Anda di halaman 1dari 1

Sengketa dalam Proses Pemilu yang Harus Anda Ketahui Smartlegal.

id - 06 Mar 2019|SLN
BAGIKAN: Pemilihan umum (Pemilu) sejatinya diwarnai dengan hiruk pikuk, baik dalam
persiapannya maupun dalam pelaksanaannya. Kesuksesan dari suatu pemilihan umum tidak hanya
ditentukan dari bagaimana jalannya pemungutan suara. Namun dilihat pula dari penyelesaian
sengketa yang terjadi. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis sengketa pemilihan umum, yuk simak
pembahasannya. Terdapat dua jenis sengketa dalam pemilihan umum, yaitu sengketa dalam proses
pemilu dan sengketa atas perselisihan hasil pemilu (PHPU). Yang akan dibahas lebih lanjut pada
artikel ini adalah sengketa dalam proses pemilu. Sengketa dalam proses pemilu umumnya terjadi di
antara para peserta pemilu. Selain itu sengketa dapat juga terjadi antara peserta pemilu dengan
penyelenggara pemilu sebagai akibat dikeluarkannya keputusan KPU, KPU Provinsi dan/atau KPU
Kabupaten/Kota. Berdasarkan Pasal 93 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum (UU Pemilu), penindakan sengketa dalam proses pemilihan umum dilakukan oleh Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu). Dalam melakukan pencegahan dan penindakan, tugas Bawaslu
terbagi menjadi dua yaitu untuk melakukan penindakan atas pelanggaran pemilu dan penindakan
atas sengketa proses pemilu. Terdapat tiga pelanggaran pemilu yaitu pelanggaran administrasi,
pelanggaran kode etik dan pelanggaran tindak pidana pemilu. Pelanggaran Pemilu Contoh kasus
pelanggaran administrasi pemilu seperti kampanye yang didukung dengan pemanfaatan fasilitas
atau aset milik negara. Selain itu, kampanye dengan membawa anak di bawah umur juga
merupakan pelanggaran. Atas pelanggaran administrasi pemilu, Bawaslu memeriksa, mengkaji dan
memutus pelanggaran terkait. Putusan Bawaslu dapat berupa sanksi administratif pembatalan calon
anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, dan Pasangan Calon Presiden dan
Wakil Presiden. Dalam pelanggaran kode etik oleh penyelenggara pemilu seperti KPU dan Bawaslu,
pelanggaran tersebut diselesaikan oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). DKPP
kemudian melakukan sidang untuk selanjutnya menetapkan putusan DKPP. Putusan biasanya
berupa sanksi atau rehabilitasi diambil dalam rapat pleno DKPP. Baca juga:  Perbedaan Harga di
Label dan Kasir, Mana yang Harus Dipakai? Sedangkan yang termasuk pelanggaran tindak pidana
pemilu yaitu melakukan politik uang atau biasa disebut Money Politics. Misalnya kasus suap
seorang tim sukses calon Bupati Garut kepada oknum anggota KPUD dan Panitia Pengawas Pemilu
Kabupaten Garut. Pelanggaran tindak pidana pemilu selanjutnya diselesaikan dalam peradilan
umum sesuai dengan hukum acara pidana. Sengketa Proses Pemilu Pada sengketa proses pemilu,
sengketa dibawa oleh pemohon kepada Bawaslu untuk dikaji.  Tahap pertama penyelesaian adalah
dengan melakukan mediasi antar kedua belah pihak. Jika mediasi gagal, para pihak dapat memilih
melakukan ajudikasi. Atas putusan yang dikeluarkan oleh Bawaslu, para pihak dapat mengajukan
upaya hukum atas ketidaksetujuannya terhadap putusan tersebut kepada Pengadilan Tata Usaha
Negara (PTUN). Tenggang waktu proses penyelesaian sengketa pemilu di Bawaslu adalah 12 hari,
mulai dari menerima permohonan penyelesaian sengketa hingga memutus penyelesaian sengketa.
Putusan Bawaslu sendiri bersifat final dan binding, kecuali terhadap putusan mengenai verifikasi
partai politik peserta pemilu, penetapan daftar calon tetap anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan
DPRD Kabupaten/Kota, serta penetapan pasangan calon. Contoh kasus dari sengketa pemilu
adalah sengketa antara Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) sebagai pemohon dan Komisi
Pemilihan Umum sebagai termohon. Dalam permohonannya, pemohon menolak isi Surat
Keputusan dan Berita Acara KPU RI No. 1129/PL.01.4-Kpt/06/KPU/IX/2018 tentang Daftar Calon
Tetap (DCT) Anggota DPR RI pada Pemilihan Umum Tahun 2019 dikarenakan telah menyerahkan
kelengkapan dokumen bakal calon Anggota DPR sebanyak 510 (lima ratus sepuluh) dokumen di 80
(delapan puluh) daerah pemilihan. Tetapi ternyata termohon menolak untuk melakukan verifikasi
terhadap 95 (sembilan puluh lima) dokumen bakal Calon Legislatif DPR RI yang diserahkan Ketua
Umum PBB tersebut.

Sumber: Sengketa dalam Proses Pemilu yang Harus Anda Ketahui

Anda mungkin juga menyukai