Anda di halaman 1dari 6

RESUME

ZOOMBINAR WORLD ANTIBIOTIC AWARENESS WEEK (WAAW)

“THE ENERGY ANTIMICROBIAL STEWARDSHIP IN COVID 19”

NAMA : CAHYANI QAMARIAH HUDODO


NIM : 821418095
KELAS : C S1 FARMASI 2018

Materi Pertama : Antibiotic Stewardship Program During Covid-19 Pandemic


Pemateri : Erin Lloyd / Group head nursing, quality and risk management
Ramsay Sime Darby Health Care.

a. Program Penatalayanan Antibiotik (Antibiotic Stewardship Program)


Penatalayanan antibiotik adalah upaya untuk mengukur dan meningkatkan bagaimana
antibiotik diresepkan dan digunakan. Tujuan dari suatu rumah sakit dalam memberi
pelayanan tentang antibiotk yaitu meningkatkan angka kesembuhan infeksi sekaligus
mengurangi kegagalan pengobatan, efek samping, resistensi antibiotik, biaya rumah sakit dan
lama rawat inap. Adapun beberapa elemen inti untuk penatalayanan antibiotik yaitu,
komitmen kepemimpinan, akuntabilitas, keahlian farmasi, tindakan, identifikasi, pelaporan
dan edukasi.
1) Komitmen kepemimpinan Rumah Sakit
Mendedikasikan sumber teknologi manusia, keuangan, dan informasi yang diperlukan.
2) Akuntabilitas
Memilih seorang pemimpin atau wakil pemimpin, seperti dokter atau apoteker yang dapat
bertanggung jawab atas manajemen program.
3) Keahlian farmasi
Menunjuk seorang apoteker, idealnya sebagai wakil pemimpin program penatalayanan, untuk
membantu memimpin upaya implementasi untuk meningkatkan penggunaan antibiotik.
4) Tindakan
Menerapkan intervensi, seperti prospektif audit dan pemberian wewenang untuk
meningkatkan penggunaan antibiotik.
5) Identifikasi
Memonitori resep antibiotik, dampak intervensi dan hasil penting lainnya seperti pola
resistensi dan infeksi bakteri.
6) Pelaporan
Secara rutin melakukan pelaporan informasi tentang penggunaan antibiotik dan penolakan
terhadap reseptor, apoteker, perawat dan pimpinan rumah sakit.
7) Edukasi
Dengan mengedukasi pembuat resep (dokter), apoteker, perawat dan pasien tentang reaksi
berlawanan dari antibiotik, resistensi antibiotik dan pemberian yang optimal.
Berikut merupakan mekanisme terjadinya resistensi antibiotik:
1. Terdapat banyak kuman yang beberapa diantaranya kebal akan obat.
2. Antibiotik membunuh penyebab penyakit itu dan juga bakteri baik yang melindungi tubuh
dari infeksi.
3. Bakteri yang kebal akan obat tersebut dapat tumbuh sehingga dapat mengambil alih.
4. Beberapa bakteri memberikan resistensi pada obat terhadap bakteri lain, sehingga
menyebabkan lebih banyak masalah.
Penyalahgunaan antibiotik dan ketidakpatuhan pada tindakan pencegahan infeksi telah
turut meningkatkan tingkat resistensi antimikrobia di rumah sakit.
Kekebalan terhadap antibiotik di rumah sakit
Resisten antimikroba di rumah sakit didorong oleh tidak higienisnya rumah sakit
a. Tekanan selektif akibat penggunaan antibiotik secara berlebihan
b. Unsur genetik yang dapat mengkode mekanisme resistensi bakteri
Kultur darah
Kultur darah dianggap sebagai “Gold Standard” untuk menentukan adanya organisme
pathogen dalam aliran darah.
Dampak Selama Pandemik Covid-19
Apakah Antibiotik efektif dalam mencegah dan mengobati orang yang terdampak
COvid-19?
 Tidak. Karena antibiotik tidak bekerja untuk penanganan virus hanya bakteri. Oleh
karena itu, antibiotik tidak boleh digunakan sebagai sarana pencegahan atau
pengobatan Covid-19. Namun jika anda dirawat di rumah sakit karena Covid-19 anda
bisa menerima antibiotik karena bisa saja anda terinfeksi bakteri.
Selama wabah ini, telah diperingatkan bahwa penyalahgunaan antibiotik dapat meningkat
khususnya pada infeksi saluran pernapasan. Adapun tujuan intervensi penatalayanan
program:
1. Kurangi durasi terapi antibiotik dan pasien yang dirawat di rumah sakit
2. Mendidik para pembuat resep untuk mengurangi penyalahgunaan antibiotik selama Covid-
19
3. Mengoptimalkan perawatan antibiotik intervensi dalam mengurangi dampak dari Covid-19
4. Harus memahami dan menyadari perbedaan dari infeksi pneumonia akibat infeksi bakteri
Antibiotik dapat digunakan sebagai strategi perawatan yang kuat bagi pasien Covid-
19 dalam penanganan antibiotik yang baik.
Adapun konsep dari AWARE yang terdiri dari 3 golongan, yaitu Access, Watch, dan
Reserve yang merupakan penggolongan antibiotik yang diklasifikasikan berdasarkan
bagaimana cara penggunaan dari antibiotik.

1. Access, konsep ini memaparkan bahwa antibiotik yang harus ada dipelayanan kesehatan
dan potensi resistensinya masih jarang terjadi dan untuk golongan ini sering digunakan dokter
umum dan dokter spesialis sesuai dengan resep. Obat yang tergolong dalam golongan ini,
seperti Amikacin, amoxicillin, ampicillin, cefazolin, chloramphenicol, clindamycin,
nitrofurantoin, dll.

2. Watch, konsep ini memaparkan bahwa antibiotik golongan ini penggunaannya harus
dikendalikan agar potensi resistensinya tidak semakin tinggi, maka dari itu terdapat
pemantauan perresepnya. Untuk obat antibiotik golongan ini, seperti Azithromycin, cefixime,
cefotaxime, ceftadizime, ciprofloxacin, merepenem, dll

3. Reserve, konsep ini memaparkan bahwa antibiotik golongan ini digunakan dengan hati-
hati. Golongan ini dimiliki untuk mengatasi infeksi yanh berkaitan dengan hal-hal yang tidak
bisa diatasi dan untuk golongan ini peredaranya harus sesuai dengan peraturan komite PPRA
dan biasanya harus dimonitoring.

Menurut penelitian Lie et al untuk analisis kualitatif penggunaan antibiotik sebelum


dan sesudah covid 19 yaitu bulan februari sebelum covid 47% dan sesudah 54%, pada bulan
maret 49% sebelum covid 19 dan sesudah 51&, dan pada bulan april sebelum covid 19 yaitu
50% dan sesudah 49%.

Untuk mild covid 19 tidak direkomendasikan pengunaan antibiotik terapi sebagai


phophylaxis, pada moderate covid 19 tidak direkomendasikan namun saat klinis mengarah
dapat dilakukan tetapi dengan catatan sesuai kultur, dan untuk severe atau clinical unless
dapat dilakukan apabila klinis mendukung, kultur ada, dan didasarkan dengan apa yang
dialami oleh pasien.

Kemudian pada “Pemilihan Antibiotik pada Tatalaksana Covid19 dengan Infeksi Bakteri”

Digunakan beberapa terapi yang biasa digunakan untuk mencegah COVID-19, seperti

1. Terapi oksigen : High Flow Nasal Cannula, Non Invasive Ventilation, Ventilasi,
Mekanik Invasif dan Extra Corporeal Membrane Oxygenation (ECMO)
2. Terapi Adjuvant : Anti IL-6 (Tocilizumab), Anti IL-1 (Anakinra), Intravenous, N-
Asetilsistein, Mesenchymal Stem Cell/Sel Punca Plasma Konvalesen Vaksinasi

"Pemilihan Antibiotik pada Tatalaksana COVID-19 dengan Infeksi Bakteri"

Klasifikasi COVID-19 berdasarkan kasus terparah:

1. Tanpa gejala

2. Gejala ringan

- tanpa ada bukti pneumonia

- demam, batuk, fatigue, anoreksia, sesak nafas, mialgia

3. Gejala sedang

a. Remaja/dewasa

- Terdapat gejala pneumonia (demam, batuk, sesak, nafas cepat)

- Tanpa pneumonis berat (SpO2 > 93% room air)

b. Anak

- Pneumonia ringan

- Tanpa pneumonia berat

4. Gejala berat

Pada orang dewasa gejala pneumonia lebih dari satu seperti frekuensi nafas > 30x/menit,
distres pernapasan berat. Sedangkan pada anak ditambah mengalami kejang, penurunan
kesadaran, dan tidak mampu menyusu atau minum
5. Kritis

3. Sudah masuk dalam Acute Respiratory Distress Syndrome, sepsis, dan syok sepsis

Tatalaksana COVID-19

1. Isolasi dan pemantauan

2. Terapi oksigen

- High Flow Nasal Cannula

- Non Invasive Ventilation

- Ventilasi Mekanik Invasif

- ECMO

3. Terapi Adjuvant

Penggunaan Antibiotik pada COVID-19

- WHO merekomendasikan untuk tidak menggunakan antibiotik sebagai terapi ataupun


profilaksis pada pasien covid 19 gejala ringan

- Pada gejala sedang diberikan hanya jika terdapat tanda klinis infeksi bakteri

- Pada gejala berat covid 19, antibiotik empiris dapat diberikan. Dianjurkan untuk
melakukan kultur terlebih dahulu

Pemilihan Antibiotik

Dapat dilakukan dengan dua cara yakni:

a. Mengikuti berdasarkan hasil kultur

b. Berdasarkan data rumah sakit setempat

*. Tantangan

1. Resistensi

2. Pola kuman
4. 3. Cost effective

4. Kepatuhan terhadap guidelines

Anda mungkin juga menyukai