Anda di halaman 1dari 31

PROSEDUR PENANGANAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan ,


Direktur RSUD Indramayu
PROSEDUR TETAP

Dr. H DEDEN BONNI KOSWARA. MM..


NIP. 19740110 200212 1 008
Pengertian Suatu prosedur penatalaksanaan penyakit sesuai keilmuan.
Tujuan Sebagai acuan untuk tenaga medis dalam melaksanakan tugas
Kebijakan Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Indramayu No. 440/1072 a-RSUD / 2015 tentang pemberlakuan SOP
pelayanan dan keselamatan pasien pada RSUD Kabupaten Indramayu
Prosedur  Kriteria Diagnosis
 Muntah sering sekali. Perasaan tenggorokan kering dan rasa haus,
kulit dapat menjadi kering (tanda dehidrasi) berat badan turun
dengan cepat, pada keadaan yang lebih berat dapat timbul ikterus
dan gangguan saraf.
 Diagnosis Banding
 Hepatitis dalam kehamilan
 Pemeriksaan Penunjang
 Urin
 Darah rutin
 Konsultasi
 Spesialis Penyakit Dalam
 Spesialis Penyakit Jiwa
 Spesialis Saraf
 Perawatan RS
 Rawat inap segera
 Terapi
 Segara penderita dirawat, diberikan cairan per infus (glukosa 5 –
10 % dan NaCl fisiologis) obat antiemetic, intramuscular atau per
infus. Penderita dipuasakan sampai muntah telah berkurang,
diukur jumlah muntah (cairan yang dimuntahkan), cairan yang
diberikan dan dieresis dalam 24 jam. Ukur balans cairan setiap
hari.
 Penyulit
 Bila tidak berat, tidak ada
 Bila berat : dehidrasi, gangguan fungsi hepar dan febris
 Informed Consent
 Diperlukan tertulis
 Lama Perawatan
 Ringan : 3 hari
 Berat : sangat bergantung pada penyulit yang didapat
 . Luaran
 Baik, pada umumnya, kecuali yang berat sekali

 -

 -
PROSEDUR PENANGANAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan ,


Direktur RSUD Indramayu
PROSEDUR TETAP

Dr. H DEDEN BONNI KOSWARA. MM..


NIP. 19740110 200212 1 008
Unit Terkait Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Penyakit Jiwa
Spesialis Saraf
Dokumen Terkait Standar Pelayanan Medik, Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
i
PROSEDUR PENANGANAN
PERDARAHAN ANTEPARTUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan ,


Direktur RSUD Indramayu
PROSEDUR TETAP

Dr. H DEDEN BONNI KOSWARA. MM..


NIP. 19740110 200212 1 008
Pengertian Suatu prosedur penatalaksanaan penyakit sesuai keilmuan.
Tujuan Sebagai acuan untuk tenaga medis dalam melaksanakan tugas
Kebijakan Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Indramayu No. 440/1072 a-RSUD / 2015 tentang pemberlakuan SOP
pelayanan dan keselamatan pasien pada RSUD Kabupaten Indramayu
Prosedur Perdarahan per vaginam pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih.
 Kriteria Diagnosis
 Anamnesis
- Perdarahan per vaginam pada usia kehamilan 20 minggu
atau lebih, perdarahan spontan tanpa aktivitas atau trauma
pada abdomen.
- Nyeri atau tanpa nyeri akibat kontraksi uterus.
- Beberapa faktor predisposisi : riwayat solusio plasentae,
perokok, hipertensi, dan multiparitas
 Pemeriksaan Fisik Umum
 Keadaan tensi, nadi, pernapasan.
 Pemeriksaan Obstetris
Periksa luar
- Bagian terbawah janin belum/sudah masuk PAP.
- Apakah ada kelainan letak/tidak.
Inspekulo
- Apakah perdarahan berasal dari ostium uteri atau dari
kelainan serviks dan vagina.
- Perabaan fornises
- Hanya dikerjakan pada presentasi kepala
PDMO
- Bila akan mengakhiri kehamilan/persalinan
 Diagnosis Banding
1. solusio plasentae
Terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus
uteri/korpus uteri sebelum jalan lahir
a. ringan
perdarahan kurang dari 100-200 cc, uterus tidak tegang,
belum ada tanda renjatan, janin hidup, pelepasan kurang dari
1/6 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma lebih dari 250
mg %.
b. sedang
perdarahan lebih dari 200 cc, uterus tegang terdapat tanda pra
renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta
¼ sampai 2/3 bagian perrmukaan, kadar fibrinogen plasma
120-150 mg%.
c. berat
uterus tegang dan berkontraksi tetanus, terdapat tanda
renjatan, biasanya janin sudah mati, pelepasan plasenta bisa
terjadi pada lebih dari 2/3 bagian permukaan atau
PROSEDUR PENANGANAN
PERDARAHAN ANTEPARTUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit
Ditetapkan ,
PROSEDUR TETAP Direktur RSUD Indramayu

Dr. H DEDEN BONNI KOSWARA. MM..


NIP. 19740110 200212 1 008

Pengertian Suatu prosedur penatalaksanaan penyakit sesuai keilmuan.


Tujuan Sebagai acuan untuk tenaga medis dalam melaksanakan tugas
Kebijakan Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Indramayu No. 440/1072 a-RSUD / 2015 tentang pemberlakuan SOP
pelayanan dan keselamatan pasien pada RSUD Kabupaten Indramayu
Prosedur seluruh bagian permukaan.
2. plesenta previa
 Plasenta yang letaknya tidak normal sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan janin lahir (ostium uteri
internum).
3. Vasa Previa
 Tali pusat berinsersi pada selaput ketuban pada tempat
pembuluh darahnya berjalan diatara lapisan
 Laboratorium
- Hemoglobin
- Hematokrit
- Trombosit
- Waktu pembekuan darah
- Waktu protrombin
- Waktu tromboplastin parsial
- Elektrolit plasma
 Kardiotokografi
 Laenec, Dopler, untuk menilai status janin
 USG : menilai letak plasma, usia gestasi, keadaan janin.
 Konsultasi
 Dokter Spesialis Anak, Anestesi, Penyakit Dalam
 Perawatan RS
 Rawat inap, segera
 Terapi
 Medis dan bedah
 Tidak terdapat renjatan dengan usia gestasi kurang dari 36
minggu/taksiran berat petus kurang dari 2500 g.
 Perawatan RS
 Semua penderita HAP segera dirawat
 Penyulit
A. Pada Ibu
 Renjatan
 Disseminated intravascular Coagulation (DIC)
 Gagal ginjal akut/nekrosis tubuler akut
 Atonia uteri/uterus couvelaire
 Perdarahan pada implantasi uterus di segmen bawah
PROSEDUR PENANGANAN
PERDARAHAN ANTEPARTUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan ,


Direktur RSUD Indramayu
PROSEDUR TETAP

Dr. H DEDEN BONNI KOSWARA. MM..


NIP. 19740110 200212 1 008
Pengertian Suatu prosedur penatalaksanaan penyakit sesuai keilmuan.
Tujuan Sebagai acuan untuk tenaga medis dalam melaksanakan tugas
Kebijakan Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Indramayu No. 440/1072 a-RSUD / 2015 tentang pemberlakuan SOP
pelayanan dan keselamatan pasien pada RSUD Kabupaten Indramayu
Prosedur B. Pada Janin
 Asfiksia
 BBLR
 RDS
Karena Tindakan /terapi
A. Pada ibu
 Reaksi transfuse
 Kelebihan cairan
 Renjatan
 Infeksi
B. pada Janin
 Asfiksia
 infeksi
 Informed Consent
 Tertulis dilakukan saat pasien masuk rumah RS.
 Lama Perawatan
 7 hari (tanpa komplikasi)
 Masa pemulihan
 6 minggu setelah tindakan/melahirkan
 . Luaran
 Komplikasi : diharapkan/minimal tidak ada.
 Kesembuhan : diharapkan sempurna
 PA
 -
 Autopsi/risalah rapat
-
Unit Terkait Dokter Spesialis Anak, Anestesi, Penyakit Dalam
Dokumen Terkait Standar Pelayanan Medik, Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
PROSEDUR PENANGANAN
PERDARAHAN PASCAPERSALINAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan ,


Direktur RSUD Indramayu
PROSEDUR TETAP

Dr. H DEDEN BONNI KOSWARA. MM..


NIP. 19740110 200212 1 008
Pengertian Suatu prosedur penatalaksanaan penyakit sesuai keilmuan.
Tujuan Sebagai acuan untuk tenaga medis dalam melaksanakan tugas
Kebijakan Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Indramayu No. 440/1072 a-RSUD / 2015 tentang pemberlakuan SOP
pelayanan dan keselamatan pasien pada RSUD Kabupaten Indramayu
Prosedur Adalah perdarahan yang lebih dari 500 cc yang terjadi setelah bayi lahir
sampai 24 jam postpartum, disamping itu ada pula perdarahan pada
masa nifas yaitu sesudah 24 jam postpartum yang jumlahnya lebih
banyak dari luka biasa.
 Kriteria Diagnosis
 Perdarahan pascapersalinan
 Perdarahan banyak atau terus-menerus setelah anak lahir,
mungkin ditemukan tanda-tanda renjatan seperti hipotensi, nadi
kecil dan cepat serta ekstremitas dingin dan penderita tampak
pucat.
Pemeriksaan Fisik
 Pasien tampak pucat, mungkin ada tanda-tanda renjatan, tekanan
darah rendah, denyut nadi cepat, kecil serta ekstremitas yang
dingin, tampak darah mengalir terus keluar dari kemaluan.
 Pemeriksaan obstetric, mungkin kontraksi uterus lembek, uterus
membesar.
 Bila ada atonia uteri.
 Pemeriksaan genekolologi, dilakukan dengan sistematis dilihat
apakah ada luka jalan lahir mulai dari vulva sampai ke vagina
atas dan porsio.
 Kemudian dilakukan ekspolorasi dengan memasukkan tangan ke
dalam kavum uteri dan secara bimanual ditentukan apakah ada
robekan jalan lahir, uterus atau sisa plasenta.
Faktor Resiko Adanya Riwayat :
- Penggunaan anesthesia umum
- Partus presipitatus
- Uterus yang terlalu tegang (hidramnion)
- Solusio plasentae
- Plasenta previa
- Riwayat perdarahan postpartum sebelumnya
- Persalinan dengan tindakan
 Diagnosis Banding
 Atonia uteri, lebih dari 75% sebab perdarahan pascapersalinan
disebabkan Atonia uteri.
 Luka jalan lahir, biasanya kontraksi uterus baik.
 Retensi plasenta.
 Gangguan pembekuan darah.
PROSEDUR PENANGANAN
PERDARAHAN PASCAPERSALINAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan ,


Direktur RSUD Indramayu
PROSEDUR TETAP

Dr. H DEDEN BONNI KOSWARA. MM..


NIP. 19740110 200212 1 008
Pengertian Suatu prosedur penatalaksanaan penyakit sesuai keilmuan.
Tujuan Sebagai acuan untuk tenaga medis dalam melaksanakan tugas
Kebijakan Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Indramayu No. 440/1072 a-RSUD / 2015 tentang pemberlakuan SOP
pelayanan dan keselamatan pasien pada RSUD Kabupaten Indramayu
Prosedur  Pemeriksaan Penunjang
 Hemoglobin, hematokrit, masa pembekuan darah, elektrolit,
PC02, P02, PH darah.
 Konsultasi
 -
 Perawatan RS
 Rawat inap
 Terapi
 Segera setelah diketahui perdarahan pasca persalinan tentukan
adan renjatan atau tidak, dan bila ada, segera berikan
transfuse cairan/darah, control perdarahan dan berikan oksigen.
 Bila renjatan tidak ada, atau keadaan umum telah optimal,
segera lakukan pemeriksaan untuk mencari etiologi seperti :
- Atonia uteri
- Luka jalan lahir
- Retensi plasenta
- Gangguan perdarahan
A Kalau penyebab atonia uteri lakukan
 Masase uterus dan berikan oksitosin dan ergometrin
untravena, serta oksitosin per infus ; bila ada perbaikan dan
perdarahan berhenti, oksitosin per infus diteruskan. Bila
tidak ada perbaikan dilakukan kompresi bimanual dan
kemudian dipasang tampon uterovaginal atau balon kateter
intrauterine.
 Kalau cara terahir ini berhasil, tampon/balon dipertahankan
24 jam, bila tidak berhasil (kontraksi tetap lembek,
perdarahan tetap terjadi) segera lakukan laporatomi, kalau
mungkin lakukan ligasi arteri uterine atau hipogastrika
(khusus untuk penderita yang belum punya anak/masih
muda sekali), bila tidak mungkin, lakukan histerektomi.
B Luka Jalan Lahir
 Segera lakukan hemostasis dan reparasi luka.
C Retensi Plasenta
 Bila plasenta belum lahir, lahirkan plasenta dengan tarikan
pada tali pusat/bimanual, bila tidak berhasil dan
PROSEDUR PENANGANAN
PERDARAHAN PASCAPERSALINAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan ,


Direktur RSUD Indramayu
PROSEDUR TETAP

Dr. H DEDEN BONNI KOSWARA. MM..


NIP. 19740110 200212 1 008
Pengertian Suatu prosedur penatalaksanaan penyakit sesuai keilmuan.
Tujuan Sebagai acuan untuk tenaga medis dalam melaksanakan tugas
Kebijakan Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Indramayu No. 440/1072 a-RSUD / 2015 tentang pemberlakuan SOP
pelayanan dan keselamatan pasien pada RSUD Kabupaten
Indramayu
Prosedur  sangkaan plasenta akreta lakukan histerektomi
 Bila hanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran plasenta
dengan digital atau kuretase.
D Gangguan pembekuan darah :
 Transfuse plasma segar (darah segar, control DIC,
dengan heparin).
 Perawatan RS
 Rawat inap
 Penyulit
 Renjatan ireversibel
 DIC
 Gagal ginjal
 Informed Consent
 Perlu tertulis
 Lama Perawatan
 6 – 7 hari, kalau dilakukan tindakan operasi
 2 – 3 hari, bila hanya reparasi luka jalan lahir atau masase
uterus
 Masa pemulihan
 40 hari – 3 bulan
 . Luaran
 Baik, kalau dapat teratasi segera
 PA
 Untuk uterus yang diangkat
 Autopsi/risalah rapat
-
Unit Terkait -
Dokumen Terkait Standar Pelayanan Medik, Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
PROSEDUR PENANGANAN
PERDARAHAN PADA MASA NIFAS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan ,


Direktur RSUD Indramayu
PROSEDUR TETAP

Dr. H DEDEN BONNI KOSWARA. MM..


NIP. 19740110 200212 1 008
Pengertian Suatu prosedur penatalaksanaan penyakit sesuai keilmuan.
Tujuan Sebagai acuan untuk tenaga medis dalam melaksanakan tugas
Kebijakan Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Indramayu No. 440/1072 a-RSUD / 2015 tentang pemberlakuan SOP
pelayanan dan keselamatan pasien pada RSUD Kabupaten Indramayu
Prosedur  Kriteria Diagnosis
 Perdarahan berulang dan tetap mengalir, kadang-kadang
penderita merasa panas karena kemungkinan infeksi nifas.
Pemeriksaan Fisik
 Tampak pucat dan mungkin disertai tanda renjatan
 Pemeriksaan obstetric
Fundus uteri mungkin masih tinggi tidak sesuai dengan masa
nifas yang normal dan kontraksi uterus tidak baik.
 Pemeriksaan genekologi
Tampak darah masih mengalir dari vagina, mungkin ada luka
jalan lahir yang masih berdarah atau uterus masih membesar
dan kontraksi kurang baik, kadang-kadang disertai rasa nyeri
pada pemeriksaan bimanual kalau uterus terinfeksi. Mungkin
pula teraba ada sisa plasenta dalam kavum uteri.
 Diagnosis Banding
 Subinvolusi uterus
 Sisa plasenta
 Luka jalan lahir
 Pemeriksaan Penunjang
 Hemoglobin, hematokrit, leukosit
 USG untuk melihat sisa plasenta
 Konsultasi
 -
 Perawatan RS
 Rawat inap segera
 Terapi
 Bila penybab perdarahan subinvolusi uteri dan perdarahan
minimal, cukup tirah baring, pemberian uterotonik dan kalau
ada tanda-tanda infeksi diberikan antibiotik, dan kalau anemia
diperbaiki dengan transfuse darah. Bila perdarahan banyak atau
terus-menerus perbaiki keadaan umum dengan transfuse dan
penatalaksanaan selanjutnya sesuai dengan penatalaksanaan
atonia uteri (lihat pedarahan pascapersalinan). Bila perdarahan
disebabkan sisa palenta laukan evakuasi sisa plasenta secara
digital atau dengn kuretase dan bila tidak berhasil
pertimbangkan untuk histerektomi abdominal. Bila perdarahan
disebabkan lika jalan lahir hemostasis dan reparasi luka.
PROSEDUR PENANGANAN
PERDARAHAN PADA MASA NIFAS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan ,


Direktur RSUD Indramayu
PROSEDUR TETAP

Dr. H DEDEN BONNI KOSWARA. MM..


NIP. 19740110 200212 1 008
Pengertian Suatu prosedur penatalaksanaan penyakit sesuai keilmuan.
Tujuan Sebagai acuan untuk tenaga medis dalam melaksanakan tugas
Kebijakan Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Indramayu No. 440/1072 a-RSUD / 2015 tentang pemberlakuan SOP
pelayanan dan keselamatan pasien pada RSUD Kabupaten Indramayu
Prosedur  Penyulit
 Amenore sekunder (kalau uterus diangkat atau hipoksia
jaringan hipofisis yang berat)
 Informed Consent
 Perlu tertulis
 Lama Perawatan
 5 – 6 hari bila dapat diatasi
 7 – 10 hari bila dilakukan tindakan operasi
 Masa pemulihan
 3 bulan bila dengan tindakan operasi
 . Luaran
 Sembuh
 PA
 Bila sangkaan plasenta akreta
 Autopsi/risalah rapat
-
Unit Terkait -
Dokumen Terkait Standar Pelayanan Medik, Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
.
PROSEDUR PENANGANAN
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan ,


Direktur RSUD Indramayu
PROSEDUR TETAP

Dr. H DEDEN BONNI KOSWARA. MM..


NIP. 19740110 200212 1 008
Pengertian Suatu prosedur penatalaksanaan penyakit sesuai keilmuan.
Tujuan Sebagai acuan untuk tenaga medis dalam melaksanakan tugas
Kebijakan Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Indramayu No. 440/1072 a-RSUD / 2015 tentang pemberlakuan SOP
pelayanan dan keselamatan pasien pada RSUD Kabupaten Indramayu
Prosedur Adalah perdarahan abnormal dari uterus (lamanya, frekuensi, jumlah)
yang terjadi di dalam dan di luar siklus haid, tanpa kelainan organis dan
hematologi, yang merupakan kelainan poros hepotalamus hipofisis-
ovarium.
 Kriteria Diagnosis
 Terjadinya perdarahan pervaginam yang tidak normal (lamanya,
frekuensi, dan jumlah) yang terjadi di dalam maupun di luar
siklus haid.
 Tidak ditemukan kelainan organis maupun kelainan hematologi
(faktor pembekuan).
 Hanya ditemukan kelainan fungsi poros hipotalamus-hipofisis-
ovarium dan organ (= endometrium).
 Usia terjadinya :
- Perimenars (usia 8 – 16 tahun)
- Masa reproduksi ( usia 16 – 35 tahun)
- Perimenopause ( usia 45 – 65 tahun)
 Diagnosis Banding
 Kelainan organis
 Kelainan hematologi
 Pemeriksaan Penunjang
 D/K bila tidak ada kontraindikasi
 Pemeriksaan USG
 Pemeriksaan hematologi
 Pemeriksaan hormone reproduksi : FSH. LH, prolaktin, E2 dan
progesterone.
 Prostaglandin F2 (bila ada fasilitas)
 Konsultasi
 Dokter Spesialis Penyakit Dalam
 Doter Spesialis Patologi Anatomi
 Perawatan RS
 Perlu untuk tindakan dilatasi kuretasi
 Pada PUD berat yang disertai anemia/perdarahan banyak
 Terapi
Operatif :
- Dilatasi dan kuretasi : sudah menikah
- Life saving untuk yang belum menikah
 Hormonal
PUD Ovulasi :
- Perdarahan pertengahan siklus :
PROSEDUR PENANGANAN
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan ,


Direktur RSUD Indramayu
PROSEDUR TETAP

Dr. H DEDEN BONNI KOSWARA. MM..


NIP. 19740110 200212 1 008
Pengertian Suatu prosedur penatalaksanaan penyakit sesuai keilmuan.
Tujuan Sebagai acuan untuk tenaga medis dalam melaksanakan tugas
Kebijakan Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Indramayu No. 440/1072 a-RSUD / 2015 tentang pemberlakuan SOP
pelayanan dan keselamatan pasien pada RSUD Kabupaten
Indramayu
Prosedur Esterogen 0,625 – 1,25 mg, hari ke 10 – 15 siklus
- Perdarahan bercak pra haid :
Estrogen 0,625 – 1,25 mg, mulai hari ke 2 – 7 siklus
- Polimenorea :
Progesterone 10 mg, hari ke 18 – 25 siklus
PUD anovulasi:
Menghentikan perdarahan segera :
 Kuret medisinalis :
- Estrogen selama 20 hari diikuti progesterone 5 hari
- Pil KB kombinasi :
2 x 1 tablet sampai 2 – 3 hari diteruskan 1 x 1 tablet
21 hari
- Progesterone :
10 – 20 mg selama 7 – 10 hari
Setelah darah berhenti atur siklus :
 Dengan estrogen + Progesteron selama 3 siklus
 Pengobatan sesuai kelainan:
- Anovulasi : stimulasi dengan Clomid
- Hiperprolaktin : bromokriptin
- Polikistik ovaril : kortikosteroid, lanjutkan stimulasi
dengan Clomid.
Perdarahan banyak, anemia(PUD berat) :
 Estrogen konjugasi 25 mg intravena diulang tiap 3 – 4 jam
atau
 Progesterone 100 mg (etinodiol asetat, DMPA)
Setelah darah berhenti, atur haid : dengan kombinasi estrogen
20 hari diikuti progesterone 5 hari, setelah 3 bulan,
pengobatan disesuaikan dengan kelainan hormonal.
 Penyulit
 Perforasi akibat tindakan
 Anemia berat
 Informed Consent
 Perlu tertulis untuk tindakan D/K
 Lama Perawatan
 Pascadilatasi kuretase atau suntikan estrogen intravena, rawat
2 – 3 hari
PROSEDUR PENANGANAN
PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan ,


Direktur RSUD Indramayu
PROSEDUR TETAP

Dr. H DEDEN BONNI KOSWARA. MM..


NIP. 19740110 200212 1 008
Pengertian Suatu prosedur penatalaksanaan penyakit sesuai keilmuan.
Tujuan Sebagai acuan untuk tenaga medis dalam melaksanakan tugas
Kebijakan Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Indramayu No. 440/1072 a-RSUD / 2015 tentang pemberlakuan SOP
pelayanan dan keselamatan pasien pada RSUD Kabupaten
Indramayu
Prosedur  Masa pemulihan
 Satu minggu setelah perawatan
 . Luaran
 Baik
 PA
 Bahan hasil kuretase
 Autopsi/risalah rapat
-
Unit Terkait Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Doter Spesialis Patologi Anatomi
Dokumen Terkait Standar Pelayanan Medik, Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
PROSEDUR PENANGANAN
ABORTUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan ,


Direktur RSUD Indramayu
PROSEDUR TETAP

Dr. H DEDEN BONNI KOSWARA. MM..


NIP. 19740110 200212 1 008
Pengertian Suatu prosedur penatalaksanaan penyakit sesuai keilmuan.
Tujuan Sebagai acuan untuk tenaga medis dalam melaksanakan tugas
Kebijakan Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Indramayu No. 440/1072 a-RSUD / 2015 tentang pemberlakuan SOP
pelayanan dan keselamatan pasien pada RSUD Kabupaten Indramayu
Prosedur Abortus komplet
 Seluru hasil konsepsi telah ke luar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu.
Abortus inkomplet
 Sebagian hasil konsepsi telah ke luar dari kavum uteri dan masih
ada yang tertinggal.
Abortus insipiens
 Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks
telah mendatar dan osteum uteri telah membuka, akan tetapi hasil
konsepsi masih dalam kavum uteri.
Abortus iminens
 Abortus tingkat permulaan, ditandai perdarahan pervaginam
osteum uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam
kandungan.
Missed Abortus
 Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, dan hasil
konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
Abortus habitualis
 Abortus yang terjadi sebanyak 3 kali berturut-turut atau lebih.
 Kriteria Diagnosis
 Terlambat haid kurang dari 20 minggu.
 Perdarahan per vaginam, mungkin disertai jaringan hasil
konsepsi.
 Rasa sakit (kram perut) di daerah atas simfisis
Abortus komplet
 Keluarnya semua hasil konsepsi. Diagnosis dapat dipermudah
apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan
bahwa semuanya dapat keluar dengan lengkap.
Abortus inkomplet
 Keluarnya sebagian hasil konsepsi pada kehamilan 20
minggu, kanalis servikalis terbuka, jaringan dapat diraba
dalam kavum uteri (kadang-kadang sudah menonjol dari
ostium uteri eksternum).
 Perdarahan dapat banyak sekali sehingga menyebabkan syok.
Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil onsepsi
dikeluarkan.
Abortus Insipiens
 Perdarahan uterus pada masa kehamilan sebelum 20 minggu
PROSEDUR PENANGANAN
ABORTUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan ,


Direktur RSUD Indramayu
PROSEDUR TETAP

Dr. H DEDEN BONNI KOSWARA. MM..


NIP. 19740110 200212 1 008
Pengertian Suatu prosedur penatalaksanaan penyakit sesuai keilmuan.
Tujuan Sebagai acuan untuk tenaga medis dalam melaksanakan tugas
Kebijakan Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Indramayu No. 440/1072 a-RSUD / 2015 tentang pemberlakuan SOP
pelayanan dan keselamatan pasien pada RSUD Kabupaten
Indramayu
Prosedur  dengan dilatasi serviks uteri yang meningkat, hasil konsepsi
masih dalam uterus, mules biasanya lebih sering dan kuat.
Abortus iminiens
 Perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules
sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar usi
kahamilan, serviks belum membuka, dan tes kahamilan
positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan
sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika terjadi
pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan villi
koriales ke dalam desidua, pada saat implantasi ovum.
Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnamya merah dan
cepat berhenti, tidak disertai mules.
Missed abortion
 Biasanya didiagnosis tidak hanya satu kali pemeriksaan,
memerlukan waktu pengamatan untuk menilai tanda-tanda
tidak tumbuhnya atau bahkan mengcilnya uteru. Biasanya
dudahului oleh tanda abortus iminiens yang kemudian
menghilang secara spontan atau setelah pengobatan.
 Diagnosis Banding
 Abortus komplet
 Abortus inkomplet
 Abortus insipiens
 Abortus iminiens
 Missed abortion
 Kehamilan ektopik terganggu
 Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah
janin masih hidup , menentukan prognosis.
 Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion.
 Konsultasi
 -
 Perawatan RS
 Rawat inap
 Umumnya setelah tindakan kuretase pasien abortus dapat
segera pulang kerumah. Kecuali bila ada komplkasi seperti
perdarahan banyak, yang menyebabkan anemia berat atau
infeksi.
PROSEDUR PENANGANAN
ABORTUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan ,


Direktur RSUD Indramayu
PROSEDUR TETAP

Dr. H DEDEN BONNI KOSWARA. MM..


NIP. 19740110 200212 1 008
Pengertian Suatu prosedur penatalaksanaan penyakit sesuai keilmuan.
Tujuan Sebagai acuan untuk tenaga medis dalam melaksanakan tugas
Kebijakan Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Indramayu No. 440/1072 a-RSUD / 2015 tentang pemberlakuan SOP
pelayanan dan keselamatan pasien pada RSUD Kabupaten Indramayu
Prosedur  Tujuan rawat inap untuk mangatasi anemia berat atau
mengobati infeksi.
 Terapi
Abortus komplet
 Tidak memerlukan pengobatan khhusus, hanya apabila
menderita anemia ringan perlu diberikan sulfas ferosus dan
dianjurkan supaya makan makanan yang banyak mengandung
banyak protein, vitamin dan mineral.
Abortus inkomplet
 Disertai syok karena perdarahan, segera infus intravena cairan
NaCl fisiologis atau cairan ringer yang selekas mungkin
disusul dengan darah. Setelah syok diatasi, dilakukan kerokan.
Disuntikkan intramuskuler ergometrin untuk mempertahankan
kontraksi otot uterus (setelah kuretase).
Abortus insipiens
 Dengan kehamilan kurang dari 12 munggu, disetai dengan
perdarahan, pengosongan uterus dengan segera (pengeluaran
hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kure vakum atau
dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan).
Abortus iminiens
 Istirahat baring, tidur berbaring merupakan unsure penting
dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya
aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsangan mekanis.
 Fenobarbital 3 x 30 mg sehari dapat diberikan untuk
menenangkan penderit kalau perlu.
Missed abortion
 Dengan kadar fibrinogen normal.
 Dengan kadar fibrinogen rendah.
 Setelah ada perbaikan lakukan kuretase.
 Peringatan : tindakan kuretase pada missed abortion tidak
jarang menghadapi kesulitan karena plasenta erat pada dinding
uterus. Untuk itu perlu hati-hati.
 Penyulit
Anemia
 Biasanya anemia pasca hemoragi. Pengobatannya adalah
PROSEDUR PENANGANAN
ABORTUS

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Tanggal terbit Ditetapkan ,


Direktur RSUD Indramayu
PROSEDUR TETAP

Dr. H DEDEN BONNI KOSWARA. MM..


NIP. 19740110 200212 1 008
Pengertian Suatu prosedur penatalaksanaan penyakit sesuai keilmuan.
Tujuan Sebagai acuan untuk tenaga medis dalam melaksanakan tugas
Kebijakan Surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Indramayu No. 440/1072 a-RSUD / 2015 tentang pemberlakuan SOP
pelayanan dan keselamatan pasien pada RSUD Kabupaten Indramayu
Prosedur pemberian darah atau komponen darah.
Infeksi
 Kasus abortus yang dating dalam keadaan infeksi harus
mendapat pengobatan atibiotik sebelum dilakukan evakuasi.
Perforasi
 Merupakan komplikasi tindakan kuretase. Untuk mencegah
perforasi :
- Berikan uterotonik
- Kuretase dilakukan secara sistematis dan “lege artis”.
 Informed Consent
 Perlu tertulis, bila akan dilakukan kuretase.
 Lama Perawatan
 Paascakuretase, pasien tidak perlu dirawat, kecuali bila ada
komplikasi.
 Masa pemulihan
 Pasien abortus dapat diberikan cuti sakit paling lama 2 minggu.
 . Luaran
 -
 PA
 Jaringan konsepsi dapat di kirim ke laboratorium patologi
anatomi, bila fasilitas memungkinkan.
 Autopsi/risalah rapat
-
Unit Terkait -
Dokumen Terkait Standar Pelayanan Medik, Ikatan Dokter Indonesia (IDI)

Anda mungkin juga menyukai