Anda di halaman 1dari 6

ISI BUKU

A. Sinopsis
Pendidikan memperoleh dampak konstruktif dari percepatan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbasis pada pendidikan yang
memberdayakan. Hal yang krusial dilakukan ditengah kemajuan zaman adalah
mendesain relevansi pendidikan nasional supaya lebih dinamis, responsif dan
antisipatif. Dalam konteks ini ada tuntutan agar organisasi pendidikan tidak
terjebak pada rutinisme yang tidak mampu merespon, mengantisipasi dan
mengarahkan perubahan.
Pendidikan menjadi bagian sistem sosial yang mendapat pengaruh
industri, mau tidak mau industri jasa pendidikan harus menetaskan tenaga
ahlidalam berbagai dimensi kebutuhan industri. Teknologi informasi juga telah
merubah wajah dunia pendidikan yang semula menggunakan pembelajaran
berbasis melek huruf, kini berubah menggunakan pembelajaran berbasis
komputer dan riset.
Penyediaan pendidikan dasar bergantung atas komitmen politik yang
didukung oleh kekuatan fiskal, kebijakan reformasi pendidikan dan penguatan
institusi serta kebijakan peningkatan mutu. Tantangan dalam bidang Manajemen
Berbasis Sekolah, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pendidikan Berbasis
Masyarakat, Sertifikasi Guru dan teknologi pembelajaran memerlukan kebijakan
pendidikan yang akurat dan berkelajutan.
Dalam penataan sistem pendidikan peran politik sangat signifikan dalam
merumuskan undang-undang dan peraturan di bidang pendidikan. Disisi lain,
politik adalah proses pelaksanaan kekauasaan dan pengaruh dalam formulasi dan
legitimasi kebijakan. Pendidikan merupakan salah satu masalah yang merupakan
fungsi pemerintah menangani banyak orang dalam rangka memberikan
pendidikan bagi generasi muda. Keragaman keadaan masalah pendidikan yang
tidak begitu tampak menghasilkan masalah. Sebagai suatu masalah yang selalu
muncul adalah kebijakan Ujian Nasional. Maka kelompok memiliki
pertimbangan dan saran yang harus menjadi masukan dalam proses formulasi

1
kebijakan pendidikan. Pengaruh masyarakat dalam pembuatan kebijakan publik
berkenaan dengan partisipasi kelompok dalam memenuhi kebutuhan melalui
kebijakan.
Desentralisasi menjadi pilihan pemerintah setelah era reformasi pada saat
yang sama globalisasi pendidikan menjadi tantangan. Pendidikan nasional juga
telah menjadi subordinasi dari kekuatan politik praktis yang bukan lagi bertujuan
membangun manusia Indodesia seutuhnya.
Kebijakan pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan salah satunya
ditetapkan dengan UU Nomor 14 tahun 2005, tentang Guru dan Dosen, yang
dimaksudkan sebagai upaya peningkatan profesionalisme guru dan dosen,
dengan menggariskan upaya peningkatan profesi guru melalui perekrutan putra-
putri terbaik bangsa. Dimana posisi guru dalam perubahan pendidikan adalah
untuk memberikan kontribusi terhadap pengembangan sasaran pendidikan dan
mengimplementasikan fikiran dalam upaya inovasi dan transpormasi lembaga
pendidikan dalam merespon kebutuhan negara melalui efektifitas pendidikan
terbaik.
Dalam menterjemahkan kebijakan pendidikan nasional kedalam
kebijakan sekolah merupakan tugas pemerintah daerah dan kepala sekolah di era
otonomi daerah. Kebijakan pendidikan di sekolah menjadi sarana menuju
efektivitas organisasi sekolah. Maka kepala sekolah selain melaksanakan tugas
rutin dan tugas pokok sekolah, berperan sebagai pemimpin pendidikan yang
menentukan arah kebijakan perubahan sekolah. Ini berarti bahwa kebijakan
pendidikan disekolah harus berfokus pada peningkatan mutu secara terpadu
untuk meningkatkan standar pendidikan.
Kebijakan kepala sekolah sangat penting bagi kehidupan siswa dan para
guru karena berkaitan dengan pengajaran dan pembelajaran dalam rangak
aefektifitas sekolah dan prestasi pelajar. Kepala sekolah memiliki kewenangan
menerjemahkan kebijakan pimpinan lebih tinggi sesuai dengan visi, misi dan
sasaran sekolah mengacu kepada sumber daya di dalam dan luar sekolah.
Kebijakan sekolah tidak hanya menjadi arah bagi tindakan operasional sekolah
yang bernilai strategis, tetapi juga memperkuat komitmen tugas, kerja sama,

2
akuntabilitas dan pemeberdayaan staf. Kebijakan sekolah adalah kerjasama dan
keputusan individu dan kelompok dengan kewenangan yang sah. Kepala sekolah
bertanggung jawab memudahkan perubahan dan keberhasilan inovasi. Perlu
disarankan bahwa perilaku kepemimpinan transaksional dan transpormatif
merupakan pilihan dalam medukung keberhasilan kebijakan pengembangan
sekolah.
Standarisasi pendidikan bukanlah perlakuan nasional terhadap sekolah
supaya bermutu, jadi tergantung kembali kepada masing-masing sekolah untuk
mencapai prestasi sesuai dengan standar yang ditetapkan. Standarisasi mutu
lulusan dengan mengacu kapada UN suatu hal yang mudah, tetapi lebih
akuntabel sebenarnya bagaimana menyiapkan perangkat sumber daya dan
lingkungan yang kondusif shingga memungkinkan tiap sekolah mempu
mencapai standar yang dimaksudkan. Itu berarti, pekerjaan manajemen
pendidikan tingkat nasional, daerah dan manajeman sekolah semakin berat.
Dengan semakin beratnya pekerjaan manajeman sekolah maka diperlukan
seleksi kepala sekolah yang mampu, terpercaya dan visioner.
Faktor khusus penyebab kegagalan pendidikan lebih mengacu kepada
prosedur dan aturan yang tidak diikuti dengan baik melalui keterampilan,
pengetahuan dan sikap yang diperlukan oleh guru, tenaga kependidikan dan
kepala sekolah.
Dalam kasus pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru perlu dilakukan
suatu sistem pengujian terhadap kompetensi sebagai acuan pelaksanaan uji
kompetensi untuk mengetahui apakah guru benar-benar memenuhi standar guru
Indonesia. Pekerjaan ini menuntut keseriusan dan kejujuran lembaga pelaksana
uji kompetensi guru. Tujuan perbaikan sertifikasi guru adalah untuk
pertumbuhan individual yang akhirnya bertujuan pada peningkatan organisasi
sekolah, yang pada akhirnya sekolah akan menjadi dinamis dan responsif karena
adanya pengembangan staf di setiap sekolah. Diamping itu kepala sekolah denga
nkewenagannnya juga dapat melaksanakan 1). kebijakan pemberdayaan guru, 2).
kebijakan reward dan insentif.

3
Dalam mengarahkan perubahan organisasi maka pemimpin dan personel
lembaga pendidikan harus bergerak dengan visi pendidikan yang antisipatif.
Maka tugas utama manajer pendidikan adalah menjamin bahwa sasaran
organisasi pendidikan secara jelas dipahami personel.
Menciptakan sekolah menjadi unggul, diperlukan operasional
manajeman sekolah yang sesuai dengan prinsip dan karakteristik keunggulan
yang diinginkan, karena itu kepala sekolah dituntut untuk memfungsikan
manajeman yang mampu mengoptimalkan semua sumberdaya sekolah secara
otonomi, akuntabel ,dan transparan. Bila banyak kepala sekolah yang tidak
memiliki visi dan tujuan, maka secara operasional perjalanan sekolah cenderung
kurang terarah.
Manajemen berbasis sekolah dilaksanakan dengan memberikan
kewenangan kepada sekolah untuk memanfaatkan sumberdaya sekolah untuk
mencapai tujuan secara optimal. MBS meningkatkan efisiensi pengelolaan, mutu,
dan relevansi pendidikan di sekolah. Efisiensi pemanfaatan sumber pendidikan
akan lebih tinggi karena sekolah lebih mengetahui keperluan dan kondisinya.
Pendiikan nasional diselenggarakan secara birokrasi yang bersifat
sentralistik yang implikasinya. Pertama ; pemerintah pusat selalu memposisikan
sekolah sebagai penyelenggara pendidikan yang serba diarahkan. Kedua ; yang
dilakukan pemerintah selama ini terhadap pendidikan lebih difokuskan kepada
penyediaan asfek input. Ketiga ; kebijakan pendidikan oleh pemerintah kepada
sekolah menyebabkan sekolah kurang mengondisikan partisifasi masyarakat
sehingga menyebabkan peran serta masyarakat terhadap upaya memajukan
sekolah sangat minim.
Pilar keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah diterapkan, melalui : 1)
Peningkatan mutu, 2) Kemandirian, 3) Partisipasi, 5) Transparansi
Karakteristik sekolah efektif, yaitu ; 1) kepemimpinan sekolah yang kuat,
2) harapan yang tinggi terhadap prestasi belajar, 3) menekankan pada
keterampilan dasar, 4) keteraturan dan atmosfir terkendali, 5) seringnya
penilaian terhadap prestasi belajar.

4
B. Kelebihan
Menurut penulis sinopsis, setelah membaca buku ini ada beberapa
kelebihan yang bisa diambil dari penulisan buku ini diantaranya :
1) Buku ini mengetengahkan kajian dan aplikasi kebijakan pendidikan dalam
perspektif kekinian sebagai upaya merangsang pemikiran cerdas berkenaan
dengan cita-cita komitmen dan konsistensi penyelenggaraan pendidikan
nasional yang berkepribadian Pancasila dan berkemampuan kompetitif
global.
2) Penulis mengkritisi dengan sangat mendalam mengenai desain pendidikan
nasasional melalui kebijakan yang diambil, tantangan globalisasi pendidikan,
pengaruh keputusan politik dalam pendidikan, sentralisasi dan desentralisasi
pendidikan, peningkatan kualitas guru melalui sertifikasi, kebijakan
pemilihan kepala sekolah,, penerapan standararisasi pendidikan melalui UN,
peningkatan mutu pendidikan.
3) Disamping mengkrtitisi kebijakan pendidikan pada beberapa bidang penulis
juga memberikan masukan solutif misalnya mengenai peningkatan
produktifitas pelajar diperlukan rancangan organisasi pengajaran,
pengorganisasian pengajaran yang mesti berbeda dari organisasi pada
umumnya.
4) Penulis juga menyarankan bahwa perilaku kepemimpinan transaksional dan
transpormatif merupakan pilihan dalam medukung keberhasilan kebijakan
pengembangan sekolah.

C. Kekurangan
Menurut penulis sinopsis, setelah membaca buku ini ada beberapa
kekurangan yang bisa dihindari dari penulisan buku ini diantaranya :
1) Terdapatnya beberapa kesalahan dalam penulisan huruf didalam kata yang
membuat kegiatan membaca sedikit perlu berhenti sejenak untuk
menterjemahkan maksud dari penulisan kata tersebut.
2) Dalam pemberian solusi menurut penulis sinopsis, hendaknya penulis buku
masih bisa menjabarkan dengan lebih mendetail sampai ke tataran praktis.

5
3) Dikarenakan buku ini diterbitkan ditahun 2008 maka menurut penulis
sinopsis isu-isu yang dibahas di dalam buku ini sebagian kecil kurang
relevan dengan keadaan sekarang ini dan perlu pembaruan pembahasan
terhadap isu-isu kekinian.

D. Kesimpulan
Saatnya penyelenggara pendidikan, tidak hanya birokrat atau pejabat
pendidikan tingkat pusat, namun pejabat birokrasi pendidikan di daerah, sampai
kepala sekolah perlu memahami kebijakan pendidikan, desentralisasi membawa
kepala sekolah berpeluang sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan yang
berbasis dengan keperluan masyarakat luas.
Pendidikan nasional berfungsi memngembangkan kemampuan dan
membentuk watak peradapan bangsa yang bermartabat, maka semua aktifitas
pendidikan nasional bermuara pada pencapaian tujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Proses perubahan pendidikan akan lebih menyentuh masalah manusia
jika rangsangan muncul dalam perasaan dan emosi. Semua pihak yang terkait
dengan pendidikan harus memiliki pandangan yang konstruktif bagi perubahan
yang diinginkan, bahkan melibatkan diri secara proaktif untuk mewujudkan dan
menjaga jalannya perubahan pendidikan. Perubahan pendidikan tidak hanya
kebutuhan pribadi guru untuk merespon perubahan yang terjadi, akan tetapi
merupakan keperluan organisasi dan manajemen untuk memajukan pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai