Anda di halaman 1dari 47

OBAT KARDIOVASKULAR

Kelompok 7 :

1. Diah Risqi Nurmalita J. (A02019021)


2. Dyah Ayu Rahmawati (A02019024)
3. Fitria Nurmawati (A02019031)
4. Kukuh Ridho P. (A02019039)
5. Lery Mahesa A. (A02019041)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


STIKes MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
Daftar Isi

Halaman Judul .............................................................................................. 1


Daftar Isi ....................................................................................................... 2
A. Sistrm Kardiovaskular ...................................................................... 3
B. Obat – obat Gangguan Jantung ......................................................... 6
C. Diuretik dan Obat Anti Hipertensi .................................................... 16
D. Obat – obat Gangguan Sirkulasi ....................................................... 33

2
A. Sistem Kardiovaskular

Sistem kardiovaskular yaitu terdiri dari jantung, pembuluh darah


dan darah.

1. Jantung
Terdiri dari 4 Serambi, Atrium Kanan, Atrium Kiri,
Ventrikel Kanan dan Ventrikel Kiri.

Bagian kanan jantung :


 Atrium kanan menerima darah yang teroksigenasi
dari sirkulasi.
 Ventrikel kanan memompa darah ke Arteri
Pulmonalis yang menuju paru-paru untuk
pertukaran gas

Bagian kiri jantung :


 Atrium kiri menerima darah yang teroksigenasi
 Ventrikel kiri memompa darah ke dalam Aorta
untuk sirkulasi sistemik.

2. Bagian dasar jantung


a. Otot jantung disebut Miokardium, mengelilingi strium
dan ventrikel.

 Ventrikel kiri cukup tebal ototnya untuk cukup


kuat memompa darah kedalam sirkulasi
pulmoner dan sistemik.
 Atrium berdinding tipis karena hanya berfungsi
sebagai penampung darah dari sirkulasi dan
paru-paru, tidak bekerja memompa

3
b. Jantung mempunyai pembungkus fibrosa yaitu
Perikardium yang melindunginya dari cedera dan
infeksi.
c. Endokardium merupakan selaput yang berlapis 3 yang
melapisi bagian dalam serambi jantung
d. 4 Katup, 2 Artrioventrikularis (trikuspid dan mitral) dan
2 semilunaris (pulmonalis dan aorta), mengatur aliran
darah antara atrium dengan ventrikel serta antara
ventrikel dengan arteri pulmonalis dan aorta.

3. Hantaran implus – implus listrik


a. Obat yang dapat mempengaruhi kontraksi jantung
adalah Kalsium, Pre-parat Digitalis dan Quinidin.
b. Sistem saraf simpatis dan obat yang merangsangnya 
meningkatkan kontraksi jantung.
c. Sistem saraf parasimpatis dan obat yang
merangsangnya mengurangi denyut jantung.

4. Pengaturan denyut jantung dan aliran darah


a. Jantung orang dewasa berdenyut sekitar 60-80 x/menit,
memompa darah dari sirkulasi sistemik.
b. Tekanan darah arteri ditentukan oleh tahanan perifer
dan curah jantung.
c. Curah jantung rata-rata adalah 4-8 L/menit.
d. Volume sekuncup jumlah darah yang diejeksi dari
ventrikel kiri sebanyak 70 mL/denyut

CURAH JANTUNG =
Denyut jantung x volume sekuncup ( 70 ml / denyut )

4
Preload Kontraktilitas Afterload

Pengisian ventrikel kontraksi ventrikel tahanan pembuluh darah


sistemik

5. Sirkulasi
a. Sirkulasi sistemik/perifer
 Jantung memompa darah dari ventrikel kiri
kedalam aorta menuju sirkulasi umum.
 Darah dialirkan oleh arteri dan arteriola menuju
anyaman kapiler.
 Darah dikembalikan dalam jantung melalui
venula dan vena.
b. Sirkulasi paru-paru
 Jantung memompa darah yang terdeoksigenasi
dari ventrikel kanan melalui arteri pulmonalis
menuju paru-paru.
 Arteri membawa darah yang mengandung CO2
konsetrasi tinggi.
 Darah yang teroksigenasi dikembalikan kedalam
atrium kiri oleh vena pulmonalis
c. Sirkulasi darah
 Terdiri dari Plasma, Eritrosit, Leukosit dan
Platelet.
 Plasma terdiri dari 19 % air, 10 % zat terlarut
dan merupakan 55% dari volume darah.
 Fungsi Utama Eritrosit Menyediakan nutrien
untuk sel-sel tubuh yang dibawa oleh
Hemoglobin.

5
 Fungsi Utama Leukosit Mekanisme
pertahanan tubuh bekerja dengan melahap
mikroorganisme.
 Fungsi Utama Platelet Menyebabkan
pembekuan darah

B. Obat-obat gangguan jantung


Kelomok obat :
1. Glikosida jantung
2. Anti-angina
3. Anti-aritmia
Yang berfungsi untuk Mengatur kontraksi jantung , frekuensi dan irama
jantung, dan aliran adarah ke miokardium (otot jantung)

1. Glikosida Jantung
Digitalis, salah satu dari obat-obat tertua sejak tahun 1200.
Digitalis dihasilkan dari tumbuhan foxglove ungu dan putih, dapat
bersifat racun. Pada tahun 1785, William Withering (Inggris)
menggunakan digitalis untuk menyembuhkan edema pada
ekstremitas insuefisiensi ginjal dan jantung. Preparat digitalis
efektif untuk mengobati payah jantung kongestif (PJK).
Jika miokardium melemah dan membesarakan
kehilangan kemampuannya untuk memompa darah dari jantung
kedalam sirkulasi sistemik (Keadaan Payah Jantung). Jika
mekanisme kompensasinya gagal dan jaringan perifer serta paru-
paru mengalami pembendungan Payah Jantung Kongestif.
Preparat digitalis juga dipakai untuk memperbaiki Fibrilasi
Atrial (aritmia jantung dengan kontraksi miokardium atrium yang
cepat dan tidak terkoordinasi) dan Flutter Atrial (aritmia jantung
dengan kontraksi yang cepat 200-300 denyut/menit). Glikosida
jantung/glikosida digitalis merupakan kelompok obat yang
menghambat pompa natrium-kalium.

6
Preparat digitalis mempunyai khasiat pada otot jantung :
a. Kerja Inotropik positif (meningkatkan kontraksi
mikardium)
b. Kerja Konotropik negatif (memperlambat denyut
jantung)
c. Kerja Dromotopik negatif (mengurangi hantaran sel-
sel jantung)
Golongan obat Preparat Digitalis
1. Digitalis Masa Kerja Cepat
a. Digoksin (Lanoxin)  Untuk PJK, aritmia atrial
b. Deslanosid (Cedilanid-D) Untuk digitalis cepat,
diikuti dengan Digoksin/Digoktisin oral
2. Digitalis Masa Kerja Panjang
a. Digoktisin (Crystodigin) Untuk PJK
3. Inotropik Positif: Bipiridin
a. Amrinon (Inocor) Untuk PJK, jika Digoksin &
Diuretik tidak efektif
b. Digoksin & Digoktisin mempunyai waktu paruh yang
panjang dan akumulasi obat dapat terjadi. 30% dari
Digoksin dimetabolisme oleh hati dan 65%
diekskresikan oleh ginjal hampir tanpa perubahan,
sedangakan Digoktisin dimetabolisme oleh hati dan
diekskresikan oleh ginjal
c. Gangguan fungsi ginjal dapat mempengaruhi ekskresi
Digoksin & Digoktisin, dan gangguan fungsi hati dapat
mempengaruhi metabolisme Digoktisin.
d. Pada klien dengan payah jantung, glikosida jantung
akan meningkatkan kontraksi miokardium obat ini
mengurangi hantaran melalui Nodus AV maka denyut
jantung akan berkurang.
e. Digoksin dapat diberikan melalui oral atau intravena

7
Toksisitas Digitalis
1. Overdosis Digoksin dapat menyebabkan toksisitas digitalis.
2. Tanda & gejalanya adalah Anoreksia, diare, mual, muntah,
bradikardia, aritmia jantung, sakit kepala, bingung dan derilium
3. Lansia lebih rentan terhadap toksisitas

Interaksi Obat
Klien memakai Digosksin bersama-sama dengan diuretik yang
tidak menahan kalium (Obat Kortison) atau memakai suplemen kalium
untuk menghindari terjadinya Hipokalemia dan Toksisitas Digitalis.
Antasid dapat mengurangi absorbsi digitalis pada waktu yang
bersamaan (harus diberikan dengan selang waktu

Proses Keperawatan Glikosida Jantung


1. Pengkajian
a. Dapatkan riwayat pemakaian obat.
b. Periksa tanda-tanda vital.
c. Periksa kadar Digoksin/Digoktisin serum.
d. Nilai adanya tanda & gejala toksisitas.
2. Perencanaan
a. Klien makan makanan yang kaya akan kalium.
b. Klien akan memeriksa denyut nadi setiap hari sebelum
memakai preparat digitalis (laporkan jika < 60 dpm)
3. Intervensi
a. Jangan dibingunkan dengan Digoksin & Digoktisin
(bacalah label obat dengan hati-hati).
b. Periksa adanya tanda edema perifer dan paru-paru  adanya
PJK.
4. Penyuluhan Kepada Klien
a. Beritahu klien tentang bagaimana caranya memeriksa
denyut nadi.

8
b. Nasehatkan klien untuk makan makanan yang kaya akan
kalium.
c. Jelaskan kepada klien akan pentingnya kepatuhan obat.
d. Nasehatkan klien untuk tidak memakai obat-obat bebas
(tanpa beritahu dokter)
5. Evaluasi
a. Evaluasi efektivitas glikosida jantung (respon klien
terhadap obat & efek samping yang terjadi. Pantau denyut
nadi.
b. Buat catatan jika klien memakai obat sesuai dengan resep

2. Anti-Angina
Untuk mengobati Angina Pektoris (nyeri jantung yang
mendadak akibat tidak cukupnya aliran darah adanya sumbatan
pada arteri koroner yang menuju jantung). Nyeri Angina sebagai
rasa kencang, tekanan ditengah-tengah dada dan nyeri menjalar ke
bawah ke lengan kiri.  hanya berlangsung beberapa menit. Dapat
berlanjut menjadi infrak miokardium (serangan jantung). Frekuensi
nyeri angina tergantung dari banyak faktor :
a. Klasik (stabil)  stress atau bekerja
b. Tidak stabil (Pra-Infark)  terjadi sepanjang hari
dan semakin berat. Disebabkan oleh
penyempitan/sumbatan parsial arteri coroner
c. Varian (Prinz Metal)  sewaktu istirahat.
Disebabkan oleh pembuluh darah (vasospasme)
Obat-obat Antiangina meningkatkan aliran darah dengan
menambah suplai kebutuhan miokardium akan O2.
Jenis Antiangina :
a. Nitrat : Penurunan tonus vena menurunkan beban
kerja jantung
b. Penghambat Beta :

9
c. Penghambat Rantai Kalsium untuk mengurangi beban
kerja jantung & Mengurangi kebutuhan O2
Cara-cara nonfarmakologis (mengurangi serangan
angina) Hindari makanan yang berlebihan, Merokok, Perubahan
cuaca yang ekstrim, Kerja yang berlebih dan Luapan emosi.
Tindakan Pencegahan Nutrisi yang tepat, Olahraga yang cukup
(setelah konsul dengan dokter), Istirahat yang cukup dan Teknik-
teknik relaksasi.

NITRAT senyawa kimia


Merupakan agen pertama yang meredakan antiangina.
Obat Golongan Nitrat  Amil Nitrat, Nitrogliserin, Nitrostat,
Nitro-bid, Nitro Transdem, Isosorbid dinitrat (Isordil, Sorbitrat)
dan Pentaeritriol (Peritrate) Nitrogliserin tidak ditelan karena
akan mengalami metabolisme tingkat 1 oleh hati. Diberikan secara
sublingual dan dengan cepat diabsorbsi kedalam sirkulasi melalui
pembuluh darah sublingual.
Klien dapat mengalami pusing, ingin pingsan atau sakit
kepala, hipotensi. Obat Golongan Nitrat menurunkan preload
jantung & afterload, dan mengurangi kebutuhan O2 di
miokardium. Pada pemakaian sublingual & intravena kerjanya
cepat (1-3 menit) Pada metode transdermal 30-60 menit Masa
kerja Nitro Transdem 24 jam Salep Nitro-bid 6-8 jam (harus
dioleskan kembali 3-4 kali)

PENGHAMBAT BETA
Menghambat reseptor beta1 mengurangi denyut jantung.
Dipakai sebagai antiangina, antiaritmia dan antihipertensi. Efek
samping  Penurunan nadi & tekanan darah. Bronkospasme,
respon psikotik dan impoten (pada pemakaian Inderal) Dosis perlu
diturunkan bertahap selama 1 atau 2 minggu  mencegah efek
rebound.

10
Penghambat Beta dibagi menjadi 2
a. Penghambat beta tidak selektif (menghambat beta1 dan
beta2) Propanolol (Inderal), Nadolol (Cogard) dan
Pindolol (Visken).  menurunkan denyut jantung dan
menyebabkan bronkokontriksi.
b. Penghambat beta selektif (menghambat beta1) Atenolol
(Tenormin) dan Metoprolol (Lopresor).

Penghambat Rantai Kalsium


Untuk pengobatan angina pektoris, aritmia tertentu &
hipertensi. Kalsium mengaktivasi kontraksi miokardium,
menambah beban kerja jantung & keperluan jantung akan O2.
Efektif dalam mengendalikan angina varian dengan merelaksasikan
arteri koroner dan meredakan angina klasik dengan mengurangi
kebutuhan O2.
Obat Golongan Pengambat Rantai Kalsium
a. Verapamil (Calan),
b. Nifedipin (Procardia),
c. Diltiazem (Cardizem)
d. Nikardipin (Cardene). Pengobatan Angina jangka panjang,
berikatan dengan protein dan waktu paruhnya 2-6 jam

Efek Samping:
Sakit kepala, hipotensi (lenih sering pada Nifedipin, lebih
jarang apda Diltiazem), pusing dan flushing pada kulit, refleks
takikardia, serta menyebabkan perubahan pada fungsi hati dan
ginjal.

Proses keperawatan obat anti angina


 Pengkajian
a. Periksa TTV
b. Dapatkan riwayat medis & pengobatan

11
 Perencanaan
a. Memakai obat golongan antiangina sebagaimana
yang diresepkan.
 Intervensi
a. Pantau TTV: Hipotensi terjadi pada hampir semua
obat
b. Oleskan salep Nitro-bid pada bagian yang ditandai
pada kertas.
c. Minta klien untuk duduk/berbaring sewaktu
memakai nitrat untuk pertama kali.
d. Tawarkan beberapa teguk air sebelum memberikan
nitrat sublingual jika mulut terasa kering.
e. Laporkan jika angina menetap.
f. Penyuluhan pada klien
 Evaluasi
a. Evaluasi manfaat nitrat dalam menghilangkan
angina
b. Catat efek samping (seperti sakit kepala, pusing &
pingsan)

3. Anti Aritmia
a. Aritmia : tidak ada irama jantung
b. Disritmia: irama jantung yang terganggu

Kategori Anti-Disritmia
1. Penghambat Saluran (Natrium) cepat IA (I) & IB (II)
2. Penghambat Beta
3. Obat yang memperpanjang repolarisasi
4. Penghambat Saluran (Kalsium) cepat

 Golongan 1A
1. Quinidin :

12
a. Efek samping : Quinidine dapat menyebabkan efek
pusing. Disarankan untuk tidak mengemudi atau
mengoperasikan alat berat setelah mengonsumsi obat
ini, diare sakit magh ,thermo
b. Indikasi : obat golongan antiaritmia yang digunakan
untuk mengobati berbagai jenis aritmia, seperti fibrilasi
atrium dan atrial flutter
c. Cara minum : Obat ini bisa diminum sebelum atau
sesudah makan. Telan quinidine oral secara langsung
dengan menggunakan air putih. Disarankan untuk
mengonsumsinya sebelum makan. Tetapi jika memiliki
sakit maag, obat dapat dikonsumsi saat makan. Jangan
langsung berbaring setelah minum obat, tunggu paling
tidak 10 menit. Jangan menambah atau mengurangi
dosis quinidine tanpa berkonsultasi dengan dokter.
d. Merk lain : Disopiramide & Prokainamid (Pronestyl,
Procan)

 Golongan 1B
1. Lidocain :
a. Efek samping : hipoyensi,mual dan muntah ,demam
,pusing,tremor ,sakit kepala
b. Indikasi : Menghilangkan rasa sakit pada tubuh untuk
sementara dan mengatasi gangguan irama jantung
c. Cara minum: Pemberian lidocaine semprot biasanya
diberikan dokter sesaat sebelum prosedur medis
dimulai. Jangan makan atau mengunyah permen karet
selama satu jam ke depan atau hingga efek mati rasa
menghilang.
Pemberian lidocaine suntik hanya dilakukan oleh
dokter. Memberitahukan kondisi atau riwayat penyakit

13
akan sangat membantu dokter dalam melakukan
pengobatan.
Untuk lidocaine dalam bentuk suppositoria, pemberian
obat dilakukan melalui anus (dubur). Basahkan obat
dengan air agar mempermudah memasukkan obat.
Untuk lidocin hisap dengan cara di hisap secara
perlahan dan habis

 Golongan penghambat beta


1. Propanolol :
a. Indikasi : obat yang digunakan untuk menangani
sejumlah kondisi yang berhubungan dengan jantung dan
pembuluh darah, seperti:
Aritmia atau gangguan irama jantung.
b. Efek samping: menyebabkan konstipasi,mual
muntah,diare,kram perut ,insomnia,impotensi
c. Cara minum : Dosis harian tablet propranolol biasanya
dibagi menjadi beberapa dosis, misalnya dua, tiga, atau
empat kali dalam sehari. Gunakan air untuk menelan
obat.
Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis
dengan dosis berikutnya. Usahakan untuk mengonsumsi
propranolol pada jam yang sama setiap harinya, untuk
memaksimalkan efek obat.
Bagi pasien yang lupa mengonsumsi propranolol,
disarankan untuk segera melakukannya begitu ingat,
jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak
terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan
menggandakan dosis.

 Golongan Obat-obat yang Menghambat Repolarisasi


1. Bretylium

14
a. Indikasi : Aritmia ventrikel
b. Efek samping : Tanda-tanda dari reaksi alergi, seperti
ruam; gatal-gatal gatal merah, bengkak, blistered, atau
mengupas kulit dengan atau tanpa demam; sesak di
dada atau tenggorokan; kesulitan bernapas, menelan,
atau berbicara; suara serak yang tidak lazim; atau
pembengkakan pada mulut, wajah, bibir, lidah, atau
tenggorokan. Pusing. Sakit kepala sangat buruk. Detak
jantung abnormal yang baru atau lebih buruk. Demam.
c. Cara minum : ⇔ Dosis awal:
5 hingga 10 mg / kg IV encer selama> 8 menit.
⇔ Jika aritmia berlanjut:
→ Berikan dosis berikutnya dengan interval 1 hingga 2
jam.
⇔ Pemeliharaan:
→ 1 hingga 2 mg / menit dengan infus IV kontinu atau
5 hingga 10 mg / kg IV encer selama 8 menit setiap 6
jam.
⇔ IM:
→ 5 hingga 10 mg / kg murni.
⇔ Jika aritmia berlanjut:
→ Berikan dosis berikutnya dengan interval 1 hingga 2
jam.
⇔ Dosis pemeliharaan:
→ Dosis yang sama setiap 6 hingga 8 jam.

 Golongan Penghambat Rantai (Kalsium) Lambat


1. Verapamil
a. Indikasi: mengobati gangguan irama jantung, angina,
dan tekanan darah tinggi
b. Efek samping: Sembelit,Kelelahan Sakit kepala Pusing
Mual, Tungkai bengkak

15
c. Cara minum : Konsumsilah verapamil di waktu yang
sama setiap harinya agar pengobatan efektif. Bila lupa
mengonsumsi obat ini, segeralah lakukan begitu
teringat, apabila jeda dengan jadwal konsumsi
berikutnya belum terlalu dekat. Jika sudah dekat,
abaikan dan jangan menggandakan dosis.
Penggunaan verapamil untuk mengontrol tekanan darah
tinggi harus disertai dengan pola hidup sehat, seperti
mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan menjaga
berat badan ideal. Telan tablet atau kapsul verapamil
secara utuh, tanpa dikunyah atau dihancurkan terlebih
dahulu.

Proses Keperawatan AntiDisritmia


 Pengkajian
1. Dapatkan riwayat kesehatan & pengobatan
2. Periksa ttv & EKG
3. Periksa kadar terapeutik obat didalam serum
 Perencanaan
1. Klien mengikuti pemakaian obat dengan teratur
2. Denyut jantung klien akan kembali pada irama sinus
normal
 Intervensi Keperawatan
1. Pantau TTV
2. Bila pemberian obat secara IV/bolus harus diberikan
dalam periode 2-3 menit atau seperti yang dituliskan
dokter.
3. Pantau EKG untuk pola abnormal dan laporkan
hasilnya
4. Penyuluhan kepada klien
 Evaluasi
1. Evaluasi efektifitas antidisritmia yang diresepkan.

16
2. Laporkan efek samping & reaksi yang merugikan.

C. Diuretik dan Obat-Obat AntiHipertensi


1. Diuretik
Diuretik dipakai untuk 2 tujuan Utama, Menurunkan tekanan darah
tinggi Memperkecil edema (perifer dan paru-paru) pada PJK. Diuretik
memiliki efek antihipertensi. Banyak diuretik yang menyebabkan
pelepasan elektrolit (Kalium, magnesium, klorida & bikarbonat)

 Golongan Obat Diuretik Tiazid & Seperti Tiazid


1. Tiazid Masa Kerja Singkat (<12 jam)
Klorotiazid (Diuril)
1) Indikasi : mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi).
2) Cara minum: Hydrochlorothiazide tersedia dalam
bentuk tablet, tablet salut selaput, dan kaplet. Konsumsi
obat dapat dilakukan pada saat atau setelah makan. Jika
diresepkan hydrochlorothiazide dalam bentuk tablet
salut selaput, jangan mengunyah, membelah, atau
menggerus obat terlebih dahulu karena dapat
menurunkan efektivitas obat. Hydrochlorothiazide
tablet salut selaput harus dikonsumsi secara utuh.
3) Efek samping: Tidak nafsu makann,Gangguan sel
darah, Nyeri bagian atas perut, Hiperkalsemia,
Hipokalemia, Hiponatremia,lemes,pusing ,sakit kepala

2. Tiazid Masa Kerja Sedang (12-24 jam)


Hydrochlorothiazide
1) Indikasi : mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi)
2) Cara minum : Hydrochlorothiazide tersedia dalam
bentuk tablet, tablet salut selaput, dan kaplet. Konsumsi
obat dapat dilakukan pada saat atau setelah makan. Jika
diresepkan hydrochlorothiazide dalam bentuk tablet

17
salut selaput, jangan mengunyah, membelah, atau
menggerus obat terlebih dahulu karena dapat
menurunkan efektivitas obat. Hydrochlorothiazide
tablet salut selaput harus dikonsumsi secara utuh.
3) Efek samping : Sakit kepala,Pusing,Lemas,Tidak nafsu
makan,Gangguan sel darah,Nyeri bagian atas
perut,Hiperkalsemia

3. Tiazid Masa Kerja Panjang (>24 jam)


Aquatensen
a. Indikasi : mengobati hipertensi
b. Efek samping: mual muntah diare pusing iritasi
lambung sembelit
c. Cara minum: Jika Anda melewati sebuah dosis,
konsumsilah sesegera mungkin Anda mengetahui. Jika
waktunya dekat dengan dosis Anda berikutnya, lewati
dosis yang terlewat dan lanjutkan jadwal dosis Anda.
Jangan mengambil ekstra dosis untuk memperbaiki
dosis yang terlewat. Jika Anda secara teratur terlewat
dosisnya, pertimbangkan mengeset alarm atau meminta
anggota keluarga untuk mengingatkan Anda. Mohon
konsultasi pada dokter Anda untuk mendiskusikan
perubahan dalam jadwal dosis Anda atau jadwal baru
untuk memperbaiki dosis yang terlewat, jika Anda
melewati terlalu banyak dosis akhir-akhir ini.

d. Diuretik Seperti-Tiazid
Metolazon
1) Indikasi: mengobati hipertensi
2) Cara minum: Minum obat ini lewat mulut dengan atau
tanpa makanan, biasanya sehari sekali, atau seperti yang
diarahkan oleh dokter Anda. Dosis didasarkan pada

18
kondisi medis dan respon Anda terhadap terapi. Jika
Anda mengonsumsi obat ini terlalu dekat dengan waktu
tidur, Anda mungkin perlu bangun di tengah malam
untuk buang air kecil. Oleh karena itu, paling baik
untuk minum obat ini setidaknya 4 jam sebelum tidur
Anda.
3) Efek samping: mulut kering, haus, mual, muntah
• merasa lemah, mengantuk, gelisah, atau pusing
• detak jantung cepat atau tidak rata
• nyeri otot atau kelelahan
• sakit dada
• kencing lebih sedikit dari biasanya atau tidak sama
sekali
• mati rasa atau perasaan geli

o Waktu paruh tiazid lebih panjang daripada diuretik


kuat tiazid harus diberikan di pagi hari untuk
menghindari nokturia.
o Tiazid menyebabkan vasodilatasi menurunkan
tekanan darah.
o Tiazid menjadi kontraindikasi pada penderita gagal
ginjal.
o Tiazid yang penggunaanya bersama digoksin dapat
menyebabkan hipokalemia dan dapat terjadi
keracunan digitalis.

e. Diuretik Kuat (Loop/High-Ceiling)


1) Diuretik kuat, bekerja pada ansa Henle
menghambat transport klorida terhadap natrium
kedalam sirkulasi
2) Diuretik kuat lebih berpotensi daripada tiazid, tetapi
efektivitas antihipertensinya berkurang.

19
Golongan diuretic kuat
1) Asam Etakrinat (Edicrin): Untuk edema paru dan
perifer akibat PJK. Dosis ulangan tidak dianjurkan
2) Furosemid (Lasix): Untuk edema paru dan perifer
akibat PJK, hipertensi, payah ginjal tanpa anuria
dan hiperkalsemia. Furosemid meningkatkan
ekskresi kalsium
3) Bumetanid (Bumex): Sama seperti Furosemid.
Lebih kuat daripada Furosemid.
a) Efek Samping : Ketidakseimbangan
elektrolit dan cairan, hipotensi ortastik dapat
timbul, trompositopenia, gangguan kulit dan
tuli sementara.
b) Interaksi Obat: Jika klien memakai digoksin
bisa terjadi keracunan digitalis.

f. Diuretik Hemat kalium


1) Lebih lemah dari Tiazid dan Diuretik Kuat, dipakai
untuk diuretik ringan atau dalam kombinasi dengan
obat antihipertensi
2) Obat ini bekerja pada tubulus distal ginjal
meningkatkan ekskresi natrium, air dan retensi kalium
3) Obat ini mengganggu pompa natrium kalium yang
dikontrol oleh aldosteron hormon mineralokortiroid.

Diuretik Hemat kalium :


1) Lebih lemah dari Tiazid dan Diuretik Kuat, dipakai
untuk diuretik ringan atau dalam kombinasi dengan
obat antihipertensi
2) Obat ini bekerja pada tubulus distal ginjalà
meningkatkan ekskresi natrium, air dan retensi kalium

20
3) Obat ini mengganggu pompa natrium kalium yang
dikontrol oleh aldosteron hormon mineralokortiroid.

Golongan Obat Diuretik Hemat Kalium


Dibagi menjadi 2, antara lain :
1) Diuretik Agen Tunggal : Amilorid (Midamor),
Spironolakton (Aldactone), Triamteren (Dyrenium).
 Spironolakton
a) Indikasi : mengobati tekanan darah tinggi atau
hipertensi, Edema, dan Hiperaldosteronisme.
b) Cara minum : Spironolakton dapat dikonsumsi
dengan makanan atau setelah makan. Obat ini
biasanya diminum sekali sehari, dan waktu
terbaik untuk mengonsumsinya adalah sebelum
tengah hari. Setelah mengonsumsi obat ini,
Anda akan lebih sering buang air kecil.
Spironolactone tidak disarankan untuk diminum
menjelang malam hari karena dapat
mengganggu waktu tidur Anda. Jika diberi dosis
2 kali sehari, dosis terakhir sebaiknya diminum
sebelum pukul 18.00.
c) Beberapa efek samping yang mungkin timbul
setelah mengonsumsi spironolactone adalah :
Pusing dan sakit kepala ringan, mual dan
muntah, diare, pembengkakan di payudara, kram
pada kaki dan impotensi.
2) Kombinasi Diuretik : Amilorid dan
Hidroklorotiazid (Moduretic), Spironolakton dan
Hidroklorotiazid (Aldactazide), Triamteren dan
Hidroklorotiazid (Dyazide, Maxzide).

21
 Spironolakton dan Hidroklorotiazid
(Aldactazide)
a) Indikasi : Aldactazide Tablet diindikasikan
untuk perawatan Gangguan jantung, Retensi
cairan pada penyakit hati atau ginjal, Tingginya
kadar aldosteron, Tekanan darah, Retensi cairan,
Gagal jantung, Gagal hati, Gagal ginjal,
Gangguan ginjal, Tingginya kadar aldosteron
dan kondisi lainnya.
b) Cara minum :
c) Efek samping : Mual, Fotosensitifitas, Mulut
kering, Ketidakseimbangan elektrolit, Masalah
pencernaan, Muntah, Kelebihan asam urat
dalam darah, Kelemahan Encok, Irama jantung
yang abnormal, Perubahan tingkat lipid, Kantuk,
Nyeri otot, Hipotensi, Haus meningkat,
Kelebihan glukosa dalam aliran darah, Reaksi
alergi, Ruam, Kelesuan, sakit kepala dan
gangguan gastrointestinal

g. Diuretik Osmotik
1) Meningkatkan osmolalitas plasma dan cairan dalam
tubulus ginjal.
2) Dipakai untuk mencegah payah ginjal, untuk
mengurangi tekanan intrakranial dan menurunkan
tekanan intraokular.
3) Golongan Obat Diuretik Osmotikà Manitol
(Osmitrol), Urea (Ureaphil).

 Manitol
a) Indikasi : Manitol adalah obat yang digunakan
untuk mengurangi tekanan dalam kepala karena

22
pembengkakan di otak. Obat ini juga dapat
digunakan untuk menurunkan tekanan bola mata
akibat glaukoma serta membantu mendorong tubuh
pasien gagal ginjal akut untuk menghasilkan lebih
banyak urin.Obat ini membantu mengurangi
penumpukan cairan di tubuh dan menurunkan
tekanan darah tinggi.
b) Cara minum : Penggunaan obat Manitol harus di
bawah pengawasan dokter dan perawat. Ini artinya,
Anda tidak boleh menggunakannya sendiri dan
harus pergi ke rumah sakit atau klinik
tertentu. Dokter akan memberikan obat dengan
Intra Vena melalui jalur infus.
c) Efek samping : Sering buang air kecil, Haus terus,
Merasa mual dan ingin muntah, Demam, Badan
lemas, Sakit kepala ringan, Pusing, Hidung meler
atau tersumba, Nyeri di bagian dada, Pandangan
buram, Nyeri atau bengkak di area bekas suntikan.

h. Penghambat Anhidrase Karbonik


Golongan Obat ini à Asetazolamid (Diamox),
Diklorfenamid (Daranid), Metazolamid (Neptazane)
dan Etoksilamid.

 Asetazolamid
1) Indikasi : Mencegah dan meringankan gejala
penyakit ketinggian, menangani glaukoma dan
epilepsi.
2) Cara minum : Dalam mengonsumsi acetazolamide,
ikuti anjuran dokter dan baca petunjuk yang tertera
pada kemasan obat. Acetazolamide dapat
dikonsumsi sebelum atau setelah makan.

23
a) Epilepsi dan glaukoma → Dewasa: 250-1000
mg per hari, yang dibagi menjadi beberapa
jadwal konsumsi. Dapat diminum sebagai obat
tunggal atau dikombinasikan dengan obat lain.
Anak di atas 12 tahun: 8-30 mg/kgBB, dalam
dosis yang dibagi menjadi beberapa jadwal
konsumsi. Dosis maksimal adalah 750 mg per
hari.
b) Diuresis → Dewasa: 230-375 mg, sekali sehari.
3) Efek samping : Mengantuk, kebingungan, kejang,
kesemutan, sensitif terhadap sinar matahari, lemas,
kelumpuhan
a) Penghambat enzim ini menyebabkan
peningkatan keluaran natrium, kalium dan
bikarbonat
b) Dipakai untuk menurunkan tekanan intraokular
pada klien yang menderita glaukoma sudut
terbuka (kronik)
c) Tidak dipakai pada klien glaukoma akut.

4. Diuretik Merkuri
Sudah jarang dipakai, karena sifatnya yang mengiritasi
saluran cerna.

 Proses Keperawatan Diuretik


 Pengkajian
1) Periksa TTV
2) Periksa elektrolit serum
3) Periksa anggota gerak (menemukan edema perifer)
4) Periksa bunyi pernapasan
 Perencanaan
1) Edema tungkai akan menghilang dalam 1 minggu

24
2) Nilai-nilai laboratorium normal
 Intervensi Keperawatan
1) Pantau TTV
2) Pantau berat klien
3) Pantau kaluaran urine
4) Pantau hasil pemeriksaan laboratorium
Penyuluhan kepada klien :
 Beritahukan klien utuk mempertahankan nutrisi
dan kurangi garam
 Beritahukan kepada klien untuk memantau
denyut jantung
 Anjurkan klien diabetik yang memakai Tiazid
untuk mengukur gula darah
 Anjurkan klien untuk mengikuti peraturan
pemakaian obat
 Nasehati klien untuk bangun dari posisi duduk
ke posisi berdiri secara perlahan untuk
mencegah efek hipotensi ortostatik
 Evaluasi
Evaluasi efektivitas diuretik dengan mencatat apakah edema
berkurang atau menghilang.

2. Obat Antihipertensi

a. Diuretik
1) Dipakai sebagai obat antihipertesi pada tahap 1 atau
dikombinasikan dengan diuretik dalam pendekatan tahap 2
2) Penghambat beta cenderung lebih efektif untuk
menurunkan tekanan darah pada klien yang memiliki
peningkatan kadar renin serum.
3) Tidak selektif menghambat reseptor beta2 yang bisa
menyebabkan penyempitan bronkial.

25
4) Efek sampingà penurunan denyut jantung dan tekanan
darah, dan bronkospasme
5) Penghentian mendadak dapat menimbulkan angina,
disritmia dan infark miokardium.
Contoh : Asebutolol (Sectral), Atenolol (Tenormin) Metoprolol
(Lopressor), Penbutolol (Levatol), Karteolol (Cartrol), Timolol
(Blocarden), Nadolol (Corgard), Propanolol (Inderal), Pindolol
(Viksen), Betaksolol (Kerlone).

 Asebutolol
a) Indikasi : Acebutolol hidroklorida digunakan untuk
mengobati hipertensi pada orang dewasa. Obat ini dapat
digunakan secara tunggal atau dalam kombinasi dengan
obat antihipertensi, mengobati aritmia jantung baik
ventrikel maupun atrial dan infark miokard akut pada
pasien berisiko tinggi.
b) Cara minum :
Dosis lazim dewasa untuk mengobati hipertensi
Dosis awal : 1 x sehari 400 mg atau 2 x sehari 200 mg. Jika
perlu, setelah 2 minggu dosis dapat ditingkatkan sampai 2 x
sehari 400 mg. Dosis maksimal : 1.2 g / hari dalam dosis
terbagi.
` Dosis lazim dewasa untuk aritmia jantung
Dosis awal : 2 x sehari 200 mg, dosis dapat ditingkatkan
sesuai respon pasien.
Dosis maksimal : 1.2 g / hari dalam dosis terbagi.
c) Efek samping : Mual, muntah, gangguan pencernaan, sakit
kepala, mengantuk, sembelit/ diare, insomnia, kecemasan,
perut kembung, dan gangguan saluran kemih

b. Simpatolitik (Penekan Simpatetik)

26
1) Simpatolitik Bekerja di Pusat : Metildopa (Aldomet), Klonidin
(Catapres), Guanabenz (Wytensin), Guanafasin (Tenex)
o Metildopa
a) Indikasi : Menurunkan tekanan darah
b) Cara minum : Metildopa tersedia dalam bentuk tablet
salut selaput. Jangan mengunyah atau membelah obat.
Dikonsumsi secara utuh ssebelum, sewaktu, atau setelah
makan. Konsumsi obat secara rutin, tetap konsumsi
metildopa sesuai resep, meski gejala sudah membaik.
Jangan menambahkan atau mengurangi dosis tanpa
anjuran dokter.
c) Efek samping : Bradikardia, depresi, pusing,
mengantuk, ruam, menurunkan libido (pria), mual dan
muntah, mulut kering, lemas

c. Penghambat Adrenergik Alfa : Fentolamin (Regitine), Fenoksibenzamin


(Dibezyline), Tolazolin (Priscoline) . Penghambat Alfa Selektif:
Prazosin (Minipress), Terazosin (Hytrin), Doksazosin (Cardura)
o Fentolamin
a) Indikasi : pheochromocytoma (tumor pada kelenjar
adrenal), hipertensi terutama yang disebabkan oleh
pheochromocytoma, impotensi (kelainan ereksi), dan
penyakit pembuluh darah perifer
b) Cara minum : Phentolamine adalah obat yang tersedia
dalam bentuk suntikan. Phentolamine 0.5-1 mg disuntikkan
sangat perlahan pada area pada penis sesuai dengan
petunjuk dokter. Berikan waktu 1-2 menit untuk
menyelesaikan 1 dosis suntikan. Jangan suntikkan lebih
dari 1 dosis per hari. Juga, jangan gunakan phentolamine
lebih dari 2 hari berturut-turut atau lebih dari 3 kali
seminggu.

27
c) Efek samping : pusing, tekanan darah rendah, detak jantung
tidak beraturan, berkeringat, nyeri dada, mual muntah,
diare, kejang, ereksi yang berlanjut hingga lebih dari 4 jam,
atau ereksi yang menyakitkan, dan benjolan pada penis.

d. Penghambat neuron Adrenergik : Reserpin (Serpasil), Guanetidin


(Ismelin), Guanadrel (Hylorel)

o Reserpin
a) Indikasi : Mengobati tekanan darah tinggi
(hipertensi). Menurunkan tekanan darah tinggi
membantu mencegah stroke, serangan jantung, dan
masalah ginjal.
b) Cara minum : Konsumsi obat ini dengan mulut
dengan atau tanpa makanan, biasanya 1 sampai 2
kali sehari atau seperti yang disarankan oleh dokter
Anda. Jangan meningkatkan dosis atau mengambil
obat ini lebih sering daripada yang
ditentukan.Gunakan obat ini secara teratur untuk
mendapatkan manfaat yang optimal.

1) Vasodilator Arteriola yang Bekerja Langsung


a) Bekerja dengan merelaksasikan otot-otot polos dari
pembuluh darah (arteri) menyebabkan vasodilatasi.
b) Penghambat beta seringkali diberikan bersama-sama dengan
vasodilator arteriola untuk menurunkan denyut jantung.
 Vasodilator yang Bekerja Langsung
 Pengobatan Hipertensi sedang dan berat : Hidralazin
(Apresoline), Minoksidil (Loniten)

o Hidralazin

28
a) Indikasi : untuk menurunkan tekanan darah dengan cara
merilekskan pembuluh darah vena (pembuluh darah
yang menuju jantung) dan pembuluh darah arteri
(pembuluh darah yang meninggalkan jantung).
b) Cara minum : Hydralazine tersedia dalam bentuk tablet
dengan sediaan 10 mg, 25 mg, 50 mg. Dosis
Hydralazine yang dianjurkan untuk mengobati tekanan
darah tinggi bervariasi dari 10 mg hingga 50 mg 4 kali
sehari. Dosis tidak boleh ditingkatkan lebih dari 100 mg
per hari tanpa pengujian lebih lanjut oleh dokter
Anda. Penting untuk minum obat ini persis seperti yang
ditentukan oleh dokter Anda. Jangan mengambil dosis
ganda untuk menebus yang terlewatkan. Jika Anda
tidak yakin apa yang harus dilakukan setelah lupa
minum obat, hubungi dokter atau apoteker Anda untuk
meminta petunjuk lebih lanjut.
c) Efek samping : pusing, kantuk, sakit kepala, takikardia,
angina, aritmia, edema, hipotensi ortostatik, diare, mual,
muntah, ruam, arthralgia, dan radang sendi.

 Pengobatan Hipertensi akut yang darurat : Diazoksid


(Hyperstat),Nitroprusid (Nipride)
o Diazoxid
a) Indikasi : Diazoxide merupakan salah satu jenis
obat yang digunakan pada penderita hipoglikemia
dan hipertensi emergensi. 
b) Cara minum : Untuk mengatasi hipoglikemia →
Dosis awal yang diberikan pada orang dewasa yaitu
3 hingga 8 mg/kg dibagi dua dosis dan diminum
setiap 8 sampai 12 jam sekali. Untuk
mengatasi hipertensi → Dosis awal yang diberikan
yaitu 1-3 mg/kg, setiap 5 -15 menit, kemudian

29
setiap 4-24 jam melalui infus. Obat ini harus
diberikan dalam waktu kurang dari 30 detik
ke pembuluh darah perifer. Dosis maksimal 150 mg.
c) Efek samping : Mual, Muntah, Nyeri perut,diare,
Sakit kepala, Pusing,gelisah, Nafsu makan
menurun, Gatal pada area kulit.

2) Antagonis Angiotensin (Penghambat Enzim Pengubah


Angiotensin)
 Menghambat pembentukan angoitensi II (vasokonstriktor) dan
menghambat pelepasan aldosteron.
 Antagonis Angiotensin : Kaptopril (Capoten), Enalapril
(Vasotec), Lisinopril (Zestril)
o Captrofil
a) Indikasi : Mengatasi hipertensi dan gagal
jantung, mencegah komplikasi setelah serangan
jantung, menangani nefropati diabetik.
b) Cara minum : Captopril sebaiknya dikonsumsi
saat lambung kosong, idealnya 1 jam sebelum
atau 2 jam sesudah makan. Obat ini biasanya
dianjurkan untuk diminum sebelum tidur karena
dapat memicu pusing pada tahap awal
penggunaan. Diminum sesuai dengan anjuran
dokter.
c) Efek samping : mual muntah, sakit perut, pusing,
batuk kering, gangguan pada indera pengecap,
sakit dada, hipotensi, rambut rontok, sulit tidur,
mulut kering, sembelit atau diare.
 Dipakai pada klien yeng mempunyai kadar renin serum yang
tinggi
 Efek Samping : Mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing, letih,
insomnia, hiperkalemia dan takikardia.

30
3) Penghambat Rantai Kalsium
 Nifedipin (Procardia SR)
 Diltiazem (Cardizem SR)
 Verapamil (Calan SR, Isoptin SR)
o Diltiazem
a) Indikasi : Mengendalikan hipertensi dan
mencegah nyeri dada (angina)
b) Cara minum : Ikutilah anjuran dokter dan
bacalah informasi yang tertera pada label
kemasan diltiazem sebelum mulai
menggunakannya. Diltiazem oral dapat
dikonsumsi dengan atau tanpa makanan.
Konsumsilah diltiazem sesuai dosis yang telah
ditentukan. Jangan menambah atau mengurangi
dosis tanpa anjuran dokter. Jangan
menghancurkan, mengunyah, atau membelah
diltiazem tablet atau kapsul, karena dapat
mempengaruhi efektivitas obat. Pengobatan
dengan diltiazem sebaiknya diiringi dengan pola
gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan
bergizi, berhenti merokok, menjauhi minuman
beralkohol, dan berolahraga secara rutin.
c) Efek samping : pusing, kedua tungkai bengkak,
mual dan muntah, diare, hipotensi, bronkitis dan
sakit kepala.

 Pendekatan Perawatan Bertahap Untuk Hipertensi


Beberapa tahap perawatan yang dapat dilakukan untuk
penderita hipertensi, yaitu :
Tahap 1
a. Diuretik

31
b. Penghambat Beta
c. Penghambat Kalsium
d. Enzim pengubah angiotensin
Tahap 2
a. Diuretik dengan penghambat Beta
b. Simpatolitik
Tahap 3
a. Vasodilator yang bekerja langsung
b. Simpatolitik dengan diuretik
Tahap 4
a. Penghambat neuron adrenergik
b. Kombinasi dari Tahap 1,2 dan 3
Note : Hipertensi mula-mula diobati oleh obat tahap 1. jika
tekanan darah tidak dapat dikontrol, berikan obat tahap 2

 Proses Keperawatan Antihipertensi


 Pengkajian
1. Dapatkan TTV
2. Periksa elektrolit serum
3. Periksa bunyi paru apakah terdapat ronkhi
4. Periksa kaluaran urine
5. Periksa anggota gerak apakah terjadi edema
 Perencanaan
1. Tekanan darah klien akan menurun/berada dalam batas
sistolik diastolik normal
 Intervensi Keperawatan
1. Pantau TTV
2. Pantau elektrolit serum
3. Penyuluhan kepada klien
o Ajarkan klien dan anggota keluarganya metode
nonfarmakologi untuk menurunkan tekanan darah

32
o Nasehatkan klien bahwa vasodilator dapat
menyebabkan rasa pusing akibat hipotensi ortostatik
o Beritahu klien untuk patuh terhadap regimen obat
o Beritahu klien/anggota keluarganya untuk meeriksa
tekanan darahnya.
o Nasehatkan klien untuk melaporkan jika mengalami
konstipasi
o Nasehatkan klien untuk menghindari pemakaian obat-
obat bebas tanpa memeriksanya ke dokter.
o Anjurkan klien untuk mengenakan gelang pengenal
 Evaluasi
Evaluasi efektivitas obat dengan memantau tekanan darah.

D. Obat obat ganggua sirkulasi

a. Golongan utama
Obat antikoagulan digunakan untuk mengobati dan
mencegah penyumbatan pembuluh darah, seperti pada kondisi di
bawah ini :
 Fibrilasi atrium
 Serangan jantung
 Penyakit jantung bawaan
 Stroke dan transient ischaemic attack (TIA)
 Deep vein thrombosis (DVT)
 Emboli paru
Selain sejumlah penyakit di atas, obat antikoagulan juga
digunakan pada pasien yang berisiko mengalami
penggumpalan darah akibat beberapa kondisi berikut ::
 Baru menjalani operasi penggantian lutut atau panggul
 Menjalani operasi penggantian katup jantung
 Menderita thrombofilia dan sindrom antifosfolipid

33
 Memiliki riwayat penggumpalan darah sebelumnya

b. Jenis Obat Antikoagulan


Antikoagulan terbagi ke dalam empat golongan. Pembagian ini
berdasarkan fungsinya dalam menghambat fungsi protein yang berperan
dalam proses penggumpalan darah. Keempat golongan tersebut adalah:
 Warfarin, yaitu jenis obat antikoagulan coumarin yang bekerja
dengan menghambat kerja vitamin K di dalam darah
 Penghambat faktor Xa, yaitu jenis obat antikoagulan yang
bekerja dengan menghambat kerja faktor Xa
 Penghambat thrombin, yaitu golongan obat antikoagulan yang
berfungsi mencegah aktivasi thrombin
 Heparin, yaitu jenis obat antikoagulan yang berperan dalam
menghambat thrombin dan faktor Xa

Efek Samping dan Bahaya Antikoagulan


Perdarahan merupakan efek samping yang paling mungkin terjadi
akibat penggunaan obat antikoagulan. Beberapa keluhan yang bisa
menandakan terjadinya perdarahan adalah:
 Mimisan yang sering berulang dan lama berhenti
 Mudah memar
 Gusi berdarah
 Feses berwarna hitam
 Muntah darah atau batuk darah
 Menstruasi berlebihan pada wanita
 Sakit punggung parah yang muncul tiba-tiba
 Terdapat darah pada urine dan feses
Efek samping lain yang mungkin muncul akibat penggunaan obat
antikoagulan tergantung pada jenis antikoagulan yang digunakan,
antara lain:
 Mual

34
 Kulit gatal
 Hilang nafsu makan
 Diare atau sembelit
 Rambut rontok
 Sakit kepala
 Rasa terbakar di dada (heartburn)
 Kulit dan putih mata menguning (penyakit kuning)
 Nyeri dan iritasi di area bekas suntikan
 Sesak napas
 Nyeri dada

Proses keperawatan antikoagulan


 Pengkajian
1. Tanyakan riwayat pembekuan darah abnormal/masalah
kesehatan yang mempengaruhi pembekan darah.
 Perencanaan
1. PT atau APTT klien akan menjadi 1,25-2,5 kali nilai normal
2. Tidak timbul pendarahan abnormal selama klien memakai
antikoagulan.
 Intervensi Keperawatan
1. Pantau TTV
2. Periksa PT untuk warfarin dan dikumarol dan APTT untuk
heparin sebelum memberikan antikoagulan
3. Berikan heparin secara subkutan pada abdomen atau jaringan
lemak di lengan atas.
4. Periksa adanya pendarahan dimulut, hidung, urin, tempat
suntikan, luka dan kulit.
5. Periksa tinja secara periodik untuk menemukan adanya darah
6. Pantau dengan hati-hati adanya pendarahan pada klien yang
sudah tua yang memakai warfarin.
7. Selalu sediakan antagonis antikoagulan jika dosis obat
meningkat/indikasi pendarahan

35
8. Penyuluhan kepada klien
o Beritahu klien untuk memeriksa ke dokter sebelum memakai
obat-obat yang terjual bebas
o Anjurkan klien untuk malaporkan adanya pendarahan
o Nasehati klien untuk melakukan tes laboratorium
o Anjurkan klien untuk menjauhi alkohol
o Beritahu klien untuk mencukur dengan alat pencukur listrik
 Evaluasi
1. Evaluasi efektivitas terapi
Trombolit
Telah digunakan sejak awal 1980 untuk manambah mekanisme
(fibrinolitik mengubah plasminogen menjadi plasmin, yang
menghancurkan fibrin didalam bekuan darah).
Dipakai untuk emboli paru, trombosis vena dalam dan sumbatan arteri
bukan koronaria karena tromboemboli akut

Tentan Streptokinase

Golongan Fribinolitik
Kategori Obat resep
Melarutkan gumpalan darah pada pasien serangan jantung,
Manfaat
emboli paru, dan deep vein thrombosis
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak
Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan
adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi
terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan
Kategori
jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya
kehamilan dan
risiko terhadap janin.
menyusui
Streptokinase belum diketahui diserap oleh ASI atau tidak.
Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini
tanpa memberi tahu dokter.
Bentuk obat Serbuk suntikan

36
Peringatan:
 Hati-hati menggunakan obat ini apabila sedang menderita hipertensi,
hipotensi, stroke, diabetes, penyakit jantung, tumor otak, pankreatitis, dan
penyakit paru seperti tuberkulosis dan bronkitis.
 Hati-hati menggunakan obat ini jika memiliki riwayat atau sedang
menderita penyakit liver, gangguan fungsi ginjal, dan perdarahan di organ
tubuh tertentu.
 Beri tahu dokter jika memiliki riwayat atau sedang
menderita infeksi Streptococcus (dalam jangka waktu 6 bulan).
 Beri tahu dokter jika memiliki riwayat cedera atau baru menjalani operasi,
terutama di bagian tulang belakang dan otak.
 Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obatan lain, termasuk
suplemen dan produk herba.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Dosis Streptokinase
Dosis obat streptokinase berbeda-beda untuk setiap pasien. Berikut ini adalah
dosis umum penggunaan obat streptokinase untuk beberapa kondisi:
Kondisi: Serangan jantung
 Dewasa: 5 juta UI, sebagai dosis tunggal, dilarutkan dalam infus dan
diberikan selama lebih dari 1 jam, segera setelah gejala serangan muncul.
Kondisi: Emboli paru dan deep vein thrombosis

Urokinase
adalah produk buatan manusia yang dikembangkan dengan menggunakan
protein yang terjadi secara alami di dalam ginjal. Urokinase merupakan
agen thrombolytic yang bekerja dengan cara memecah gumpalan darah.
Indikasi:
Untuk mengobati gumpalan darah dalam paru-paru.
Dosis:
1. Dosis muatan: 4400 iu/kg melalui pembuluh darah (intra venous) dalam 15
mL soln selama 10 menit.

37
2. Diikuti dengan: 4400 iu/kg/jam melalui infus ke pembuluh darah (intra
venous)
3. Antikoagulasi harus dimulai sesaat ketika PTT telah dikurangi hingga 2
kali lebih sedikit dari ukuran normal. Jika menggunakan Heparin, jangan
berikan dosis muatan.

Efek Samping:
1. Efek hematologis (pendarahan khususnya dari luka tusukan, perdarahan
internal yang parah, pendarahan intrakarnial); Reaksi alergi (ruam, kulit
kemerah-merahan, urticaria, dan anaphylatic yang agak jarang dan serum
penyakit seperti gejala-gejala); Efek lainnya (demam, kedinginan dengan
sakit di bagian punggung dan perut); Efek GI (N/V); sindrom Guillain-
Barre.
2. Pemberian infus mungkin dihubungkan dengan hipotensi (baik secara
langsung maupun sebagai hasil dari reperfusi), bradycardia, dan
arrhythmias bisa terjadi karena reperfusi.
3. Menghancurkan gumpalan adakalanya menyebabkan emboli dimanapun.
4. Reaksi alergi yang serius lebih mungkin terjadi dengan penggunaan
Urokinase daripada Streptokinase.
Antibodi anti-streptokinase dibentuk setelah sekitar 5 hari setelah penggunaan
Streptokinase.
 Antibodi ini bisa menyebabkan resistensi atau hipersensitivitas pada dosis
Streptokinase yang berikutnya.
 Direkomendasikan untuk tidak memberikan Streptokianse 5 hari - 12
bulan setelah pemberian pertama (thrombolytic alternatif bisa digunakan,
kecuali Anistreplase).

Anistreplase
adalah obat trombolitik. Obat ini mengubah plasminogen menjadi plasmin, yang
pada gilirannya menurunkan fibrin (gumpalan darah) menjadi hasil pecahan

38
fibrin.
Indikasi:
Untuk membersihkan sumbatan dalam pembuluh nadi yang dihubungkan
dengan myocardial infarction.
Dosis:
30 u melalui pembuluh darah (intra venous) selama 4-5 menit sebagai dosis
tunggal.
Jika pasien berada pada risiko tinggi tromboembolisme sistemik atau
pembuluh darah, berikan:
Unfractionated Heparin (UFH) melalui pembuluh darah (IV):
1. Berikan ≥4 jam setelah terapi ketika PTT <70 detik.
2. Target PTT harus berkisar 50-70 detik dan infus harus dilanjutkan selama
≥48 jam.
Efek Samping:
1. Efek hematologis (pendarahan khususnya dari luka tusukan, perdarahan
internal yang parah, pendarahan intrakarnial); Reaksi alergi (ruam, kulit
kemerah-merahan, urticaria, dan anaphylatic yang agak jarang dan serum
penyakit seperti gejala-gejala); Efek lainnya (demam, kedinginan dengan
sakit di bagian punggung dan perut); Efek GI (N/V); sindrom Guillain-
Barre
2. Pemberian infus mungkin dihubungkan dengan hipotensi (baik secara
langsung maupun sebagai hasil dari reperfusi), bradycardia,
dan arrhythmias bisa terjadi karena reperfusi.
3. Menghancurkan gumpalan adakalanya menyebabkan emboli dimanapun.
4. Reaksi alergi yang serius lebih mungkin terjadi dengan penggunaan
Urokinase daripada Streptokinase.

Instruksi Khusus:
1. Anistreplase muncul untuk menjadi antigenik dan bisa dinetralkan oleh
antibodi Streptokinase.
2. Antibodi anti-streptokinase dibentuk setelah sekitar 5 hari setelah
penggunaan Streptokinase.

39
 Antibodi ini bisa menyebabkan resistensi atau hipersensitivitas pada dosis
Streptokinase yang berikutnya.
 Direkomendasikan untuk tidak memberikan Streptokianse 5 hari - 12
bulan setelah pemberian pertama (thrombolytic alternatif bisa digunakan,
kecuali Anistreplase).

Proses keperawatan trombolitik


 Pengkajian
1. Periksa TTV
 Perencanaan
1. Bekuan darah akan hilang dan pendarahan aktif tidak terjadi lagi
2. TTV klien akan tetap stabil selama dan sesudah terapi trombolitik
 Intervensi Keperawatan
1. Pantau TTV
2. Observasi TTV dan gejala pendarahan aktif dari mulut dan rektum.
3. Periksa pendarahan aktif selama 24 jam setelah terapi trombolitik
dihentikan.
4. Observasi tanda-tanda reaksi alergi untuk streptokinase
5. Hindari pemberian aspirin/NSAID untuk nyeri/rasa tidak nyaman
jika klien mendapat terapi trombolitik
6. Periksa adanyadisritmia reperfusi sewaktu bekuan darah melarut.
 Penyuluhan kepada klien
1. Jelaskan pengobatan trombolitik pada klien dan keluarganya
2. Beritahukan klien untuk melaporkan efek samping.
 Evalusi
1. Tentukan efektivitas terapi obat

Antilipemik
Cholestyramine

40
adalah obat pengikat asam empedu untuk dibuang dari tubuh. Dengan membuang
asam empedu, hati akan menggunakan banyak kolesterol untuk membuat asam
empedu yang baru, sehingga obat ini banyak digunakan untuk
menurunkan kolesterol tinggi dalam darah. Selain itu, cholestyramine juga
digunakan untuk mengatasi gatal pada penyumbatan saluran empedu, baik karena
penyakit hati atau saluran empedu sendiri. Namun hal ini masih memerlukan
penelitian lebih lanjut, karena gatal pada penyumbatan saluran empedu tidak
hanya dipengaruhi oleh penumpukkan asam empedu.

Tentang Cholestyramine

Golongan Pengikat asam empedu


Kategori Obat resep

 Mengikat dan membuang asam empedu


Manfaat melalui feses
 Menurunkan kolesterol darah
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak
Bentuk obat Serbuk dalam sachet
Kategori C: Studi pada binatang percobaan
memperlihatkan adanya efek samping terhadap
janin, namun belum ada studi terkontrol pada
wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika
Kategori kehamilan dan besarnya manfaat yang diharapkan melebihi
menyusui besarnya risiko terhadap janin.Cholestyramine
tidak diserap ke dalam ASI. Namun tetap
berhati-hati dalam konsumsi cholestyramine
saat menyusui, karena berpotensi kekurangan
vitamin.
Peringatan:
 Harap berhati-hati jika Anda sedang menderita atau memiliki riwayat
penyakit ginjal, konstipasi, atau hemoroid.

41
 Cholestyramine dapat memengaruhi penyerapan nutrisi tertentu, seperti
asam folat dan vitamin larut lemak seperti vitamin A, D, E, K.
 Cholestyramine tersedia dalam bentuk serbuk, jangan pernah menelan
langsung serbuk tanpa dilarutkan dalam air karena berisiko tersedak.
 Penggunaan jangka panjang dapat mengakibatkan risiko perdarahan.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah mengonsumi
cholestyramine, segera temui dokter.
 Cholestyramine bukan mengatasi masalah kolesterol, tetapi membantu
mengendalikannya. Penting untuk melakukan olahraga dan diet dengan
gizi seimbang.

Dosis Cholestyramine
Berikut ini adalah dosis cholestyramine yang umumnya direkomendasikan oleh
dokter:

Dosis (sesuai dengan kg


Kondisi Usia
berat badan)
Anak-anak (usia kurang 240 mg/kg BB/hari,
dari 18 tahun) dibagi menjadi 2-3 dosis.
Kolesterol tinggi
4-8 gram per hari, satu
Dewasa
sampai dua kali sehari.
Mengonsumsi Cholestyramine dengan Benar
Konsumsi cholestyramine sesuai dosis yang ditetapkan, dan periksakan diri secara
berkala selama mengonsumsi obat ini guna memastikan obat bekerja dengan baik.
Obat ini tidak boleh dikonsumsi dalam bentuk kering, selalu larutkan dalam
minuman atau makanan, tetapi pastikan makanan atau minuman tersebut habis
dikonsumsi.
Bagi Anda yang lupa mengonsumsi cholestyramine, segera lakukan begitu
teringat jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika
sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis. Cholestyramin tidak perlu
disimpan di dalam kulkas.

Gemfibrozil

42
adalah obat untuk mengobati hiperlipidemia, yaitu kondisi ketika kadar
lemak (seperti kolesterol dan trigliserida) dalam darah terlalu tinggi. Obat ini
dapat menurunkan kadar trigliserida dan meningkatkan kadar kolesterol baik
(kolesterol HDL). Gemfibrozil juga dapat menurunkan kadar kolesterol jahat
(kolesterol LDL).

Tentang Gemfibrozil

Golongan Fibrat
Kategori Obat resep
Menurunkan trigliserida dan menaikkan kolesterol
Manfaat
HDL
Dikonsumsi oleh Dewasa
Kategori C: Studi pada binatang percobaan
memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin,
namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.
Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat
Kategori kehamilan dan
yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap
menyusui
janin.Belum diketahui apakah gemfibrozil dapat
diserap oleh ASI atau tidak. Bila Anda sedang
menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa
memberi tahu dokter.
Bentuk obat Tablet, kapsul
Peringatan:
 Gemfibrozil tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada anak-anak
(usia kurang dari 18 tahun), karena manfaat dan keamanannya belum
diketahui.
 Beri tahu dokter jika Anda memiliki riwayat penyakit liver dan empedu,
serta penyakit ginjal.
 Hindari penggunaan gemfibrozil dengan obat repaglinide karena dapat
menimbulkan hipoglikemia

43
 Hati-hati konsumsi gemfibrozil dengan colchicine atau obat kolesterol
golongan statin seperti simvastatin, karena meningkatkan risiko
terjadinya rhabdomyolisis, terutama pada pasien gangguan fungsi ginjal
dan lanjut usia.
 Gunakan dengan hati-hati pada pasien yang sedang mengonsumsi
warfarin.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah mengonsumsi gemfibrozil,
segera temui dokter.
Dosis Gemfibrozil
Dosis gemfibrozil yang dianjurkan oleh dokter untuk mengatasi hiperlipidemia
adalah 1,2 gram per hari yang dibagi menjadi 2 jadwal konsumsi; atau 900 mg,
satu kali sehari pada sore atau malam hari.
Menggunakan Gemfibrozil dengan Benar
Ikuti anjuran dokter atau baca petunjuk yang tertera pada kemasan sebelum
mengonsumsi gemfibrozil.
Obat ini sebaiknya dikonsumsi 30 menit sebelum makan pagi atau makan malam.
Jika pasien juga mengonsumsi obat penurun kolesterol, seperti colestyramine,
gunakan gemfibrozil 1 jam sebelum mengonsumsi obat-obatan tersebut atau 4
hingga 6 jam setelahnya, karena kedua obat tersebut bisa menghambat penyerapan
gemfibrozil.
Gunakan gemfibrozil secara teratur di waktu yang sama setiap harinya. Bagi
pasien yang lupa mengonsumsi gemfibozil, disarankan untuk segera
melakukannya jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat.
Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.
Simpan gemfibrozil di tempat yang terhindar dari paparan sinar matahari secara
langsung. Hentikan konsumsi gemfibrozil jika dalam 3 bulan tidak memberikan
respons.
Interaksi Gemfibrozil dengan Obat Lain
Berikut ini adalah sejumlah interaksi yang dapat terjadi jika mengonsumsi
gemfibrozil bersama dengan obat-obatan lain:
 Meningkatkan risiko hipoglikemia jika dikombinasikan dengan
repaglinide.

44
 Meningkatkan risiko rhabdomyolysis dan miopati, jika digunakan bersama
dengan obat kolesterol golongan statin, seperti simvastatin dan atorvastatin
 Gemfibrozil bisa meningkatkan penyerapan pioglitazone dalam darah.
 Gemfibrozil bisa meningkatkan efek obat warfarin.
 Efek gemfibrozil bisa menurun jika digunakan bersama colestyramine.

 Efek Samping Gemfibrozil
Berikut ini adalah sejumlah efek samping yang mungkin saja timbul setelah
mengonsumsi gemfibrozil, di antaranya:
 Dispepsia.
 Vertigo.
 Fibrilasi atrium.
 Diare.
 Nyeri perut.
 Ruam
 Sakit kepala.
 Kejang.
 Mual dan muntah.
 Eksim.
Lihat lebih lanjut mengenai:
 Kolesterol
 Kolesterol Tinggi
 Trigliserida
Proses keperawatan antilipemik
 Pengkajian
1. Observasi tanda dan gejala sakit saluran cerna
2. Periksa TTV dan kadar lipid darah
 Perencanaan
1. Klien akan memilih makanan yang rendah lemak, kolesterol dan gula
kompleks

45
2. Kadar kolesterol dan trigliserida akan berada pada nilai yang diinginkan
dalam waktu 3-4 minggu
 Intervensi Keperawatan
1. Pantau kadar lipid darah
 Penyuluhan Kepada Klien
1. Beritahukan klien untuk mempertahankan diet rendah lemak dengan
memakan makanan yang sedikit mengandung lemak
2. Nasehati klien jika memiliki riwayat keluarga dengan hiperlidemia
3. Tekankan perlunya untuk mengikuti aturan pakai obat untuk menurunkan
kadar lipid darah
4. Jelaskan pada klien bahwa gangguan saluran cerna adalah masalah yang
sering timbul pada pemakaian antilipemik
5. Beritahukan klien bahwa kemungkinan diperlukan beberapa minggu
sebelum kadar lipid darah menurun
6. Nasehatkan klien bahwa uju fungdi ginjal dan hati mungkin diperlukan.
 Kolestiramin dan Kolestipol
1. Beritahukan klien untuk mencampur bubuk dengan baik dalam air atau
minuman lain
2. Nasehati klien bahwa kemungkinan bisa timbul konstipasi
3. Anjurkan klien yang memakai warfarin dan kolestiramin memeriksa
kepada dokter unutk mendapatkan grafik pemeriksaan PT
 Klofibrat dan Gemfibrozil
1. Nasihatkan klien bahwa bisa terjadi penurunan libido dan impotensi
2. Beritahukan klien yang diabetik/pre-diabetik untuk memantau kadar
glukosa dalam darah
 Lovastatin
1. Nasihatkan klien untuk memakai obat ini pada waktu makan malam
mencegah timbulnya saluran cerna
2. Nasehatkan klien untuk memantau enzim hati serum
3. Beritahukan klien untuk melakukan pemeriksaan mata setiap tahun
 Asam Nikotinik

46
1. Nasehatkan klien untuk meminum obat ini pada waktu sedang makan
malam mengurangi rasa tidak nyaman diperut.
2. Jelaskan pada klien bahwa flushing sering timbul

47

Anda mungkin juga menyukai