Anda di halaman 1dari 8

Ancient Men Shopped and Men Today Shopped

UAS
Perilaku Konsumen

Intan Mei Zahara

1191003073

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN SOSIAL
UNIVERSITAS BAKRIE
2019
PENDAHULUAN
Di zaman sekarang kita telah mengenal internet. Perkembangan internet juga sangat
pesat dan sangat di dukung dalam penyebarannya. Tak jarang kini semua orang mengenal apa
itu internet bahkan banyak orang sudah bisa mengoprasikannya dan membuat hal-hal yang
mendukung internet tersebut. Internet sangat bermanfaat untuk zaman yang serba moderen
yang menuntup dengan ketepatan informasi yang berkembang di aspek berbagai wilayah.
Internet juga kini di gunakan untuk ladang bisnis yang sangat menguntungkan. Contohnya
saja penyedia jasa operator pulsa untuk penghubung internet dan banyak bermunculan istilah
bisnis online yang mengunakan internet sebagai penghubungnya. Hal itu merubah pola pikir
manusia bahwa yang ada di dunia ini sangatlah sempit tak jarang orang takkan terkendala
dalam hal komunikasi dan informasi. Internet juga membuat majunya dunia pendidikan di
mana anak-anak bisa mengakses berbagai informasi yang positif di dalam internet. Seperti
hnya perpustakaan raksasa yang bisa di akses di mana saja dan kapan saja. Namun ada juga
dampak negatif yang di hasilkan oleh internet misalnya Pornografi, Violence and Gore
Kekejaman dan kesadisan juga banyak ditampilkan, Penipuan Hal ini memang merajalela di
bidang manapun. Internet pun tidak luput dari serangan penipu, Carding Karena sifatnya yang
‘real time’ (langsung), cara belanja dengan menggunakan Kartu kredit adalah cara yang
paling banyak digunakan dalam dunia internet. Para penjahat internet pun paling banyak
melakukan kejahatan dalam bidang ini, Perjudian, Mengurangi sifat sosial manusia namun
terlepas dari itu semua kita telah merasakan manfaat yang sangat mempengaruhi aktifitas
kita. Namun masih banyak orang yang belum tau sejarah dan perkembangan internet maka
dari itu makalah ini di susuh agar orang-orang tidak tabu tentang sejarah internet.

Di kalangan milenial modern, perdagangan online merupakan transaksi yang sangat


populer. Karena transaksi ini memiliki kemudahan dan efisiensi dalam ragam pilihan dan
aktivitas promosi yang menjadi faktor di balik belanja online bagi para milenial. Hal ini juga
terlihat pada peralihan dari pasar tradisional ke toko online dalam metode pembelian generasi
muda. Belanja online adalah proses dimana konsumen membeli barang atau jasa langsung
dari penjual secara real-time melalui internet tanpa perantara layanan. Di dalam kegiatan
belanja online ini, pembeli dan penjual tidak bertemu secara langsung seperti proses
penjualan biasa. Penjual menggunakan internet untuk menampilkan situs yang mereka buat
sebagai toko dengan bermacam produk yang ditawarkan kepada konsumen. Kemudian
konsumen sebagai pembeli juga akan melihat dan memutuskan untuk membeli produk yang
ditawarkan melalui situs yang telah dibuat (Ishak, 2012). Sementara itu, konsumen tradisional
cenderung menghindari belanja online dikarenakan rasa ketakutan dan persepsi buruk dari
dalam diri konsumen tradisional akibat beberapa kasus penipuan belanja online yang mereka
lihat. Faktor yang memotivasi konsumen untuk berbelanja online adalah faktor internal
seperti kesibukan berbelanja di toko secara langsung, pertimbangan pribadi, dan lain-lain.
Kemudian faktor eksternal produk disediakan oleh penjual online, harga dan promosi. Model
perilaku konsumen melibatkan banyak faktor sebelum memutuskan untuk melakukan belanja
online, seperti kepercayaan pada penjual, akses teknis ke Internet dan kemudahan menjelajahi
toko online, kemudahan pembayaran, pilihan produk yang sulit ditemukan di toko, dan harga,
Waktu dan jumlah pengeluaran.

Dalam kegiatan belanja online, faktor jenis kelamin atau gender dapat mempengaruhi
kegiatan dalam belanja. Meskipun di zaman globalisasi sekarang ini kesetaraan gender selalu
dijunjung tinggi oleh masyarakat, laki-laki dan perempuan dianggap memiliki kemampuan
yang sama dalam memutuskan berbelanja online. Namun, menurut Prabowo dan Suwarsi
(Prabowo dan Suwarsi, 2009) dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa gender
merupakan faktor penting yang dapat menguasai konsumen dalam perilaku belanja. Dan juga
terdapat perbedaan jumlah produk atau jasa yang dibeli secara online antara pembeli laki-laki
dan perempuan (Leonard dalam Lim et al, 2010).
PEMBAHASAN

Perbedaan laki-laki belanja di zaman dahulu dan zaman sekarang sangat la jelas
berbeda. Zaman dahulu belum ada teknologi canggih seperti sekarang, Karena zaman dahulu
apa pun itu serba manual yang mana konsumen jika ingin membeli sesuatu lagsung pergi
ketoko. Sedangkan zaman sekarang, semua lebih canggih dan lebih efisien. Karena dizaman
sekarang sebagai contoh, jika ingin membeli sesuatu barang bisa langsung download aplikasi
di handphone atau langsung cek di website nya. Dan zaman sekarang juga bisa belanja
dengan diantarkan barang nya dengan kurir nya langsung.

Lain halnya dengan kaum pria, mereka dinilai tidak suka menghabiskan waktu
berlama-lama untuk berbelanja. Kebanyakan pria menghindari belanja di toko dan pusat
perbelanjaan yang dianggap feminim. Namun seiring perkembangan zaman dan pusat
perbelanjaan di Indonesia yang meningkat tajam, telah menciptakan persepsi tersendiri
tentang berbelanja di kalangan pria. Hasil survey Kompas Gramedia Majalah yang diberi
nama Indonesia’s Hottest Insight (IHI) pada tahun 2013 yang melibatkan 9000 responden
pembaca yang terdiri dari 3000 anak-anak, 3000 wanita, dan 3000 pria di Indonesia dari
sembilan kota besar, mengatakan bahwa minat pria untuk berbelanja yang dominan adalah
terhadap sektor otomotif yang mencapai 74% kemudian minat yang berhubungan dengan
keuangan 56% dan bidang yang diminati berikutnya adalah gadget atau elektronik (Prayogo,
2013).

Menurut riset nielsen yang dicatat harian kompas menunjukkan kaum pria mulai
menikmati kegiatan shopping. Tahun 2010 tercatat hanya 19 persen pria yang menjadi pelaku
utama shopping, kini angkanya naik menjadi 26 persen. Pria makin menikmati kegiatan
belanja, di mana sepertiganya mengaku benar-benar menikmati atau menyukai belanja.
Berbeda dengan perempuan, gaya pria belanja lebih tegas. Tidak ada waktu bagi mereka
untuk melihat produk-produk lain, seperti yang dilakukan oleh kaum wanita. Berdasarkan
riset tersebut, para pelaku belanja semakin tidak membuat perencanaan. Hanya 15 persen
pelaku yang mengaku membuat perencanaan. Akibatnya banyak barang-barang yang dibeli
diluar kebutuhan (Nugraha, 2011).

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh WSL strategic retail, perusahaan
survei yang meneliti tentang tren dunia retail dan perilaku pembelanjanya, terdiri dari 740
responden pria dan 780 responden wanita yang melakukan pembelanjaan. 63 persen pria
mengatakan bahwa mereka juga mengintip diskon. Bahkan lebih dari separuhnya secara
reguler belanja menggunakan kupon. Oleh karena itu, dengan alasan ini para peritel terus
mendorong mode untuk para pria (Hikmatul, 2013). Kebanyakan kaum wanita sering kali
dijadikan sebagai studi untuk perilaku berbelanja dibandingkan dengan pria. Meskipun
kurangnya penelitian terhadap pria, namun dikatakan perempuan lebih sering berbelanja
dibandingan dengan pria (Benson, 1994, Danzinger, 2006, Hine, 2002) dan lebih menikmati
berbelanja dibandingkan dengan laki – laki (Campbell, 1997, Fischer and Arnold 1994).
Selain itu, mereka mungkin lebih termotivasi oleh faktor yang berbeda dibandingkan dengan
pria sebagai bagian dari pengaruh umum gender pada perilaku konsumen (Yang and Lester,
2005). Padahal dengan melihat perkembangan zaman saat ini, para pria juga gemar
berbelanja sama halnya dengan wanita. Begitu banyak para pembisnis ritel saat ini yang terus
up-to-date dengan berbagai fashion untuk para pria.

Banyak mahasiswa di luar sana memiliki gaya hidup shopaholic. Cara hidup
shopaholic merupakan salah satu bentuk perilaku boros. Gaya hidup shopaholic para
mahasiswa dapat dilihat dari segi penampilan dan cara bersosialisasi. Orang-orang mengerti
yang memiliki gaya hidup shopaholic terus melihat daya tarik, memakai desain dan busana
bermerek, mengikuti perkembangan jaman fashion, dan memiliki ekspektasi kehidupan
menengah ke atas. Mereka biasanya membeli barang dengan standar tas berlabel imitasi
untuk pelajar yang tidak bisa membeli barang asli seharga jutaan rupiah.
KESIMPULAN
Di jaman dahulu kebanyakan laki-laki lebih memilih menghindar berbelanja di toko
dan pusat perbelanjaan yang dianggap feminism. Namun, penyebab dari era globalisasi yang
semakin canggih ini laki-laki mulai mengerti dan ikut dalam perkembangan jaman seperti
fashion dan tren-mode. Orang-orang yang mengerti dan memiliki gaya hidup shopaholic
biasanya tidak akan pernah ketinggalan, seolah-olah untuk citra diri yang lebih kuat atau
setidaknya sama satu sama lain, mereka saling bersaing. Ketika seseorang melakukan proses
pembelian atau penggunaan barang-barang konsumsi dengan cara yang disengaja dan
berkelanjutan, seseorang dapat dianggap sebagai seorang shopaholic. Hal ini membuat
manusia bergantung pada suatu barang, sehingga ketergantungan tersebut tidak dapat atau
sulit untuk dihilangkan. Namun, hal tersebut tidak semuanya selalu ada dalam diri laki-laki.
Karena mereka hanya akan membeli barang jika mereka sangat membutuhkannya. Berebeda
dengan perempuan yang cenderung membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu penting.
Menurut laki-laki, arti “shopping” bukan arti kata belanja saja, melainkan adalah belanja
karena keinginan kita untuk membeli suatu barang yang kita suka dan menjadi hobi kita
LAMPIRAN

Nama narasumber I : Adiel Alfajri

Umur: 22 Tahun

Tempat tinggal: Curup, Bengkulu

Pekerjaan : Pegawai Bank

Intan: Bagaimana cara lu milih brand?

Adiel: Biasanya gue pilih brand yang di pilih banyak orang, terus yang di rekomen sama
temen

I: Lu kalo belanja biasanya ke mall atau marketplace?

A: Tergantung sih, kalo pengen belanja di mall ya ke mall.

I: Kalo untuk merk atau barang apa aja yang lu suka?

A: Gue suka belanja merk GreenLight

I: Lu tipe cowo yang belanja kayak gimana? Lihat harga? Merk? Atau bahan?

A: Gue sih lihat semuanya yaa, kalo menurut gue cocok pasti gue beli

I: Terakhir ni, menurut lu arti shopping itu apa sih?

A: eee menurut gue arti shopping itu belanja suatu barang yang diperlukan atau yang tidak di
perlukan
I: okeyyy, makasih yaa
Nama narasumber II : Muzlan

Umur: 50 Tahun

Tempat tinggal: Curup, Bengkulu

Pekerjaan : Wiraswasta

Intan : waktu jaman bapak dulu ada ga pak brand brand yang bagus?

Muzlan : ada nama brand nya Osella

Intan : dulu kalo mau beli barang brand Osella gimana pak?

Muzlan : kalo mau beli barang brand Osella dulu barangnya sering di bawak sama ibu

Ibu. Kalo ga titip sama ibu nya, nanti dia yang bawak.

Intan : menurut bapak arti shopping itu apa pak?

Muzlan : ya artinya belanja barang

Intan : yaudah, makasih ya pak

Anda mungkin juga menyukai