Anda di halaman 1dari 11

Makalah Farmasi Rumah Sakit

Peran Panitia Farmasi di Rumah Sakit

D
I
S
U
S
U
N
O
L
E
H
KELOMPOK 3 :
1. Dewi Indrawati Karoma’/1913015009
2. Eka Safitri Ramadhani1913015014
3. Erika Novita Sari/1913015012
4. Khanang Saputri/1913015008
5. Novarian Nur Rachman/1913015005

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2020
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Farmasi Rumah Sakit, dengan judul : “PERAN PANITIA
FARMASI DI RUMAH SAKIT”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas


dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran
dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadarai sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang
kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran
dan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
dunia pendidikan.

Samarinda, 20 September 2020

Kelompok 3

ii
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL…………………………………………………......i
KATA PENGANTAR ………………………………………………......ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………….....iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………..............1


 1.1 Latar Belakang …………………………………………......1
 1.2. Rumusan Masalah ……………………………………........2
 1.3. Tujuan Penulisan ……………………………………….......2

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………..............3


 2.1. Pengertian ………………………………….......................3
 2.2 Tujuan..............................................................................3
 2.3 Kegunaan.........................................................................4
 2.4 Organisasi dan Kegiatan..................................................4
 2.5 Tugas Panitia Farmasi dan Terapi...................................4
 2.6 Fungsi dan Ruang Lingkup..............................................5
 2.7 Kewajiban Panitia Farmasi dan Terapi............................5

BAB III PENUTUP ………………………………………………..........6


 3.1 Kesimpulan ……………………………………………….....6
 3.2 Saran …………………………………………………………6

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..........7


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif)
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep
kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua
fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk Rumah Sakit. Rumah Sakit yang
merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan
kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien (Menkes RI, 2004).
Rumah Sakit harus mempunyai organisasi atau unit untuk mengatur
dan mengelola segala hal yang berkaitan dengan obat. Sehingga, dibentuklah
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dan Tim Farmasi dan Terapi (TFT).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2014, Instalasi
Farmasi Rumah Sakit merupakan salah satu bagian Rumah Sakit yang
berada di bawah pengawasan dan koordinasi wakil direktur penunjang medik.
Pengorganisasian instalasi farmasi harus mencakup penyelenggaraan
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai,
pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu. Adapun organisasi lainnya
yaitu Tim Farmasi dan Terapi. Tim Farmasi dan Terapi (TFT) adalah
organisasi yang bekerja dalam memberikan rekomendasi tentang kebijakan
penggunaan obat kepada pimpinan Rumah Sakit. Anggota TFT yaitu dokter
yang mewakili semua spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, Apoteker
Instalasi Farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan.Salah
satu tugas TFT yaitu mengembangkan dan merevisi Formularium Rumah
Sakit (Menkes RI, 2014).

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu panitia farmasi rumah sakit ?
b. Apa tujuan panitia farmasi rumah sakit ?
c. Apa tugas panitia farmasi rumah sakit ?

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui secara umum mengenai definisi, kegunaan, tujuan,
keanggotaan, kewenangan, fungsi dan lingkup panitia farmasi dan
terapi.
b. Untuk mengetahui panitia farmasi dan terapi tipe A, B, C serta jumlah
apoteker yang terlibat pada masing-masing panitia farmasi dan terapi.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) menurut Menteri Kesehatan RI No.
1197/Menkes/SK/X/2004 adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi
antara staf medik dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang
mewakili spesialisasi-spasialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari
farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya (Depkes RI, 2004, http://dinkes-
sulsel.go.id, diakses tanggal 20 Juli 2010).
Panitia Farmasi merupakan badan penghubung antara staf medis dan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Selain itu juga membuat kebijaksanaan tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan penilaian dan pemilihan obat di rumah
sakit.

2.2 Tujuan

Tujuan Panitia Farmasi dan Terapi adalah:


1. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan
obat dan evaluasinya.
2. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan
terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai
kebutuhan.
3. Penggunaan obat secara rasional, meliputi tepat indikasi, tepat pasien,
tepat regimen, tepat obat, tepat dosis, dan waspada efek samping obat.
4. Pengelolaan obat di rumah sakit dilakukan secara transparan.
5. Rumah sakit memperoleh pemasukan yang sesuai dari hasil pengelolaan
obat di rumah sakit.

3
2.3 Kegunaan
Kegunaan utama dari PFT adalah :
1. Perumus kebijakan-prosedur
Panitia farmasi dan terapi memformulasi kebijakan berkenaan dengan
evaluasi, seleksi dan penggunaan terapi obat, serta alat yang berkaitan di
rumah sakit.
2. Edukasi
Panitia farmasi dan terapi memberikan rekomendasi atau membantu
memformulasikan program yang didesain untuk memenuhi kebutuhan staf
profesional (dokter, perawat, apoteker, dan praktisi pelayanan kesehatan
lainnya) untuk melengkapi pengetahuan mutakhir tentang obat dan
penggunaan obat.
Panitia farmasi dan terapi ini meningkatkan obat secara rasional melalui
pengembangan kebijakan dan prosedur yang relavan untuk seleksi obat,
pengadaan, dan melalui edukasi tentang obat bagi penderita dan staf profesional.

2.4 Organisasi dan Kegiatan


Susunan kepanitian Panitia Farmasi dan Terapi serta kegiatan yang dilakukan
bagi tiap rumah sakit dapat bervariasi sesuai dengan kondisi rumah sakit setempat:
1. Panitia Farmasi dan Terapi harus sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) dokter,
apoteker dan perawat. Untuk rumah sakit yang besar tenaga dokter bisa lebih dari 3
(tiga) orang yang mewakili semua Staf Medis Fungsional yang ada.
2. Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan
dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka sebagai ketua
adalah farmakologi. Sekretarisnya adalah apoteker dari instalasi farmasi atau
apoteker yang ditunjuk.
3. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2
(dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali.
Rapat Panitia Farmasi dan Terapi dapat mengundang pakar-pakar dari dalam
maupun dari luar rumah sakit yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan
Panitia Farmasi dan Terapi.
4. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rapat PFT (Panitia Farmasi dan Terapi)
diatur oleh sekretaris, termasuk persiapan dari hasil-hasil rapat.
5. Membina hubungan kerja dengan panitia di dalam rumah sakit yang sasarannya
berhubungan dengan penggunaan obat (Depkes RI, 2004, http://dinkes-sulsel.go.id,
diakses tanggal 20 Juli 2010).
Menurut Charles Siregar dalam bukunya Farmasi Rumah Sakit menyebutkan
bahwa keanggotaan PFT terdiri dari 8-15 orang. Semua anggota tersebut
mempunyai hak suara yang sama. Di rumah sakit umum besar (misalnya kelas A
dan B) perlu diadakan suatu struktur organisasi PFT yang terdiri atas keanggotaan
inti yang mempunyai hak suara, sebagai suatu tim pengarah dan pengambil
keputusan. Anggota inti ini dibantu oleh berbagai subpanitia yang dipimpin oleh
salah seorang anggota inti. Anggota dalan subpanitia adalah dokter praktisi
spesialis, apoteker spesialis informasi obat, apoteker spasialis farmasi klinik, dan
berbagai ahli sesuai dengan keahlian yang diperlukan dalam tiap subpanitia.
Selain subpanitia yang pembentukannya didasarkan pada penggolongan
penyakit sasaran obat, di beberapa rumah sakit subpanitia didasarkan pada SMF
(Staf Medik Fungsional) yang ada. PFT dapat juga membentuk subpanitia untuk
kegiatan tertentu, misalnya subpanitia pemantauan dan pelaporan reaksi obat
merugikan, subpanitia evaluasi penggunaan obat, subpanitia pemantauan resistensi
antibiotik, subpanitia formulasi dietetik, atau subpanitia khusus jika perlu. Dalam
subpanitia khusus ini, sering kali melibatakan spesialis yang bukan anggota PFT.

2.5 Tugas Panitia Farmasi dan Terapi ( PFT )


a. Memberikan rekomendasi dalam pemilihan penggunaan obat – obatan.
b. Menyusun formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat-obatan di
rumah sakit dan apabila perlu dapat diadakan perubahan secara berkala.
c. Menyusun standar terapi bersama-sama dengan staf medik.
d. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi penulisan resep dan
penggunaan obat generik bersama-sama dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

4
2.6 Fungsi dan Ruang Lingkup
1. Mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Pemilihan obat
untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi secara
subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus
meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat yang sama.
2. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak
produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.
3. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang termasuk
dalam kategori khusus.
4. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-
kebijakan dan peraturanperaturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit sesuai
peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional.
5. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan
mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.
Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus penggunaan
obat secara rasional.
6. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
7. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis
dan perawat (Depkes RI, 2004, http://dinkes-sulsel.go.id, diakses tanggal 20 Juli
2010).

2.7 Kewajiban Panitia Farmasi dan Terapi


a. Memberikan rekomendasi pada Pimpinan rumah sakit untuk mencapai budaya
pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional.
b. Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, formularium rumah
sakit, pedoman penggunaan antibiotika dan lain-lain.
c. Melaksanakan pendidikan dalam bidang pengelolaan dan penggunaan obat
terhadap pihak-pihak yang terkait.
d. Melaksanakan pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat dan memberikan
umpan balik atas hasil pengkajian tersebut.

5
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 pekerjaan kefarmasian
yaitumeliputi pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas
resepdokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan
obattradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dankewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ketenagafarmasian juga bekerja berdasarkan peraturan perundangan RI No 51
Tahun2009 pasal 19 tentang Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian Pada
FasilitasPelayanan Kefarmasian. Fasilitas pelayanan kefarmasian meliputi
apotek,instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat atau apotek 6
Menurut WHO, Pelayanan farmasi rumah sakit yang dilakukan meliputi:
1. Pengkaijian dan pelayanan resep
2. Penelusuran riwayat penggunaan obat
3.Pelayanan Informasi Obat (PIO)
4.Konseling
5.Pemantauan terapi obat (PTO)
6.Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

3.2 Saran
Apapun dan bagaimanapun, Rumah Sakit merupakan tempat yang tepat
orang -orang yang mengalami gangguan kesehatan, baik jiwa, fisik dan lainnya.
walaupun ada sistem perawatan rumah yang dilakukan oleh sebahagian orang,
namun tetap saja tidak maksimal jika dibandingkan dengan sistem perawatan yang
telah dilakukan di setiap Rumah Sakit. Panitia Farmasi dan Terapi Rumah
sakit merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas rumah sakit
guna memberikan yang terbaik.

6
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, Keputusan MenKes RI Nomor 1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang


Standar Pelayanan Rumah Sakit, 1999.

Depkes RI, Keputusan MenKes RI No. 228/MENKES/SK/III/2002 tentang


Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang Wajib
Dilaksanakan Daerah, 2002.

Depkes RI. (2008). Peraturan MenKes RI No. 269/MENKES/PER/III/2008


tentang Rekam Medis.

Depkes RI. (2009). UU RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta:
Depkes RI.

Anda mungkin juga menyukai