Anda di halaman 1dari 49

Spesifikasi Teknis

SPESIFIKASI TEKNIS

URAIAN UMUM
1. Nama Proyek : PEMBANGUNAN USB DAN KANTOR
2. Lokasi Proyek : SMAN 3 PAGIMANA, KAB. BANGGAI

3. Pekerjaan Pokok yang di laksanakan :

1. PEKERJAAN PERSIAPAN
2. PEKERJAAN TANAH
3. PEKERJAAN PASANGAN / BETON
4. PEKERJAAN KAYU, PINTU, JENDELA, / ATAP
5. PEKERJAAN PENGECETAN DAN POLITUR
6. PEKERJAAN KUNCI DAN GANTUNGAN
7. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
8. PEKERJAAN LAIN-LAIN

4. Seluruh jenis pekerjaan harus di laksanakan sesuai dengan Gambar Rencana dan uraian-uraian
lain yang tercantum dalam Dokumen Pelelangan/Perencanaan/Bestek serta berdasarkan
ketentuan pada :
a. Ketentuan perubahan/tambahan penjelasan maupun gambar susulan yang dimuat dalam
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.
b. Petunjuk/perintah Direksi/Pengawas selama dalam pelaksanaan pekerjaan.
c. Mengikuti persyaratan Standard Nasional Indonesia (SNI), Standard Konsep Nasional
Indonesia (SK-SNI), Normal isasi Indonesia serta Peraturan-peraturan Nasional dan
Internasional lain yang berhubungan dengan Pekerjaan ini :
1. SNI 1728-1989, SKBI 1.3.53.1989; Tentang Tata Cara Mendirikan Bangunan Gedung.
2. SNI 03-1734-1989, SNI 03-1734-1989-F, tentangTata Cara Perencanaan Beton
Bertulang untuk Rumah dan Gedung.
3. SNI 03 – 3233 – 1992; UDC. 674.048, tentang Panduan Pengawetan Kayu dengan Cara
Pemulasan, Pencelupan dan Peredaman.
4. SKBI – 4.3.53.1987, UDC 699.048.004.1, tentang Spesifikasi Kayu Awet untuk
Perumahan dan Gedung.
5. SNI 03 – 2404 – 1991 ; SK SNI T – 05 1990 – F tentang Tata Cara Pencegahan Rayap pada
Pembuatan Bangunan Rumah dan Gedung.
6. SNI 03 – 2410 – 1991 ; SK SNI T – 11 – 1990 – F tentang Tata Cara Pengecatan Dinding
Tembok dengan Cat Emulsi.
7. SNI 03 – 2417 – 1991 SK SNI T – 08 – 1990 – F; tentang Tata Cara Pengecatan Kayu untuk
Bangunan Rumah dan Gedung.
8. SK SNI S – 04 – 1989 – F tentang Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian C ( Bahan Bangunan
dari Logam Besi / Besi ).

2014
Spesifikasi Teknis

9. SKBI 1.3.53.1987, UDC 699.887, tentang Pedoman Perencanaan Penangkal Petir.


10. SNI 03 – 1735 – 1989; SKBI – 2.5.53.1987, tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan dan
Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung.
11. SNI edisi Revisi Kumpulan Analisa Biaya Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan.
12. Standar Industri Indonesia ( SII ).
13. Pedoman Plumbing Indonesia.
14. ASTM, JIS dan lain – lain yang ada hubungannya dengan Pekerjaan ini.
5. Dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan ini adalah termasuk juga mendatangkan,
mengangkut dan mengerjakan bahan-bahan sampai selesai.
6. Pemborong harus menyerahkan seluruh hasil pekerjaannya dalam keadaan selesai dalam
keadaan baik termasuk kebersihan lokasi/lingkungannya.
7. Perbedaan ukuran.
Bila terdapat perbedaan ukuran atau ketidak sesuaian antara :
a. Gambar rencana dan Detail, maka yang mengikat adalah gambar yang skalanya lebih
besar.
b. Bilamana terdapat perbedaan antara gambar dengan bestek, harus dilaporkan kepada
Direksi untuk mendapatkan persetujuan.

UKURAN

1. Satuan ukura yang digunakan dalam pekerjaan ini dinyatakan dalam meter (m), Centimeter
(Cm) dan Milimeter (mm).
2. Titik Duga lantai adalah 0.00 yang ditentukan/ditetapkan saat peninjauan lokasi.
3. Dibawah pengawasan Direksi, Pemborong harus membuat titik duga diatas tanah bangunan
sebagai dasar/patokan pengukuran dari bahan kayu atau beton yang dipasang kokoh dan
dijaga kedudukannya agar tidak terganggu selama pekerjaan berlangsung serta tidak boleh
dibongkar sebelum mendapat ijin Direksi.
4. Memasang Bouwplank :
a. Ketetapan letak bangunan diukur dibawah pengawasan Direksi.
b. Patok yang dipasang harus kuat dan tidak mudah berubah posisinya dibuat dari kayu 5/7
atau dolken.
c. Papan/kayu horisontal harus dipasang dengan kuat dan pada bagian atas harus diketam
rata, bila dipasang dengan menggunakan papan maka ketebalan papan ninimal 2,5 Cm.
d. Pemborong harus menyediakan sedikitnya 3 (tiga) orang pembantu yang ahli dalam cara-
cara pengukuran, alat-alat ukur seperti penyipat datar (theodolith, waterpass), prisma silang
dan peralatan lain yang diperlukan dalam pengukuran menurut situasi dan kondisi lokasi.
5. Penetapan ukuran dan sudut siku harus diperhatikan dan dijaga ketelitiannya dan menjadi
tanggung jawab Pemborong sepenuhnya sampai pekerjaan selesai.
6. Profil untuk pasangan batu merah dibuat dari kayu lurus dan kering sedang untuk pekerjaan
tanah dan pemasangan pondasi dapat menggunakan bambu.

2014
Spesifikasi Teknis

PEKERJAAN PERSIAPAN

1.0. DIREKSI KEET, BARAK KERJA, GUDANG MATERIAL DAN


PAPAN NAMA PROYEK
1.1 Setelah Surat Perintah Kerja diterbitkan, Kontraktor harus membuat
Direksi Keet (Kantor Direksi) yang berukuran 4 x 6 m dari bahan-bahan
yang sederhana, lantai dicor semen dan dapat dikunci dengan baik.
1.2 Kantor Direksi tersebut dilengkapi dengan meja tulis, kursi termasuk
untuk persiapan rapat berkala, tempat menempel gambar, schedule
pekerjaan, papan tulis (white board), kalender dan kotak obat-obatan
serta lainnya yang dianggap perlu.
1.3 point 1.1 dan 1.2 ini merupakan tanggung jawab Kontraktor.
1.4 Untuk menampung tenaga kerja dan penyimpanan bahan-bahan
material yang diperlukan, Kontraktor harus membuat barak kerja dan
gudang material yang memenuhi syarat, dapat dikunci dan
perletakannya mengikuti petunjuk Direksi.
1.5 Kantor Direksi, Barak Kerja dan Gudang Material tersebut pengadaan
dan pembongkarannya menjadi beban dan tanggung jawab Kontraktor,
dan selanjutnya Kantor Direksi, barak kerja dan gudang material serta
perlengkapan direksi keet menjadi milik Kontraktor. Kehilangan
peralatan dan pengadaan bahan material selama masa pelaksanaan
pekerjaan adalah sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor, sehingga
kontraktor wajib mengamankannya.
1.6 Kantor direksi, barak kerja dan gudang material tidak dibenarkan
dibongkar sebelum pekerjaan selesai, terkecuali atas perintah Pengguna
Jasa dan Direksi.
1.7 Papan nama proyek akan dibuat dengan ukuran 1 x 1,5m dengan
mencantumkan ; Nama Pemberi Tugas, Nama Pekerjaan, Sumber Dana
dan Tahun Anggaran, Harga Borongan dan Waktu Pelaksanaan, Nama
Konsultan Perencana, Nama Konsultan Pengawas, Nama Perusahaan
Pelaksana (Kontraktor).

2.0. SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR


2.1 Kontraktor diwajibkan meneliti semua gambar-gambar dan spesifikasi
teknis mengenai pekerjaan ini.
2.2 Bila ternyata ada perbedaan antara gambar dan spesifikasi teknis ini,
antara gambar satu dengan gambar lainnya maka yang berlaku adalah :
a. Spesifikasi Teknis
b. Gambar dengan skala yang lebih besar (detail).
2.3 Bila perbedaan itu menimbulkan keragu-raguan yang mungkin
menimbulkan kekeliruan atau bahaya dikemudian hari, Kontraktor
wajib menanyakan terlebih dahulu kepada direksi untuk mendapatkan
ketegasan.
2014
Spesifikasi Teknis

3.0. RENCANA KERJA


3.1 Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus menyusun suatu
rencana kerja (jadwal waktu pelaksanaan) sebanyak empat rangkap
yang diajukan paling lambat dalam satu minggu setelah diterbitkan
Surat Perintah Mulai Kerja, untuk diketahui dan disetujui oleh Direksi.
3.2 Setelah rencana kerja disetujui Direksi, 3 (tiga) salinan untuk Direksi
dan 1 (satu) salinan ditempel pada ruang Direksi Keet.
3.3 Kontraktor harus mengikuti rencana kerja tersebut yang menjadi dasar
bagi Direksi untuk menilai prestasi pekerjaan dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan kelambatan pekerjaan
3.4 Kontraktor wajib mengajukan shop drawing dan disetujui oleh
konsultan pengawas/ Direksi sebelum memulai setiap item-item
pekerjaan yang menjadi kerangka acuan dalam pelaksanaan.

4.0. PEKERJAAN PEMBONGKARAN


12.1 Sebelum melakukan pekerjaan pembongkaran, kontraktor wajib
mendapat persetujuan dari pengawas Teknik pada setiap item
Pekerjaan Pembongkaran.
12.2 Pembongkaran dilakukan secara manual dengan alat bantu
pertukangan tidak menggunakan alat berat.
12.3 Pembongkaran awal dilakukan pada lantai dan titik-titik yang akan di
gali poer plat, pembongkaran dilakukan secara hati-hati sehingga tidak
merusak bagian bangunan lainnya yang masih digunakan.
12.4 Pembongkaran selanjutnya dapat dilaksanakan apabila struktur
penopang bangunan utama seperti kolom sudah berdiri atau mengikuti
petunjuk direksi teknis.
12.5 Bagian-bagian bangunan lainnya yang masih bisa difungsikan harus
dipertahankan seperti instalasi air bersih, instalasi listrik dll. Bagian-
bagian tersebut dapat digunakan selama pekerjaan berlangsung, dan
segala biaya yang timbul menjadi tanggung jawab kontraktor.
12.6 Apabila selama pembongkaran terjadi kerusakan pada bangunan yang
masih digunakan menjadi tanggung jawab kontraktor untuk
memperbaikinya.
12.7 Apabila untuk pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan kendaraan atau
peralatan-peralatan lain yang dipandang perlu untuk menunjang
pelaksanaan, maka hal ini menjadi kewajiban Kontraktor untuk
menyediakannya dan seluruh biaya yang timbul menjadi beban dan
kewajiban Kontraktor.
12.8 Pada saat pelaksanaan pembongkaran setiap item bangunan,
kontraktor harus didampingi pengawas Teknik.
12.9 Seluruh item sisa bongkaran yang sifatnya masih dapat terpakai atau
mempunyai nilai nominal tetap menjadi status milik negara dan tidak
diperkenankan dipindah tempatkan dari areal lokasi pekerjaan tanpa
persetujuan pemilik proyek.
12.10 Seluruh material bongkaran yang tidak mempunyai nilai
nominal harus di buang dari lokasi proyek.

2014
Spesifikasi Teknis

5.0. PEKERJAAN PEMBERSIHAN


4.1 Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus membersihkan areal
lokasi dari segala sesuatu yang dapat menghambat pekerjaan dan
melakukan penimbunan jika di anggap perlu. Dalam hal ini kontraktor
tidak diperbolehkan melakukan pembakaran sampah hasil pembersihan
dari jenis apapun dan juga tidak menggunakan bahan kimia untuk
membersihkan lokasi di areal lokasi.
4.2 Sebelum di lakukan penimbunan permukaan tanah harus bersih dari
lokasi pekerjaan.
4.3 Jika pada halaman pekerjaan terdapat konstruksi atau utility yang masih
berfungsi seperti pipa-pipa, kabel-kabel listrik yang ada dibawah atau
diatas tanah, Kontraktor harus melindungi jangan sampai terjadi
kerusakan selama pelaksanaan.
4.4 Apabila untuk pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan kendaraan atau
peralatan-peralatan lain yang dipandang perlu untuk menunjang
pelaksanaan, maka hal ini menjadi kewajiban Kontraktor untuk
menyediakannya dan seluruh biaya yang timbul menjadi beban dan
kewajiban Kontraktor.
4.5 Pekerjaan pembersihan ini juga terdiri dari pembersihan sisa-sisa
bongkaran, sisa-sisa pekerjaan konstruksi, material-material sisa dan
lain sebagainya.

6.0. PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOWPLANK


6.1 Pengukuran dan pemasangan bouwplank dilakukan sekaligus untuk
seluruh site, agar pengaturan perletakan bangunan tidak meleset serta
menjaga kemungkinan perubahan-perubahan atau pergeseran-
pergeseran sesuai keadaan.
6.2 Untuk mendapatkan ukuran yang tepat sesuai rencana, pengukuran
wajib dilaksanakan dengan menggunakan waterpass dan atau
theodolite.
6.3 Sebelum dipasang papan untuk bouwplank harus diserut rata dan lurus.
6.4 Patok-patok utama hendaknya ditanam/ditancapkan sedalam/sekuat
mungkin agar tidak terjadi pergeseran. Dan pada saat semua patok
sudah terpasang titik yang telak ditentukan, dianggap perlu untuk dicek
kembali terhadap orientasi sudut rencana.

7.0. TINGGI TITIK DUGA (PEIL)


7.1 Ukuran tinggi titik duga (peil) 0,00 yang dinyatakan dalam gambar
disesuaikan dengan keadaan site.
7.2 Ukuran tinggi titik duga (peil) dinyatakan dengan suatu tanda tetap dan
dipasang pada tempat yang tidak mudah terganggu.
7.3 Pembuatan/pemasangan tanda tetap ini dikerjakan oleh Kontraktor
dengan petunjuk dan persetujuan Direksi/konsultan Pengawas.

2014
Spesifikasi Teknis

8.0. GAMBAR DAN UKURAN


8.1 Denah, tampak-tampak dan potongan-potongan dinyatakan dalam
gambar-gambar rencana arsitektur dan struktur, dan dijelaskan pula
dalam gambar detail lengkap dengan ukuran-ukurannya.
8.2 Apabila terdapat ketidakjelasan dalam ukuran pada gambar rencana,
maka Kontraktor wajib meminta penjelasan dan petunjuk kepada
Direksi/ Konsultan pengawas, Kemudian kontraktor Wajib mengajukan
Shop drawing dan disetujui oleh pengawas/ Direksi sebelum memulai
pekerjaan.

9.0. PENGADAN BAHAN BANGUNAN


9.1 Bahan-bahan yang boleh ditempatkan didalam kompleks pekerjaan
hanyalah bahan-bahan yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis
maupun gambar-gambar.
9.2 Cara dan tempat penimbunan/penyimpanan bahan harus memenuhi
syarat atau menurut petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.
9.3 Bahan bangunan yang dipakai adalah yang sesuai dengan kualitas dan
kuantitas serta dimensi yang disyaratkan dalam spesifikasi teknis
maupun gambar.
9.4 Apabila suatu bahan yang disyaratkan tidak terdapat dipasaran, sebelum
diganti Kontraktor harus konsultasi terlebih dahulu dengan Direksi /
Konsultan Pengawas, dan penggantian bisa dilakukan setelah ada
persetujuan secara tertulis.
9.5 Penggantian bahan bangunan yang tidak terdapat dipasaran dengan
bahan bangunan lain harus setara/setingkat kualitasnya.
9.6 Bahan bangunan yang dinyatakan afkeur oleh Direksi/Konsultan
Pengawas karena cacat atau tidak sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan harus segera dipindahkan dan dikeluarkan dari kompleks
pekerjaan selambat-lambatnya dalam waktu 2 x 24 jam.

10.0. STANDAR YANG DIPAKAI


Semua pekerjaan yang ditentukan dalam dokumen ini mengacu dan harus
mengikuti persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI), Standar Konsep
Nasional Indonesia (SK SNI), Normalisasi Indonesia serta peraturan-
peraturan Nasional dan Internasional lain yang ada hubungannya dengan
pekerjaan ini, seperti :
1. SNI 1728-1989; SKBI 1.3.53.1989, tentang Tata Cara Pelaksanaan
mendirikan Bangunan Gedung
2. SNI 03-1734-1989; SNI 03-1734-189-F, tentang Tata Cara Perencanaan
Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang untuk Rumah dan
Gedung;
3. SNI 03-3233-1992; UDC.674.048. tentang Panduan Pengawetan Kayu
dengan Cara Pemulasan, Pencelupan dan Perendaman;
4. SKBI-4.3.53.1987; UDC. 699.048.004.1. tentang Spesifikasi Kayu
Awet untuk Perumahan dan Gedung;
5. SNI 03-2404-1991; SK SNI T-05-1990-F tentang Tata Cara
Pencegahan Rayap pada Pembuatan Bangunan Rumah dan Gedung;

2014
Spesifikasi Teknis

6. SNI 03-2410-1991; SK SNI T-11-1990-F, tentang Tata cara Pengecatan


Dinding Tembok dengan Cat Emulsi;
7. SNI 03-2417-1991; SK SNI T-08-1990-F, tentang Tata Cara
Pengecatan Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung;
8. SK SNI S-04-1989-F tentang Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian C
(Bahan Bangunan dari Logam Besi/Besi).
9. SKBI 1.3.53.1987; UDC. 699.887 tentang Pedoman Perencanaan
Penangkal Petir;
10. SNI 03-1735-1989; SKBI-2.5.53.1987, tentang Tata Cara Perencanaan
Bangunan dan Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Rumah dan Gedung;
11. Standar Industri Indonesia ( SII );
12. Pedoman Plumbing Indonesia;
13. ASTM, JIS dll yang ada hubungannya dengan pekerjaan ini.
Apabila suatu persyaratan disebutkan secara khusus didalam persyaratan ini,
maka ketentuan itu yang harus diutamakan.

11. PENGGUNAAN PERSYARATAN TEKNIS


11.1 Persyaratan teknis ini merupakan pedoman dalam pelaksanaan-
pelaksanaan pekerjaan (yang disebut sebagai kegiatan) termasuk
seluruh bangunan-bangunan dan pekerjaan-pekerjaan lainnya satu
kesatuan yang tidak terpisahkan;
11.2 Kecuali disebutkan lain, maka setiap bagian dalam persyaratan teknis
ini berlaku untuk seluruh bangunan yang termasuk dalam pekerjaan
ini, disesuaikan dengan gambar-gambar, keterangan-keterangan
tambahan tertulis dan perintah-perintah direksi/pengawas.
11.3 Standar-standar utama yang dipakai adalah standar-standar yang
dibuat dan berlaku resmi di negara RI, apabila tidak terdapat standar
yang dapat diberlakukan terhadap pekerjaan tersebut, maka harus
digunakan standar internasional yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan
tersebut atau setidak-tidaknya standar dari negara produsen bahan
yang menyangkut pekerjaan tersebut yang diberlakukan.

2014
Spesifikasi Teknis

GALIAN, URUGAN KEMBALI DAN PEMADATAN


1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut:

- Menyediakan peralatan dan perlengkapan yang memadai, bahan-


bahan, tenaga kerja yang cukup untuk menyelesaikan semua
pekerjaan.
- Penggalian untuk pondasi Poor Plat, dan galian lainnya yang dianggap
perlu, pengurugan kembali dan pemadatan semua pekerjaan yang
membutuhkan galian dan/atau urugan kembali seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja.
- Membuang semua bahan-bahan galian yang tidak memenuhi
persyaratan ke suatu tempat pembuangan yang telah ditentukan.
- Penggalian dan pengangkutan bahan timbunan dari suatu tempat
galian.
- Melengkapi pekerjaan seperti ditentukan dalam spesifikasi ini.

2.0. PROSEDUR UMUM

2.1. Penggalian
2.1.1. Penggalian harus dikerjakan sesuai garis dan kedalaman seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas. Areal galian harus dibuat cukup untuk
memberikan ruang gerak dalam melaksanakan pekerjaan.
2.1.2. Elevasi yang tercantum dalam Gambar Kerja merupakan
perkiraan saja dan Konsultan Pengawas dapat
menginstruksikan perubahan-perubahan bila dianggap perlu.
2.1.3. Setiap kali pekerjaan galian selesai, Kontraktor wajib
melaporkannya kepada Konsultan Pengawas untuk diperiksa
pekerjaan selanjutnya.
2.1.4. Semua lapisan keras atau permukaan keras lainnya yang digali
harus dipotong mendatar atau miring sesuai Gambar Kerja atau
sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
2.1.5. Bila bahan yang tidak sesuai terlihat pada elevasi penggalian
rencana, Kontraktor harus melakukan penggalian tambahan
sesuai petunjuk Konsultan Pengawas, sampai kedalaman
dimana daya dukung yang sesuai tercapai.
2.1.6. Untuk lapisan lunak, permukaan akhir galian tidak boleh
diselesaikan sebelum pekerjaan berikutnya siap dilaksanakan,
sehingga air hujan atau air permukaan lainnya tidak merusak
permukaan galian.
Untuk menggali tanah lunak, Kontraktor harus memasang
Dinding penahan tanah sementara untuk mencegah longsornya
tanah ke dalam lubang galian.

2014
Spesifikasi Teknis

Kontraktor harus melindungi galian dari genangan air atau air


hujan dengan menyediakan saluran pengeringan sementara
atau pompa.
2.1.7. Untuk menjaga keamanan pekerjaan, tanah galian dibuang atau
ditempatkan sementara minimal 1 meter dari tepi galian.
2.1.8. Galian di bawah elevasi rencana karena kesalahan dan
kelalaian Kontraktor harus diperbaiki sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas tanpa tambahan biaya dari Pemilik
Proyek.
2.1.9. Diasumsikan bahwa penggalian pada lokasi kerja dapat
dilakukan dengan peralatan standar sesuai petunjuk Konsultan
Pengawas.
2.1.10 Bila ditemukan batu-batuan, Kontraktor harus memberitahukan
kepada Konsultan Pengawas yang akan mengambil keputusan,
sebelum penggalian dilanjutkan.
2.1.11 Sesudah setiap pekerjaan penggalian selesai, Kontraktor harus
memberi tahu Konsultan Pengawas, dan pekerjaan dapat
dilanjutkan kembali setelah Konsultan Pengawas menyetujui
kedalaman penggalian dan sifat lapisan tanah pada dasar
penggalian tersebut.

2.2. Urugan dan Timbunan


2.2.1. Pekerjaan urugan atau timbunan hanya dapat dimulai bila
bahan urugan dan lokasi pengerjaan urugan / timbunan telah
disetujui Konsultan Pengawas.
2.2.2. Kontraktor tidak diijinkan melanjutkan pekerjaan pengurugan
sebelum pekerjaan terdahulu disetujui Konsultan Pengawas.
2.2.3. Bahan galian yang sesuai untuk bahan urugan dan timbunan
dapat disimpan oleh Kontraktor di tempat penumpukan pada
lokasi yang memudahkan pengangkutan selama pekerjaan
pengurugan dan penimbunan berlangsung. Lokasi penumpukan
harus disetujui Konsultan Pengawas.
2.2.4. Pengurugan pekerjaan beton hanya dapat dilakukan ketika
umur beton minimal 14 hari, dan ketika pekerjaan pasangan
berumur minimal 7 hari, atau setelah mendapat persetujuan
dari Konsultan Pengawas.

2.3. Pemadatan
Pemadatan dengan menyiram dan menyemprot tidak diijinkan.
Kontraktor harus menyediakan peralatan pemadatan yang memadai
(Ex. Stamper) untuk memadatkan ukuran maupun daerah galian. Bila
tingkat pemadatan tidak memenuhi, perbaikan harus dilakukan sampai
tercapai nilai pemadatan yang disyaratkan. Bahan yang ditempatkan di
atas lapisan yang tidak dipadatkan dengan baik harus disingkirkan dan
harus dipadatkan kembali sesuai Konsultan Pengawas.

2014
Spesifikasi Teknis

3.0. BAHAN-BAHAN
Material yang digunakan untuk urugan/Timbunan adalah sirtu ex. Palupi
(poin 4.2)

4.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN


4.1. Galian
4.1.1. Pekerjaan galian dapat dianggap selesai bila dasar galian telah
mencapai elevasi yang ditentukan dalam Gambar Kerja atau
telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4.1.2. Semua bahan galian harus dikumpulkan pada tempat tertentu
sesuai petunjuk Konsultan Pengawas sehingga bila dibutuhkan
dan memenuhi ketentuan bahan galian tersebut dapat
digunakan untuk bahan urugan atau dibuang sesuai petunjuk
Konsultan Pengawas.
4.1.3. Bila terjadi kelebihan penggalian garis batas dan elevasi yang
ditentukan dalam Gambar Kerja atau petunjuk Konsultan
Pengawas yang disebabkan karena kesalahan Kontraktor,
kelebihan penggalian tersebut tidak dibayar dan Kontraktor
harus memperbaiki daerah tersebut sesuai Gambar Kerja atas
biaya Kontraktor.

4.1.4. Penggalian harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa agar


tidak merusak patok-patok pengukuran atau pekerjaan lain
yang telah selesai. Semua kerusakan yang disebabkan karena
pekerjaan penggalian menjadi tanggung jawab Kontraktor dan
harus diperbaiki oleh Kontraktor tanpa biaya tambahan atau
waktu.
4.1.5. Kontraktor harus menyingkirkan setiap batuan yang ditemukan
pada daerah elevasi pada kedalaman minimal 150 mm di
bawah elevasi akhir rencana. Batuan dapat berupa batu atau
serpihan keras dalam tanah dasar asli.

4.2. Urugan dan Timbunan


4.2.1. Bahan Urugan
- Bahan urugan harus bebas dari bahan organic, gumpalan
besar, kayu, bahan-bahan lain yang mengganggu dan
butiran batu besar dari 100 mm dan memiliki gradasi
sedemikian rupa agar pemadatan berjalan lancar.
- Bila menurut pendapat Konsultan Pengawas, suatu bahan
tidak dapat diperoleh, penggunaan batu-batuan atau kerikil
yang dicampur dengan tanah dapat diijinkan, dalam hal
ini, bahan yang lebih besar dari 150 mm dan lebih kecil
dari 50 mm tidak diijinkan digunakan, dan presentase
pasir harus berjumlah cukup untuk mengisi celah dan
membentuk kepadatan tanah yang seragam dengan nilai
kepadatan yang sesuai.
- Semua bahan galian kecuali tanah tidak diijinkan
digunakan sebagai bahan urugan kecuali disetujui oleh

2014
Spesifikasi Teknis

Konsultan Pengawas seperti disebutkan dalam butir 4.1.2.


dari Spesifikasi Teknis ini.
- Setiap Lapisan bahan urugan, bila kering, harus dibasahi
merata sampai tercapai kadar air tertentu untuk
mendapatkan kepadatan yang disyaratkan.

4.2.2. Persiapan
Sebelum penempatan bahan urugan, pekerjaan-pekerjaan
berikut harus sudah dikerjakan sebelumnya.
- Pembersihan lokasi dan/atau penggalian sesuai petunjuk
Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis.
- Kontraktor harus memberitahu Konsultan Pengawas
sebelum memulai penempatan bahan urugan dan Konsultan
Pengawas akan memeriksa kondisi lokasi yang telah
disiapkan untuk maksud tersebut.
- Lokasi yang akan diberi bahan urugan/timbunan harus
dikeringkan dahulu dari genangan air menggunakan pompa
alat lain yang disetujui Konsultan Pengawas.

4.2.3. Penempatan Bahan Urugan


- Bahan urugan tidak boleh dihampar atau dipadatkan pada
waktu hujan. Bahan urugan di dalam atau di luar lokasi
timbunan harus ditempatkan lapis demi lapis dengan
ketebalan maksimal 200 mm (keadaan lepas) dan harus
dipadatkan dengan baik.
- pelaksanaan pemadatan hendaknya mengacu pada rencana
teknis perencanaan secara manual atau menggunakan alat
bantu.
- Jika menurut konsultan pengawas tidak diperoleh kepadatan
yang baik dengan memadatkan secara manual, maka
hendaknya kontraktor menyiapkan alat bantu pemadatan
seperti stamper yang dipadatkan layer/layer setebal 200
mm.
- Untuk timbunan di luar lokasi timbunan harus dipadatkan
sampai kepadatan yang sebanding dengan daerah sekitarnya
atau sesuai ketentuan dalam butir 4.3. dari Spesifikasi
Teknis ini.
- Untuk timbunan di dalam lokasi timbunan, urugan harus
dipadatkan sesuai nilai kepadatan yang ditentukan dalam
butir 4.3. dari Spesifikasi Teknis ini.
- Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja atau-syarat
khusus, pemadatan dengan tangan tidak diijinkan sebagai
pengganti alat pemadat mekanis.
- Kontraktor tidak boleh menempatkan lapisan baru bahan
urugan sebelum pemadatan lapisan terdahulu disetujui
Konsultan Pengawas. Pengurugan tidak boleh dikerjakan
tanpa persetujuan dari Konsultan Pengawas.

2014
Spesifikasi Teknis

4.3. Pemadatan
4.3.1. Umum
- Jika diperlukan, setiap lapisan sebelum dipadatkan harus
memiliki kadar air yang sesuai dengan ketentuan agar
dihasilkan pemadatan dengan nilai kepadatan yang sesuai.
Bahan harus memiliki kadar air yang seragam pada seluruh
lapisan bahan yang akan dipadatkan.
Setiap lapisan harus dipadatkan dengan merata
menggunakan alat pemadatan yang disetujui seperti stamper
kuda 17 KN atau menggunakan peralatan sesuai rencana
teknis yang tertera pada kontrak.
- Apabila Penggilasan harus perlu dilakukan, maka
pelaksanaan harus dilakukan pada arah memanjang
sepanjang timbunan dan biasanya dimulai dari sisi terluar
dan menuju ke arah tengah dengan cara sedemikian rupa
agar setiap bagian menerima tingkat pemadatan yang sama.

4.3.2. Kepadatan Kering Maksimal dan Kadar Air Optimal


Kepadatan kering maksimal dan kadar air optimal harus
ditentukan berdasarkan metode ASTM D1557-90 (AASHTO
T180-74) yang umum dikenal sebagai Modified Proctor Test.

4.3.3. Pengawasan Kelembaban


Pada saat pemadatan yang membutuhkan nilai kepadatan
tinggi, bahan urugan dan permukaan yang akan menerima
bahan urugan harus memiliki kadar air yang disyaratkan.
Kontraktor tidak diijinkan melakukan pemadatan sampai
dicapai kadar air sesuai dengan yang disyaratkan.
Kontraktor harus melembabkan bahan urugan atau permukaan
yang akan diurug bila kondisinya tertatu kering. Bahan urugan
yang tertatu basah dan harus dikeringkan sampai tercapai kadar
air yang sesuai bila perlu dengan bantuan peralatan mekanis.

4.3.4. Penggilasan (Jika Diperlukan)


- Kontraktor harus melakukan pekerjaan penggilasan daerah
yang dikupas atau dipotong sesuai Konsultan Pengawas,
untuk memastikan adanya tanah lunak yang ada di lokasi
tersebut. Kontraktor harus menggunakan trek bermuatan,
mesin gilas atau peralatan pemadatan lainnya yang
disetujui. Jenis ukuran dan berat peralatan harus sesuai
petunjuk Konsultan Pengawas.
- Kontraktor harus menempatkan dan memadatkan bahan
urugan pada tempat rendah. Bila ditemui tempat basah,
Kontraktor harus memberitahukannya kepada Konsultan
Pengawas agar dapat ditentukan perbaikannya. Lokasi
yang mendukung struktur/ konstruksi harus diawasi
selama pelaksanaan penggilasan dan harus disetujui
Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan ditanjutkan.

2014
Spesifikasi Teknis

4.3.5. Kepadatan Tanah Kohesif


Untuk tanah yang mengandung 30% atau lebih berat partikel
yang metalui saringan no. 200, yang membutuhkan pemadatan
retatif, seperti ditentukan ASTM D1557-90 (AASHTO T180-
74).

4.3.6. Kepadatan Tanah Tidak Kohesif


Tanah yang mengandung kurang dari 30% berat partikel yang
melalui saringan No, 200, yang membutuhkan pemadatan
relatif, seperti ditentukan ASTM D1557-90 (AAHSTO T180-
74), dan dinyatakan dalam presentase kepadatan kering
maksimal dan kadar air, pada saat pemadatan harus memenuhi
ketentuan berikut :

Kepadatan relatif
Daerah pemadatan
(%)

Timbunan di bawah lapisan Tidak ada pernyaratan khusus cukup


drainase digilas dengan bulldoezer (misalnya D-6)

10
Timbunan pengisi di bawah Bila juga diperiksa dengan beberapa kali
pelat laintai lintasa roller sesuai Konsultan Pengawas

60

Dasar Jalan 40

Pematan saluran Tidak ada persyaratan khusus

Saluran

4.4. Pembuangan Bahan Galian


Sernua bahan galian yang memenuhi persyaratan dapat digunakan
untuk bahan urugan. Bahan yang tidak sesuai untuk pengurugan harus
dibuang pada tempat yang disetujui Konsultan Pengawas.

2014
UJI
BETON
1.0 LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini mencakup prosedur yang harus dilakukan guna pengambilan


contoh beton selama pelaksanaan pengecoran beton.

Pekerjaan ini mencakup penyediaan peralatan seperti :


- Alat-alat laboratorium dan peralatan yang dibutuhkan.
- Perlengkapan penyimpanan.
- Landasan pencampur dekat lokasi gudang.
- Cetakan kedap air, dengan kubus dimensi 150mm x 150mm x 150mm.
- Batang besi untuk memadatkan contoh adukan beton dengan Ø 16 mm
(5/8"), panjang 600 mm.
- Kerucut slump.
- Kotak-kotak untuk pengangkutan kubus.

2.0. STANDAR / RUJUKAN

2.1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1971)


2.2. American Society for Testing and Materials (ASTM):
- ASTM C31-90 Test Method of Making and Curing Concrete
Test Specimens in the Field.
- ASTM C39-86 Test Method for Compressihale Strength of
Cylindrical Concrete Specimens.
- ASTM C42-90 Test Method for Obtaining and Testing Drilled
Cores and Sawed Beams of Concrete.
- ASTM C31-90a Test Method of Slump of Hydraulic Cement
Concrete. ASTM C172-90
- Practice of Sampling Freshly Mixed Concrete.
- ASTM C231-90
- Test Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the
Pressure Method.
2.3. American Concrete Institute (ACI):
- ACI 308-92 Standard Practice for Curing Concrete.
2.4. Spesifikasi Teknis
- Beton Cor di tempat.

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh adukan beton diambil sesuai dengan prosedur ASTM C 172
dan/atau PBUI (PBI-1971) atau seperti ditentukan dalam Spesifikasi
ini yang memenuhi standar ASTM 1972.
3.2. Contoh adukan beton harus mewakili setiap kelompok pencampuran
dan terdiri dari berbagai perbandingan dari tempat yang berbeda
dalam kelompok pencampuran.
3.3. Contoh harus diaduk menyeluruh dengan sekop untuk memperoleh
keseragaman. Uji slump contoh harus dilakukan segera setelah
pengambilan contoh.

4.0. BAHAN-BAHAN
Lihat butir 5.0. Pelaksanaan dari Spesifikasi Teknis ini.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN


5.1. Uji Slump
Uji Slump harus dilakukan setiap kali pembuatan uji beton kubus.
Metoda harus memenuhi standar ASTM C 143.

5.2. Pembuatan Kubus Beton


Cara pembuatan kubus beton harus sesuai dengan cara yang diuraikan
dalam PBI 71/NI. 2 - 1971. Contoh diusahakan tidak berubah pada
saat pengangkutan.
Bila bahan akan diangkut ke tempat yang jauh dari tempat
pengambilan contoh, beton harus diaduk dengan sekop sebelum
dimasukkan ke dalam cetakan.

5.3. Perawatan Contoh di Laboratorium


5.3.1. Contoh untuk uji coba beton harus diambil sesuai ketentuan
PBI 71/NI.2- 1971.
5.3.2. Kubus untuk uji coba beton harus dibuat, dirawat di
laboratorium dan diuji sesuai ketentuan PBI (NI-2, 1971).
5.3.3. Kubus untuk uji beton harus dibuat, dirawat di laboratorium
dan diuji sesuai ketentuan ASTM C 31 dan ASTM C 39.

5.4. Penyimpanan Contoh Kubus Beton


5.4.1. 24 jam pertama setelah pembuatan kubus sangatlah penting.
Kubus hanya boleh dipindahkan dari tempat pencetakan ke
gudang penyimpanan, dan dijaga harus tetap dalam posisi
vertikal dan hindarkan dari getaran dan benturan.
Kubus boleh disimpan di tempat yang tertutup rapat, kotak
kayu yang kuat, atau bangunan sementara selama temperatur di
sekitamya berkisar antara 15,6° C dan 26,7°C dan penguapan
dari contoh dapat dicegah.
5.4.2. Pada umur 1 (satu) hari setiap kelompok contoh harus
diperiksa untuk perawatan dan pengujian. Tempatkan kubus
pada kotak yang kuat untuk pengiriman. Jarak antara kubus
dan kotak harus diisi dengan pasir basah atau serbuk gergaji.
Setiap kelompok kubus harus dilengkapi dengan catatan waktu
/ tanggal pembuatan kubus.
5.4.3. Bila memungkinkan mengirim contoh baru berumur 1 (satu)
hari, contoh harus dilembabkan terus menerus dengan pasir
basah sampai akhir periode 24 jam, dan harus tetap lembab
2014
pada temperatur 21°-24,5° C sampai saat pengiriman. Kubus
harus dikirim secepat mungkin dan paling lambat beberapa
hari sebelum periode 7 (tujuh) hari tercapai, karena
laboratorium harus menerima kubus-kubus tersebut sehari atau
lebih sebelum pengujian 7 (tujuh) hari.

5.5. Pengujian
5.5.1. Pemeriksaan dan pengujian harus dilaksanakan oleh lembaga
yang dikontrak oleh Kontraktor dan sudah disetujui konsultan
pengawas.
5.5.2. Kontraktor harus bekerja sama dengan Laboratorium Penguji
untuk kelancaran pekerjaan. Kontraktor harus memberitahu
Laboratorium dan Konsultan pengawas minimal 24 jam
sebelum pengecoran beton dimulai untuk pemeriksaan dan
pengujian beton di tempat percampuran dan di lapangan, dan
pemeriksaan acuan dan penulangan. Kontraktor harus
menyediakan gudang kotak berisolasi yang dapat dikunci
dalam ukuran yang memadai untuk menyimpan peralatan dan
contoh benda uji di lokasi proyek, dan beberapa pekerja untuk
menyiapkan contoh benda uji.
5.5.3. Pembuatan, penanganan, pengangkutan dan perawatan contoh
harus dilakukan oleh staf Laboratorium Penguji saja.
5.5.4. Pengawasan dan pemeriksaan harus meliputi persyaratan
minimal:
- Pengambilan contoh dan pengujian campuran beton.
- Mempelajari dan memeriksa campuran desain yang diusulkan
Kontraktor.
- Mengevaluasi tempat pencampuran dan peralatan untuk
mengukur, mencampur dan mengangkut beton.
- Mengevaluasi tempat pencampuran dan pelaksanaan
pencampuran.
- Mengevaluasi campuran beton.
5.5.5. Pengawasan lapangan dan pemeriksaan harus meliputi
persyaratan minimal sebagai berikut:
- Memeriksa nomor trek dan/atau Surat pengiriman dari tempat
pencampuran beton.
- Memeriksa jumlah air yang ditambahkan ke dalam campuran
beton di lapangan.
- Membuat contoh dan pengujian kandungan air dalam beton.
- Membuat pengujian slump sesuai ketentuan ASTM C 143.
- Membuat contoh untuk pengujian kuat beton pada
laboratorium. Mengukur temperatur campuran beton,
simpanan beton dan beton selama masa perawatan.
- Mengukur temperatur udara saat pengecoran dan perawatan
beton. Memeriksa penempatan beton dan prosedur perawatan.
- Pengujian lapangan harus dilakukan untuk setiap 5 m3 atau
setiap kedatangan truk.

2014
5.5.6. Pengujian dan pemeriksaan laboratorium harus meliputi persyaratan
minimal berikut:
- Pengujian kuat tekan beton sesuai dengan PBI 71/NI.2-1971.
- 3 buah contoh dirawat di lab untuk kuat tekan 7 hari
- 3 buah contoh dirawat di lab untuk kuat tekan 28 hari.
- Kuat tekan lainnya sesuai kebutuhan
- 3 buah contoh yang dirawat di lab dan di lokasi untuk kuat tekan
3 hari dan 7 hari yang diharapkan dimana kekuatan beton telah
mencapai ketentuan, bila bahan tambahan percepatan
digunakan.
- Menimbang semua contoh
5.5.7. Pengujian inti beton yang telah mengeras harus sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut:
- Pengujian ini dilaksanakan bila pengujian kuat beton di lab tidak
memuaskan atau terjadi kesalahan dalam pengecoran.
- Konsultan pengawas berhak menentukan contoh yang diambil
dari suatu bagian pekerjaan untuk pemeriksaan dan pengujian.
Peralatan pemotong metoda pengambilan sampel harus disetujui
Konsultan pengawas. Contoh harus diambil dan diuji sesuai
ketentuan. Bagian yang diambil intinya harus dirapikan
sehingga disetujui Konsultan pengawas.
- Kontraktor harus menanggung biaya pengujian inti bila
diperlukan karena kegagalan uji beton, atau bila uji inti beton
gagal.
5.5.8. Bila pengujian dan laporan mengindikasikan adanya beton yang
tidak memenuhi kuat tekan yang disyaratkan, Konsultan pengawas
akan memberi tahu Kontraktor secara tertulis. Tambahan perawatan
sesuai pengarahan Konsultan pengawas mungkin diperlukan dalam
desain campuran beton untuk sisa pekerjaan beton..
5.6. Kondisi Lingkungan
Tidak diijinkan menuang beton pada waktu hujan atau ketika hujan
diperkirakan akan turun kecuali pekerjaan dapat dilindungi terhadap hujan
dan/atau aliran air permukaan.

BAJA
TULANGAN
1.0. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup pengadaan bahan baja tulangan yang sesuai Gambar
Kerja. Pekerjaan ini termasuk semua mesin, peralatan, tenaga kerja dan
pemasangan baja tulangan.
Spesifikasi ini akan lebih kuat dari Gambar Kerja bila ada perbedaan detail
yang mungkin terjadi.

CV. ELSHADDAI 2014


2.0. STANDAR/RUJUKAN
2.1. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (SNI-2, 1971)
2.2. British Standar (BS)
2.3. American Society for Testing and Materials (ASTM)
2.4. American Concrete Institute (ACI)
2.5. Standar Industri Indonesia (SII)/ Standar Nasional Indonesia (SOI)
2.6. Spesifikasi Teknis - Beton Cor di Tempat

3.0. PROSEDUR UMUM.


3.1. Contoh Bahan dan Sertifikat Pabrik
3.1.1. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan pengawas,
contoh bahan beserta sertifikat pabrik bahan baja tulangan
untuk disetujui.
3.1.2. Sebelum pengadaan bahan, semua daftar bahan dan daftar
pemotongan harus disiapkan oleh Kontraktor dan diserahkan
kepada Konsultan pengawas untuk disetujui.
Persetujuan yang diberikan tidak berarti membebaskan
Kontraktor dari tanggung jawabnya untuk memastikan
kebenaran daftar pemesanan dan daftar pemotongan.
Setiap penyimpangan dari daftar bahan dan daftar penulangan
yang telah disetujui telah menjadi tanggung jawab Kontraktor
untuk menggantinya atas biayanya.

3.2. Gambar Detail Pelaksanaan


3.2.1. Gambar Detail Pelaksanaan berikut harus diserahkan oleh
Kontraktor kepada Konsultan pengawas untuk disetujui.
- Daftar penulangan yang menunjukkan pembengkokan,
ukuran kait, lewatan, sambungan dan lainnya yang
memenuhi ACI 315 dan/atau PBI (NI-2, 1971).
- Gambar harus memenuhi spasi tulangan, selimut dan
jarak antara, pasak besi dan penahan jarak/gelang-
gelang.
3.2.2. Kontraktor diijinkan mengganti ukuran rencana baja tulangan
yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja selama penggantian
tersebut dianalisa dengan teliti dan Kontraktor telah
memeriksa bahwa kekuatan yang diinginkan telah terpenuhi.
Penggantian harus disetujui Konsultan pengawas secara
tertulis sebelum pelaksanaan pekerjaan. Dalam hal ini
kontraktor wajib melampirkan hasil perhitungan keamanan
struktur secara detail dan tertulis yang ditandatangani oleh
ahli dan berpengalaman dibidang struktur bangunan. Biaya
proses perubahan ukuran rencana baja tulangan yang

CV. ELSHADDAI 2014


melibatkan tenaga ahli dan biaya lain-lain sepenuhnya
menjadi beban kontraktor.
Dari segi keamanan, kontraktor bertanggung jawab
sepenuhnya jika pada saat pelaksanaan pembangunan
mengalami kegagalan struktur sebagai akibat penggantian
ukuran rencana baja tulangan, sekalipun telah disepakati
bersama oleh direksi.

3.3. Pengiriman dan Penyimpanan


Baja tulangan setiap waktu harus dilindungi terhadap kerusakan dan
harus ditempatkan di atas batok-batok untuk mencegah menempelnya
kotoran atau benda asing lainnya pada besi tulangan. Tempat
penyimpanan harus dinaikkan agar aman dari air permukaan.

4.0. BAHAN-BAHAN
4.1. Umum
Semua baja tulangan lunak harus dalam keadaan baru, tidak berkarat
atau memiliki cacat lainnya serta harus memenuhi ketentuan dalam
Spesifikasi Teknis ini.

4.2. Baja Tulangan


Kecuali ditentukan lain, baja tulangan polos harus dari baja Mutu
BjTP-24 dengan tegangan leleh minimal 2400 kg/cml, dan baja
tulangan ulir dari baja mutu BjTP-32 dengan tegangan leleh minimal
3200 kg/cm2 serta memenuhi ketentuan SIFO 136- 84/SNI.07-2052-
1990. Diameter yang digunakan harus sesuai ketentuan dalam Gambar
Kerja.

4.3. Jenis-jenis diameter besi


Baja tulangan polos digunakan untuk diameter ≤ 19 mm. Spesifikasi
ukuran tulangan disesuaikan dengan gambar kerja rencana. Apabila
terdapat kekurang jelasan mengenai spesifikasi ukuran pada gambar
rencana, maka kontraktor wajib untuk menindaklanjuti dengan cara
konfirmasi kepada konsultan perencana dan diketahui oleh konsultan
pengawas.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN


5.1. Kait dan Pembengkokan
Penulangan harus dilengkapi dengan kait/bengkokan minimal sesuai
ketentuan PBI (NI-2, 1971) atau sesuai petunjuk Konsultan pengawas
dan/atau Gambar Kerja.

CV. ELSHADDAI 2014


5.2. Pemotongan
Panjang baja tulangan yang melebihi Gambar Kerja (kecuali tewatan)
harus dipotong dengan alat pemotong besi atau alat pemotong yang
disetujui Konsultan pengawas. Pada bagian yang membutuhkan
bukaan untuk dudukan mesin, peralatan dan alat utilitas lainnya, baja
tulangan harus dipotong sesuai dengan besar atau ukuran bukaan.

5.3. Penempatan dan Pengencangan


5.3.1. Sebelum pemasangan, baja tulangan harus bebas dari debu,
karat, kerak lepas, oli, cat dan bahan asing lainnya.
5.3.2. Semua baja tulangan harus terpasang dengan baik, sesuai
dengan mutu, dimensi dan lokasi seperti ditunjukkan dalam
Gambar Kerja. Pada penulangan plat lantai Penahan jarak
dengan bentuk balok persegi (beton tahu) atau gelang-gelang
harus dipasang pada setiap m2 atau sesuai petunjuk Konsultan
pengawas. Batu, bata atau kayu tidak diijinkan untuk
digunakan. Sebagai penahan jarak atau sisipan harus diikat
dengan kawat no. AWG 16 ( 0 1,62 mm) atau yang setara. Las
tipis juga dapat dilakukan pada baja lunak pada tempat-tempat
yang disetujui Konsultan pengawas.

5.4. Pengecoran Beton


Pengecoran beton harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi
Teknis pada Pasal mengenai Spesifikasi Teknis Beton Cor Di Tempat.

A. BETON BERTULANG
1.0 LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan ini meliputi struktur beton bertulang, yang
dilaksanakan pada bagian poor plat, kolom, balok, ring balok, plat
lantai, tangga dan item lainnya sesuai dengan garis mutu dan dimensi
sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.
Semua pekerjaan, bahan dan untuk kerja yang berkaitan dengan beton
cor di tempat harus sesuai dengan Spesifikasi Teknis ini dan standar
terkait.

2.0 STANDAR / RUJUKAN


2.1. Peraturan Beton Bertutang Indonesia (NI-2, 1971)
2.2. Standar industri Indonesia (SII) and/or standar Nasional Indonesia
(SNI):
- SII.0013-81 /SNI. 15-2049-1992 Semen Portland, Mutu dan
Cara Uji Semen.

CV. ELSHADDAI 2014


- SNI. 03-2847-1992- Tata Cara Perhitungan struktur Beton
untuk Bangunan dan Gedung.
2.3. American Concrete Institute (ACI)
- ACI 318-95 Building Requirements for Reinforced
Concrete
- ACI 347-94 Formwork for Concrete
2.4. American Association of State Highway and Transportation
Officials (AASHTO):
- AASHTO M6 Standard Specifications for concrete
Aggregates.
- AASHTO T11 Amount of Material Finer than 0.075 mm
(No. 200) Siehale In Aggregate.
- AASHTO T27 Siehale Analysis of Fine and Coarae
Aggregate
- AASHTO T112 day Lumps and Friable Parti des in
Aggregates
- AASHTO T113 Lightweight Pieces in Aggregates
2.5. American Society for Testing and Material (ASTM)
- ASTM C33-93 Specifications for Concrete Aggregate
- ASTM C94-90 Specifications for Ready-Mixed Concrete
- ASTM C150-94 Specifications for Portland Cement
- ASTM, C260-94 Standard Specification for Air-Entraining
Admixtures for Concrete.
- ASTM C294-92 Standard Specification for Chemical
Admixtures for Concrete. ASTM C685-94 Specification for
Concrete Made by HALolumetric Batching and Continuous
Mixing.
- ASTM C920-87 Specification for Elastomeric -Joint
Sealants.

3.0. PROSEDUR UMUM


3.1. Gambar Detail Pelaksanaan
Gambar Detail Pelaksanaan berikut harus di sertakan Kontraktor
kepada Konsultan pengawas untuk disetujui dan harus meliputi:
- Diagram penulangan yang menunjukkan pembengkokan,
kait, lewatan, sambungan dan lainnya sesuai ketentuan
Spesifikasi Teknis.
- Bentuk cetakan harus menunjukkan batang struktur, spasi,
ukuran, sambungan, sisipan dan pekerjaan lainnya yang
terkait.
- Metoda pengecoran termasuk desain campuran, tenaga
kerja, peralatan dan alat-alat kerja.

CV. ELSHADDAI 2014


3.2. Pemeriksaan, Pengambilan Contoh dan Pengujian
3.2.1. Pemeriksaan Lapangan
- Sebelum memulai pekerjaan beton, pengujian
pendahuluan tersebut di bawah akan dilakukan oleh
Konsultan pengawas dengan biaya Kontraktor.
Kontraktor harus mengacu kepada hasil campuran
percobaan dan estimasi yang akan digunakan dalam
pekerjaan ini.
- Kontraktor harus membantu Konsultan pengawas
dalam pelaksanaan pengambilan contoh dan
pengujian. Pengujian pendahuluan akan meliputi
penentuan hal-hal berikut:
- Karakteristik batu pecah.
- Tipe dan kualitas semen.
- Pemilihan dan dosis bahan tambahan.
- Perbandingan kelas batu pecah dan campuran.
- Faktor air semen.
- Pengujian slump.
- Karakteristik campuran beton segar.
Pengujian-pengujian ini harus dilakukan sampai
diperoleh campuran yang sesuai dengan ketentuan
Spesifikasi Teknis ini dan mengacu pada spesifikasi
rencana.

3.2.2. Pengambilan Contoh dan Pengujian


Semua pengambilan contoh dan pengujian harus
dilakukan oleh Kontraktor tanpa tambahan biaya.
Pekerjaan ini akan berlangsung terus menerus selama
pelaksanaan pekerjaan beton.
Pengambilan contoh dan pengujian harus ditentukan oleh
Konsultan pengawas, seperti tersebut di bawah :
- Semen
Semen harus memiliki sertifikat dari pabrik
pembuat, yang menunjukkan berat per zak, bahan
alkali yang sesuai.
- Aggregate
Aggregate harus sesuai dan tahan uji menurut
ASTM C 33, pengujian dimulai 30 hari sebelum
pelaksanaan pekerjaan beton.
- Mont

CV. ELSHADDAI 2014


Minimal 30 hari sebelum pekerjaan beton dimulai,
Kontraktor harus membuat percobaan campuran
untuk pengujian (Mix design), bahan-bahan yang
akan digunakan, dan metoda yang akan digunakan
untuk pekerjaan ini.
- Bahan Tambahan
Semua bahan tambahan untuk beton harus diuji
sesuai standar ASTM C 260 dan ASTM C 494
minimal 30 hari sebelum pekerjaan beton dimulai.
Bahan tambahan tidak diijinkan digunakan tanpa
persetujuan Konsultan pengawas.

3.3 Pengujian Campuran Percobaan / Trial Mix Design


3.1. Kontraktor harus melakukan pengujian campuran beton,
setiap tipe dan kuat tekan yang diaplikasikan, sebelum
pelaksanaan pengecoran beton.
3.2. Desain campuran harus mengindikasikan rasio air-semen,
kadar air, kadar bahan tambahan, kadar semen, kadar
agregat, gradasi agregat, slump, kadar udara dan kuat
tekan.
3.3. Pengujian campuran dilakukan ketika contoh benda uji
yang dirawat dan diuji dalam kondisi lab, kuat tekannya
akan melebihi kuat tekan yang diperlukan. Kuat tekan
umur 7 hari harus memiliki nilai minimal 65% dari kuat
tekan umur 28 hari. Pengujian beton harus dilaksanakan
sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.
3.4. Laporan hasil pengujian harus diserahkan kepada
Konsultan pengawas untuk disetujui.

3.5 Bahan-Bahan
Beton
1. Komposisi beton, baik berat atau hal volume, harus
ditentukan oleh Konsultan pengawas dan harus
memenuhi kondisi berikut:
- Slump harus ditentukan sesuai ketentuan
Spesifikasi Teknis.
- Campuran alternatif tidak boleh digunakan
sebelum disetujui Konsultan pengawas.
2. Mutu Beton Pada pekerjaan ini dikelompokkan dalam
kelas yang sama yakni K-275 untuk semua pekerjaan
struktur.

CV. ELSHADDAI 2014


3. Semen
Semen harus dari tipe I dan memenuhi persyaratan
SII-0013-81/SNI.15-204-1992 atau ASTM C 150-89.
Semen harus berasal dari salah satu merk dagang,
seperti Semen Tonasa, Semen Tiga Roda, Semen
Bosowa.
4. Air
Air untuk campuran, perawatan atau aplikasi lainnya
harus bersih dan bebas dari unsur-unsur yang merusak
seperti alkali, asam, garam dan bahan organik. Air
dari kualitas yang dikenal dan untuk konsumsi
manusia tidak perlu diuji. Jenis air kecuali yang
telah disebutkan di atas, harus diuji dan
memenuhi ketentuan ASTM dan/atau disetujui
Konsultan pengawas.

4.4. Agregat Halus


4.4.1. Agregat harus untuk beton harus terdiri dari pasir keras dan harus
disetujui Konsultan pengawas. Agregat hatus harus memenuhi
ketentuan berikut:

METODA UJI MAX.


NO. AASHTO BERAT %

1. Gumpalan tanah liat T 112 0,5 %


2. Batubara dan bahan akar T 113 0,5 %
3. Bahan lolos saringan No. 200 T 11 3%

4.4.2. Agregat harus tidak boleh mengundang bahan-bahan organik, asam,


alkali dan bahan lainnya yang merusak.
Agregat hatus merata didegradasi dan harus memenuhi ketentuan
gradasi berikut:

SARINGAN % berat yang lolos (AASHTO T 27)

3/8’ (9,5 mm) 100


No. 4 (4,75 mm) 95 – 100
No. 18 (1,18 mm) 45 – 80
No. 50 (0,300 mm) 10 – 30
No. 100 (0,150 mm) 1 – 100

CV. ELSHADDAI 2014


4.5. Agregat Kasar

4.5.1. Agregat kasar untuk konstruksi harus terdiri dari batu


butiran, batu pecah, k e r a k d a p u r t i n g g i d a n b a h a n l
a i n n ya ya n g d i s e t u j u i d a n m e r n i t i k i
karakteristik serupa yang keras, tahan lama dan bebas
dari bahan -bahan yang tidak diinginkan.
Agr eg at ka sa r ha rus beb as d ari b ah an - ba h an ya ng me
rus ak
dan ha rus memenuhi ketentuan berikut:

METODA UJI MAX.


NO. AASHTO BERAT %

1. Gumpalan tanah liat T 112 0,25 %


2. Bahan lolos saringan No. 200 T 11 1%
Bahan tipis panjang lebih dari 5 x
2 - 10 %
ketebalan maksimal

Bahan-bahan lain yang merusak harus tidak lebih dari batas


presentase yang ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini
dan/atau disetujui Konsultan pengawas.

4.5.2. Ketentuan gradasi batuan kasar harus memenuhi ketentuan ASTM A


33 :

UKURAN PRESENTASE BERAT LOLOS SARINGAN %


MAKS. BATU UKURAN SARINGAN
PECAH
5,08 2,54 1,905 1,27 0,952 No.4 No.8 No.16
(CM)

3,81 95-100 - - - 10-30 0-5 - -


1,905 - 100 90-100 - 20-55 0-10 0-5 -
0,952 - - - 100 85-100 10-30 0-10 0-5

4.5.3. Agregat kasar dari ukuran yang berbeda harus digabung


dengan ukuran lain dengan perbandingan berat atau halolume
untuk menghasitkan batuan yang memenuhi persyaratan gradasi
yang ditentukan.
4.6. Bahan Perawatan

Bahan untuk perawatan harus memenuhi ketentuan berikut :

NO. DESKRIPSI METODA UJI


1. Lembaran kain dari sera/goni AASHTO N 182
2. Lapisan cairan untuk perawatan beton AASHTO M 148
3. Lembaran polyethylene putih AASHTO M 171
untuk perawatan beton
Metoda ini untuk perawatan beton harus disetujui Konsultan pengawas.

4.7. Bahan Tambahan


4.7.1. Bahan tambahan untuk mengurangi air dan memperlambat
pengerasan beton, bila dibutuhkan, harus memenuhi ketentuan
ASTM C 494 tipe B dan D.
4.7.2. Bahan tambahan untuk mempercepat pengerasan beton bila
diperlukan, harus memenuhi ketentuan ASTM C 494 tipe C.

4.8. Pengisi Sambungan (Join Filler) dan (Joint Sealant)


4.8.1 Joint Filler harus memenuhi persyaratan AASHTO M 153 dan US
Federal Specification HH-F 341 a type 1 dass B, seperd Pahalatex
atau setara.
4.8.2 Joint sealant harus memenuhi persyaratan ASTM C 920 seperti
Elasto-seal 227 atau setara.

4.9. Baja Tulangan


Baja tulangan harus sesuai ketentuan dan Spesifikasi Teknis seperti pada
Pasal mengenai Spesifikasi Teknis Baja Tulangan.

5.0. PELAKSANAAAN PEKERJAAN


5.1. Perancah dan Acuan
5.1.1. Perancah harus dibuat di atas pondasi dengan kekuatan yang
memadai untuk menerima beban tanpa penurunan.
5.1.2. Perancah yang berdiri di atas tanah lembek harus didukung dan
diperkuat dengan perancah tambahan yang sesuai. Sebelum
menempatkan perancah, gambar-gambar rancangan
pemasangan/penempatan perancah harus diserahkan kepada
Konsultan pengawas untuk disetujui.
5.1.3. Acuan harus memenuhi ketentuan berikut :
- Semua acuan harus dilengkapi dengan lubang pembersihan yang
memadai untuk pemeriksaan dan pembersihan setelah
pemasangan baja tulangan.
- Bahan acuan harus berasal dari pagan kayu tebal minimal 20
mm, kayu lapis tebal minimal 9 mm, baja pelat lembaran tebal
minimal 0,6 mm jika dibutuhkan, atau bahan lain yang disetujui.
- Permukaan beton yang menghendaki penyelesaian halus dan
diekspos harus menggunakan acuan kayu lapis.
- Acuan harus rapat dan kaku agar tidak terjadi distorai
yang diakibatkan oleh tekanan alat penggetar dan beban beton
atau lainnya.
- Acuan harus dibuat dengan teliti dan diperiksa
kemampuan konstruksinya sebelum pengecoran.
- Semua sudut Sambungan, pertemuan har
u s k a k u u n t u k m e n c e g a h terbukanya acuan
selama pekerjaan pengecoran berlangsung. Kontraktor b
e rt a ng g u ng j a wab u n tu k a c u an d an p en op a n g n
ya ya n g m e m a da i .

5.3. Penempatan Pipa Mekanikal dan Elektrikal


5.3.1. Pipa-pipa mekanikal dan elektrikan harus dipasang sebelum
pengecoran, dengan tanpa mengurangi kekuatan beton. Pipa-pipa
tersebut harus dilindungi dengan pipa bahan PVC sehingga tidak
akan terisi adukan beton sewaktu pengecoran.

5.4. Sambungan Konstruksi


Sambungan konstruksi harus ditempatkan pada tempat-tempat sesuai
Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Konsultan pengawas.
Sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap garis utama tekanan dan
umumnya ditempatkan pada titik-titik minimal gaya geser pada Sambungan
konstruksi horizontal.
Batang pasak, alat penyalur beban dan alat pengikat yang diperlukan harus
ditempatkan pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

5.5. Sambungan Terbuka


Sambungan terbuka harus dibuat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja
dengan menyisipkan dan kemudian mencabut kepingan kayu, pelat metal
atau bahan lain yang disetujui. Penyisipan dan pencabutan cetakan harus
dilakukan tanpa merusak pinggiran atau sudut beton.
Penulangan tidak boleh melewati sambungan terbuka kecuali bila
ditentukan lain.
5.6. Perbandingan dan Campuran Beton
5.6.1. Perbandingan bahan ditentukan sesuai spesifikasi perencanaan
dengan penimbangan atau dengan metode yang disetujui Konsultan
pengawas. Perbandingan volume tidak diijinkan tanpa persetujuan
Konsultan pengawas.
5.6.2. Semua beton harus dicampur dengan mesin. Waktu pencampuran
harus sesuai dengan petunjuk kapasitas alat pencampur.
5.6.3. Slump yang diijinkan minimal 100 mm dan maksimal 140 mm untuk
semua pekerjaan beton struktur. Pencampuran beton tidak boleh
dimulai tanpa memastikan persediaan bahan yang memadai, dalam
batas yang aman, agar pengecoran beton dapat dilaksanakan.
5.6.4. Bila pengecoran tidak dapat dihentikan. Kontraktor harus
menyediakan peralatan tambahan dan memadai yang disetujui
Konsultan pengawas.
5.6.5. Dalam hal ini kontraktor dapat menggunakan Beton ready-mixed
yang harus dicampur dan didatangkan sesuai ketentuan ASTM C 94
dan ASTM C 685. Selisih biaya menggunakan jasa pengadaan beton
dengan mencampur menggunakan mesin (Ex.Molen) sepenuhnya
menjadi tanggungan kontraktor.

5.7. Pembesian Beton Bertulang


5.7.1. Spesifikasi dan dimensi tulangan yang digunakan mengacu pada
gambar kerja dan mengacu pada spesifikasi baja tulangan pada bab
sebelumnya.
5.8.2. Sebelum melakukan pengecoran pembesian harus dicek kembali
oleh konsultan pengawas dari segi spek, dimensi, maupun jarak
tulangan yang mengacu gambar kerja, kecuali ditentukan lain atau
ada kesepakatan lain bersama direksi mengenai pembesian.
5.8.3. Sebelum melakukan pengecoran posisi pembesian harus sesuai
dengan spasi terhadap tepi dimensi rencana (spasi minimal 2 cm)
sesuai dengan aturan spesifikasi pembesian yang berlaku.
5.8.4. Khusus pembesian pada bagian struktur yang berbentuk plat, posisi
tulangan harus melayang dengan cara diganjal dengan
menggunakan beton tahu atau batu pecah atau menggunakan
penganjal besi. Tidak di izinkan menggunakan penganjal berbahan
kayu atau bahan lainnya yang tidak dapat monolit bersama beton.

5.8. Penempatan Beton dan Pembongkaran Acuan


5.8.1. Beton tidak boleh ditempatkan sebelum acuan, penulangan, sisipan
dan lainnya telah disetujui Konsultan pengawas. Acuan harus
dibersihkan, bebas dari guncangan, celah, dan kotoran.
5.8.2. Metoda dan urutan pengecoran harus sesuai dengan Spesifikasi
Teknis dan petunjuk Gambar Kerja.
5.8.3. Bagian luar permukaan beton harus dikerjakan dengan baik selama
pengecoran. Penggetaran terus menerus pada jarak 38-40 cm harus
tetap terjaga untuk mencegah keropos dan untuk mendapatkan
permukaan yang halus. Alat Penggetar/ Vibrator harus disetujui
terlebih dahulu oleh konsultan pengawas mengenai kelayakan guna
alat.

5.8. Pembongkaran Acuan


Acuan dan perancah tidak boleh dibongkar tanpa persetujuan Konsultan
pengawas. Persetujuan Konsultan pengawas tidak membebaskan Kontraktor
dari keamanan pekerjaan tersebut. Jadwal pembongkaran harus ditentukan
oleh Konsultan pengawas.Untuk pembongkaran acuan pada bagian struktur
portal banguan,minimal waktu memulai pembongkaran acuan adalah 14 hari
setelah pengecoran atau pada posisi beton telah mengering dan mengeras
sempurna jika menggunakan bahan tambahan dan dengan persetujan
Konsultan Pengawas.

5.9. Perbaikan Beton


5.9.1. Kontraktor harus meminta Konsultan pengawas untuk memeriksa
permukaan beton segera setelah pembongkaran acuan.
5.9.2. Kontraktor atas biayanya harus mengganti beton yang tidak sesuai
dengan garis, detail atau elevasi yang telah ditentukan atau yang
rusaknya berlebihan. (Jangan menambat, mengisi, memutar,
memperbaiki atau mengganti beton ekspos kecuali atas petunjuk
Konsultan pengawas).
5.9.3. Keropos, lubang atau sambungan harus diperbaiki segera setelah
pembongkaran acuan.

5.10. Perawatan dan Perlindungan


- Ketentuan-ketentuan berikut harus diperhatikan untuk
melindungi beton segar yang baru dicor terhadap matahari,
angin dan hujan sampai beton mengeras dengan baik, dan
untuk mencegah pengeringan yang tertalu cepat.
- Semua acuan yang berisi beton harus dijaga tetap lembab
sampai saat pembongkaran.
- Semua permukaan beton ekspos harus dilembabkan secara
terus menerus selama 14 hari setelah pengecoran.
- Tidak diijinkan menyimpan bahan-bahan di atas beton atau
melintas diatas konstruksi, yang menurut pendapat Konsultan
pengawas, belum cukup mengeras.
B. BETON TIDAK
BERTULANG

1.0 LINGKUP PEKERJAAN


Bagian pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan-bahan, pemasangan dan
semua pekerjaan beton tak bertulang dan campuran yang dipergunakan
adalah 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr atau setara K-100, dan dilaksanakan untuk lantai
kerja, rabat beton dan lainnya yang ditentukan dalam gambar

2.0 STANDAR / RUJUKAN


Mengacu pada standar/ rujukan Beton Bertulang

2.0 Material
Mengacu pada standar material Beton bertulang yg dijelaskan di atas
sebelumnya.

BATU
BATA
1.0 LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, alat-atat


bantu yang dibutuhkan, bahan dan semua pasangan batu bata pada tempat-
tempat seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifikasi
Teknis ini.
Pekerjaan ini terdiri tetapi tidak pada hal-hal berikut:
- Pasangan batu bata,
- Adukan,
- Pengaplikasian bahan penutup celah antara dinding dengan kotom
bangunan, dinding dengan bukaan dinding dan dinding dengan
peralatan, sesuai dengan petunjuk Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis
ini.

2.0 STANDAR / RUJUKAN

2.1. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)


2.2. Standar Industri Indonesia (SII) / Standar Nasional Indonesia (SNI)
2.3. American Society for Testing and Materials (ASTM).
2.4. Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SK SNI 5-04-1989-F).
2.5 Spesifikasi Teknis:
- Adukan dan Plesteran
- Penutup dan Pengisi Celah.
3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan


Contoh bahan-bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada
Konsultan pengawas untuk disetujui terlebih dahulu sebelum
dikirimkan ke lokasi proyek. Contoh bahan batu bata diserahkan
sebanyak minimal 10 buah, untuk keperluan pengujian kuat tekan
yang disyaratkan.
Biaya pengadaan Contoh dan pengujian menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

3.2. Pengiriman dan Penyimpanan


Semua bahan harus disimpan dengan baik, terlindung dari kerusakan.
Bata harus tersusun dengan baik dan teratur dengan tinggi maksimum
150 cm. Semen harus dikirim dalam kemasan aslinya yang tertutup
rapat dimana tertera nama pabrik merek dagangnya.

Penyimpanan semen harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi


Teknis seperti pada Pasal mengenai Spesifikasi Teknis Beton Cor di
Tempat.

4.0. BAHAN-BAHAN

4.1. Batu-Bata
4.1.1 Batu bata harus batu bata merah dari mutu yang terbaik dengan
pembakaran sempurna dan merata, produksl lokal dengan
ukuran nominal 55 mm x 110 mm x 230 mm atau sesuai
dengan ukuran lokal yang dapat diperoleh yang dibakar dengan
baik dan bersudut runcing dan rata, tanpa cacat dan
mengandung kotoran.
Meskipun ukuran bata yang biasa diperoleh di suatu daerah
mungkin berbeda dengan ukuran tersebut diatas, harus
diusahakan supaya tidak terlatu menyimpang dari ukuran-
ukuran tersebut.
4.1.2. Bata merah yang digunakan harus mempunyai kuat tekan
minimal 25 kg/cm sesuai ketentuan SII-0021-78/SNI.15-2049-
1991 dan SK SNI 5-04-1989-F.

4.2. Adukan dan Plesteran


Adukan dan plesteran untuk pasangan batu-bata harus memenuhi
ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada Pasal mengenai Spesifikasi
Teknis Adukan dan Plesteran.

4.3. Bahan Penutup dan Pengisi Celah


Bahan penutup dan pengisi celah harus memenuhi persyaratan
Spesifikasi Teknis seperti pada Pasal mengenai Spesifikasi Teknis
Penutup dan Pengisian Celah.
5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1. Adukan
5.1.1. Adukan harus dicampur dalam alat/tempat mencampur yang
telah disetujui. Sangat dilarang memakai adukan yang sudah
mulai mengeras dan membubuhkannya untuk dipakai lagi.
5.1.2. Adukan yang dipakai seperti berikut:
- Untuk pasangan kedap air di daerah basah, 15 cm di
bawah permukaan tanah I sampai 20 cm di atas lantai
(tergambar ataupun tidak tergambar dalam Gambar Kerja),
dan ditempat-tempat lain sesuai petunjuk Gambar Kerja
digunakan adukan 1 semen dan 3 pasir.
- Untuk pasangan biasa digunakan adukan 1 semen dengan
5 pasir.

5.2. Pemasangan
5.2.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor wajib
memeriksa dengan seksama Gambar Kerja dan melihat
keadaan tempat pekerjaan tersebut di atas yang akan
dilaksanakan. Sebelum digunakan, batu bata harus direndam
dalam air menggunakan bak air/drum hingga jenuh. dinding
harus dipasang dan didirikan menurut masing-masing ukuran,
ketebalan dan ketinggian yang disyaratkan seperti ditunjukkan
dalam Gambar Kerja.
5.2.2. Tidak diperkenankan memasang batu-bata yang patah dua
melebihi 5% dan yang patah lebih dari dua.
5.2.3. Pasangan dinding batu-bata yang luasnya lebih besar dari
2
12 m harus ditambahkan kolom dan balok penguat dengan
ukuran minimal 120 mm x 120 mm, sesuai dengan lebar bata,
dengan tulangan pokok minimal 4 Ø 10 mm, sengkang Ø 8
mm - 200 mm (Tergambar atau tidak tergambar pada Gambar
Kerja).
5.2.4. Pasangan dinding bata dengan Luas setiap 6 m2 yang terletak
diluar bangunan yang langsung mendapat beban angin harus
diberi kotom praktis ukuran minimum 120 mm x 120 mm
dengan tulangan dan beugeul seperti diatas. (Tergambar atau
tidak tergambar pada Gambar Kerja).
5.2.5. Pemasangan dinding batu bata yang dilaksanakan bertahap
dalam jeda waktu lebih dari 1 bulan, setiap tahap terdiri
maksimal 24 lapis setiap hari, dan kemudian diikuti dengan
pengecoran kolom praktis. (Tergambar atau tidak tergambar
pada Gambar Kerja).
5.2.6. Tebal adukan pengikat tidak kurang dari 10 mm dan adukan
harus padat sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan
yang lurus / menerus dan rata.
5.2.7. Setelah bata terpasang dengan adukan, siar-siar harus dikerok
rapih sedalam 10 mm dan dibersihkan dengan sapu lidi untuk
kemudian disiram.
5.2.8. Sebelum diplester, pasangan bata harus dibasahi dengan air
terlebih dahulu sampai jenuh.

5.3. Perawatan dan Perlindungan


5.3.1. Pasangan batu bata harus dibasahi terus menerus.
5.3.2. Pasangan batu bata yang terkena, udara terbuka, selama waktu-
waktu hujan tebat harus diberi perlindungan dengan menutup
bagian atas dari tembok.
5.3.3. Siar atau celah antara dinding dengan kolom bangunan, dinding
dengan bukaan dinding atau dinding dengan peralatan harus
ditutup dengan bahan pengisi celah seperti disebutkan dalam
Spesifikasi Teknis seperti pada Pasal mengenai Spesifikasi
Teknis Penutup dan Pengisian Celah.

5.4. Plesteran
Bahan plesteran harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis seperti
pada Spesifikasi Teknis mengenai Adukan dan Plesteran.

ADUKAN DAN
PELESTERAN
1.0 LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan adukan dan plesteran (kasar dan
halus), seperti penjelasan dalam Gambar Kerja atau disyaratkan dalam
Spesifikasi Teknis ini.

2.0. STANDAR/ RUJUKAN

2.1. American Society for Testing and Materials (ASTM)


2.2. American Concrete Institute (ACI)
2.3. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (N1-2, 1971)
2.4. Standar Industri Indonesia (SII) and / or Standar Nasional Indonesia
(SNI):
- SII.0013-81 /SNI. 115-2049-1992 Semen Portland, Mutu dan
Cara Uji Semen
2.5. American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO).
2.6. Spesifikasi Teknis - Beton Cor di Tempat.

3.0 PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan


Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada
Pengawas Lapangan untuk terlebih dahulu sebelum dikirim ke lokasi
proyek.
.2. Pengiriman dan Penyimpangan
3.2.1. Pengiriman dan penyimpangan bahan semen dan bahan
lainnya harus sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis seperti pada
Pasal mengebai Spesifikasi Teknis Beton Cor Di Tempat.
3.2.2. Pasir harus disimpan di atas tanah yang beraih, bebas dari
aliran air, dengan kata lain penyimpanan dilengkapi dengan
saluran pernbuangan yang memadai, dan bebas dari benda-
benda asing.
Tinggi penimbunan tidak lebih dari 1200 mm agar tidak
berhamburan.

4.0. BAHAN-BAHAN
4.1. Semen
Semen tipe I harus memenuhi Standar SII.001 3-81 /SNI. 15-2049-
1992 atau ASTM C 15089 serta. Spesifikasi Teknis seperti pada Pasal
mengenai Spesifikasi Teknis Beton Cor Di Tempat.
Semen yang digunakan hams berasat dari sate merek dagang yang
dikenal teas Sian mullah diperoleh.
4.2. Pasir
Pasir harus bersih, keras, padat dan tajam, tidak mengandung Lumpur
atau kotoran yang lain yang merusak.
Perbandingan butir-butir harus seragam dari yang kasar sampai
dengan yang halus, sesuai dengan ketentuan ASTM C 33.
4.3. Air
Air harus bersih, bebas dari asam, minyak, alkali dan zat-zat organic
yang beraifat merusak. Air dengan kualitas yang diketahui dan dapat
diminum tidak perlu diuji. Pada dasamya semua air, kecuali yang telah
disebutkan diatas, harus diuji sesuai ketentuan AASHTO T26 dan/atau
disetujui Pengawas Lapangan.
4.4. Bahan Tambahan
Bahan tambahan untuk meningkatkan kekedapan air terhadap air dan
menambah daya lekat harus berasal dari merek yang dikenal lugs,
seperti Super Cement, Febond SBR, Cemecryl, Barra Emulsion 57
atau yang setara.
5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN
5.1. Perbandingan Campuran Adukan dan/atau Plesteran
5.1.1. Campuran 1 semen dan 3 pasir digunakan untuk adukan kedap
air, adukan kedap air 150 mm di bawah permukaan tanah
sampai 200 mm di atas lantai, tergambar atau tidak tergambar
dalam Gambar Kerja, plesteran permukaan beton yang terlihat
dan tempat-tempat lain seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar Kerja.
5.1.2. Campuran 1 semen dan 5 pasir untuk semua pekerjaan adukan
dan plesteran selain tersebut di atas.
5.1.3. Bahan tambahan untuk menambah daya lekat dan
meningkatkan kekedapan terhadap air harus digunakan dalam
jumlah yang sesuai dengan petunjuk penggunaan dari pabrik
pembuat.
5.2. Pencampuran
Semua bahan kecuali air harus dicampur dalam kotak pencampur atau
alat pencampur yang disetujui sampai diperoleh campuran yang
merata, untuk kemudian dimbahkan sejumlah air dan pencampuran
minimal 1 sampai 2 menit sebelum pengaplikasian
Adukan dibuat dalam jumlah tertentu dan waktu percarnpuran
minimal 1 sampai 2 menit sebelum pengaplikasian.
Adukan yang tidak digunakan dalam jangka waktu 45 menit setelah
pencampuran tidak diijinkan digunakan.

5.3. Perataan dan Pembersihan Permukaan


5.3.1. Semua permukaan yang akan menerima adukan dan/atau
plesteran harus bersih, bebas dari serpihan karbon lepas dan
bahan lainnya yang mengganggu.
5.3.2. Pekerjaan plesteran hanya diperkenankan setelah selesainya
pemasangan instatasi Listrik dan air dan seluruh bagian yang
akan menerima plesteran telah terlindung di bawah atap.
Permukaan yang akan diplester harus telah berusia tidak
kurang dari dua minggu. Bidang permukaan tersebut harus
disiram air terlebih dahulu dengan air hingga jenuh dan siar
telah dikerok sedalam 10 mm dan dibersihkan.

5.4. Pemasangan
5.4.1. Plesteran Batu Bata
- Pekerjaan plesteran dapat dimulai setelah pekerjaan
persiapan dan pembersihan selesai.
- Untuk memperoleh permukaan yang rapi dan sempuma,
bidang plesteran dibagi-bagi dengan kepala plesteran yang
dipasangi sementara dari bambu.
- Kepala plesteran dibuat pada setiap jarak 100 cm,
dipasang tegak dengan menggunakan kepingan kayu lapis
tebal 6 mm untuk patokan kerataan bidang.
- Setelah kepala plesteran diperiksa kesikuannya dan
kerataannya, permukaan dinding baru dapat ditutup
dengan plesteran sampai rata dan tidak ada kepingan-
kepingan kayu yang tertinggal dalam plesteran.
- Seluruh permukaan plesteran harus rata dan rapi, kecuali
bila pasangan akan ditapis dengan bahan lain. Sisa-sisa
pekerjaan yang telah selesai harus segera dibersihkan.
- Tali air (naad) selebar 4 mm digunakan pada bagian-
bagian permukaan dengan bukaan dinding atau bagian lain
yang ditentukan dalarn Gambar Kerja, dibuat dengan
menggunakan profil kayu khusus untuk itu yang telah
diserut rata, rapi dan siku. Tidak diperkenankan membuat
tali air dengan menggunakan baja tulangan.
5.4.2. Plesteran Permukaan Beton
- Permukaan beton yang akan diberi plesteran harus
dikasarkan, dibersihkan dari bagian-bagian yang lepas dan
dibasahi air, kemudian diplester.
- Permukaan beton harus bersih dari bahan-bahan cat,
minyak, temak, lumut dan sebagainya sebelum pekerjaan
plesteran dimulai. Permukaan beton harus dibersihkan
menggunakan kawat baja. Setelah plesteran selesai dan
mulai mengeras, permukaan plesteran dirawat dengan
penyiraman air.
- Plesteran yang tidak sempurna, misalnya bergelombang,
retak-retak, tidak tegak turns dan sebagainya harus
diperbaiki hingga sempurna.

5.5. Ketebalan Adukan dan Plesteran


Tebal adukan dan/atau plesteran minimal 10 mm, kecuali bila
dinyatakan lain dalam Gambar Kerja atau sesuai dengan petunjuk
Konsultan Pengawas.

5.6. Pengacian
Pengacian dilakukan setelah plesteran disiram air sampai jenuh
sehingga plesteran menjadi rata, harus tidak ada bagian yang
bergelombang, tidak ada bagian yang retak dan setelah plesteran
berumur 8 (delapan) hari atau sudah kering sempurna.
Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai dilakukan, Kontraktor
harus selalu meyirami bagian permukaan yang di aci dengan air
sampai jenuh, sekurang-kurangnya dua kali setiap harinya.

5.7. Pemeriksaan dan Pengujian


Semua pekerjaan harus dengan mudah dapat diperiksa dan diuji.
Kontraktor setiap waktu harus memberi kemudahan kepada Konsultan
Pengawas untuk dapat mengambil contoh pada bagian yang telah
diselesaikan.
Bagian yang ditemukan tidak memuaskan harus diperbaiki dan
dikerjakan dengan cara yang sama dengan secepatnya tanpa biaya
tambahan dari Pemilik Proyek.

PENUTUP LANTAI DAN DINDING

1.0 LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan berbagai jenis
granit pada tempat- tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja serta
Spesifikasi Teknis ini atau sesuai Petunjuk Konsultan pengawas.
2.0 STANDAR/ RUJUKAN
2.1. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982).
2.2. Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SK SNI S-04-1989-F).
2.3. Standar Industri Indonesia (SII)/ Standar Nasional Indonesia (SNI).
2.4. Spesifikasi Teknis - Adukan dan plesteran.

3.0 PROSEDUR UMUM


3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis
Contoh bahan dan data teknis/brosur bahan yang akan digunakan
harus diserahkan terlebih dahulu kepada Konsultan pengawas untuk
disetujui sebelum dikirim ke lokasi proyek.
Contoh bahan ubin keramik harus diserahkan sebanyak 3 (tiga) buah
dengan 4 (empat) gradasi warna untuk setiap bahan.
Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab kontraktor.

3.2. Pengiriman dan Penyimpanan


Pengiriman ubin keramik ke lokasi proyek harus terbungkus dalam
kemasan pabrik yang belum dibuka dan dilindungi dengan
label/merek dagang yang utuh dan jelas. Kontraktor wajib
menyediakan cadangan sebanyak 2,5% dari keseluruhan bahan
terpasang untuk diserahkan kepada Pernilik Proyek.
Ubin harus dari kualitas yang baik dan dari merek yang dikenal. Ubin
yang tidak rata permukaan, dan warnanya, sisinya tidak lurus, sudut-
sudutnya tidak siku, retak atau cacat-cacat yang lainnya, tidak boleh
dipasang.

4.. Bahan Keramik


4.2.1. Kramiklantai terdiri dari kramik 30 x 30

4.2.2. Tipe dan warna masing-masing granit harus sesuai Skema


warna yang ditentukan oleh direksi (owner), atau yang
disetujui oleh Konsultan pengawas.

4.4. Adukan
4.1.1 Adukan terdiri dari campuran semen dan pasir yang diberi
bahan tambahan penguat dalam jumlah penggunaan sesuai
petunjuk dari pabrik pembuat.
4.1.2 Adukan perekat khusus untuk memasang jika
krami,k
ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk
Konsultan pengawas, harus memenuhi ketentuan AS 2358,
ANSI 118.1, 118,4 dan BS 5385, seperti produk AM 30
Mortarflex atau yang setara.
5.0 PELAKSANAAN PEKERJAAN.
5.1. Persiapan
5.1.1. Pekerjaan pasangan granit baru boleh dilakukan setelah
pekerjaan lainnya benar-benar selesai.
5.1.2. Pemasangan ubin harus menunggu sampai semua alat
penggantung, pengunci pintu/jendela dan semua pekerjaan
perpipaan air bersih/air kotor atau pekerjaan lainnya yang
terletak di bawah pasangan granit ini telah diselesaikan terlebih
dahulu.
5.2. Pemasangan
5.2.1. Sebelum pemasangan granit pada lantai dimulai, lantai kerja
harus dalam keadaan kering, padat, rata dan bersih.
5.2.2. Sebelum dipasang, Kramik harus direndam air terlebih dahulu.
5.2.3. Adukan untuk pasangan granit pada lantai, dan bagian lain
yang harus kedap air harus terdiri dari campuran 1 semen, 4
pasir.
Tebal Adukan untuk semua pasangan tidak kurang dari 25mm,
kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
5.2.5. Adukan untuk pasangan granit pada lantai harus ditempatkan
di atas lantai kerja.
5.2.6. Ubin harus kokoh menempel pada atasnya dan tidak boleh
berongga. Harus dilakukan pemeriksaan untuk menjaga agar
bidang kramik yang terpasang tetap lurus dan rata.
kermikyang salah (letaknya, cacat atau pecah, harus dibongkar
dan diganti.
5.2.7. kramik mulai dipasang dari salah satu sisi agar potongan
simetris yang dikehendaki dapat terbentuk dengan baik.
5.2.8. Sambungan atau celah-celah antara granit harus lurus, rata dan
seragam, saling tegak lurus. Lebar celah tidak boleh lebih dari
1.6mm, kecuali bila ditentukan lain.
Adukan harus rapi, tidak keluar dari celah sambungan.
5.2.9. Pemotongan granit harus dengan keahlian dan dilakukan hanya
pada satu sisi, bila tidak terhindarkan.
Pada pemasangan khusus seperti pada sudut-sudut pertemuan,
pengakhiran dan bentuk-bentuk yang lainnya harus dikerjakan
rapi dan sesempurna mungkin.
5.3. Pengecoran Siar/Celah
5.3.1. Pengecoran siar/celah antara granit harus dilaksanakan setelah
adukan pasangan granit benar-benar kering. Hal ini perlu
diperhatikan untuk mencegah terjadinya ledakan yang
disebabkan karena terperangkapnya kandungan air di bawah
ubin.
5.3.2. Siar/celah antara ubin dicor dengan semen pengisi/grout yang
berwarna sama dengan ubinnya, seperti produk AM 50
Colored Ceramic Grout dengan campuran AM 54 Liquid Grout
Additive atau yang setara yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
5.3.3. Setelah semen pengisi cukup mengeras, bekas-bekas
pengecoran segera dibersihkan dengan kain lunak yang baru
dan bersih.

5.4. Pembersihan dan Perlindungan


Setelah pemasangan selesai, permukaan ubin harus benar-benar
bersih, tidak ada cacat, bila dianggap perlu permukaan ubin harus
diberi perlindungan misalnya dengan sabun anti karat atau cara lain
yang diperbolehkan tanpa merusak permukaan ubin.

PEKERJAAN KAYU

1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan kayu meliputi pengadaan dan pembuatan kusen - kusen pintu, jendela,
ventilasi, daun pintu, daun jendela, rangka kuda - kuda, rangka atap gording, rangka plafond
dan lain - lainnya sebagimana tertera dalam gambar.

2. Material
2.1. Jenis k ayu yang digunakan untuk sem ua jenis pekerjaan kayu sebagaim
ana disebutkan diatas, m enggunakan kayu kelas dua yang berkualitas baik.
2.2. Kayu yang akan digunak an harus kering, lurus, m emiliki serat yang teratur,
tidak terdapat cacat / m ata kayu serta tidak m em punyai bidang yang lem ah
/ keropos.
2.3. Ukuran - ukuran kayu y ang digunakan harus sesuai dengan ukuran yang
terdapat dalam gam bar.

3. Pelaksanaan
3.1. Sem ua pekerjaan kayu yang akan kelihatan perm ukaannya har us diserut
rata, sehingga kelihatan rapi dan halus serta bagi an – bagian pertem uannya
dibuat sedem ikian rupa sehingga kelihatan tidak berongga.
3.2. Kusen pintu dan jendela harus dilengkapi dengan angkur dari besi beton
diam eter 10 mm yang dilekatkan (dipakukan) pada si si - sisinya m asing
- m asing 3 (tiga) buah dan jendela m asing - m asing 2 (dua) buah.
3.3. Untuk pekerjaan kuda - kuda/ kap dan gording, konstruksi dan cara
penyam bunganny a m engikuti gam bar serta diberi penguat beugel dari
besi plat dan angker.
RANGKA ATAP DAN PENUTUP ATAP

. 1. lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pemasangan atap, bubungan, jurai dan nok pada tempat -
tempat sebagaimana dijelaskan dalam gambar.
2. Material
2.1. Untuk bahan penutup atap digunak an atap Geteng Metal (Merk Sakura Dan Tora
– Tora) dengan ukuran sesuai standart yang ada, produksi dalam negeri.
2.2. Untuk penutup bum bungan dipergunakan Genteng Metal .

Jenis : Genteng Metal


Type : Standard
Warna : Sesuai Warna atap pada bangunan lama
Produk : lokal. mutu terbaik
3. Pelaksanaan

3.1. Sebelum pem asangan atap dilaksanakan, kap/ kuda - kuda, gording harus
diresidu terlebih dahulu.
3.2. Pem asangan atap harus rapi dan m engait antara satu dengan yan g
lainnya sehingga tidak terjadi kebocoran.

PEKERJAAN KACA

1. Material

1.1. Sem ua jenis kaca yang akan digunakan adalah ex lokal, bening, rata dan
tidak bergelom bang.
1.2. Tebal kaca yang akan digunakan untuk luas < 1 m 2 = 3 mm, sedangkan luas >1
m 2 = 5 mm.
2. Pelaksanaan

2.1. Kusen, bingkai pintu, jendela dan v entilasi yang akan dipasangi kaca haru s
dibersihkan alurnya, diplam ur dan dicat dengan minyak sebelum dipasang.
2.2. Pem otongan kaca disesuaikan dengan luas bidang dengan m em perhitungkan
kelonggarannnya, kem udian dipasang dan dikukuhkan dengan penjepit kayu
dan dipaku kem udian diberi dem pul.
ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI

1.0. LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan dan pemasangan semua atas
penggantung dan pengunci pada semua daun pintu dan jendela sesuai
petunjuk dalam Gambar Kerja

2.0. STANDAR / RUJUKAN


2.1. Spesifikasi Teknis:
- Pekerjaan aluminium bagus.
- Pintu Kaca.

3.0. PROSEDUR UMUM


3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis
Contoh bahan beserta data teknis/brosur bahan alat penggantung dan
pengunci yang akan dipakai harus diserahkan kepada Pengawas
Lapangan untuk disetujui, sebelum dibawa ke lokasi Proyek.
3.2. Pengiriman dan Penyimpanan
Alat Penggantung dan pengunci harus dikirimkan ke lokasi proyek
dalam kemasan asli dari pabrik pembuatnya, tiap alat harus dibungkus
rapi dan masing-masing dikemas dalam kotak yang masih utuh
lengkap dengan Nama pabrik dan mereknya. Semua alat harus
disimpan dalam tempat kering dan terlindung dari kerusakan.
3.2. Ketidaksesuaian
Pengawas Lapangan berhak menolak bahan maupun pekerjaan yang
tidak memenuhi persyaratan dan Kontraktor harus menggantinya
dengan yang sesuai. Segala hal yang diakibatkan karena hal di atas
menjadi tanggung jawab kontraktor.

4.0. BAHAN-BAHAN.
4.1. Umum
Semua bahan/alat yang tertulis di bawah ini harus seturuhnya baru,
kualitas baik buatan pabrik yang dikenal dan disetujui.
Semua bahan harus anti karat untuk semua tempat yang memiliki nilai
kelembaban lebih dari 70%.
Kecuali ditentukan lain, semua alat penggantung dan pengunci yang
didatangkan harus sesuai dengan tipe-tipe tersebut di bawah.

4.2. Alat Penggantung dan Pengunci


4.2.1. Kunci
Kunci untuk semua luar dipasang kunci tanam buatan dan
kunci kusen aluminium.
Semua kunci harus terdiri dari :
- Kunci tipe silinder yang terbuat dari bahan stainless,
dengan 3 (tiga) buah anak kunci.
- Rumah kunci yang terbuat dari baja lapis seng dengan
jenis yang disesuaikan dengan jenis bahan panel pintu
(besi, kayu atau aluminium).

4.2.2. Engsel
- Kecuali ditentukan lain, engsel untuk pintu dan jendela
harus tipe kupu-kupu Stainless steel ring dari bahan baja
yang setara dengan merk Dekson. Sedangkan untuk engsel
tanam pada pintu utama menggunakan engsel tanam setara
Dorma.

4.2.3. Handle Pintu


- Kecuali ditentukan lain, semua daun pintu dipasangi
Handle dengan spek merk buatan dalam negeri. Untuk
pintu biasa menggunakan handle standart sedangkan untuk
pintu utama menggunakan handle stainles steel bulat/kotak
dengan tinggi antara 80 cm s/d 100 cm.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5. 1. Umum
5.1.1. Pemasangan semua alat penggantung dan pengunci harus
sesuai dengan perayaratan serta sesuai dengan petunjuk dari
pabrik pembuatnya. Semua peralatan tersebut harus terpasang
dengan kokoh dan rapih pada tempatnya, untuk menjamin
kekuatan serta kesempurnaan fungsinya.
5.1.3. Semua pintu memakai kunci tanam lengkap dengan badan
kunci, silinder, handel/pelat.

5.2. Pemasangan Pintu


5.2.1 Kunci pintu dipasang pada ketinggian 100 cm dari lantai.
5.2.2 Pemasangan engsel atas berjarak maksimal 28 cm dari tepi atas
daun pintu dan engsel bawah berjarak maksimum 33 cm dari
tepi bawah daun pintu, sedang engsel tengah dipasang di antara
kedua engsel tersebut.
5.2.3 Semua pintu memakai kunci tanam lengkap dengan pegangan
(handel), pelat penutup muka dan pelat kunci.
5.2.4 Pada pintu yang terdiri dari dua buah daun pintu, salah satu
daunnya harus memasang slot tanam sebagaimana mestinya.
5.2.5. untuk pintu utama menggunakan engsel tanam dan kunci tanam
dan handel stainless steel.

.
PENUTUP DAN PENGISI CELAH
1.0. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini metiputi pengadaan dan pemasangan bahan penutup dan


pengisi celah termasuk diantaranya, tetapi tidak terbatas pada hal-hal
berikut:

- celah antara kusen pintu/jendela dengan dinding,


- celah antara dinding dengan kolom bangunan,
- celah antara peralatan dengan dinding, lantai atau langit-langit,
- celah antara langit-langit dan dinding, dan
- celah celah lainnya yang memerlukan

2.0. STANDAR/ RUJUKAN


2.1. American Society for Testing and Materials (ASTM).
2.2. Spesifikasi Teknis:
- Batu Bata
- Pintu Jendela dan Aluminium

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis


Contoh bahan beserta data teknis bahan dan/atau brosur bahan harus
diserahkan kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui sebelum
pengadaan bahan ke lokasi.
3.3. Pengiriman dan Penyimpanan
Semua bahan yang didatangkan harus dalam keadaan baru, utuh/masih
disegel, bermerek jelas dan harus disimpan di tempat kering, bersih
dan aman, dan ditindungi dari kerusakan yang diakibatkan oleh
kondisi udara.

4.0. BAHAN-BAHAN
Bahan penutup dan pengisi celah harus terbuat dari bahan formula silicon,
yang sesuai Untuk daerah tropis dengan kelembaban tinggi dan dapat
diaplikasikan pada berbagal jenis bahan, seperti produk Dow Corning 795
Silicone Building Sealant, Ge Silglaze N, atau yang setara.
Untuk permukaan yang berpori harus digunakan pelapis dasar yang
direkomendasikan oleh pabtik pembuat bahan penutup dan pengisi celah.

5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN


5.1. Persiapan
Semua permukaan yang akan menerima bahan penutup dan pengisi
celah harus bebas dari debu, air, minyak dan segala kotoran.
Bahan metal atau kaca yang berhubungan dengan dinding harus
dibersihkan dengan bahan pembersih yang tidak mengandung minyak
seperti methyl.

5.2. Desain Pertemuan


Desain pertemuan pada lokasi bahan penutup celah akan ditempatkan
tidak lebih lebar dari 12.7 mm dan tidak lebih sempit dari 4 mm,
dengan kerdalaman tidak lebih besar dari 4.6 mm dan tidak lebih kecil
dari 4 mm.

5.3 Cara Pengaplikasian


5.3.1 Daerah di sekitar tempat yang akan diberi bahan penutup celah
harus dilindungi dengan lembaran pelindung. Lembaran
pelindung ini tidak boleh menyentuh bagian permukaan yang
akan diberi bahan penutup celah.
5.3.2 Pelapis dasar harus diaplikasikan terlebih dahulu pada
permukaan yang berpori, agar bahan penutup dan pengisi celah
dapat melekat dengan baik.
5.3.3 Bahan penutup celah harus diaplikasikan secara menerus (tidak
terputus).
5.3.4 Lembaran pelindung harus segera dibuka setelah bahan
penutup celah selesai diaplikasikan.
5.3.5 Bahan penutup celah yang baru saja terpasang tidak boleh
diganggu pating sedikit selama 48 (empat putuh delapan) jam.

PEKERJAAN
PLAFON

1. M a t e r i a l
Bahan penutup plafond digunakan tripleks tebal 3 mm dengan ukuran sebagimana
tertera dalam gambar.
2. Pelaksanaan
2.1. Pem asangan rangka plaf ond har us kelihatan rata dan lurus. Uk uran
balok pem bagi, penggantung serta ketinggiannya harus sesuai yang tertera
dalam gam bar.
2.2. Pem asangan penutup plaf ond khusus pada pertem uan harus kelihatan ra
ta satu sam a lainnya dan diupayakan sem aksimal m ungkin agar tidak
berongga.

2.3. Apabila ternyata dalam pelaksanaanny a kelihatan tidak lurus, lentur, m


aka pem borong harus segera m em perbaikinya.
PENGECAT
AN

1. Material / bahan

1.1. Pada dinding dan plaf on, digunakan cat tem bok yang berkualitas baik dan
war na cat tem bok untuk diding dan plaf ond sesuai petunjuk
Direksi/Pengawas teknis
1.2. Pengecatan k usen/pintu/jendedla/v entilasi, listplank dan daun pintu m
enggunakan cat m inyak warna cat sesuai petunjuk Direksi/Pengawas teknis
1.3. Pengecatan atap seng m enggunak an cat atap berkualit as baik dengan war na
cat akan ditentukan dalam pelaksanaan.

2. Pelaksanaan
2.1. Sebelum pekerjaan pengecatan dilaksanakan, sem ua bidang - bidang yang
akan dicat harus dibersihkan dari segala kotoran dan debu serta lubang-lubang
bekas paku dem pul , diam plas hinga kelihatan rata.

MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL


1.0. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, alat-alat, peralatan, tenaga kerja
dan pemasangan lampu Pijar, kabel-kabel, stop kontak, sacklar, fitting-
fitting,pipa, material bantu, termasuk pemasangannya
1.2. Penyerahan Surat Jaminan oleh Instalatur/Kontraktor beserta
pembuatan gambar instalasi.

3.0. PROSEDUR UMUM

3.1. Contoh Bahan dan Data Teknis


Kontraktor harus menyerahkan contoh dan data teknis bahan kepada
Pengawas Lapangan untuk disetujui terlebih dahulu, sebelum
pengadaan bahan dan pelaksanaan pekerjaan.

3.2. Gambar Detail Pelaksanaan


Kontraktor harus membuat dan menyerahkan Gambar Detail
Pelaksanaan yang mencakup dimensi, tata letak, jenis bahan dan
detail-detail pelaksanaan, untuk diperiksa dan disetujui Pengawas
Lapangan.
1.3. Ketidaksesuaian
3.2.1. Kontraktor wajib memeriksa Gambar Kerja yang ada terhadap
kemungkinan kesalahan/ketidaksesuaian, bagi dari segi
dimensi, jumlah maupun pemasangan dan lain-lain.
3.2.2. Bila bahan-bahan yang menyimpang atau tidak sesuai dengan
yang sesuai dan disetujui pengawas lapangan.
3.2.3. Biaya yang ditimbulkan karena hal di atas menjadi tanggung
jawab Kontraktor sepenuhnya.
4.0. BAHAN-BAHAN
4.1. Material
4.1.1. Kabel-kabel yang dipakai adalah dari jenisnya NYA yang
memenuhi standard PLN (SPLN) serta berinitial LMK
(Minimal merk Eterna atau setara).
4.1.2. Stop kontak, sacklar dan fitting serta peralatan listrik yang
digunakan harus buatan dalam negeri yang telah memenuhi
standard PLN, kemampuan minimal 10/16A, merk yang
digunakan adalah Panasonic atau Brocco KW-1
4.1.3. Untuk trafo neon, balon pijar/TL harus merk Phillips TL dan
dilengkapi Capisitor.
4.1.4 Penempatan SDP harus mengikuti petunjuk dalam gambar,
ukuran proposional agar babel dan pengamanan dalam SDP,
nampak rapi, mudah perawatannya.
4.1.5 untuk lampu Gantung dan lampu tempel pada kolom
menggunakan lampu sesuai yang tercantum dalam gambar
kerja atau yang setara.
4.1.6 Untuk Lampu Down Light dan Lampu Inderec Light
menggunakan type standar.
4.1.7 Untuk Panel menggunakan ukuran 35cm x 50 cm +
Accessories.
4.1.7 Untuk Penangkal petir menggunakan sistem elektrostatis
dengan radius 50 meter, dengan kawat penghantar dan tahanan
yang masuk kedalam tanah.
5.0. PELAKSANAAN PEKERJAAN
5.1 Pemasangan instalasi listrik harus berpedoman pada Peraturan Umum
Instalasi Listrik (PUIL) 2000.
5.2 Untuk menangani pekerjaan ini harus ditunjuk Instalatir yang telah
memiliki SPJT dan SBUJK Bidang E&M.
5.3 Inslatasi yang terpasang harus disesuaikan dengan tegangan yang
terpasang di area S.
5.4 Untuk penerangan dan stop kontak biasa kabel yang digunakan adalah
jenis NYA diameter 2,5 mm atau 1,5 mm dengan pelindung PVC
diameter 5/8" dan dipasang inbouw, tidak terkecuali yang diatas plafond.
5.5 Untuk semua penyambung kabel harus menggunakan T Dos dan ditutup
dengan las dop, serta ditempatkan pada kedudukan yang aman.
5.6 Pemasangan instalasi listrik umumnya dikerjakan sebelum plafon ditutup
dan pelesteran dinding dikerjakan.
5.7 Pada semua stop kontak dan SDP harus di beri arde dengan
menggunakan kawat BC, dan khusus pengetanahan pada SDP dibagian
yang tertanam kedalam tanah harus dikerjakan sampai mendapatkan
tahanan yang disyaratkan, serta diberi pelindung pipa GIP diameter 1/2".

PEKERJAAN AKHIR

1.0 PEMBERSIHAN AKHIR


1.1 Pada akhir pekerjaan, seluruh ruangan termasuk dinding, plafond, lantai
dan sebagainya harus bersih dari sisa-sisa semen, cat dan kotoran
lainnya.
1.2 Halaman bangunan harus dibersihkan dari sisa-sisa bahan-bahan
bangunan, kotoran-kotoran dan gundukan-gundukan tanah bekas galian
harus diratakan serta bahan-bahan yang tidak terpakai lagi harus
diangkut keluar lokasi pekerjaan.

2.0 PENGAWASAN
2.1 Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan akan dilakukan
oleh Direksi/Pengawas.
2.2 Setiap saat Direksi/Pengawas atau petugas-petugasnya harus dapat
mengawasi, memeriksa atau menguji setiap bagian pekerjaan, bahan
dan peralatan. Untuk itu Kontraktor harus mengadakan fasilitas-fasilitas
yang diperlukan.
2.3 Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari
pengamatan Direksi/Pengawas adalah menjadi tanggung jawab
Kontraktor. Pekerjaan tersebut bila diperlukan harus dapat diperiksa
sebagian atau seluruhnya untuk keperluan/kepentingan pemeriksaan.
2.4 Jika diperlukan pengawasan oleh Pengawas Harian diluar jam kerja
yang resmi, maka segala biaya yang diperlukan untuk hal tersebut
menjadi beban Kontraktor. permohonan untuk mengadakaan
pemeriksaan tersebut harus dengan surat yang disampaikan kepada
Direksi/pengawas.

3.0 GAMBAR PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING)


3.1 Setelah selesainya seluruh pekerjaan, Kontraktor harus membuat
gambar terlaksana (as built drawing) dari seluruh sistem, termasuk
apabila terjadi perubahan letak, denah maupun konstruksi.
3.2 Instalasi listrik, instalasi air bersih dan instalasi air kotor harus dibuat
oleh Kontraktor sesuai dengan keadaan yang terpasang dan diserahkan
kepada Pemberi Tugas pada saat Serah Terima Pekerjaan.
4.0 DOKUMENTASI PEKERJAAN
Untuk kelengkapan laporan, Kontraktor harus membuat foto-foto
dokumentasi dibuat sebelum pekerjaan di mulai ( 0 % ), tahap pelaksanaan
hingga selesai (50 %, dan 100 % ), foto dokumentasi harus selalu diambil
pada posisi yang sama untuk setiap kemajuan (tampak depan,
samping dan belakang) dan setiap bagian yang penting antara lain
penulangan, pondasi dan lain-lain.
Foto-foto tersebut dimasukan kedalam album dan diserahkan kepada
Pengguna Anggaran atau (Direksi/Pengawas) sebanyak 2 (dua) set.
Selain Dokumentasi Kontraktor Wajib membuat Back Up Data setiap item
pekerjaan dan diperiksaserta disetujui oleh direksi.

5.0 PENUTUP
5.1 Pekerjaan-pekerjaan yang belum/tidak tercantum/dijelaskan dalan
spesipikasi teknis ini dapat dilihat pada gambar atau di tanyakan pada
saat Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
5.2 Perubahan-perubahan yang terjadi terhadap spesifikasi teknis ini pada
saat Rapat Penjelasan Pekerjaan akan dibuat suatu
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan yang mengikat, dan merupakan satu
kesatuan dengan teknis ini.

Luwuk, 18 Agustus 2014


Penawar,
CV. ELSHADDAI

RIKLOP KAOLANG
Direktur

Anda mungkin juga menyukai