1. Gula (glucose)
Gula (glukosa) merupakan bentuk bahan baku yang paling sederhana dengan rumus
kimia C6H12O6 , berbeda dengan pengertian gula sehari-hari yang mengandung sukrosa,
laktosa dan fruktosa.
Gula dapat diperoleh dari tebu (sugarcane) melalui hasil sampingan produksinya
berupa tetes (molases). Sebagai bahan baku bioetanol, glukosa dapat langsung
digunakan dalam proses peragian.
2. Pati (starch)
3. Selulosa (cellulose)
Proses Produksi
1. Azeotropic Distillation
2. Molecular Sieve
3. Membrane Pervaporation
Produsen
Hingga tahun 2009, Amerika Serikat merupakan negara produsen biofuel terbesar di
dunia, yang diikuti oleh Brazil di posisi kedua. Produksi bioetanol di Amerika Serikat
didominasi oleh bahan baku jagung dan kedelai, sedangkan proses produksi bioetanol
di Brazil didominasi oleh bahan baku tebu (sugarcane), mengingat Brazil merupakan
produsen tebu nomor 1 di dunia.
Dari data produksi bioetanol 2007 – 2009, Brazil menunjukkan efisiensi tertinggi dalam
pemanfaatan lahan untuk bahan baku bioetanol. Yang berarti dibutuhkan lebih sedikit
lahan untuk menghasilkan sejumlah volume bioetanol.
Penggunaan
Bioetanol dengan kandungan 100% memiliki nilai oktan (octane) RON 116 – 129, yang
relatif lebih tinggi dibandingkan bahan bakar premium dengan nilai oktan RON 88.
Karena nilai oktan yang tinggi, bioetanol dapat digunakan sebagai pendongkrak oktan
(octane booster) untuk bahan bakar beroktan rendah. Nilai oktan yang lebih tinggi pada
bioetanol juga berpengaruh positif terhadap efisiensi dan daya mesin.
Penggunaan bahan bakar E10 dan E20 memiliki performa (power dan force) yang lebih
baik untuk mesin, seperti tercantum dalam tabel pengujian berikut:
Emisi
Penggunaan bioetanol juga mampu mengurangi emisi gas beracun (CO dan HC) yang
umum ditemukan pada pembakaran bensin. Hal tersebut disebabkan oleh air-fuel
ratio yang lebih baik pada bioetanol sehingga menyebabkan pembakaran bahan bakar
yang lebih sempurna. Namun sayangnya justru emisi NOx lebih tinggi dibandingkan
pembakaran bahan bakar premium.
Selain emisi gas beracun, emisi karbon dioksida (greenhouse gas) juga menjadi
perhatian utama dalam pemilihan bahan bakar yang ramah lingkungan. Pembakaran
bioetanol E100 akan menghasilkan sekitar 1.5 kg gas rumah kaca, sedangkan
pembakaran 100% oktana (octane) menghasilkan sekitar 2.1 kg gas rumah kaca.
Menurut data EPA (Environmental Protection Agency) pembakaran 1 Liter bensin akan
menghasilkan sekitar 2.3 kg gas karbon dioksida.