Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
DISUSUN OLEH KELOMPOK

3
ANANDA CAHYA KAMILA

SELVI

NURUL MAGFIRAH

VITRI HANDAYANI

HARIS RENALDI

WAHYU ARFIANDI

SMA NEGERI 8 BONE

TAHUN PELAJARAN 2018/2019


Kata pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan
Maha Penyanyang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-NyA
kepada kami sehingga kami bisa menyelesaika Makalah ini

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat


bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa


masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah tentang debat ini.

Kajuara, 12 Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................    

BAB I                         PENDAHULUAN

1.1.             Latar Belakang .....................................................................      

1.2.             Maksud dan Tujuan ...........................................................

1.3 Landasan teori…………………………………………………     

BAB II          ISI

2.1.             Pembahasan……………………………………………………     

BAB lll        PENUTUP

3.1.            Kesimpulan dan saran .....................................................      


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Setiap keterampilan itu berhubungan erat pula dengan proses-proses


berfikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya.
Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan
pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan praktek dan
banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti berlatih pula keterampilan
berfikir. (Tarigan, 1980:1; Dawson {et al}, 1963: 27). Pembelajaran peningkatan
keterampilan berbahasa dikembalikan pada peningkatan keterampilan berbahasa.
Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita melalui suatu
hubungan urutan yang teratur: Mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak
bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis.
Menyimak dan berbicara kita pelajari pada saat sebelum memasuki sekolah.

Linguis berkata bahwa “speaking is language”. Berbicara adalah suatu


keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan seseorang, yang hanya
didahului dengan keterampilan menyimak. Berbicara sudah barang tentu
berhubungan erat dengan kosa kata yang diperoleh oleh seseorang; melalui
kegiatan menyimak dan membaca. Kekurang matangan dalam perkembangan
bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan berbahasa.
Perlu kita sadari pula bahwa keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan
berbicara aktif yang efektif banyak persamaan dengan yang dibutuhkan bagi
komunikasi efektif.

Debat adalah sebuah tahapan yang harus dilalui oleh penyedia jasa
konstruksi untuk dapat mengerjakan sebuah proyek. Di dalam proses debat ini
penyedia jasa konstruksi atau calon kontraktor mengajukan penawaran agar dapat
pemahaman tentang debat dan penggunaan keterampilan bahasa memperoleh
proyek tersebut. Namun dalam proses debat sering terjadi kesalahan-kesalahan
yang dilakukan peserta debat. Hal ini diakibatkan karena pemahaman terhadap
bahasa yang kurang baik, sehingga kurang di perhatikan oleh para owner.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1. Melatih keberanian mengemukakan pendapat


2. Melatih mematahkan pendapat lawan
3. Meningkatkan kemampuan merespon sesuatu masalah

1.3 LANDASAN TEORI

Setelah anggota suatu kelompok mempergunakan teknik diskusi untuk


mencapai penyelesaian yang paling baik terhadap suatu masalah, maka mereka
pun memakai prinsip-prinsip debat untuk mempengaruhi orang lain di luar
kelompok untuk menerima usul yang terpilih itu. Teknik yang satu tidak dapat
digantikan oleh yang lainnya. Keduanya mempunyai bidang masing-masing yang
tidak dapat dipertukarkan.

Pada dasarnya debat merupakan suatu latihan atau praktik persengketaan


dan kontroversi. Debat merupakan suatu argumen untuk menentukan baik
tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang disebut
pendukung atau alternatif, dan ditolak, disangkal oleh pihak lain yang disebut
penyangkalan atau negatif. Biasanya ada dua tim yang masing-masing
mempunyai tiga orang anggota. Setelah batasan setiap istilah ditentukan, maka
kedua tim tersebut mempersiapkan laporan-laporan singkat mereka yang ada
kaitannya dengan masalah-masalah yang bersangkutan. Pembicara pertama
mengemukakan kasus bagi afirmatif  serta menyatakan masalah-masalah yang
harus di perhatikan oleh kedua rekannya. Begitupula pihak negatif pun membuat
persiapan yang sama. Seorang pembicara, penangkis atau penyangkal pun dipilih
dari pihak, dan setelah pidato-pidato resmi disajikan, para pembicara penangkas
pun mengemukakan sangkaln-sangkalan mereka. Suatu persiapan yang matang
jelas sangat diperlukan.

Diskusi terlukis dengan jelas di dalam pertimbangan-pertimbangan


mendalam yang dilakukan oleh suatu komite yang menangani tugas pengkajian
serta penganjuran suatu kebijaksanaan bagi seluruh kelompok atau organisasi
orang tua. Debat terlukis dengan jelas dalam pembicaraan-pembicaraan atau
pidato-pidato yang pro dan kontra dalam organisasi yang lebih besar sebelum
diadakan pemilihan atau pemungutan suara dilangsungkan, menentukan
kebijaksanaan yang mana yang akan diterima. Pada dasarnya debat merupakan
suatu latihan atau praktek persengketaan atau kontroversi.
Tujuan berdebat adalah salah satu pihak berhasil memperoleh kemenangan
melalui adu argumentasi. Tiap-tiap pihak saling menyampaikan argumennya
disertai dengan bukti yang mendukung, sehingga pihak tersebut mampu
menguatkan pendapatnya dan mematahkan pendapat lawan.
Ciri-ciri debat, yaitu:
a) Terdapat dua sudut pandang, yaitu affirmatif (pihak yang menyetujui topik)
dan negatif (pihak yang tidak menyetujui topik)
b) Adanya suatu proses saling mempertahankan pendapat antara kedua belah
pihak
c) Adanya saling adu argumentasi yang tujuannya untuk memperoleh
kemenangan
d) Hasil debat diperoleh melalui voting atau keputusan juri
e) Sesi tanya jawab bersifat terbatas dan bertujuan untuk menjatuhkan pihak
lawan
f) Adanya pihak yang berperan sebagai penengah yang biasanya dilakukan
oleh moderator
Etika Berdebat
a) Dalam berdebat, harus diperhatikan beberapa etika, yaitu:
b) Berfikir logis dan memiliki pengetahuan yang mendukung permasalahan
yang dibahas dalam debat
c) Mampu berbahasa dengan baik, benar dan komunikatif serta tanggap
terhadap respon yang diterima
d) Dilarang menyangkut pautkan pembahasan dengan SARA

Contoh Debat
Dalam ruang sidang, kita bisa melihat bagaimana jaksa dan pembela saling
berdebat mengeluarkan berbagai macam argumentasi. Pembela berusaha untuk
membuktikan bahwa yang dibelanya itu benar/tidak bersalah dengan
menghadirkan bukti-bukti dan melontarkan argumen yang mampu mematahkan
argumen jaksa, sehingga pembela dapat memperoleh kemenangan. Kemudian,
jaksa berusaha untuk menguatkan pendapatnya melalui penyampaian pasal-pasal
yang memberatkan pembela. Sedangkan hakim bertindak sebagai penengah
sekaligus juri yang akan memutuskan siapa yang menang.
BAB II
ISI

2.1 PEMBAHASAN

Bacaan al-Qur’an sebagai nada dering?

Teknologi tidak pernah berhenti berkembang. Namun sejumlah temuan-temuan


baru teknologi ternyata memunculkan perdebatan pro-kontra antara para ulama.
Ring tone atau nada dering yang begitu banyak variasinya dalam telepon
genggam, awalnya tidak pernah menjadi perhatian apalagi mengundang
perdebatan ulama. 

Bunyi ring tone, yang mulanya hanya merupakan nada panggil biasa, kemudian
berkembang menjadi lagu-lagu, dan berkembang lagi pada pembacaan ayat suci
Al-Quran. Perkembangan nada panggil berupa ayat suci Al-Quran lah yang
kemudian memicu perbedaan pendapat para ulama. Boleh atau tidak, haram atau
halal bila nada dering itu berisi bunyi ayat-ayat Al-Quran?

Tidak sedikit umat Islam yang menggunakan nada panggil telepon seluler
miliknya berupa pembacaan ayat suci Al-Quran atau suara azan, atau do'a.
Dr. Ahmad Thoha Rayan, memandang tidak boleh menggunakan nada panggil
yang berisi suara bacaan Al-Quranul Karim. Ia beralasan, karena Al-Quran yang
dibacakan itu seharusnya diperhatikan bacaannya dan direnungkan isinya
(ditadabburi), bahkan juga harus disertai adab dan etika tertentu untuk
membacanya seperti dengan "ta'awudz" dan "basmalah". Semua alasan itu, tidak
mungkin dilakukan oleh para pemilik telepon genggam.

Sementara tentang nada panggil bersuara azan, Dr. Rayan juga mengatakan tidak
membolehkannya. Karena ini mungkin saja memunculkan kekacauan, keraguan,
salah tanggap, bagi orang yang mendengarnya ketika bukan di waktu awal shalat.
Ia juga menegaskan alasannya bukan hanya itu, tapi karena azan adalah syiar suci
yang mempunyai waktu dan tempat sendiri untuk dilantunkan. Dan itu semua
wajib dihormati.

Di Mesir dan Saudi, fatwa sejumlah ulama juga tidak jauh berbeda. Dr. Ali
Jam'ah, Mufti Mesir telah memfatwakan haramnya menggunakan bunyi
pembacaan ayat suci Al-Quran dalam telepon genggam yang dijadikan nada
panggil. Pengharaman yang disampaikan Dr. Ali Jam'ah, adalah pengharaman
yang mutlak sifatnya karena hal tersebut dianggap menodai kesucian Al-Quranul
Karim yang diturunkan Allah swt untuk peringatan, dan membacanya adalah
ibadah. Bukan digunakan untuk hal-hal yang keluar dari lingkup tujuan
diturunkannya.

Sementara Syaikh Mahmud Asyur, tokoh Al-Azhar Mesir dan anggota Majma'
Buhuts Islam (forum Kajian Masalah Islam), juga mengatakan hal yang sama.
Katanya, "Al-Quran diturunkan dari langit bukan untuk digunakan sebagai urusan
yang justeru menyepelekan Al-Quran seperti menjadikannya sebagai nada
panggil." Sejumlah ulama lainnya juga menyatakan hal yang hampir sama.
Haram. Termasuk Syaikh Shalih Syamrani, Dosen Ma'had Ilmi di Jeddah yang
berada di bawah Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud. Ia melarang
penggunaan Al-Quran dan azan sebagai nada panggil di telepon. Hanya saja, Dr.
Salwa Basusi, Dosen Fiqih Fakultas Studi Islam di Al-Azhar Mesir, lebih lunak
sedikit. Ia tidak mengharamkan dan tidak pula membolehkan. Ia hanya
menyebutkan, menggunakan suara pembacaan Al-Quran dan azan dalam nada
panggil adalah makruh.

Sehingga tidak menggunakannya dianggap lebih utama dan lebih baik. Selain para
ulama tersebut, memang ada yang tidak terlalu menganggap hal ini terlarang.
Mereka lebih mengkaitkan soal adab dan etika. Jangan sampai, bunyi ayat Al-
Quran yang dibaca terpotong di tengah ayat, sehingga memunculkan arti yang
kacau. Atau, jangan sampai kalimat "Allahu Akbar" terpotong menjadi "Allahu
Ak.. " karena si pemilik menjawab teleponnya. Bahkan yang lebih berbahaya, jika
kalimat "Laa ilaaha illallah" terpotong menjadi "Laa ilaah.. " yang berarti tidak
ada tuhan, sehingga kalimat itu menjadi syirik.
Bab iii

Penutup

3.1 KESIMPULAN DAN SARAN

A.  KESIMPULAN

Metode pembelajaran debat termasuk metode pembelaran yang interaktif dan


memaksa siswanya untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.Metode
pembelajaran debat efektif dalam meningkatkan partisipasi belajar siswa.

Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara pihak yang berpandangan affirmatif
(mendukung topik) dan negatif (tidak mendukung topik), baik secara perorangan
maupun kelompok, terhadap permasalahan yang dibahas, sehingga salah satu
pihak dapat memperoleh kemenangan. Sementara diskusi adalah metode untuk
memecahkan permasalahan dengan proses berpikir secara berkelompok atau
bersama-sama sehingga menghasilkan penyelesaian atau penjelasan secara
mufakat.

B.    SARAN

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu penulis
mengharapkan agar pembaca bersedia memberikan kritik dan sarannya yang bisa
menjadi acuan atau pedoman untuk penulis agar lebih baik lagi dalam pembuatan
makalah.

Anda mungkin juga menyukai