Neuro-oftalmologi

Riski Prihatningtias

Departemen Ilmu Kesehatan Mata

FK UNDIP/ RSUP Dr. Kariadi Semarang
SISTEM VISUAL AFEREN
Nervus Optikus
 Berasal dari lapisan sel
ganglion retina
 Topografi :
 Intraocular
 Intraorbital
 Intracanalicular
 Intracranial
Pemeriksaan Fungsi Nervus II
 Lapang pandang
 Konfrontasi
 Amsler grid
 Layar tangen
 Manual kinetik
 Automatik statik

 Contrast sensitivity
 Pelli-Robson chart
 Cambridge chart

 Warna
 Ishihara test : red greed deficiency
 Lanthony color vision test : blue yellow deficiency
 Hardy-Rittler-Randy test
 Farnsworth Munsell 28 hue
Tes konfrontasi
 Amsler Grid
- Memakai kacamata atau lensa baca
- Pegang Amsler grid dgn jarak 30 cm
 - Tutup salah satu mata, dan fokuskan
 penglihatan mata yang terbuka di
 titik tengah. Ulangi pada mata satunya
 - Perhatikan jika ada garis yang putus
atau bergelombang, atau daerah yang
 hilang
Perimeter Goldmann
Humphfrey Visual Field Analyzer
Abnormal Optic Disc

 Disc edema
 Papilledema
 Disebabkan TIK meningkat

 Pseudo disc edema

 Inflamasi, infeksi, iskemi, trauma, toksik, dll
Papilledema
 TIK meningkat  tekanan LCS di subarachnoid meningkat
(termasuk di N.II)  gangguan transport axon  congesti
vena

 Causes of papilledema
 Pseudo-tumor cerebri
 Space-occupying intracranial lesion
 Microbial infection: meningitis, encephalitis.
 Hypertensive encephalopathy
 Intracranial vascular lesions: sub-arachnoid hemorrhage, sagittal sinus
thrombosis, etc
 Head-injury - long standing contusions, carotid-cavernous fistula
 Metabolic disorders: Addison's disease, , hypo-parathyroidism, etc.
 Blood dyscrasias : leukemia, polycythemia, etc.
 Choroidal plexus tumour by hypersecretion.
 Miscellaneous; serum sickness, status epilepticus, sarcoidosis etc.
Papilledema
 Gejala :
 Nyeri kepala
 Muntah
 Bisa terdapat defisit neurologis dan
penurunan kesadaran
 Visus umumnya normal, kecuali jika
sdh kronis ( atrofi papil)

 Tanda :
 Disc swelling, batas kabur
 Hiperemis
 Vasculature melebar & berkelok
 Perdarahan dan eksudat peripapil
 Patons’s line
 Lapang pandang : pelebaran bintik
buta
Papilledema
 Early
 Acute / establish
 Chronic
 Atrophic
 Pemeriksaan penunjang :
 CT Scan
 MRI

 Penatalaksanaan :
 Konsul bagian bedah saraf dan atau neurologi
Optic Neuritis
Inflamasi nervus optikus karena sebab apapun
 Demyelinative :
 Idiopathic
 Multiple sclerosis
 Neuromyelitis optica (Devic's disease)
 Immune-mediated :
 Postviral optic neuritis (measles, mumps, chickenpox, influenza, infectious
mononucleosis)
 Postimmunization optic neuritis
 Acute disseminated encephalomyelitis
 Acute idiopathic polyneuropathy (Guillain-Barré syndrome)
 Systemic lupus erythematosus
 Direct infections :
 Herpes zoster, syphillis, tuberculosis, cryptococcosis, cytomegalovirus
 Granulomatous optic neuropathy :
 Sarcoidosis
 Idiopathic
 Contiguous inflammatory disease :
 Intraocular inflammation
 Orbital disease
 Sinus disease, including mucormycosis
 Intracranial disease: meningitis, encephalitis
 Papillitis : inflamasi pada “nerve head”
(nervus optikus intraokuler)
 Gejala
 Penurunan visus, subakut (gradual), 2-7 hari
 Gangguan penglihatan warna dan kontras
 Nyeri gerak bola mata
 Tanda
 Visus turun
 Lapang pandang : terutama sentral skotoma
 Refleks pupil menurun
 Funduskopi : papil N II udem, hiperemis, pelebaran
vena

 Neuritis retrobulber
 Patient sees nothing, doctor sees
nothing
 Pemeriksaan penunjang
 MRI  faktor risiko MS
 Laboratorium darah
 Inflamasi : CRP
 Infeksi : TB, TORCH, sifilis, HIV

 Penatalaksanaan
 Injeksi metilprednisolone 4x250 mg selama 3
hari dilanjutkan oral 1mg/ kgBB selama 11
hari, kemudian tappering off 10-21 hari
 Steroid oral saja akan meningkatkan risiko
rekurensi
 OPTIC NEUROPATHY

 Ischemic optic neuropathy

 Neuropathy optic compressi
 Toxic and nutritional optic neuropathy
 Traumatic optic neuropathy
 Hereditary optic neuropathy
Ishemic Optic Neuropathy
Disebabkan faktor vaskuler

 Nonarteritic anterior ischemic optic neuropathy

 Giant cell arteritis (arteritic anterior ischemic optic
neuropathy)
 Systemic vasculitis: systemic lupus erythematosus, anti-
phospholipid antibody syndrome, polyarteritis nodosa,
Churg-Strauss vasculitis, Sjögren's syndrome, Takayasu's
disease Migraine
 Inherited coagulation defects: protein C deficiency, protein
S deficiency, antithrombin III deficiency, activated protein
C resistance (factor V Leiden mutation)
 Diabetic papillopathy
 Radiation optic neuropathy
 Sudden massive blood loss (eg, bleeding peptic ulcer)
Nonarteritic Anterior Ischemic Optic
Neuropathy
 “Stroke mata”
 Sumbatan pada arteri siliaris posterior brevis
 Sering mengenai pasien lanjut usia
 Faktor risiko : hipertensi, DM, hiperkolesterolemi
 Gejala
 Penurunan visus mendadak
 Tanpa rasa sakit

 Tanda
 Visus turun
 Refleks pupil menurun
 Papil N II udem sektoral atau menyeluruh,
kepucatan
 Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium darah  faktor risiko
 Gula darah, profil lipd, hematologi
 Imaging  tidak perlu

 Penatalaksanaan
 Pengendalian faktor risiko
 Konsul penyakit dalam
Neuropathy Optic Compressi
 Intracranial disease: meningioma, pituitary adenoma,
craniopharyngioma, supraclinoid internal carotid
aneurysm, meningeal carcinomatosis, basal meningitis.
 Orbital disease: dysthyroid eye disease, idiopathic
orbital inflammatory disease, orbital neoplasm, orbital
abscess
 Optic nerve sheath meningioma

Pemeriksaan penunjang :
- imaging
- lab darah : TSH, T3, T4

Penatalaksanaan :
- konsul bedah saraf, penyakit dalam
- injeksi steroid
Toxic and Nutritional optic neuropathy
 Vitamin deficiencies: vitamin B12 deficiency, vitamin B1
(thiamin) deficiency, folate deficiency
 Tobacco-alcohol amblyopia
 Heavy metals: lead, thalium, arsenic
 Drugs: ethambutol, isoniazid, rifampin, disulfiram,
quinine, chloramphenicol, amiodarone, digitalis,
carmustine, fluorouracil, vincristine, halogenated
hydroxyquinolines (eg, iodochlorhydroxyquin,
diiodohydroyquin), hexachlorophene, penicillamine,
barbiturates.
 Chemicals: methanol, ethylene glycol
 Hentikan penggunaan obat penyebab
 Pemberian suplementasi vitamin B
 Toxic – methanol  mengancam nyawa 
hemodialisis
 Traumatic optic neuropathy
 Direct optic nerve injury
 Indirect optic nerve injury
 Optic nerve avulsion

 Hereditary optic neuropathy

 Leber's hereditary optic neuropathy (mitochondrial
inheritance)
 Autosomal hereditary optic atrophy
 Autosomal dominant (juvenile) optic atrophy
 Autosomal recessive (infantile) optic atrophy
 Wolfram's syndrome (DIDMOAD: diabetes insipidus,
diabetes mellitus, optic atrophy, deafness)
 Inherited neurodegenerative diseases
 Hereditary spinocerebellar ataxia (Friedreich's ataxia)
 Hereditary motor and sensory neuropathy (Charcot-
Marie-Tooth disease)
 Lysosomal storage disorders
Optic Atrophy
 Bukan suatu diagnosis
 Respon nonspesifik kerusakan
saraf optikus akibat apapun
 Primer : kelanjutan dari suatu
optic neuropathy atau
glaukoma
 Sekunder : kelanjutan dari
papilledema
 Sudah berhenti atau masih
berlangsung