ke luar kentang.
Bedasarkan analisis data kelas D1 yang telah dilakukan pada masing – masing
kelompok di dapatkkan hasil rata – rata panjang umbi kentang pada larutan sukrosa
pada konsentrasi 0,0 M ; 0,4 M ; 0,8 M ; 1,2 M ; 1,6 M secara berurutan yaitu 3,06 ;
2,88 ; 2,76 ; 2,6 ; 2,62. Rata – rata panjang umbi kentang pada 0,0 M lebih panjang
dibandingkan pada konsentrasi 1,6 M hal ini menandakan bahwa masing – masing
larutan mengalami perubahan panjang umbi kentang. Nilai potensial osmotic umbi
kentang dari masing – masing konsentrasi larutan sukrosa dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

1. Larutan sukrosa konsentrasi 0,0 M


22,4 𝑚 𝑇 22,4×0×303
PO = = = 0 atm
273 273

2. Larutan sukrosa konsentrasi 0,4 M


22,4 𝑚 𝑇 22,4×0,4×303
PO = = = 9,94 atm
273 273

3. Larutan sukrosa konsentrasi 0,8 M


22,4 𝑚 𝑇 22,4×0,8×303
PO = = = 19,89 atm
273 273

4. Larutan sukrosa konsentrasi 1,2 M


22,4 𝑚 𝑇 22,4×1,2×303
PO = = = 29,83 atm
273 273

5. Larutan sukrosa konsentrasi 1,6 M


22,4 𝑚 𝑇 22,4×1,6×303
PO = = = 39,78 atm
273 273

3.3 DISKUSI
1. Mengapa penguapan cepat terjadi pada sel-sel umbi kentang yang telah diiris?
Jawab :
Karena pada saat umbi kentang diiris, maka kulit pada kentang tersebut juga ikut
teriris. Ketika kulit pada kentang teriris maka perlindungan terhadap umbi kentang
akan hilang. Hal ini menyebabkan penguapan pada kentang akan berlangsung lebih
cepat. Selain itu, terjadi proses difusi antara udara pada lingkungan dengan udara pada
umbi kentang

2. Apakah fungsi dari larutan sukrosa dengan berbagai konsentrasi pada percobaan
ini?
Jawab :
Larutan sukrosa bersifat hipertonik, sehingga pada praktikum potensial osmotik ini
larutan sukrosa merupakan lingkungan yang hipertonik bagi sel kentang. Pada kondisi
ini, diharapkan sel umbi kentang dapat mengalami penyeimbangan yaitu suatu kondisi
dimana potensial air sel sama dengan potensial air lingkungan sel, sehingga dapat
juga untuk menghitung nilai potensial air umbi kentang berdasarkan nilai dari
konsentrasi sukrosa yang mengakibatkan sel umbi kentang mengalami
kesetimbangan.

3. Bagaimanakah hubungan molaritas larutan sukrosa dengan perubahan pada


silinder umbi kentang?
Jawab :
Semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa, maka panjang silinder umbi kentang
semakin mengecil dan bertambah lembek. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
konsentrasi air di dalam kentang lebih besar jika dibandingkan dengan konsentrasi air
pada lingkungan sel umbi kentang (larutan sukrosa), sehingga sel dapat melakukan
penyesuaian kesetimbangan molekul air yang mengakibatkan molekul air yang berada
pada sel umbi kentang tertarik menuju lingkungan di luar sel (larutan sukrosa).
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil dan pembahasan yang telah dijabarkan, dapat ditarik kesimpulan

1. Potensial air umbi kentang pada larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,0 M, 0,4M,
0,8M, 1,2M, dan 16M Secara berturut turut sebesar 0; 9,94; 19,89; 29,83; dan
39,78atm
2. Semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa, maka panjang silinder umbi kentang
semakin mengecil dan bertambah lembek. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
konsentrasi air di dalam kentang lebih besar jika dibandingkan dengan konsentrasi air
pada lingkungan sel umbi kentang (larutan sukrosa).
3. Potensial osmotik pada umbi kentang mengaibatkan perubahan panjang yang terjadi
pada potongan umbi kentang dikarenakan adanya larutan di luar kentang yang
memiliki potensial air lebih tinggi di bandingkan yang ada di dalam kentang, sehingga
larutan di luar kentang akan mengalir ke dalam kentang yang potensial airnya lebih
rendah. Semakin tinggi konsentrasi air yang diberikan akan mengakibatkan semakin
besar potensial osmotik yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A, Jane B Reece, dan Lawrence G Mitchel. 2004. Biologi Edisi ke 5
jilid II. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Istanti, Annie; Prasetyo, Triastono I. dan Dwi Listyorini. 1999. Biologi Sel.
Malang: FMIPA UM.
Salisbury, F.B., Cleon, W.R. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung : Penerbit
ITB.
Sasmitamihardja, Dardjat dan Arbayah H.S. 1990. Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan. Bandung: FMIPA-ITB.
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1987. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai