Anda di halaman 1dari 3

ISU-ISU STRATEGIS MANAJEMEN PUBLIK

(Akuntabilitas dan Transparansi Kinerja Sektor Publik, Meliputi: Pertanggungjawaban


Kualitas Layanan dan Informasi Layanan Publik Yang Dapat Di Akses Dengan Mudah)
NUR KARMILA
105611117016
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Sistem pemerintahan di Indonesia mengalami perubahan seiring dengan adanya semangat


reformasi dan globalisasi. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada berbagai bidang terutama
yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan. Perubahan yang dilakukan
diharapkan menjadi suatu langkah yang strategis untuk mewujudkan pemerintahan Indonesia
dengan dasar-dasar efisiensi, efektifitas dan demokratisasi. Dalam kaitannya dengan aparat
biokrasi yang bertanggungjawab, ada isu sentral yang mencuat ke permukaan yaitu Good
Governance. Good Governance sudah lama menjadi mimpi banyak orang di Indonesia, meskipun
pemahaman mereka tentang Good Governance berbeda-beda. Untuk mencapai Good
Governance maka diperlukan akuntabilitas dan transparansi kinerja sector publik yang jelas.

Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah kewajiban untuk memberikan


pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinera dan tindakan sesesorang/badan
hokum/pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk
meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Berdasarkan pada pengertian yang demikian itu,
maka semua Instansi Pemerintah, Badan dan Lemabaga Negara di Pusat dan Daerah sesuai
dengan tugas pokok masing-masing harus memahami lingkup akuntabilitasnya masing-masing,
karena akuntabilitas yang diminta meliputi keberhasilan dan juga kegagalan pelaksanaan misi
Instansi yang bersangkutan.

Instrumen dasar akuntabilitas adalah peraturan perundang-undangan yang ada, dengan


komitmen politik akan akuntabilitas maupun mekanisme pertanggungjawaban, sedangkan
instrumen-instrumen pendukungnya adalah pedoman tingkah laku dan sistemn pemantauan
kinerja penyelenggara pemerintahan dan sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas dan tegas.
Paradigma baru penyelenggara pemerintahan menegaskan bahwa sistem pertanggungjawaban
mengalir ke atas melalui jalur rantai komando tidak seefektif pertanggungjawaban kepada
masyarakat yang diselenggarakan kepentingannya. Namun, perlu diperhatikan bahwa sistem
pertanggungjawaban tersebut masih dalam kerangka peraturan dan standar yang ditetapkan oleh
mereka yang mengarahkan organisasi pemerintahan.

Miftah Thoha menjelaskan bahwa salah satu wujud dari akuntabilitas adalah agar semua
produk hokum dan kebijakan yang menyangkut kehidupan rakyat banyak harus di upayakan di
dasarkan atas undang-undang. Peraturan perundang-undangan dijadikan sebagai salah satu
indikator dalam mengukur proses penyelenggaraan pemerintahan. Dengan produk hokum yang
berupa undang-undang ini rakyat mempunyai akses untuk mengatur dan mengendalikannya.
            Menurut Jeff & Shah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas,
yaitu: Meningkatnya kepercayaan dan kepuasaan masyarakat terhadap pemerintah, timbulnya
kesadaran masyarakat, meningkatnya keterwakilan berdasarkan pilihan dan kepentingan
masyarakat, dan berkurangnya kasus-kasus KKN.
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang di ambil oleh
pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan
masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh
informasi yang akurat dan memadai.

Informasi merupakan suatu kebutuhan penting masyarakat untuk berpartisipasi dalam


pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut pemerintah daerah perlu proaktif dalam
memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakan kepada
masyarakat. Pemerintah daerah perlu mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti melalui
brosur, pengumuman melalui Koran, radio, serta televise, serta kebijakan yang jelas tentang cara
mendapatkan informasi. Kebijakan ini akan memperjelas bentuk informasi yang dapat diakses
masyarakat ataupun bentuk informasi yang bersifat rahasia, bagaimana cara mendapatkan
informasi, lama waktu mendapatkan informasi serta prosedur pengaduan apabila informasi tidak
sampai kepada masyarakat.

Transparansi juga harus seimbang dengan kebutuhan akan kerahasiaan lembaga maupun
informasi-informasi yang mempengaruhi hak privasi individu. Karena pemerintahan
menghasilkan data dalam jumlah besar, maka dibutuhkan petugas informasi professional, bukan
untuk membuat dalih atas keputusan pemerintah, tetapi untuk menyebarluaskan keputusan-
keputusan yang penting kepada masyarakat serta menjelaskan alasan dari setiap kebijakan
tersebut.
Peran media juga sangat penting bagi transparansi pemerintah, baik sebagai sebuah
kesempatan untuk berkomunikasi pada publik maupun menjelaskan berbagai informasi yang
relevan atas berbagai aksi pemerintah dan perilaku menyimpang dari para aparat birokrasi. Jelas,
media tidak akan dapat melakukan tugas ini tanpa adanya kebebasan pers, bebas dari intervensi
pemerintah maupun pengaruh kepentingan bisnis.
Keterbukaan membawa konsekuensi adanya kontrol yang berlebih-lebihan dari
masyarakat dan bahkan oleh media massa. Karena itu, kewajiban akan keterbukaan harus
diimbangi dengan nilai pembatasan, yang mencakup criteria yang jelas dari para aparat publik
tentang jenis informasi apa saja yang mereka berikan dan pada siapa informasi tersebut
diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68574/Chapter%20II.pdf?sequence=3&is
Allowed=y

Mustafa, Bahruddin. 2016. “Akuntabilitas, Transparansi, dan Produktivitas Kerja”. Diakses 14


Desember 2018 Pukul. 10.35 WITA.
Rahmannursajid, Amin. 2008. “Akuntabilitas dan Transparansi Dalam Pertanggungjawaban
Pemerintah Daerah untuk Mewujudkan Pemerintahan yang Baik di Daerah”. Diakses 14
Desember 2018 Pukul. 10.35 WITA
Wicaksono, Kristian Widya. (2015). Akuntabilitas Organisasi Sector Publik. Jurnal Kebijakan
dan Administrasi Publik. Vol 19, No 1.

Anda mungkin juga menyukai