Anda di halaman 1dari 9

119

ISSN :2541450X (online) Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 2 No. 2 2017

PEMAHAMAN DAN PENERAPAN SISTEM AMONG KI HADJAR DEWANTARA PADA


USIA WIRAGA

Yenita Heri Susanto1 Amnahul Jaziroh2


1,2
Program Studi Psikologi Islam
Sekolah Tinggi Agama IslamNegeri Kediri
1
yenitaheri@gmail.com

Abstract. Early childhood education is a fundamental education because the child's early
years begin education. According to the among system Ki Hadjar Dewantara, early childhood
is categorized in the age of "Wiraga". The purpose of this study to determine the
understanding and application of systems among Ki Hadjar Dewantara at the age of wiraga.
The method of this research is qualitative with case study approach. Data collected by
observation and interview to principal and 3 teacher of Natural School Ramadhani Kediri.
The results include: Understanding system among is a teacher accompany, serve, remind,
and as a friend. Wiraga age is understood as age 0-8 years, where many children play and
movement (gross motor). The system among the Ramadhani Natural School is applied
according to the conditions and tasks of child development at the age that he has. Early
childhood education should be free of children as long as it does not endanger itself so that
the system among can be used as an appropriate system for early childhood education.

Keywords: Early childhood, Among system, Ki Hadjar Dewantara

Abstrak. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang fundamental karena masa
awal anak mulai mengenyam pendidikan. Menurut sistem among Ki Hadjar Dewantara, anak
usia dini dikategorikan dalam usia “Wiraga”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
pemahaman dan penerapan sistem among Ki Hadjar Dewantara pada usia wiraga. Metode
penelitian ini yaitu kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan observasi dan wawancara kepada kepala sekolah dan 3 guru Sekolah
Alam Ramadhani Kediri. Hasil penelitian meliputi: Pemahaman sistem among ialah seorang
guru mendampingi, melayani, mengingatkan, serta sebagai seorang teman. Usia wiraga
dipahami sebagai usia 0-8 tahun, dimana anak banyak bermain dan olah gerak (motorik
kasar). Sistem among di Sekolah Alam Ramadhani diterapkan sesuai dengan kondisi dan
tugas perkembangan anak pada usia yang dia miliki. Pendidikan bagi anak usia dini
seharusnya bersifat memerdekakan anak selama tidak membahayakan dirinya sehingga
sistem among dapat dijadikan sebagai suatu sistem yang tepat bagi pendidikan anak usia
dini.

Kata Kunci :Anak usia dini, Sistem among, Ki Hadjar Dewantara

PENDAHULUAN teknologi, tetapi juga menyentuh


Lembaga pendidikan dan guru di era perubahan dan pergeseran aspek nilai
teknologi informasi yang maju dewasa ini moral yang terjadi dalam kehidupan
dihadapkan pada tuntutan yang semakin bermasyarakat. Media informasi yang
berat, terutama untuk mempersiapkan terus berkembang tanpa diiringi dengan
peserta didik agar mampu menghadapi pemahaman karakter dan etika tentunya
berbagai dinamika perubahan yang dapat menjadi bencana besar bagi
berkembang pesat. Perubahan yang keutuhan bangsa. Berbagai fenomena
terjadi bukan saja berkaitan dengan seperti pornografi, isu sara dan berita
perkembangan ilmu pengetahuan dan hoax adalah masalah serius yang kini
120
ISSN :2541450X (online) Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 2 No. 2 2017

tengah menjadi ancaman bangsa Sistem among merupakan gagasan


Indonesia. Menteri Pemberdayaan dari Ki Hadjar Dewantara, yang telah
Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA) diterapkan melalui pendidikan Taman
Yohana Yembise mengatakan setidaknya Siswa. Kata among berarti membimbing
ada 25.000 aktivitas pornografi anak baik anak dengan penuh kecintaan dan
diunduh maupun diunggah di internet mendahulukan kepentingan sang anak,
setiap harinya di Indonesia berdasar data dengan demikian anak dapat berkembang
dari Interpol dan Polri (Kompas, menurut kodrat atau karakternya
2017/04/17). Sementara dilansir dari CNN (Soeratman, 1985). Sejalan pada apa
(29/12/2016) menyatakan bahwa terdapat yang dituturkan oleh Chatib (2012), bahwa
sekitar sejumlah 800 ribu situs penyebar pembelajaran karakter menjadi aspek
hoax di jejaring media sosial Indonesia. penting dalam pendidikan sebab karakter
Dari banyak kasus inilah menjadi PR bagi menggambarkan kualitas moral
pemerintah, terutama dalam bidang seseorang yang tercermin dari segala
pendidikan, untuk menghadapi dampak tingkah lakunya yang mengandung unsur
negatif di era arus revolusi informasi dan keberanian, ketabahan, kejujuran, dan
globalisasi yang semakin deras. kesetiaan, atau perilaku dan kebiasaan
Untuk itu upaya mempersiapkan yang baik. Selain itu sistem among juga
generasi insan yang cerdas namun juga berdasar pada kekeluargaan yang
berkarakter menjadi penting adanya, dimaksudkan agar hubungan antara murid
terutama bagi pendidikan anak usia dini dan guru menjadi erat. Dalam konsep ini,
(PAUD) yang merupakan pondasi awal siswa bukan hanya objek, tetapi juga
dalam dunia pendidikan. Suryani (2007) dalam kurun waktu yang bersamaan
menyatakan bahwa PAUD merupakan sekaligus menjadi subjek (student post
pondasi yang fundamental bagi centered).
perkembangan kualitas sumber daya Dari berbagai riset, pola
manusia pada masa berikutnya. Dalam pembelajaran yang berpusat pada guru
ranah kajian psikologi, anak usia dini (teacher-centered approach) pada
merupakan kelompok yang berada dalam dasarnya telah menyimpang dari hakikat
proses perkembangan yang unik. pembelajaran. Pola pembelajaran yang
Dikatakan unik, karena proses benar adalah pola yang berpusat pada
perkembangannya terjadi bersamaan peserta didik (student-centered approach).
dengan golden age (masa keemasan), Sebab fungsi guru adalah sebagai
yakni masa dimana potensi anak mulai pelayan belajar yang bertugas membantu
melejit untuk merekam berbagai stimulus kesulitan belajar peserta didik dalam
dari lingkungan. Selain itu, inovasi melakukan proses pematangan dirinya,
pengembangan metode pembelajaran sehingga peserta didik dapat
yang sesuai juga harus menjadi fokus mengembangkan konsep dan jati dirinya
kajian dalam mengembangkan pendidikan secara benar (Mulyasana, 2015). Dengan
yang berkualitas menghadapi era global. menerapkan ajaran sistem among Ki
Upaya untuk mewujudkan peradaban Hajar Dewantara dalam pembelajaran
bangsa melalui pendidikan karakter, (student-centered approach), diharapkan
budaya dan moral, tentulah sosok Ki pembelajaran akan lebih menarik dan
Hadjar Dewantara yang menjadi rujukan tidak lepas dari budaya Indonesia.
utama. Bapak pendidikan bangsa Sehingga guru bisa menanamkan budaya
Indonesia ini telah merintis tentang asli Indonesia, membentuk anak didik
metode pembelajaran salah satunya menjadi manusia yang tangguh dalam
adalah konsep sistem among. menyelesaikan masalah, taat asas,
121
ISSN :2541450X (online) Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 2 No. 2 2017

mandiri dan bisa menghargai orang lain ilmu negeri (kemasyarakatan dan
yang akan tertanam pada masa kenasionalan).
keemasan anak atau awal anak
mengenyam pendidikan yaitu di PAUD. Metode pendidikan yang
Adapun dalam klasifikasi konsep digunakan oleh Ki Hajar Dewantara
perkembangan Ki Hadjar Dewantara adalah sistem among, Sistem among
(2004) pada anak usia dini dikategorikan ialah suatu sistem pendidikan yang
sebagai usia wiraga yang berciri khas berjiwa kekeluargaan dan bersendikan: a).
kebutuhan bermain dan kasih sayang. Kodrat Alam, sebagai syarat untuk
Penjelasan untuk usia wiraga , untuk mencapai kemajuan dengan secepat-
keperluan pendidikan, maka umur anak- cepatnya dan sebaik-baiknya. b).
anak didik itu dibagi menjadi 3 masa. Kemerdekaan, sebagai syarat untuk
Masing-masing dari 7 atau 8 tahun (1 menghidupkan dan menggerakkan
windu): a. Waktu pertama (1-7 tahun) kekuatan lahir batin anak, agar dapat
dinamakan masa kanak-kanak (kinder memiliki pribadi yang kuat dan dapat
periode); b. Waktu ke-2 (7-14 tahun), berfikir serta bertindak merdeka. (Hariyadi,
yakni masa pertumbuhan jiwa pikiran dalam buku Ki Hajar Dewantara; 1989).
(intellectueele periode) dan c. Masa ke-3 Dalam sistem among pendidik atau
(14-21 tahun) dinamakan masa guru disebut pamong yang bertugas untuk
terbentuknya budi pekerti atau sociale mengajar dan mendidik anak. Menurut Ki
periode (Dewantara, 2004). Iman Sudayat dalam buku Ki Hajar
Menurut Ki Hajar Dewantara (2004), Dewantara dalam pandangan cantrik dan
beberapa hal yang harus diajarkan pada mantriknya (1989) hakikat PAMONG
masa wiraga yaitu: dapat dituangkan dalam butir-butir berikut:
a. Permainan dan olah-raga dengan 1). Guru-pengajar; 2). Pendidik yang
nyanyian anak-anak dan tari membentuk dan membina cipta-rasa-
(pemeliharaan badan secara ritmis); karsa anak/ pesertadidik senafas-seirama
b. Nyanyian rakyat (macapat, tembang dengan kodrat-bakat-pembawaan
gending di tanah jawa dimuliakan), anak/peserta tersebut; 3). Pembina jiwa
menggambar corak dan warna styller merdeka-bersahaja, integritas insan
dan sungging’), frobelen secara budaya melalui contoh-teladan konkrit
nasional (merangkai bunga-bunga, berwahana Ajaran Trilogi Kepemimpinan.
menyulam daun pisang yang disobek- Trilogi Kepemimpinan, meliputi; 1). Ing
sobek atau janur, dan sebagainya); itu Ngarsa Sung Tulada, didepan selalu
semua latihan untuk kesempurnaan menjadi teladan; 2). Ing Madya Mangun
panca indera dihubungkan dengan Karsa, ditengah anak buah membangun
rasa; semangat berswasarsa; 3). Tut Wuri
c. Cerita yang berwujud dongeng, Handayani, mendorong anak buah
mitologis dan historis (tambo yang berkreatifitas, sambil mengarahkan.
hanya mengenai daerahnya) Dalam proses tumbuh kembangnya
dihubungkan dengan pelajaran seorang anak, Ki Hajar Dewantara
bahasa dan lagu (metode Sari memandang adanya 3 pusat pendidikan
Swara); yang mempunyai peranan besar: Ki Hajar
d. ‘zaakonderwijs’ atau pelajaran Dewantara menyebutnya sebagai “Sistem
mengenal keadaan tempat kelilingnya Tripusat” yaitu, 1) Alam keluarga sebagai
si anak selaku persediaan pelajaran pusat pendidikan pertama dan yang
ilmu alam, ilmu kodrat, ilmu bumi, dan terpenting; 2). Alam perguruan; 3). Alam
122
ISSN :2541450X (online) Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 2 No. 2 2017

pemuda (Gunawan dalam bukunya Ki mempunyai dampak degradasi moral dan


Hajar Dewantara: 1989). karakter jati diri bangsa.
Sistem among menghendaki Pendidikan anak usia dini pada
kemerdekaan anak dalam hal belajar dasarnya meliputi seluruh upaya dan
namun juga tetap dalam perhatian guru tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan
sebagai pamong yang bertugas untuk orang tua dalam proses perawatan,
mendidik dan mengajar anak sepanjang pengasuhan, dan pendidikan pada anak
waktu dengan kasih sayang. Maka dari dengan menciptakan aura dan lingkungan
itu sistem among Ki Hadjar Dewantara dimana anak dapat mengeksplorasi
dapat dijadikan alternatif terapan dalam pengalaman yang memberikan
dunia pembelajaran di era modern saat kesempatan kepadanya untuk mengetahui
ini. Sistem ini setidaknya dapat menjadi dan memahami pengalaman belajar yang
unggulan dalam pendidikan di Indonesia diperolehnya dari lingkungan, melalui cara
dalam menghadapi persaingan mengamati, meniru, dan bereksperimen
pendidikan antar negara, bahkan dapat yang berlangsung secara berulang-ulang
menjadi sistem yang khas dalam dan melibatkan seluruh potensi dan
menghadapi persaingan global dalam kecerdasan anak (Sujiono, 2009).
dunia pendidikan. Berangkat dari
penjelasan di atas kemudian peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian METODE PENELITIAN
mengenai pemahaman guru mengenai Penelitian ini difokuskan pada
sistem among yang diterapkan dalam bagaimana guru memahami dan
sistem pembelajaran di sekolah untuk menerapkan sistem among Ki Hajar
diangkat menjadi topik kajian penelitian. Dewantara pada usia wiraga di Sekolah
Banyak penelitian sebelumnya yang Alam Ramadhani menggunakan metode
telah mengangkat sistem among sebagai kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
penerapan pembelajaran di sekolah. Creswell (1998) menyatakan bahwa
Nugrahaningsih (2011) sebelumnya telah penelitian kualitatif adalah proses
meneliti penerapan sistem among untuk penelitian ilmiah yang bertujuan untuk
pengembangan pembelajaran memahami masalah-masalah manusia
matematika. Sementara Leojang (2014) dalam konteks sosial. Dalam penelitian
sebelumnya juga telah meneliti kualitatif, peneliti membangun gambaran
bagaimana penerapan aplikasi sistem secara kompleks dan holistik,
among pada objek SMA Taman Madya menganalisis kata-kata, melaporkan
Kota Malang dengan mata pelajaran pandangan informan secara rinci, dan
pendidikan kewarganegaraan sebagai melakukan studi secara ilmiah. Fokus
fokus penelitianya. Sedangkan peneliti studi kasus adalah spesifikasi kasus
dalam penelitian ini hendak mengkaji dalam suatu kejadian baik itu yang
penerapan aplikasi sistem among yang mencakup individu, kelompok budaya
diterapkan pada PAUD di Sekolah Alam ataupun suatu potret kehidupan
Ramadhani Kediri. Sehingga dapat (Creswell,1998).
dipahami bahwa tujuan utama penelitian Subjek dalam penelitian ini
ini adalah untuk memahami penerapan sejumlah empat orang yang terdiri dari
sistem among PAUD alam Ramadhani kepala sekolah dan 3 guru yang mengajar
Kediri juga diharapkan dapat memberikan dalam kurun waktu 3 tahun. Kriteria
tawaran metode berbasis kearifan lokal tersebut ditetapkan karena guru memiliki
menghadapi era teknologi yang pengalaman untuk menerapkan sistem
among pada anak usia dini. Definisi
123
ISSN :2541450X (online) Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 2 No. 2 2017

operasional dari sistem among ialah berlangsung.. Makna-makna yang


sistem yang digagas oleh Ki Hadjar muncul dari data harus selalu diuji
Dewantara bahwa dalam mendidik anak kebenaran dan kesesuaiannya
dengan cara membimbing, melayani, sehingga validitasnya terjamin.
memberikan contoh, dan mmberikan
motivasi, sedangkan usia wiraga adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
usia 0-8 tahun, yang mana anak banyak Hasil penelitian dari wawancara
memfungsikan panca indra serta keempat subjek menyatakan bahwa
memanfaatkan olah gerak tubuhnya sistem among dipahami sebagai, pertama,
Dikumpulkan dengan guru terlibat langsung dengan murid-murid
menggunakan wawancara dan observasi. dalam segala hal, seperti ketika murid
Adapun wawancara dalam penelitian ini belajar dan bermain. Kedua, guru
menggunakan wawancara tidak standar memberikan arahan dan masukan kepada
atau terbuka (unstandardized interview). murid manakala murid membuat suatu
Menurut Satori (2011) menjelaskan bahwa kesalahan, seperti ketika murid berkelahi
wawancara terbuka ialah wawancara yang maka guru akan memperhatikan murid
dilakukan peneliti dengan tidak dan membiarkan, karena teman-
menggunakan pedoman wawancara temannnya yang akan melerai. Ketiga,
dalam konteks formal untuk guru memberikan semangat,
mengumpulkan datanya. Sedangkan mendampingi, dan melayani murid-
observasi yang digunakan dalam muridnya. Hal tersebut dilakukan karena
penelitian ini yaitu non partisipan. pada dasarnya murid-murid itu bisa
Sugiyono (2010), menjelaskan bahwa melakukan sesuatu sendiri, akan tetapi ia
observasi non partisipan ialah observasi tidak tahu bagaimana cara melakukannya.
yag dilakukan oleh peneliti dengan tidak Keempat, guru menempatkan diri sebagai
terlibat langsung dan hanya sebagai seorang teman agar murid tidak segan
pengamat independen. bercerita tentang apa yang ia rasakan.
Teknik Analisis Data yang Manakala murid-murid bermain, guru juga
dilakukan dalam penelitian ini ikut bergabung, karena hakikat guru
menggunakan teknik yang dikemukakan adalah sebagai ibu yang memberikan
oleh Miles dan Haberman dalam Basrowi asah, asih, dan asuh bagi muridnya.
& Suwandi (2008), sebagai berikut: Kelima, guru memiliki prinsip bahwa
a. Reduksi data semua anak itu pintar, karena guru
Reduksi data merupakan proses mengibaratkan anak itu sebagai kertas
penelitian pemilihan pemusatan kosong yang masih samar dan tingkat
perhatian , pengabsahan, dan kecerdasan anak itu bermacam-macam
pentramsformasian data kasar dari sehingga tidak bisa disamaratakan.
lapangan.Proses ini berlangsung Usia wiraga dipahami oleh
selama penelitian dari awal hingga keempat subjek sebagai usia 0-8 tahun,
akhir yang mana masa tersebut sebagai peletak
b. Penyajian data dasar untuk mengembangkan kognitif,
Adalah sekumpulan informasi motorik, bahasa, sosio-emosional, agama
tersusun yang memberi kemungkinan dan moral. Keempat subjek memahami
untuk menarik kesimpulan dan bahwa pada usia tersebut yang perlu
pengambilan tindakan. ditekankan adalah aspek motorik. Pada
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi usia 4-5 tahun, ketrampilan motorik kasar
Kesimpulan-kesimpulan diverifikasi lebih banyak berkembang. Anak senang
selama proses penelitian dengan gerakan sederhana, seperti
124
ISSN :2541450X (online) Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 2 No. 2 2017

berjingkrak-jingkrak, melompat dan berlari tuladha), dengan kata lain seorang


kesana-kemari. Sedangkan pada usia 5 pendidik harus memberi teladan atau
tahun terjadi perkembangan motorik contoh tindakan yang baik. Selain
halus, anak-anak pada usia ini lebih mengajar atau mentransfer ilmu, guru
percaya diri melakukan ketangkasan, harus bisa meberikan teladan kepada
seperti memanjat suatu obyek, dan berlari siswanya. Guru juga memberi semangat
kencang. kepada muridnya (ing madya mangan
Subjek A yang mengajar PAUD & kersa).
TK A membedakan anak sesuai dengan Penerapan sistem among di
aspek perkembangannya. Pada tingkat Sekolah Alam Ramadhani di
PAUD, guru mengajak bermain muridnya latarbelakangi karena kegelisahan orang
sesuai dengan keinginannya, menjaga tua dengan sekolah yang ada di Kediri.
dan merawat barang yang ia miliki, dan Hal tersebut karena ruang gerak anak
membersihkan gigi setiap pagi hari. Pada dibatasi oleh pagar tembok dan anak
tingkat TK A guru melihat apa yang biasanya duduk diam yang tidak sesuai
dilakukan muridnya, mengingatkan murid dengan kodrat alamnya sebagai anak usia
jika ada yang membuat kesalahan, dan dini. Itupun juga disebabkan karena saat
membantu muridnya jika mengalami ini pendidikan bagi anak usia dini yang
kesulitan. Sedangkan pada TK B guru ada itu mahal Penerapan sistem among
menerapkan sistem among agar anak- sendiri mengacu pada asas bebas
anak bisa mandiri dengan cara merdeka dan kodrat alam. Asas bebas
mengingatkan murid jika salah, mengajari merdeka adalah ketika murid-murid diberi
anak kemandirian dalam bentuk kebebasan dalam menentukan tempat
membiarkan anak-anak menyelesaikan belajar sesuai dengan tempat yang
persoalannya dengan bantuan teman- mereka suka. Ketika belajar pada tempat
temannya, lalu guru menasehati murid yang disukai anak-anak akan merasa
tersebut. Guru juga memberikan lebih nyaman. Hal ini akan membuat
kebebasan kepada anak-anak dalam pembelajaran menjadi lebih santai. Anak-
proses belajar. Anak-anak dibebaskan anak juga dibebaskan untuk tidak
untuk belajar dimana saja yang mereka memakai seragam ketika sekolah. Jadi,
sukai, baik di dalam kelas maupun di luar ada yang memakai seragam dan ada pula
kelas. yang tidak. Selain itu, mereka juga tidak
Menurut Ki Hadjar Dewantara, usia diharuskan untuk memakai sepatu,
wiraga (wi = penyempurnaan ; raga = mereka boleh memakai sandal ketika
badan) terjadi dalam windu pertama (0-8 sekolah. Menurut Nell, (2016) ketika anak
tahun), ini adalah masa terjadinya dibebaskan ia tidak banyak memendam
perkembangan indera dan bagian badan dan menumpahkan rasa benci
yang lain. Manifestasi dari keempat subjek dibandingkan dengan anak-anak yang
adalah bahwa usia wiraga merupakan dibelenggu. Ia juga berpandangan bahwa
usia 0-8 tahun yang lebih anak itu memiliki sifat bawaan bijaksana
mengembangkan pada kemampuan olah dan realistis. Selama dia dibiarkan begitu
motorik pada murid-muridnya. saja tanpa arahan apapun dari orang
Berdasarkan hasil wawancara dewasa, anak akan berkembang dengan
yang didapat dari keempat subjek maka sendirinya. Sedangkan kodrat alam berarti
dapat dikatakan bahwa sistem among pembelajaran diberikan sesuai dengan
adalah ketika guru memberikan teladan, kondisi perkembangan anak.
mendampingi dan terlibat langsung secara Sistem among diterapkan secara
aktif bersama murid (ing ngarso sung keseluruhan pada tingkat PAUD sampai
125
ISSN :2541450X (online) Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 2 No. 2 2017

TK B dengan cara menyatu dengan alam, lebih menjaga dan memberi kasih sayang
seperti ketika anak dikenalkan dengan secara lebih. Guru juga selalu mencoba
macam-macam rasa, guru menyediakan memahami dan merespon perkataan
bahan (gula, lombok, garam, obat) untuk anak, karena jika tidak anak tersebut akan
dicicipi dan dijelaskan untuk marah. Pada anak hiperaktif diberikan
mengembangkan aspek kognitif pada terapi dengan menghabiskan energi. Jadi,
anak. Anak-anak diajarkan juga guru membiarkan anak beraktivitas dulu
bagaimana cara bercocok tanam dengan sampai lelah, sampai energi si anak habis,
membawa biji-bijian dan langsung setelah itu baru memberikan pelajaran
menanam. Dalam belajar berhitung, guru sesuai dengan tema pada hari itu, seperti
menerapkan langsung pada batu-batu dan mengenalkan warna dan memberikan
daun-daun yang ada di sekitar. Selain itu cerita. Untuk anak yang cenderung
juga mengajarkan mereka nilai kejujuran pendiam sehingga dalam bersosialisai
dengan adanya kantin kejujuran di kurang, guru mengatasinya dengan
sekolah. memberi stimulus, dengan cara menyapa
Guru juga tetap mempertahankan dan menyentuh anak tersebut agar ia mau
permainan tradisonal pada anak dengan berbicara. Ketika anak meminta untuk
mengajak anak-anak bermain bersama, dibukakan jajan, guru menyuruh anak
seperti bermain dakon, pati lele, lompat untuk mengatakan “minta tolong” terlebih
tali, bentengan dan gobak sodor, sehingga dahulu, jika tidak mau guru akan
mereka mampu bekerja sama. Permainan membiarkan meskipun si anak menangis.
ini juga bermanfaat untuk pendidikan, Hal ini dilakukan agar si anak mau
yaitu mengajarkan tentang ketertiban dan mengungkapkan secara lisan.
keteraturan. Hal ini sejalan dengan Ketika belajar menghitung, cara
pernyataan Frobel yang menekankan yang digunakan guru kepada ABK adalah
pada pelajaran pancaindra, tetapi yang dengan langsung praktik, seperti
lebih diutamakan yaitu permainan anak- menghitung ayam. Lalu untuk anak yang
anak, kegembiraan anak, sehingga belum bisa menulis, karena otot tangan
pelajaran panca indra itu juga diwujudkan masih lemah, guru menggunakan media
menjadi barang-barang yang laptop untuk mengenalkan huruf.
menyenangkan anak (dalam Ki Hajar Sekarang anak tersebut sudah hafal huruf
Dewantara, 2004). Tetapi anak masih meskipun untuk menulis belum bisa. Cara
terperintah. Berbeda dengan Montessori lain adalah dengan memberikan reward
(dalam Ki Hajar Dewantara, 2004) yang sesuai dengan apa yang saat ini dia suka.
lebih mementingkan pelajaran pancaindra, Misalnya ketika si anak suka naik kereta
hingga ujung jari pun dihidupkan rasanya; kelinci, guru memberi reward dengan
lagi pula mengadakan beberapa alat untuk mengajak anak naik kereta kelinci jika
latihan pancaindra; semua itu bersifat anak mau mengerjakan. Meskipun asal-
pelajaran. Anak diberi kemerdekaan asalan yang penting mau mengerjakan
dengan luas, tetapi permainan tidak dulu, karena guru tidak mau memaksa
dipentingkan. dan menuntut anak. Hal ini sejalan
Setiap tahunnya Sekolah Alam dengan pendapat Nell (2016) yang
Ramadhani juga menerima anak didik menyatakan bahwa anak yang
yang berkebutuhan khusus dengan bermasalah adalah anak yang tidak
kondisi yang berbeda-beda. Anak yang bahagia, dia berperang dengan dirinya
berkebutuhan khusus dibimbing oleh sendiri, maka ketidak bahagiaan anak-
seorang guru. Karena pada anak ABK anak disembuhkan dengan diasuh dan
peluang di bully lebih besar, guru pun dididik dalam kebahagiaan.
126
ISSN :2541450X (online) Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 2 No. 2 2017

etika, komunikasi interpersonal dan


SIMPULAN kemampuan bekerja-sama yang
Dalam penelitian ini dapat ditanamkan pada masa potensial anak
disimpulkan bahwa sistem among usia dini. Selain itu model sistem among
membimbing, memberi contoh, serta yang berbasis kearifan lokal juga bisa
memberikan motivasi dan dorongan pada menumbuhkan jiwa karakter bagi peserta
anak dengan penuh kecintaan. Serta usia didik.
wiraga yaitu usia 0-8 tahun, dimana anak Bagi penelitian selanjutnya
banyak mengembangkan olah gerak diharapkan agar dapat mendorong bagi
(kemampuan motorik). Seorang guru peneliti yang lain untuk mengangkat tema
memberikan kebebasan kepada anak metode pembelajaran yang sama berbasis
untuk memilih media untuk belajar pada kearifan lokal lainnya. Selain itu
apa yang mereka suka. Metode diharapakan juga ada penelitian
pembelajaran ini tentunya dapat menjadi selanjutnya yang mengkaji tidak hanya
kontribusi untuk mengembangkan dalam pendekatan kualitatif namun juga
pembelajaran yang berpusat pada siswa kuantitatif supaya didapatkan pemahaman
(student centered) dalam kajian psikologi yang lebih spesifik mengenai sistem
pendidikan. Terutama menumbuhkan among dalam dunia pendidikan.
sikap mandiri, kreativitas, kedisiplinan,

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rhineka Cipta..
Chatib, M. (2012). Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa Dan Semua Anak
Juara. Bandung: Mizan Media Utama.

Creswell, J. W. (1998). Qualitative inquiry and research design: Choosing among five
traditions. SAGE Publication, Inc.

Dewantara, K. H (2004). Karya Ki Hadjar Dewantar. Yogyakarta: Majlis Luhur Persatuan


Taman Siswa

Hasan, M (2010). PAUD Pendidikan anak usia dini, Yogyakarta: Diva Press

Asril, S. (2017,04). Menteri PPAA: 25.000 Aktivitas Pornografi Anak Per Hari di
Indonesia.http://nasional.kompas.com/read/2017/04/17/08303061/menteri.ppaa.25.0
00.aktivitas.pornografi.anak.per.hari.di.indonesia. diakses 26 April 2017.

Pratama, A. B. (2016,12). Ada 800 Ribu Situs Penyebar Hoax di Indonesia.


http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20161229170130-185-182956/ada-800-ribu-
situs-penyebar-hoax-di-indonesia/ diakses 26 April 2017.

Leojang. (2014). Jurnal Penerapan Sistem Among Dalam Pembelajaran PPKn Pada Siswa
Kelas X Di SMA Taman Madya Kota Malang. http://jurnal-
online.um.ac.id/data/artikel/artikelF534A61A04E86B96C483B9C1CE82A59D.pdf.
diakses 26 April 2017

Musfiroh, T (2008). Cerita untuk Anak Usia Dini, Yogyakarta: Tiara Wacana.
127
ISSN :2541450X (online) Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol. 2 No. 2 2017

Neill, A.S. (2016). Summerhill School. Agung Prihantoro (Ed), Pendidikan Alternatif Yang
Membebaskan. No Publisher.

Satori,D. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Soeratman, P. (1985). Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan


Kebudayaan, Proyek Pembinaan Pendidikan Dasar.

Soetjiningsih. (1998). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Sujiono, Y. N. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT INDEKS.

Suryani, L. (2007). Analisis permasalahan pendidikan anak usia dini dalam masyarakat
indonesia. Jurnal Ilmiah VISI PTK‐PNF, 2(1).

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Nugrahaningsih, T. K. (2011). Implementasi Ajaran Ki Hajar Dewantara Dalam


Pembelajaran Matematika Untuk Membangun Karakter Siswa. Makalah Seminar
Nasional ISBN : 978-979-16353-6-3

Anda mungkin juga menyukai