BAHASA INDONESIA
DISUSUN OLEH KELOMPOK
3
ANANDA CAHYA KAMILA
SELVI
NURUL MAGFIRAH
VITRI HANDAYANI
HARIS RENALDI
WAHYU ARFIANDI
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................
BAB II ISI
2.1. Pembahasan……………………………………………………
PENDAHULUAN
Debat adalah sebuah tahapan yang harus dilalui oleh penyedia jasa
konstruksi untuk dapat mengerjakan sebuah proyek. Di dalam proses debat ini
penyedia jasa konstruksi atau calon kontraktor mengajukan penawaran agar dapat
pemahaman tentang debat dan penggunaan keterampilan bahasa memperoleh
proyek tersebut. Namun dalam proses debat sering terjadi kesalahan-kesalahan
yang dilakukan peserta debat. Hal ini diakibatkan karena pemahaman terhadap
bahasa yang kurang baik, sehingga kurang di perhatikan oleh para owner.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Contoh Debat
Dalam ruang sidang, kita bisa melihat bagaimana jaksa dan pembela saling
berdebat mengeluarkan berbagai macam argumentasi. Pembela berusaha untuk
membuktikan bahwa yang dibelanya itu benar/tidak bersalah dengan
menghadirkan bukti-bukti dan melontarkan argumen yang mampu mematahkan
argumen jaksa, sehingga pembela dapat memperoleh kemenangan. Kemudian,
jaksa berusaha untuk menguatkan pendapatnya melalui penyampaian pasal-pasal
yang memberatkan pembela. Sedangkan hakim bertindak sebagai penengah
sekaligus juri yang akan memutuskan siapa yang menang.
BAB II
ISI
2.1 PEMBAHASAN
Bunyi ring tone, yang mulanya hanya merupakan nada panggil biasa, kemudian
berkembang menjadi lagu-lagu, dan berkembang lagi pada pembacaan ayat suci
Al-Quran. Perkembangan nada panggil berupa ayat suci Al-Quran lah yang
kemudian memicu perbedaan pendapat para ulama. Boleh atau tidak, haram atau
halal bila nada dering itu berisi bunyi ayat-ayat Al-Quran?
Tidak sedikit umat Islam yang menggunakan nada panggil telepon seluler
miliknya berupa pembacaan ayat suci Al-Quran atau suara azan, atau do'a.
Dr. Ahmad Thoha Rayan, memandang tidak boleh menggunakan nada panggil
yang berisi suara bacaan Al-Quranul Karim. Ia beralasan, karena Al-Quran yang
dibacakan itu seharusnya diperhatikan bacaannya dan direnungkan isinya
(ditadabburi), bahkan juga harus disertai adab dan etika tertentu untuk
membacanya seperti dengan "ta'awudz" dan "basmalah". Semua alasan itu, tidak
mungkin dilakukan oleh para pemilik telepon genggam.
Sementara tentang nada panggil bersuara azan, Dr. Rayan juga mengatakan tidak
membolehkannya. Karena ini mungkin saja memunculkan kekacauan, keraguan,
salah tanggap, bagi orang yang mendengarnya ketika bukan di waktu awal shalat.
Ia juga menegaskan alasannya bukan hanya itu, tapi karena azan adalah syiar suci
yang mempunyai waktu dan tempat sendiri untuk dilantunkan. Dan itu semua
wajib dihormati.
Di Mesir dan Saudi, fatwa sejumlah ulama juga tidak jauh berbeda. Dr. Ali
Jam'ah, Mufti Mesir telah memfatwakan haramnya menggunakan bunyi
pembacaan ayat suci Al-Quran dalam telepon genggam yang dijadikan nada
panggil. Pengharaman yang disampaikan Dr. Ali Jam'ah, adalah pengharaman
yang mutlak sifatnya karena hal tersebut dianggap menodai kesucian Al-Quranul
Karim yang diturunkan Allah swt untuk peringatan, dan membacanya adalah
ibadah. Bukan digunakan untuk hal-hal yang keluar dari lingkup tujuan
diturunkannya.
Sementara Syaikh Mahmud Asyur, tokoh Al-Azhar Mesir dan anggota Majma'
Buhuts Islam (forum Kajian Masalah Islam), juga mengatakan hal yang sama.
Katanya, "Al-Quran diturunkan dari langit bukan untuk digunakan sebagai urusan
yang justeru menyepelekan Al-Quran seperti menjadikannya sebagai nada
panggil." Sejumlah ulama lainnya juga menyatakan hal yang hampir sama.
Haram. Termasuk Syaikh Shalih Syamrani, Dosen Ma'had Ilmi di Jeddah yang
berada di bawah Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud. Ia melarang
penggunaan Al-Quran dan azan sebagai nada panggil di telepon. Hanya saja, Dr.
Salwa Basusi, Dosen Fiqih Fakultas Studi Islam di Al-Azhar Mesir, lebih lunak
sedikit. Ia tidak mengharamkan dan tidak pula membolehkan. Ia hanya
menyebutkan, menggunakan suara pembacaan Al-Quran dan azan dalam nada
panggil adalah makruh.
Sehingga tidak menggunakannya dianggap lebih utama dan lebih baik. Selain para
ulama tersebut, memang ada yang tidak terlalu menganggap hal ini terlarang.
Mereka lebih mengkaitkan soal adab dan etika. Jangan sampai, bunyi ayat Al-
Quran yang dibaca terpotong di tengah ayat, sehingga memunculkan arti yang
kacau. Atau, jangan sampai kalimat "Allahu Akbar" terpotong menjadi "Allahu
Ak.. " karena si pemilik menjawab teleponnya. Bahkan yang lebih berbahaya, jika
kalimat "Laa ilaaha illallah" terpotong menjadi "Laa ilaah.. " yang berarti tidak
ada tuhan, sehingga kalimat itu menjadi syirik.
Bab iii
Penutup
A. KESIMPULAN
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara pihak yang berpandangan affirmatif
(mendukung topik) dan negatif (tidak mendukung topik), baik secara perorangan
maupun kelompok, terhadap permasalahan yang dibahas, sehingga salah satu
pihak dapat memperoleh kemenangan. Sementara diskusi adalah metode untuk
memecahkan permasalahan dengan proses berpikir secara berkelompok atau
bersama-sama sehingga menghasilkan penyelesaian atau penjelasan secara
mufakat.
B. SARAN
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu penulis
mengharapkan agar pembaca bersedia memberikan kritik dan sarannya yang bisa
menjadi acuan atau pedoman untuk penulis agar lebih baik lagi dalam pembuatan
makalah.