9388 22251 2 PB
9388 22251 2 PB
Andi Ramdan Al Qadri1, Panji Mujahid Alhaq2, ,Nurul Muthmainnah3, Mirna Ayu Irpadilla4,
Herlina5,Nur Aulia S6, Aviva R Scholten7
Abstract
The purpose of this research is to know the number of percentage of grade students of XI IPA 8 SMAN
1 Gowa who are experiencing misconceptions on buffer solution material, and the cause of
misconceptions. This research is quantitative and qualitative with a descriptive approach. Data
collection techniques are observations, three-tier diagnostic tests, and interviews. The results of this
study were 51% of students experienced misconceptions, 7,73% conceptualized, and 41.07% were not
conceptualized. The form of misconceptions, a factor that causes misconceptions, i.e. students, teachers,
textbooks, and teaching methods.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah persentase siswa kelas XI IPA 8 SMAN 1
Gowa yang mengalami miskonsepsi pada materi larutan penyangga, dan penyebab terjadinya
miskonsepsi. Penelitian ini yaitu kuantitatif dan kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik
pengumpulan data yaitu observasi, three –tier diagnostic test, dan wawancara. Hasil penelitian ini yaitu
sebanyak 51% siswa mengalami miskonsepsi, 7,73% paham konsep, dan 41,07% tidak paham konsep.
Bentuk miskonsepsi, faktor yang menyebabkan miskonsepsi yaitu diri perserta didik, guru, buku teks,
dan metode pengajaran.
yang terjadi pada saat proses pembelajaran. jawaban pada tingkat pertama dan pada tingkat
Menurut [7], miskonsepsi merupakan sebuah ketiga berisi penegasan tentang keyakinan dari
konsep khusus yang berbeda dengan konsep jawaban dan alasan yang telah dipilih pada dua
ilmiah yang sebenarnya dan tidak sesuai dengan tingkat sebelumnya.
persetujuan peneliti di bidang keahliannya. Miskonsepsi pada peserta didik dapat
Miskonsepsi dapat berasal dari pengalaman dianalisis melalui penggunaan instrumen three-
peserta didik yang salah menginterpretasi tier diagnostic test. Karena keunggulan dari
materi yang dihadapi, miskonsepsi dapat three-tier dibandingkan dengan two-tier adalah
bersumber dari pembelajaran guru yang kurang dapat mendiagnosis miskonsepsi yang dialami
terarah atau mungkin guru itu juga mengalami peserta didik lebih mendalam, membedakan
miskonsepsi [8]. antara paham konsep, tidak paham konsep dan
Miskonsepsi pada mata pelajaran kimia miskonsepsi juga menentukan bagian-bagian
akan berdampak sangat fatal pada pemahaman materi yang memerlukan penekanan lebih saat
peserta didik karena konsep-konsep kimia yang pembelajaran, dan merencanakan pembelajaran
bersifat abstrak dan saling terkait antara satu yang lebih baik untuk membantu mengurangi
dengan yang lainnya, sehingga kesalahan miskonsepsi peserta didik [13]. Salah satu
prakonsep pembelajaran akan berpengaruh materi kimia yang rentan terjadi miskonsepsi
kepada pelajaran lanjutan, hal ini akan adalah larutan penyangga ini dikarenakan pada
berdampak pada rendahnya kemampuan materi larutan penyangga banyak konsep
peserta didik dan tidak tercapainya ketuntasan perhitungan maupun konsep secara teori yang
belajar [9]. perlu dipahami peserta didik, terlebih lagi pada
Menurut [10], permasalahan mengenai konsep perhitungan hidrolisis garam yang
miskonsepsi peserta didik harus diremediasi, menyerupai konsep perhitungan dari larutan
namun yang perlu dilakukan terlebih dahulu penyangga [1]. Hal ini didukung oleh [14],
ialah mengdiagnosis adanya miskonsepsi bahwa hidrolisis garam dan larutan penyangga
tersebut, karena miskonsepsi membuat peserta adalah materi kimia yang memiliki kesamaan
didik kesulitan dalam mempelajari konsep karakteristik, salah satunya bersifat abstrak dan
untuk materi yang berhubungan. Salah satu cara kompleks, sehingga untuk memahaminya
untuk mendiagnosis adanya miskonsepsi pada memerlukan pemahaman yang baik dan jelas.
peserta didik adalah dengan menggunakan tes Karakteristik kedua materi ini dapat memicu
diagnostik. Tes diagnostik adalah tes yang kesulitan pada peserta didik untuk memahami
dapat digunakan untuk mengetahui secara tepat materi hidrolisis dan larutan penyangga.
dan memastikan kelemahan dan kekuatan Sesuai dengan hasil observasi yang
peserta didik pada pelajaran tertentu [11]. dilakukan di SMAN 1 Gowa bahwa materi
Salah satu tes diagnostik yang pernah hidrolisis garam dengan materi larutan
digunakan adalah two-tier tes dan three-tier. penyangga merupakan materi yang sering
Tingkat pertama (one-tier) berupa pilihan terdapat kesalahan konsep atau miskonsepsi
ganda biasa, tingkat kedua (two-tier) berupa pada peserta didik. Materi larutan penyangga
soal dan alasan. Kekurangannya adalah tidak merupakan materi yang berkesinambungan
dapat membedakan antara peserta didik yang dengan materi sebelumnya yaitu asam basa
miskonsepsi dengan tidak paham konsep. sehingga peserta didik dituntut untuk
Kelemahannya ini disampaikan oleh [12] yang memahami setiap konsep secara menyeluruh
mengembangkan three-tier test. Pada three-tier agar tidak menimbulkan kesalahan dalam
diagnostic test terdiri dari soal, alasan memilih pemahaman konsep. Hal ini didukung
pembelajaran kimia. Hal ini menjadikan miskonsepsi peserta didik kelas XI IPA 8
tidak adanya inisiatif pada peserta didik SMAN 1 Gowa. Berdasarkan hasil
untuk belajar lebih memahami setiap observasi, guru hanya memakai satu metode
konsep secara mendalam. pembelajaran dengan model pembelajaran
Faktor miskonsepsi lainnya karena konvensional sehingga membuat peserta
terdapat intuisi yang salah pada siswa. didik kurang aktif dalam proses
Siswa hanya menghafal teori tanpa pembelajaran kimia di kelas. Terlebih setiap
memahami konsepnya sehingga ketika peserta didik memiliki daya kognitif yang
diberi soal denagn konsep yang sama berbeda, maka tidak semua peserta didik
namun berbeda bentuk peserta didik memiliki kecocokan pembelajaran yang
kesulitan menjawabnya. Asumsi ini sejalan sama dalam penerapan suatu model
dengan penelitian yang dilakukan oleh [17] pembelajaran yang diajukan oleh guru dan
yang menganalisis miskonsepsi siswa kelas akhirnya tentu saja berpengaruh terhadap
XI SMA Negeri 1 Banawa Tengah pada pemahaman konsep peserta didik.
pembelajaran larutan penyangga dengan
CRI. Pada penelitian tersebut menjelaskan KESIMPULAN
bahwa penyebab miskonsepsi peserta didik Berdasarkan penelitian yang telah
terdiri dari berbagai hal yaitu prakonsepsi, dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
pemikiran humanistik, pemikiran asosiatif bentuk miskonsepsi yang dialami oleh peserta
siswa, reasoning yang tidak lengkap, intuisi didik pada materi larutan penyangga adalah
yang salah, perkembangan kognitif siswa, terjadi pada semua indikator soal, yaitu pada
minat siswa, dan kemampuan siswa. pengertian larutan penyangga, komponen
c. Penyebab Miskonsepsi Bersumber dari larutan penyangga, serta aplikasi dari larutan
Buku Teks penyangga. Bentuk miskonsepsi yang terjadi
Faktor penyebab lain adanya materi pengertian larutan penyangga adalah
miskonsepsi peserta didik kelas XI IPA 8 banyaknya siswa yang beranggapan bahwa pH
SMAN 1 Gowa adalah buku teks yang larutan penyangga baru dapat diketahui ketika
menjadi pegangan oleh setiap peserta didik. penambahan asam, basa, atau air secara
Berdasarkan hasil observasi yang telah berlebihan.
dilakukan terhadap peserta didik kelas XI Bentuk miskonsepsi yang terjadi materi
IPA 8 SMAN 1 Gowa, buku pegangan tidak komponen larutan penyangga adalah
memberikan penjelasan yang rinci terutama banyaknya siswa yang beranggapan bahwa
pada pembahasan dari suatu contoh soal komponen larutan penyangga adalah asam
yang ada. Dan menurut hasil wawancara, lemah dan basa lemah. Selain itu, bentuk
peserta didik masih kurang dapat miskonsepsi yang terjadi pada materi aplikasi
memahami buku teks dengan baik karena larutan penyangga adalah adanya anggapan
penulisan bahasanya yang sulit untuk peserta didik bahwa kandungan air ludah pada
dimengerti dan juga karena adanya mulut merupakan contoh penerapan dari larutan
ketidaksesuaian ketersediaan buku dengan penyangga yang disebabkan karena adanya
kurikulum yang dijalankan sekolah. penyangga fosfat. Adapun faktor-faktor yang
d. Penyebab Miskonsepsi Bersumber dari menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada
Metode Pengajaran peserta didik adalah bersumber dari guru,
Metode pembelajaran juga menjadi peserta didik, buku teks, dan metode
salah satu faktor penyebab terjadinya pembelajaran.