Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

DIFUSI, OSMOSIS, DAN IMBIBISI

Hari : Kamis Tanggal : 04 Februari 2021 Kelas : D1

Oleh :
Nadira Aisha Anjani

081911433085
Kelompok 5 :
1. Rizky Febriana (081911433078)
2. Nadira Aisha A (081911433085)
3. Khulafannisa (081911433089)
4. Putri Amatul B (081911433097)
5. Cynara Nur Aini (081911433098)

Dosen Asistensi : Prof. Dr. Edy Setiti Wida Utami, MS.

PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tumbuhan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya
memerlukan air. air yang berada di dalam jaringan tumbuhan berkisar antara
70% - 90%. Selain air ada beberapa partikel yang dibutuhkan tumbuhan
untuk menghasilkan O2 dan H2O, partikel tersebut berupa ion antara lain
yaitu NH4+, NO3-, dan lain sebagainya. Proses pergerakan air di dalam sel
tumbuhan dapat berlangsung secara difusi, osmosis, dan imbibisi yang
merupakan transport pasif.
Difusi merupakan pergerakan molekul atau ion dari suatu tempat ke
tempat lain karena adanya aktivitas kinetic yang bersifat random. Molekul
memiliki tipe energi yang disebut gerak termal. Salah satu hasil gerak termal
adalah difusi, pergerakan molekul zat sehingga tersebar merata di dalam
ruang yang tersedia. Difusi juga merupakan peristiwa berpindahnya suatu
zat dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah,
hingga tercapai keadaan kesetimbangan. Pada keadaan kesetimbangan
konsentrasi kedua larutan akan sama besar. Difusi dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain yaitu ukuran partikel, ketebalan membran, luas
suatu area, jarak, dan suhu. Kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh suhu
karena semakin tinggi suhunya, maka pergerakan partikel juga akan
semakin cepat.
Osmosis merupakan perpindahan molekul dari bagian yang
berkonsentrasi rendah ke bagian yang berkonsentrasi tinggi melalui
membran semipermeabel. Osmosis akan terus berlansung hingga
konsentrasi pada kedua sisi membran mencapai kesetimbangan. Sel dalam
tubuh dikelilingi oleh cairan tertentu yang mempunyai tekanan osmosis
yang sama dengan cairan atau plasma sel. Dalam hal ini kedua cairan
disebut isotonik. Osmosis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor atara lain
yaitu ukuran molekul yang meresap, kelarutan lipid, luas permukaan
membran, ketebalan membran, dan suhu. Pada saat terjadinya osmosis akan
terjadi plasmolysis yang merupakan proses terlepasnya protoplas dari
dinding sel karena columenya menyusut yang diakibatkan karena adanya
perbedaan tekanan dengan lingkungan luarnya.
Imbibisi juga bisa dikatakan sebagai suatu proses penyusupan atau
peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga menyebabkan
dinding selnya akan mengembang. Imbibisi dapat diartikan sebagai proses
penyerapan air (absropsi) oleh benda – benda yang padat (solid) atau agak
padat (semi solid) kaena benda – benda itu mempunyai zat penyusun bahan
yang berupa koloid, yang dimaksud disini adalah penyerapan air oleh biji
kering. Imbibisi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu
permeabilitas membrane atau kulit biji, suhu air, tekanan hidrostatik, daya
intermolekuler, spesies dan varietas, tingkat kemasukan, dan komposisi
kimia. Pada proses imbibisi terdapat dua kondisi antara lain yaitu adanya
gradient, potensial air antara permukaan absorban dengan senyawa yang di
imbibisi dan adanya affinier (daya gabung) antara komponen adsorban
dengan senyawa yang diimbibisi. Saat biji kacang hijau yang kering
direndam di dalam air, air akan masuk ke ruang sel antar sel penyusun
endosperm secara osmosis. Banyaknya air yang dihisao proses imbibisi
umumnya kecil, cepat dan tidak boleh lebih dari 2 – 3 kali berat kering dari
biji tersebut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana kecepatan difusi zat padat (KMnO4) dalam larutan?
2) Bagaimana cara menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan
metode plasmolisis?
3) Bagaimana proses terjadinya imbibisi air pada biji kacang hijau dan
kedelai?
1.3 TUJUAN
1) Mengukur kecepatan difusi zat padat (KMnO4) dalam larutan
2) Menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metode plasmolisis
3) Mengamati terjadinya imbibisi air pada biji kacang hijau dan kedelai
BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1 BAHAN DAN ALAT

2.1.1 Difusi Molekul KMnO4 (kalium permangat) Dalam Air

A. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan difusi molekul
KMnO4 dalam air antara lain :
1. Kristal KMnO4
2. Air
B. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan difusi molekul
KMnO4 (Kalium permangat) dalam air antara lain :
1. Cawan Petri
2. Pipet
3. Stopwatch
4. Gelas Ukur
5. Kertas Milimeter
6. Penggaris

2.1.2 Tekanan Osmosis Cairan Sel

A. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan tekanan osmosis
cairan sel antara lain :
1. Daun Rhoeo discolor
2. Air
3. Larutan sukrosa 0,0 M ; 0,2 M ; 0,4 M ; 0,6 M ; 0,8 M ;
1M
B. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan tekanan osmosis
cairan sel antara lain :
1. Pisau silet
2. Cawan petri
3. Objek dan cover glass
4. Mikroskop
5. Gelas ukur
6. Stopwatch
7. Counter
8. Tabel potensial osmotic
9. Label
10. Pipet

2.1.3 Imbibisi Air pada Biji

A. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan imbibisi air pada biji
antara lain :
1. Biji kacang hijau dan kacang kedelai
2. Air
B. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan imbibisi air pada biji
antara lain :
1. Gelas Beaker
2. Timbangan
3. Kertas saring
4. Plastic atau alumunium foil
5. Karet gelang
6. Selotip
2.2 CARA KERJA

2.2.1 Difusi molekul KMnO4 (Kalium permanganat) Dalam Air

1. Tuangkan air sebanyak 15 ml ke dalam cawan petri


2. Letakkan cawan petri di tempat yang datar yang telah dialasi
dengan kertas milimeter (mm) atau kertas yang telah diberi tanda
garis dengan ukuran skala mm
3. Masukkan satu butir kecil Kristal KMnO4 ke bagian tengah cawan
petri yang sudah berisi air tersebut
4. Perhatikan gerak difusi molekul KMnO4 tersebut dan ukur
kecepatan penyebaran Kristal tersebut dengan stopwatch atau
pencatat waktu lainnya. Perhatikan kecepatan dan konstanitas
perambatan proses difusi tersebut
5. Berapa lama waktu yang dibutuhkan (detik) Kristal KMnO4
tersebut untuk dapat mencapai luasan dengan diameter 1 cm
6. Ukur terus diameter luasan penyebaran Kristal KMnO4 dalam air
(tiap 30 detik atau 1 menit) selama 20 menit dan perhatikan apakah
kadar cepat perambatannya konstan atau tidak
7. Masukkan data – data pengamatan pada tabel dan selanjutnya
gambarlah dalam bentuk grafik

2.2.2 Tekanan Osmosis Cairan Sel

1. Siapkan 6 buah cawan petri, lalu tuangkan larutan sukrosa yang


telah dibuat sesuai dengan molaritas yang telah ditentukan. Catat
kadar larutan dalam setiap cawan petri atau beri tanda (label) pada
cawan petri sesuai molaritas larutan sukrosa.
2. Sayat lapisan epidermis bawah (abaksial) yang berwarna ungu dari
daun Rhoeo discolor dengan pisau silet setipis mungkin. Usahakan
menyayat hanya selapis sel saja.
3. Rendamlah sayatan – sayatan tersebut dalam cawan petri selama
30 menit. Catat waktu mulai perendaman
4. Setelah direndam 30 menit, sayatan diambil dan diperiksa dibawah
mikroskop dengan menggunakan objek dan cover glass
5. Hitung jumlah sel seluruhnya (dalam satu lapang pandang) dan
hitung jumlah sel yang mengalami plasmolysis
6. Carilah konsentrasi sukrosa dimana yang mengakibatkan 50% dari
jumlah sel epidermis daun Rhoeo discolor yang diperiksa telah
mengalami plasmolysis. Keadaan ini disebut insipient plasmolysis
7. Sel pada keadaan insipien plasmolysis memiliki potensial osmotic
sama dengan tekanan osmotic (PO) larutan yang digunakan
8. Tentukan PO sel pada insipient plasmolysis dengan mengacu pada
tabel 1. Sedangkan potensial osmotic (PO) dapat dihitung dengan
22,4𝑚𝑇
menggunakan rumus 𝑃𝑂 =
273
Keterangan :
PO : tekanan osmosi
m : kadar larutan penyebab separuh jumlah sel terplasmolisis
T : suhu absolut (̊K) = (suhu ruangan + 273 ̊K)

2.2.3 Imbibisi Air Pada Biji

1. Siapkan biji kacang hijau dan biji kedelar, serta gelas bekker yang
telah diisi dengan air. Catatlah keadaan awal biji (bentuk, warna,
ukuran, tekstur dan berat)
2. Timbanglah terlebih dahulu biji – biji yang akan digunakan dalam
percobaan ini, juga catat volume yang ada dalam gelas bekker
(volume biji dan volume air)
3. Masukkan biji – biji yang telah tercatat beratnya tadi ke dalam air
yang ada dalam gelas bekker yang volumenya telah diketahui. Lalu
timbang seluruh volume biji dan air itu (volume biji + volume air)
4. Biarkan rendaman biji – biji tersebut selama 24 jam, tutup rapat
gelas bekker dengan menggunakan plastic dan diikat dengan aret
gelang atau selotip atau dengan kertas aluminium foil agar tidak
terjadi penguapan air. Simpan rendaman pada tempat yang sejuk
dan tidak banyak sinar yang terpapar
5. Setelah 24 jam, timbang kembali gelas bekker yang berisi air dan
biji tersebut. Ambil biji – biji yang telah direndam tadi dan letakkan
di atas kertas saring. Amati perubahan – perubahan yang terjadi
pada biji (bentuk, warna, ukuran, tekstur dan berat). Untuk
mengetahui berat/ volume biji maka timbanglah kembali biji – biji
itu. Bandingkan dengan keadaan awal.
BAB III

HASIL, PEMBAHASAN, DAN DISKUSI

3.1 HASIL PENGAMATAN

3.1.1 Difusi molekul KMnO4 (Kalium permanganat) Dalam Air

Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Difusi molekul KMnO4 (Kalium


permanganat) Dalam Air

Ulangan Diameter Rata-rata Kecepatan difusi


Waktu (detik)
Ke-… (mm) (detik) (mm/detik)
1 15
2 7
3 5 5 9,248 0,540657439
4 5,24
5 14

1 125
2 47
3 10 21 48,358 0,206791017
4 8,79
5 40

1 275
2 108
3 15 33 111,408 0,134640241
4 35,04
5 106

1 354
2 209
3 20 448 265,594 0,075302906
4 76,97
5 240

1 473
2 260
3 25 87 251,688 0,099329328
4 128,44
5 310
Grafik 1. Grafik Hasil Pengamatan Difusi molekul KMnO4 (Kalium
permanganat) Dalam Air

Grafik Difusi Molekul KMnO4 (Kalium


Permanganant) Dalam Air
30
251.688, 25
25
Diameter (mm)

265.594, 20
20
15 48.358, 10
10 111.408, 15

5
9.248, 5
0
9.248 48.358 111.408 265.594 251.688
Rata - Rata (detik)

Grafik Difusi

2.2.2 Tekanan Osmosis Cairan Sel

Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Tekanan Osmosis Cairan Sel (daun Rhoeo
discolor)

Konsentrasi Jumlah Sel


Ulangan Jumlah %Sel Rerata % Sel
Sukrosa yang
Ke-… Seluruh Sel terplasmolisis terplasmolisis
(M) Plasmolisis
1 129 0 0
2 187 0 0
0 3 121 0 0 0
4 69 0 0
5 127 0 0

1 125 11 8,8
2 173 44 25,43352601
0,2 3 112 7 6,25 13,57357556
4 136 28 20,58823529
5 103 7 6,796116505

1 190 21 11,05263158
2 148 2 1,351351351
0,4 3 87 46 52,87356322 32,93189511
4 133 104 78,19548872
5 118 25 21,18644068
1 178 67 37,64044944
2 138 9 6,52173913
0,6 3 151 30 19,86754967 21,49185597
4 155 51 32,90322581
5 95 10 10,52631579

1 133 83 62,40601504
2 156 14 8,974358974
0,8 3 94 23 24,46808511 37,35414448
4 129 98 75,96899225
5 107 16 14,95327103

1 204 152 74,50980392


2 142 76 53,52112676
1 3 91 24 26,37362637 44,73451093
4 145 75 51,72413793
5 114 20 17,54385965

Rumus Postensial Osmotik (PO)

22,4𝑚𝑇
𝑃𝑂 =
273
Pada konsentrasi 1,0 M

22,4𝑚𝑇
𝑃𝑂 =
273

22,4 (1) (30 + 273)


𝑃𝑂 =
273
PO = 24,86153846 atm
2.2.3 Imbibisi Air Pada Biji

Tabel 3. Data Hasil Pengamatan Imbibisi Air Pada Biji

UL/Kel 1 2 3 4 5
Kc Kede Kc Kede Kc Kede Kc Kede Kc Kede
hijau lai hijau lai hijau lai hijau lai hijau lai

Bentuk SBL LNJ BLT LNJ BLT LNJ BLT LNJ BLT LNJ BLT
SSD LNJ OVL LNJ OVL LNJ OVL LNJ OVL LNJ OVL
Tekstur SBL KRS KRS KRS KRS KRS KRS KRS KRS KRS KRS
SSD AGL AGL AGL AGL AGL AGL L L AGL AGL
Ukuran SBL 5 2 5 8 5 7 5 8 5 7
(mm) SSD 9 10 9 11 13 9 10 12 9 12
Warna SBL HT KP HT KP HT KP HT KP HT KP
SSD HP KP HP KP HT KP HP KP HM KP
Berat SBL 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
(g) SSD 7,8 12,8 7,3 11,2 13,2 11 15,6 14 20 11,5

Keterangan:

SSB: Sebelum AGL: Agak lunak


SSD: Sesudah L : Lunak
LNJ: Lonjong HT : Hijau Tua
BLT: Bulat KP : Kuning pucat
OVL: Oval HP : Hijau pucat
KRS: Keras HM : Hijau Muda

3.2 PEMBAHASAN
3.2.1 Difusi molekul KMnO4 (Kalium permanganat) Dalam Air
Percobaan pertama yaitu difusi molekul KMnO4. Difusi merupakan
pergerakan molekul atau ion dari suatu tempat ke tempat lain karena adanya
aktivitas kinetik yang bersifat random. Percobaan kali ini yaitu mengamati
difusi molekul KMnO4 dalam air. Langkah pertama yang harus dilakukan
pada percobaan ini yaitu dengan menuangkan air sebanyak 15 ml ke dalam
cawan petri. Kemudian meletakkan cawan petri di tempat yang datar yang
telah dialasi dengan kertas milimeter (mm) atau kertas yang telah diberi
tanda garis dengan ukuran skala mm. Lalu, memasukkan satu butir kecil
Kristal KMnO4 ke bagian tengah cawan petri yang sudah berisi air tersebut.
Setelah itu mengukur kecepatan penyebaran Kristal tersebut dengan
stopwatch atau pencatat waktu lainnya dengan besaran diameter 5;10;15;20;
dan 25 mm masing-masing dilakukan hingga 5 kali percobaan. Berdasarkan
hasil pengamatan pada tabel 1 yaitu hasil pengamatan difusi molekul
KMnO4 dalam air, waktu rerata yang dibutuhkan kristal KMnO 4 untuk
mencapai luasan dengan diameter 5 mm yaitu 9,25 detik dengan kecepatan
difusinya sebesar 0,5 mm/detik. Pada luasan dengan diamater 10 mm rata-
rata waktu yang dibutuhkan hingga 48,36 detik dengan kecepatan difusinya
yaitu 0,2 mm/detik. Pada luasan dengan diamater 15 mm rata-rata waktu
yang dibutuhkan hingga 111,41 detik dan kecepatan difusinya sebesar 0,1
mm/detik. Pada luasan dengan diamater 20 rata-rata waktu yang dibutuhkan
hingga 265,6 detik dan kecepatan difusinya sebesar 0,075 mm/detik.
Sedangkan pada luasan dengan diamater 25 mm rata-rata waktu yang
dibutuhkan hingga 251,69 detik dan kecepatan difusinya sebesar 0,091
mm/detik. Berdasarkan data hasil pengamatan tersebut dapat tersaji grafik
seperti pada grafik 1. Grafik tersebut menunjukkan hubungan antara luasan
diameter menyebarnya kristal KMnO4 dalam air dengan rata-rata waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai diameter tersebut. Hasilnya yaitu semakin
besar diameter luasan penyebaran kristal KMnO4 dalam air maka semakin
lama pula rerata waktu yang dibutuhkannya.
3.2.2 Tekanan Osmosis Cairan Sel
Percobaan kedua yaitu menghitung tekanan osmosis cairan sel
dengan metode plasmolisis. Osmosis merupakan gerakan air dari potensial
air yang lebih tinggi ke rendah melewati membran deferensial permeabel
sampai dicapai keseimbangan dinamis. Sedangkan plasmolisis merupakan
proses terlepasnya membran plasma dari dinding sel. Ini terjadi karena sel
berada dalam lingkungan yang hipertonik sehingga terjadi eksoosmosis
yang mengakibatkan mengecilnya vakuola sehingga volume protoplasma
mengecil (Indradewa, 2000). Ketika sel yang terplasmolisis berjumlah 50%
dari jumlah sel yang diamati maka keadaan ini disebut dengan plasmolisis
insipien. Ketika terjadi plasmolisis insipien tekanan turgor pada sel akan
menjadi 0 dan tekanan osmosis cairan dalam sel akan menjadi sama dengan
tekanan potensial larutan luar sel (Devlin, 1975). Tekanan potensial ii
merupakan energi bebas per mol air. Dalam percobaan ini, untuk mengamati
tekanan osmotik cairan sel, menggunakan bahan daun Rhoeo discolor.
Percobaan dilakukan dengan menyiapkan 6 buah cawan petri dengan
molaritas sukrosa yang ditentukan (0,0 M: 0,2 M; 0,4 M; 0,6 M; 0,8 M; dan
1M). Bagian daun yang digunakan adalah lapisan epidermis bawah
(abaksial) yang berwarna ungu, bagian ini digunakan karena mengandung
banyak zat antosianin (pigmen ungu). Daun selanjutnya disayat dengan tipis
sehingga hanya selapis sel saja yang terambil. Sayatan tersebut kemudian
direndam selama 30 menit dan mengamatinya menggunakan mikroskop
serta menghitung jumlah sel yang terplasmolisis dan terplasmolisis
insipien. Pda keadaan insipien Tekanan Osmosis (PO) dapat dihitung
dengan rumus
22,4 𝑚𝑇
PO = , di mana m =kadar larutan penyebab sel terplasmolisis dan T=
273

suhu absolut (K)/ suhu ruangan + 273 K.


Data hasil pengamatan menggunakan olahan data sekunder koleksi
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, FST Unair. Berdasarkan Tabel. 2 dapat
diketahui bahwa pada konsentrasi 0,0M terjadi plasmolisis sejumlah 0%,
pada konsentrasi 0,2M terjadi 13, 57% sel terplasmolisis, pada konsentrasi
0,4M terjadi 32,93%, pada konsentrasi 0,6M sebanyak 21,5%, pada
konsentrasi 0,8M sebanya 37,35%, dan pada konsentrasi 1M sebanyak
44,73%. Jadi berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan pada
konsentrasi 1M sel daun Rhoeo discolor mengalami plasmolisis insipien
dimana 44, 73% selnya terplasmolisis. Tekanan osmotik pada pada
konsentrasi 1M sebesar 24,86 atm.
3.2.3 Imbibisi Air Pada Biji
Imbibisi merupakan proses peyerapan solven oleh imbiban dari
konsentrasi rendah ke konsenterasi tinggi. Salah satu contoh terjadinya
imbibisi adalah penyerapan air oleh benih. Imbibisi yang terjadi pada benih
atau biji merupakan proses awal terjadinya perkecambahan. Ketika terjadi
keadaan imbibisi, benih akan mengembang sehingga kulit benih akan robek.
Syarat terjadinya imbibisi adalah beda potensial air dengan potensial air
benih yang lebih rendah dan adanya tarik menarik yang khas antara solven
dengan imbiban. Pada percobaan imbibisi ini dilakukan pengamatan pada
biji kacang kedelai (Glycine max) dan biji kacang hijau (Vignaradiata).
Untuk mengetahui peristiwa imbibisi yang terjadi pada kedua biji maka,
masing-masing biji dicatat keadaan awal meliputi bentuk, warna, ukuran,
tekstur, dan berat. Kemudian masing-masing biji ditimbang dan mencatat
volume yang ada pada gelas beaker dan menimbang pula keduanya. Biji-
biji tersebut kemudian didiamkan selama 24 jam dengan keadaan gelas
yang tertutup rapat, hal ini dimaksudkan agar tidak terdapat udara tambahan
dari luar yang dapat membuat terjadinya penguapan yang dapat
menghambat proses imbibisi.
Setelah 24 jam dapat diamati perubahan yang terjadi pada biji-biji
tersebut pada abel. 3. Tabel hasil pengamatan tersebut merupakan data
sekunder koleksi Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Departemen Biologi,
FST, Unair. Dari tabel dapat dilihat bahwa lima biji kacang hijau sebelum
direndam berbentuk lonjong, bertekstur keras, berukuran 5mm, berwarna
hijau tua, dan seberat 5g. Setelah direndam selama 24 jam bentuk biji
kacang hijau tidak mengalami perubahan. Namun, terdapat perubahan lain
seperti bertekstur agak lunak dan lunak, seluruh biji mengembang menjadi
9-13mm. Selain itu biji kacang hijau yang semula hijau tua berubah menjadi
hijau pucat dan hijau muda, serta terdapat biji yang tidak berubah warna.
Berat biji kacang hijau juga mengalami kenaikan mulai dari 7,3g hingga
20g. Selanjutnya pada 5 biji kedelai sebelum direndam berbentuk bulat,
bertekstur keras, satu biji berukuran 2mm, 2 biji berukuran 8mm, dan 2 biji
berukuran 7mm, berwarna kuning pucat, dan memiliki berat 5g. Setelah
direndam selama 24 jam biji-bji tersebut mengalami perubahan berupa
bentuk menjadi oval, bertekstur agak lunak hingga lunak, bij mengembang
hingga 9-13mm, serta mengalami penambahan berat bekisar 11,2 hingga
15,6g. Namun, warna biji kedelai tidak berubah. Terjadinya imbibisi
menjadi faktor perubahan yang terjadi, perubahan bentuk biji terjadi karena
adanya koloid pada biji yang merupakan matriks yang bersifat hidrofil yaitu
mampu bereaksi dengan air berupa protein, pati, dan selulosa. Volume air
yang diserap oleh biji ditambah volume biji akan lebih besar dibanding
volume biji yang menyerap air karena air dimanfaatkan di dalam biji,
sehingga akan terjadi pelepasan panas. Oleh karena itu, biji mengalami
penambahan ukuran dan perubahan bentuk karena aktivitas air yang terjadi
pada sel. Perubahan warna yang dihasilkan dapat dikatakan karena
hilangnya pigmen perwarna ketika terjadi imbibisi.
3.3 DISKUSI
3.3.1 Difusi molekul KMnO4 (Kalium permanganat) Dalam Air
1. Berapakah kecepatan rata-rata penyebaran KMnO 4 saat konstan
dan tidak konstan? Mengapa hal ini dapat terjadi?
Jawab : Kecepatan rata-rata difusi saat konstan tidak dijumpai
pada praktikum kali ini dan kecepatan rata-rata difusi saat tidak
konstan terjadi mulai dari awal saat diameter 5 mm hingga akhir
saat diameter 25 mm. Hal ini terjadi karena pada saat akhir difusi,
penambahan diameter sangat kecil sehingga kecepatannya lebih
lambat daripada proses difusi waktu awalnya.
2. Proses fisiologi apa saja yang dapat menggambarkan terjadinya
difusi zat cair, padat, maupun gas pada tumbuhan?
Jawab : Pada zat cair yaitu pergerakan air melalui ruang antar sel
(apoplas), gutasi, penyerapan air oleh akar, dan pengambilan
karbon dioksida (CO2) dari udara. Pada zat padat yaitu masuknya
unsur hara, ion-ion, dan kandungan logam dari tanah melalui
akar. Dan pada zat gas yaitu fotosintesis, respirasi, dan masuknya
nitrogen melalui akar tumbuhan polong-polongan.
3. Apakah keadaan lingkungan dapat mempengaruhi proses difusi
dalam tumbuhan?
Jawab : Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi proses difusi
dalam tumbuhan. Misalnya suhu, semakin tinggi suhu maka
kecepatan difusinya semakin tinggi. Ukuran serta massa dari
partikel yang berdifusi. Dan besarnya gradien difusi, makin besar
perbedaan konsentrasi antara 2 daerah makin tajam gradien
konsentrasinya.
4. Bagaimana terjadinya kesetimbangan penyebaran KMnO4 dalam
larutan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya
kesetimbangan tersebut?
Jawab : Kesetimbangan terjadi ketika KMnO4 larut sempurna
dalam air (konsentrasi yang sama di seluruh tempat).
Keseimbangan penyebaran konsentrasi KMnO dalam larutan
4

terjadi akibat adanya gradien konsentrasi. Larutnya semua zat


dalam larutan ditandai dengan berubahnya warna larutan yang
semula jernih atau tidak berwarna menjadi ungu secara homogen.
Faktor yang mempengaruhi antara lain :

a. Ukuran partikel: Semakin kecil ukuran partikel, semakin


cepat partikel itu akan bergerak, sehingga kecepatan
difusi semakin tinggi.
b. Ketebalan membran: Semakin tebal membran, semakin
lambat kecepatan difusinya.
c. Luas suatu area: Semakin besar luas area, semakin cepat
kecepatan difusinya.
d. Jarak: Semakin besar jarak antara dua konsentrasi,
semakin lambat kecepatan difusinya.
e. Suhu: Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi
untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat
pula kecepatan difusinya.
5. Apakah setelah kesetimbangan tercapai dapat terjadi proses difusi
lagi? Mengapa?
Jawab : Setelah mencapai kesetimbangan, difusi tidak dapat
terjadi kembali. Karena zat yang memasuki daerah tertentu dan
zat yang meninggalkannya terdapat dalam jumlah yang sama
(keseimbangan dinamis). Namun apabila diberikan perlakukan
pada larutan yang telah setimbang tersebut misalnya diberi
tambahan pelarut maka kesetimbangan akan bergeser dan terjadi
difusi kembali.
3.3.2 Tekanan Osmosis Cairan Sel
1. Bagaimanakah pengaruh suhu terhadap proses osmosis pada sel
tumbuhan?
Jawab : Pengaruh suhu terhadap osmosis pada sel tumbuhan
yaitu apabila tumbuhan berada pada suhu tinggi. Pada suhu tinggi
akan mempercepat pergerakan molekul sehingga proses osmosis
pada sel tumbuhan berlangung lebih cepat. Selain itu pada suhu
tinggi, molekul bergerak yang cepat, lambat laun dapat merusak
epidermis tumbuhan sehingga dapat mempercepat proses
plasmolisis.
2. Apakah rumus PO yang digunakan berlaku untuk semua zat?
Jawab : Rumus PO tidak berlaku untuk semua zat, hanya zat cair
saja (larutan yang encer) yang potensial osmotiknya dapat
dihitung dengan rumus ini. Karena pada rumus PO terdapat “M”
yaitu kadar larutan yang menyebabkan separuh dari jumlah sel
terplasmolisis. Selain itu, tidak semua zat mampu mengakibatkan
50% dari semua sel terplasmolisis.
3. Mengapa terjadi perbedaan jumlah sel yang mengalami
plasmolisis pada sel yang direndam dalam larutan sukrosa?
Jawab : Perbedaan jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada
sel yang direndam dalam larutan sukrosa disebabkan karena
larutan sukrosa memiliki konsentrasi yang berbeda-beda
sehingga jumlah sel yang terplasmolisis juga berbeda. Dan tiap
konsentrasi mempunyai daya kemampuan yang berbeda dan tiap
konsentrasi mempunyai plasmolisis yang berbeda. Semakin
tinggi konsentrasi zat terlarut, semakin banyak sel yang
mengalami plasmolisis.
4. Apakah yang dimaksus dengan insipien plasmolisis dalam
percobaan ini?
Jawab : Insipien plasmolisis adalah terplasmolisisnya 50% sel
dari seluruh sel yang ada.
5. Sebutkan metode-metode yang dapat digunakan untuk mengukur
tekanan osmosis pada sel tumbuhan!
Jawab : Metode yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan
osmosis pada tumbuhan yaitu metode plasmolisis dan metode
osmometer.
3.3.3 Imbibisi Air Pada Biji
1. Bagaimana air dapat melakukan imbibisi ke dalam biji ditinjau
dari struktur biji dan proses difusi/osmosis?
Jawab : Air dapat melakukan imbibisi ke dalam biji melalui kulit
biji (integument). Struktur kulit biji yang bersifat semi permeabel
memungkinkan untuk molekul-molekul air bisa melewati lubang-
lubang pada dinding sel biji. Pergerakan air masuk ke dalam biji
itu merupakan proses osmosis. Sel-sel biji mempunyai nilai
osmosis tinggi sehingga defisit tekanan osmosisnya juga besar
dan memungkinkan molekul air berdifusi dari konsentrasi yang
tinggi ke konsentrasi yang rendah.
2. Perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada biji yang telah
mengalami imbibisi dan bagaimana kaitannya dengan proses
fisiologi biji itu sendiri?
Jawab : Perubahan-perubahan pada biji yang telah mengalami
imbibisi adalah :
a. Bentuk biji yang berubah, tekstur biji menjadi lebih
lunak dan mengembang karena pertambahan volume air,
sehingga massa air bertambah.
b. Warna biji, warna biji memudar dari yang berwarna
pekat menjadi warna yang memudar.
c. Volume air yang berkurang. Kaitannya dengan proses
fisiologi biji adalah biji itu tampak menggembung
seolah-olah akan pecah karena biji tersebut
keselundupan molekul-molekul air yang banyak dan
volumenya terus bertambah hingga tercapai keadaan
’kenyang’ atau kesetimbangan antara konsentrasi air di
dalam dan di luar sel.
d. Terkelupasnya kulit biji dari biji dan perubahan tekstur
kulit biji yang semula keras menjadi lembek karena terisi
oleh air.
3. Jelaskan hubungannya imbibisi air pada biji dengan proses
perkecambahan biji!
Jawab : Setelah air masuk ke dalam biji kemudian air akan
mengaktifkan enzim-enzim yang ada dalam biji tersebut sehingga
proses metabolisme akan dimulai, sebagai contohnya enzim
amilase dalam biji akan aktif ketika imbibisi air telah terjadi
sehingga enzim amilase akan memecah endosperm biji sebagai
nutrisi untuk keperluan perkecambahan selain itu hormon-
hormon tumbuhan seperti auksin, sitokinin dan giberelin juga
akan aktif untuk membantu proses perkecambahan. Semakin
besar atau semakin tinggi imbibisi air pada biji, maka akan
mempercepat proses perkecambahan karena tersedia air dan
nutrisi yang terkandung di dalamnya yang sangat dibutuhkan
dalam proses perkecambahan.
4. Bagaimanakah pengaruh lingkungan terhadap proses imbibisi air
pada biji? Jelaskan dengan memberi contoh adanya imbibisi pada
kondisi di alam (hutan).
Jawab : Pengaruh lingkungan seperti ketersediaan air dan
temperature berpengaruh terhadap proses imbibisi air pada biji
karena air berfungsi sebagai penstimulir metabolism dan sebagai
pelarut dalam perubahan dan pengangkutan cadangan makanan
kepada seluruh bagian tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh
dengan baik. Pada temperatur, semakin tinggi temperatur maka
semakin cepat proses imbibisi Sebagai contoh, biji dari pohon
yang berada di hutan dapat tumbuh karena adanya proses
imbibisi, baik itu melalui air hujan ataupun embun.
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan dari ketiga percobaan dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada percobaan difusi kristal KMnO4 dengan waktu rata-rata 9 detik


diameter yang terbentuk sebesar 5 mm, pada waktu rata-rata 48 detik,
diameter yang terbentuk sebesar 10 mm, pada waktu rata-rata 111 detik,
diameter yang terbentuk seluas 15 mm, waktu rata-rata 266 detik diameter
yang terbentuk seluas 20 mm, dan pada waktu rata-rata 252 detik diameter
yang terbentuk seluas 25 mm. Sedangkan kecepatan difusi dari diameter
terkecil hingga terbesar berturut-turut sebesar 0,5; 0,2; 0,1; 0.075; dan 0,091
mm/detik, sehingga dapat kami simpulkan bahwa semakin lama diameter
penyebaran akan semakin besar dan kecepatan difusi akan semakin
menurun hingga pada akhirnya akan memasuki tahap konstan (larutan
jenuh)
2. Pada konsentrasi sukrosa 1M sel mengalami plasmolisis insipien, dimana
44,73% sel terplasmolisis. Sel mengalami plasmolisis dengan tekanan 24,86
atm.
3. Proses imbibisi yang terjadi pada biji kacang kedelai dan biji kacang hijau
menyebabkan perubahan bentuk, warna, tekstur, hingga berat pada masing-
masing biji. Bentuk biji akan memuai karena adanya air yang masuk
kedalam sel hidrofilik, warna biji akan menjadi lebih pucat, tekstur biji akan
menjadi lebih lembek, dan akan mengalami kenaikan berat.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. 2008. Biologi Jilid 2 Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga
Devlin, Robert M. 1975. Plant Physiology Third Edition. New York: D. Van
Nostrand.
Dwidjoseputro, D. 1992. Pengatur Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT.
Gramedia.
Gardner, F.P : R.B. Pearce and R.L.Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Jakarta : UI Press
Heddy, S. 1990. Hormon Tumbuhan. Jakarta : CV Rajawali
Indradewa, Didik. 2000. Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: Fakultas Pertanian
UGM.
Poedjadi, Anna. 2012. Dasar – Dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press
Salisbury, F.B., Cleon W.R. 1995. Fisiologi Tumbuhan, jilid 1. Bandung :
Penerbit ITB.

Anda mungkin juga menyukai