Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PARANAN PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penilaian Pembelajaran Pendidikan


Anak Usia Dini

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Harun, M.Pd.

Disusun oleh :

Hanifah Azky Amatullah 18111241002

Amara Riana Dewi 18111241032

Alfiani Arba’ 18111241042

JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa terpanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
nikmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Peranan
Penilaian Dalam Pembelajaran sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Penilaian Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini dengan dosen
pembimbing Prof. Dr. Harun, M.Pd.

Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang


menjadi tugas Penilaian Pembelajarn PAUD. Terlepas dari itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasa yang kami gunakan. Oleh karena itu, kami menerima kritik
saran yang membangun agar kami dapat memperbaiki makalah ini sesuai dengan
ketentuan makalah yang baik dan benar.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi kami sendiri dan para pembaca umumnya.

Yogyakarta, 15 Maret 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I ............................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .......................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................... 5
BAB II ........................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................. 6
1. Perlunya Standar Penilaian .............................................................. 6
2. Peranan Guru ..................................................................................... 6
3. Peranan Siswa .................................................................................... 10
4. Peranan Sekolah ................................................................................ 12
5. Siswa Sebagai Pembelajar yang lebih baik ..................................... 12
6. Penilaian dan Motivasi Belajar Siswa .............................................. 13
7. Reformasi dalam Penilaian ............................................................... 14
BAB III ........................................................................................................... 16
PENUTUP ...................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ........................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan saat ini menarik perhatian masyarakat dalam
pelaksanaan pembelajaran maupun penilaiannya. Kegiatan pembelajaran
merupakan kegiatan utama dalam sebuah pendidikan yang menjadi
sorotan pertama oleh masyarakat dalam memandang pendidikan itu
sendiri. Masyarakat terus memperhatikan dan sering memberikan
kritikan mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dinilai kurang
kondusif dalam menyiapkan peserta didik. Salah satu kritikan yang
dikemukakan oleh Indra Djati, menurutnya bahwa pendidikan belum
berhasil mengikuti perubahan yang terjadi di kalangan masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut tentunya menjadi alasan utama sekolah untuk
mengkaji ulang seluruh pelaksanaan pembelajaran yang sudah diadakan
selama ini. Sekolah harus meningkatkan perhatian dan melakukan
perubahan terhadap aspek-aspek pembelajaran.

Menurut Ralph Tyler pembelajaran memiliki empat komponen


utama yaitu tujuan, materi, metode, dan penilaian. Keempat komponen
tersebut tentunya saling berkaitan dan mendukung. Keempat komponen
tersebut juga menjadi fokus utama masyarakat dalam menilai sebuah
pendidikan terutama terhadap komponen penilaian. Sistem penilaian
yang dilakukan di sekolah sering mendapat keraguan masyarakat
sehingga memunculkan berbagai permasalahan dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Masyarakat sering menganggap bahwa penilaian
yang dilakukan di sekolah masih belum dilaksanaan sebagaimana
mestinya.

Penilaian merupakan komponen yang tidak kalah penting


dibanding dengan komponen pembelajaran yang lain. Penilaian
mempunyai tujuan yaitu untuk menentukan tingkat ketercapaian peserta
didik serta kualitas pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran. Penilaian

4
memiliki peran penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran, oleh
karena itu penilaian perlu dirancang dan disesuaikan sedemikian rupa
sehingga penilaian tersebut memberikan makna bagi setiap orang yang
terlibat pada sebuah lembaga pendidikan. Menurut Mardapi (2004)
penilaian dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang saling
mendukung, serta upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kulitas pembelajaran yaitu melalui sistem penilaian. Maka dapat
disimpulkan bahwa dalam sebuah pembelajaran hendaknya selalu
memperhatikan sistem penilaian yang diterapkan guna meningkatkan
kualitas sistem pembelajaran serta kualitas pendidik dan peserta didik.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa perlu Standar Penilaian ?
2. Bagaimana peranan Guru ?
3. Bagaimana peranan Siswa ?
4. Bagaimana peranan Sekolah ?
5. Bagaimana siswa menjadi Pembelajar yang lebih baik ?
6. Bagaimana Penilaian dan Motivasi Belajar Siswa ?
7. Bagaimana Reformasi dalam Penilaian ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Standar Penilaian
2. Untuk mengetahui peranan Guru
3. Untuk mengetahui peranan Siswa
4. Untuk mengetahui peranan Sekolah
5. Untuk mengetahui siswa menjadi Pembelajar yang lebih baik
6. Untuk mengetahui Penilaian dan Motivasi Belajar Siswa
7. Untuk mengetahui Reformasi dalam Penilaian

5
BAB II

PEMBAHASAAN
A. Perlunya Standar Penilaian
Pada dasarnya penilaian tidak hanya digunakan untuk mengukur
ketercapaian peserta didik, tetapi juga memiliki misi memperbaiki standar
pendidikan. Penilaian harus perperan sebagai suatu sarana untuk
meningkatkan kualitas belajar peserta didik. Ada suatu kejelasan dan
hubungan tak terpisahkan antara penilaian, kurikulum dan pembelajaran.
Menurut Darling-Hommond (dalam Harun Rasyid dan Mansyur: 2007),
berpendapat bahwa usaha menaikkan standar pelajaran dan prestasi harus
bertolak pada perubahan strategi penilaian. Kemudian pernyataan tersebut
diperkuat oleh Wesdeen, Winter, dan Broad Fott (dalam Harun Rasyid dan
Mansyur: 2007), bahwa penggunaan penilaiandalam pembelajaran secara
signifikan lebih efektif bagi guru dalam upaya memperbaiki kualitas
pembelajaran. Agar nantinya penilaian berfungsi dengan semestinya, maka
perlu untuk menentukan standar, yang akan menjadi dasar dan pijakan
bagi guru dan praktisi pendidikan dalam melakukan kegiatan penilaian.

B. Peranan Guru
Guru merupakan pelaksana sekaligus penanggungjawab dalam
menerapkan standar penilaian pembelajaran. Itulah mengapa guru perlu
memahami dengan baik standar yang ada, memahami pentingnya
penilaian yang berkelanjutan, dan perlu mengetahui posisi strategis
mereka. Informasi hasil penilaian juga dapat dimanfaatkan oleh guru
dengan cara melalui umpan balik. Umpan balik merupakan sarana bagi
guru dan peserta didik untuk mengetahui sejauhmana kemajuan
pembelajaran yang telah dilakukan. Umpan balik memegang peranan
penting dalam upaya peningkatan kualitas belajar peserta didik, seperti
motivasi, kesadaran diri, prestasi, dan tanggung jawab. Oleh karena itu,
dalam melakukan penilaian guru perlu mempertimbangkan umpan balik
sebagai salah satu komponen yang harus dilakukan terstruktur, periodik,
dan terencana, sehingga dapat memberikan manfaat bagi peserta didik.

6
Dari hasil reviuw literatur tentang umpan balik dan hubungannya
dengan motivasi, menurut Croks (dalam Harun Rasyid dan Mansyur:
2007), menyimpulkan bahwa manfaat umpan balik agar dapat
memotivasi peserta didik, harus fokus pada :
a. Kualitas pekerjaan peserta didik, dan bukan pada membandingkan
dengan peserta didik yang lain.
b. Menggunakan cara-cara yang lebih spesifik, dengan tujuan pekerjaan
peserta didik dapat ditingkatkan.
c. Peningkatan pekerjaan peserta didik harus dibandingkan dengan
pekerjaan sebelumnya.
Senada dengan hal tersebut, Clake (dalam Harun Rasyid dan
Mansyur: 2007), menyarankan 6 prinsip yang perlu diperhatikan, sebagai
berikut :
1. Umpan balik harus fokus pada tugas-tugas tujuan pembelajaran.
2. Guru memberikan pesan yang baik pada peserta didik tentang
kemampuan mereka.
3. Penilaian mengarah pada penurunan moril bagi yang mencapai prestasi
rendah dan kepuasan bagi prestasi yang tinggi.
4. Penghargaan eksternal sama seperti grades (tingkatan).
5. Perlunya umpan balik spesifik yang fokus pada kesuksesan dan
peningkatan dari pada mengoreksi.
6. Anak perlu diberikan kesempatan untuk membuat peningkatan atas
pekerjaan mereka.
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Clarke, berikut ini adalah 7
prinsip penilaian menurut Weeden,Winter, dan Broadfoot dalam (dalam
Harun Rasyid dan Mansyur: 2007) :
1. Penilaian harus berhubungan dengan tujuan pembelajaran.
2. Penilaian harus sesuai dengan tujuan dan memiliki kriteria yang sesuai
pembelejaran.
3. Penilaian harus membantu mengidentifikasi miskonsepsi peserta didik
4. Penilaian harus terpusat sesuai dengan prioritas pembelajaran.
5. Penilaian perlu direncanakan karena bagian dari pembelajaran.

7
6. Penilaian dan umpan balik harus diberikan dengan cepat dan juga tepat
sehingga peserta didik akan selalu ingat dengan konteks pembelajaran.
7. Penilaian harus dicatat menggunakan berbagai bentuk penilaian, hal
tersebut digunakan untuk menyampaikan informasi kemajuan peserta
didik.
Umpan balik dapat memiliki pengaruh kuat terhadap perasaan,
harga diri, dan motivasi peserta didik. Dalam memberikan umpan balik,
seorang guru harus fokus pada kualitas pekerjaan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu guru juga perlu
menghindari sikap membandingkan peserta didik satu dengan peserta
didik yang lainnya, karena hal tersebut bisa saja menurunkan dorongan,
motivasi, dan minat bagi siswa yang memiliki prestasi rendah.

Saat memberikan umpan balik pada peserta didik, terdapat aspek yang perlu
ditekankan dan guru perlu mempertimbangkan apakah buku "nilai" bisa
digunakan untuk mencatat komentar umpan balik dan pemberian nilai. Masalah
waktu dan pengelolan menjadi persoalan cukup penting. Persoalan manajemen
waktu merupakan seberapa bagus upaya mencatat sekumpulan bukti tentang siswa
yang harus diingat oleh guru. Guru harus berpikir dengan baik mengenai
informasi yang mereka perlukan untuk mencatat dan bagaimana melakukan hal ini
secara efisien.

Guru dapat membantu siswa untuk memahami bagaimana pekerjaan mereka


diberi nilai dan apa yang harus mereka lakukan dengan umpan balik yang
diberikan merupakan investasi waktu yang baik dalam jangka panjang. Siswa juga
perlu diberi kesempatan dan waktu untuk mengimplementasikan saran bagi
perbaikan pekerjaan mereka. Yang terpenting dari nilai dan umpan balik adalah
pengaruhnya terhadap kinerja pemberian nilai dan makna yang dapat diperoleh
siswa.

Dalam strategi untuk umpan balik penekanannya selalu pada pemberian


nilai/angka dan jarang ada siswa yang benar-benar menaruh perhatian tentang apa
yang telah mereka capai. Murid memiliki keyakinan yang kuat dan tumbuh
melalui pengalaman sekolah mereka, tentang tujuan tes yang biasanya tidak

8
mencakup pembelajaran. Bukan berarti bahwa keyakinan siswa tidak berubah dan
tes tersebut dilakukan dengan lebih produktif.

Apabila tes itu digunakan untuk pembelajaran, maka bisa digunakan untuk
mendiagnosa kelemahan dan memotivasi siswa supaya lebih cermat. Misalnya,
lembar tes dapat dilembalikan dengan tanda tangan, tetapi tidak diberi nilai. Siswa
diminta mengerjakan kembali soal yang menurutnya sulit, dengan memanfaatkan
komentar yang diberikan. Hal ini akan memotivasi mereka untuk memahami dan
memperbaiki jawaban mereka sehingga nilainya dapat meningkat. Pendekatan lain
yaitu meminta siswa kerja kelompok dengan kertas yang ditandai untuk
menghasilkan jawaban yang lebih baik, lalu dipaparkan di depan kelas. Kedua
strategi tersebut memiliki tujuan formatif, menggunakan tes sebagai motivator,
bukan sebagai penilaian sumatif.

Boud (1995), memberikan panduan bagi guru dalam memberikan umpan


balik pada siswa yaitu realistik, spesifik, sensitif terhadap tujuan yang
bersangkutan, tepat waktu, jelas, tidak menghakimi, tidak membanding
membandingkan, tekun, terus terang, positif, serta hati-hati.

Untuk dapat memaksimalkan peranannya guru dituntut memiliki profesional


yang tinggi. Ada lima hal yang harus dimiliki oleh guru agar dapat dikatakan
profesional yaitu:

1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya


2. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya
serta cara mengajarkannya pada siswa
3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai
cara evaluasi
4. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar
dari pengalamannya
5. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesi

9
Berikut ini merupakan peranan guru dan tujuannya dalam penilaian

Peranan Tujuan

Guru sebagai mentor Memberikan umpan balik dan


bantuan kepada setiap siswa

Guru sebagai Menumpulkan informasi untuk


petunjuk jalan diagnostic kelompok siswa
melalui pekerjaan yang telah
dikerjakan

Guru sebagai akuntan Memperbaiki dan memelihara


catatan prestasi dan kemajuan
siswa

Guru sebagai reporter Melaporkan pada orang tua,


siswa, dan pengurus sekolah
tentang prestasi dan kemajuan
siswa

Guru sebagai direktur Membuat keputusan dan revisi


program praktik pengajaran

Guru sangat berperan dalam penilaian. Oleh karena itu, guru hendaknya
lebih menekankan pada pemberian umpan balik positif dan dapat memberi
motivasi siswa dengan peranan guru yaitu sebagai monitoring, petunjuk jalanm
akuntan, reporter, dan direktur program. Umpan balik yang diberikan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

B. Peranan Siswa

Keikutsertaan siswa dalam proses penilaian menjadi penting apabila


standar yang digunakan bisa diwujudkan untuk semua siswa. Brown (dalam
Harun Rasyid dan Masur: 2007) menekankan unsur strategis agar senantiasa sadar
akan kekuatan dan kelemahan dengan mengatakan bahwa “para siswa berhasil

10
menjalankan yang terbaik apabila mereka memiliki pemahaman yang mendalam
akan kelebihan dan kelemahan mereka sendiri dan akses dalam menyusun strategi
untuk belajar”.

Mengambil bagian dalam penilaian berarti memberikan peluang kepada


siswa untuk merefleksikan apa yang mereka pelajari dengan membuat rangkaian
yang jelas dalam isi dan pikiran. Sehingga diharapkan mereka menemukan sendiri
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, yang bisa dijadikan sebagai dasar dalam
menetapkan tahapan belajar selanjutnya yang lebih baik. Dalam suatu percobaan
di dua kelas ilmu sains suatu sekolah menengah di Amerika, White dan
Frederiksen (1998) melaporkan bahwa terjadi peningkatan prestasi siswa dalam
kelas, dimana dikembangkan kemampuan berpikir melalui penilaian diri.

Penilaian diri adalah sarana bagi guru untuk memberikan tanggung jawab
kepada siswa untuk belajar dari apa yang telah mereka kerjakan dan apa yang
akan mereka kerjakan. Rudd dan Gunstone (1993) mengidentifikasi beberapa
keuntungan yang diperoleh dengan pelibatan siswa dalam proses penilaian diri
yaitu:

1. Mengembangkan kemampuan siswa untuk merencanakan dan berpikir


menyeluruh menyangkut hasil dan keterampilan mereka

2. Menciptakan kesadaran siswa akan pentingknya menilai pekerjaan mereka


sendiri

3. Mengembangkan kemampuan siswa untuk saling mengevaluasi penilaian diri


satu sala lain asalkan kritik membangun

4. Mengembangkan kemampuan siswa dalam mengatur sumber saya dan waktu


secara efektif

Mengambil bagian penilaian berarti memberikan peluang kepada peserta didik


untuk menerapkan apa yang mereka pelajari dengan cara membuat rangkaian
yang jelas di dalam isi dan pikiran (Cole, Coffey, & Goldman, 1999; Resnick &,
1991; Wiggins, 1998).

11
D. Peranan Sekolah
Sekolah sebagai suatu institusi yang menaungi semua aktivitas
belajar mengajar. Sekolah memiliki peranan yang sangat besar dalam
upaya melakukan reformasi penilaian yang memihak pada bagaimana
peserta didik dapat memperoleh nilai tambah dalam proses pendidikan.
Baik buruknya kualitas pendidikan dapat dilihat dari tingkat kualitas
sekolah tersebut. Penilaian sekolah merupakan induk kegiatan
pembelajaran yang secara otomatis merupakan induk kegiatan penilaian.
Penilaian dan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang saling terkait
dan tidak terpisahkan. Agar tercapainya keberhasilan pelaksanaan
penilaian maka, sekolah perlu menciptakan kondisi yang kondusif.
Pelaksanaan perbaikan kulalitas pendidikan melalui penilaian dapat
berjalan dengan baik, jika sekolah dapat dijadikan pusat penilaian, yang
informasi dan data yang diperlukan semua anggota sekolah tersedia
dengan baik. Menurut Stenberg, (1996), sekolah dapat mempengaruhi
intelejensi dengan penyampaian informasi paling tidak ketrampilan dan
sikap umum tertentu. Namun, kita kurang tahu tentang pembentukan
intelejensi yang tesnya tidak mudah dinilai, seperti kebijaksanaan,
kreativitas, dll. Selain itu, kita juga kurang tahu tentang peserta didik kita,
seperti bagaimana mereka berkembang,dll. Sekolah adalah tempat peserta
didik diarahkan agar dapat meningkatkan kualitas belajar mereka.

E. Siswa Sebagai Pembelajar yang lebih baik


Dukungan sekolah dan pendidik untuk lebih mementingkan pada
kebutuhan peserta didik daripada untuk memenuhi target kurikulum akan
membawa dampak pada perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran.
Peserta didik akan merasa tertantang dan termotivasi untuk terus
memperbaiki diri. Baik dalam hal memperbaiki cara dan strategi belajar
maupun dalam hal yang berkaitan dengan perilaku, harapan dan cita-cita
mereka. Oleh karena itu, sebaiknya pendidik lebih fokus tentang
bagaimana penilaian yang mereka terapkan dapat mengungkapkan
permasalahan-permasalahan nyata yang dihadapi oleh peserta didiknya

12
untuk membantu mereka menjadi pembelajar yang lebih baik. Sehingga
nantinya, jika semua pihak dapat bekerja sama dengan baik, maka peserta
didik akan menjadi pembelajar yang lebih baik dari waktu ke waktu.

F. Penilaian dan Motivasi Belajar Siswa

Penilaian merupakan proses pengumpulan informasi atau data


untuk digunakan baik oleh pendidik maupun oleh peserta didik sebagai
upaya memodifikasi strategi dan teknik belajar mengajar yang mereka
lakukan. Sedangkan motivasi merupakan dorongan yang muncul baik
dari dalam diri maupun dari luar peserta didik atau pendidik untuk
melakukan suatu hal. Pada proses pembelajaran dan penilaian, motivasi
peserta didik akan mempengaruhi belajar mereka jika terdapat
lingkungan yang mendukung. Black (1998) mengutip dari penelitian
Sylva (1994), anak-anak pada dasarnya tergolong dalam dua kategori,
yaitu :

1. Anak yang cakap


Karakteristik anak yang cakap, yaitu :
a. Memiliki kepercayaan diri akan keberhasilan
b. Termotivasi untuk belajar
c. Menghadapi tugas yang sulit dengan cara yang fleksibel dan
reflektif
d. Akan tertarik jika melihat orang lain bekerja keras.
2. Anak yang kurang cakap
Karakteristik anak yang kurang cakap, yaitu:
1. Cenderung menghindari tantangan
2. Kurang percaya diri jika ia dapat meningkatkan kecerdasannya
3. Memiliki motivasi yang biasa saja
4. Mudah putus asa
5. Memercayai tentang jika sesuatu akan terlalu sulit, maka taka da
yang bisa mereka lakukan.

13
Menurut Collin Rogers (1994), peserta didik dapat digolongkan
menurut tiga jenis motivasi. Seperti :

1. Murid yang berorientasi “penguasaan”


Secara intrinsik peserta didik yang tertarik untuk “tahu”, akan termotivasi
belajar dan mereka akan mengembangkan strategi yang dimiliki untuk
membantu mereka dalam melakukan sesuatu hal.
2. Murid yang berorientasi pada “kinerja”
Murid pada orientasi kinerja cenderung peduli dengan tugas, dengan
tampak baik-baik saja akan meningkatkan harga diri mereka. Oleh karena
itu, mereka tidak ingin terlihat gagal. Dalam hal ini pendidik harus
menemukan cara yang tepat dalam berkomentar mengenai kualitas hasil
tugasnya, bukan kinerjanya.
3. Keputusasaan yang dipelajari
Dalam hal ini pendidik dapat membantu peserta didik menjadi lebih
berhasil dengan menjamin mereka tahu apa yang mereka akan capai.
Dalam hal ini mereka memiliki tujuan belajar yang jelas dan tepat dan
membaginya dengan semua anak didiknya.

Motivasi belajar juga dipengaruhi oleh persepsi kemampuan diri, upaya,


nilai tugas, keyakinan terhadap kemampuan, kegelisahan saat tes, cara
belajar, orientasi tugas dan strategi pembelajaran (Brophy, 1998: Garcia,
1995; Garcia & Pintrich, 1995; Nolen & Haladyna, 1989; Pintrich &
Schunk, 1996 dalam Cavas, 2011). Selain itu, Reid (2006) juga
berpendapat bahwa ada variabel-variabel lain yang mempengaruhi
motivasi belajar, yaitu sikap, persepsi terhadap tujuan, persepsi terhadap
kebutuhan, dan persepsi akan nilai.

G. Reformasi dalam Penilaian

Untuk dapat melakukan pembelajaran yang mengutamakan


mendidik daripada mengajar yang hanya sekedar mengejar target

14
kurikulum maka sistem penilaian yang sekarang dipraktikan perlu
kiranya untuk diubah, yaitu Orientasi penilaian bukan hanya sekadar
memberi label nilai, tetapi lebih pada pengumpulan informasi kenapa
siswa mendapatkan hasil tersebut. Informasi ini nantinya digunakan dan
dimanfaatkan untuk memodifikasi strategi dan teknik pengajaran sesuai
dengan kebutuhan nyata dari para siswa. Pengubahan praktik nilai yang
kurang sesuai harapan seperti sekarang dapat jika semua komponen yang
terkait dengan pendidikan memiliki kemampuan dan kerja keras yang
maksimal. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah sharing
tanggungjawab penilaian antara guru dan siswa, yaitu dengan melibatkan
siswa dalam menilai dirinya sendiri (self-assessment). Menurut Weede,
Winter, & Broadfoot (dalam Harun Rasyid dan Masur: 2007), metode
penilaian diri digunakan untuk mengajari murid bagaimana memahami
tujuan belajar dan kriterian penilaian tugas mereka, mengijinkan mereka
untuk memilih tugas belajar mereka dan menggunakan tugas yang
mengijinkan mereka untuk menilai perkembangan ereka sendiri . Selain
itu, dapat juga diterapkan penilaian untuk belajar (assessment for
learning) dalam kegiatan pembelajaran di kelas, yaitu penilaian yang
lebih berorientasi diagnostik kesulitan belajar siswa, yang nantinya dapat
dijadikan sebagai penyeimbang pelaksanaan penilaian sumatif
(assessment of learning) yang sekarang dipraktikkan. Keikutsertaan
peserta didik adalah kunci kesuksesan dalam strategi penilaian. Dalam
hal ini semua anggota sekolah harus bekerja sama dalam merancang
dalam pencapaian standar yang diperlukan.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penilaian sangat diperlukan guna meningkatkan kualitas
pembelajaran yang baik. Agar penilaian dapat berfungsi dengan baik,
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka sangat perlu untuk
menetapkan standar penilaian yang akan menjadi dasar dan acuan bagi
guru serta praktisi pendidikan dalam melakukan kegiatan penilaian
pembelajaran. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka perlu adanya
kerjasama yang seimbang dari beberapa pihak terkaitseperti guru,
siswa, dan sekolah. Ketiga pihak tersebut memiliki peranan yang
berbeda-beda sesuai dengan proporsi masing-masing. Jika masing-
masing pihak mampu melaksanakan tugas serta tanggung jawabnya
sebagaimana mestinya makaakan tercipta suatu suasana yang
kondusif, dinamis, dan terarah untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran melalui perbaikan sistem penialian.
Pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa standar penilaian
sangat penting dalam sebuah pelaksanaan pembelajaran. Standar
penilaian juga akan membawa pengaruh para kualitas serta prestasi
belajar peserta didik. Maka dari itu standar penialaian ini harus
dirancang terlebih dahulu supaya hasil penilaian sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Mansyur, Rasyid,Harun, Suratno. 2015. Asesmen Pembelajaran Di Sekolah


(panduan bagi Guru dan Calon Guru). Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Yani,Fitri. 2014. “Peranan Penilaian Dalam Pembelajaran”. Dalam artikel, yang


diakses pada 14 Maret 2021 dari
http://fitriyani180893.blogspot.com/2014/01/peranan-penilaian-dalam-
pembelajaran_2750.html

Yuniarto, Eko. 2017. “Pengembangan Instrumen Penilaian Motivasi Belajar


Mahasiswa Pendidikan Matematika”. Dalam LIKHITAPRAJNA Jurnal
Ilmiah, Volume 19, Nomor 2, September 2017 p-ISSN: 1410-8771, e-
ISSN: 2580-4812.

17

Anda mungkin juga menyukai