Disusun oleh:
CIREBON 2020
i
Nama : Ns. Anggra Trisna Ajani, S.Kep
Pelatihan : Penata Anestesi
Judul kasus : Asuhan Kepenataan Anestesi pada Pasien Tn. E dengan Herniotomy
Teknik Anestesi Regional: Spinal di Rumah Sakit Siti Rahmah
Padang
Tim Penguji
KATA PENGANTAR
ii
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan makalah kasus ini yang berjudul
“Asuhan Kepenataan Anestesi pada Pasien Tn. E dengan Herniotomy Teknik
Anestesi Regional: Spinal di Rumah Sakit Siti Rahmah Padang”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis buat untuk persyaratan
kelengkapan tugas individu dalam pelatihan penata anestesi angkatan III
Tahun 2019/2020.
Dalam penyususnan makalah ini mungkin jauh dari kesempurnaan,
mohon maaf kalau ada kesalahan dalam penulisan, semoga makalah ini
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
keperawatan anestesiologi. Somoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya kepada kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan............................................................................................ ii
Kata Pengantar................................................................................................... iii
Daftar isi............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
iii
A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................. 2
A. Anestesi Regional .................................................................................. 2
B. Asuhan Keperawatan Perianestesi ........................................................ 10
BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................... 18
A. Pengkajian ............................................................................................. 18
B. Riwayat kesehatan ................................................................................. 18
C. Pemeriksaan fisik .................................................................................. 19
D. Data psikologis....................................................................................... 20
E. Data social.............................................................................................. 20
F. Data kultural........................................................................................... 20
G. Data spiritual ......................................................................................... 21
H. Pola pengakajian fungsional ................................................................. 21
I. Pemeriksaan penunjang ......................................................................... 22
J. Catatan Anestesi .................................................................................... 22
K. Terapi cairan .......................................................................................... 26
L. Analisa data ........................................................................................... 27
M. Diagnosa keperawatan .......................................................................... 29
N. Intervensi, implementasi dan evaluasi ................................................... 30
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 35
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anestesi Regional
1. Anestesi Spinal
Anestesi regional adalah suatu tindakan anestesi dengan menggunakan
obat analgetik lokal untuk menghambat impuls nyeri suatu bagian tubuh
sementara pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu
bagian tubuh diblokir untuk sementara (reversibel). Fungsi motorik dapat
terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Tetapi pasien tetap sadar
(Jakobsson & Johnson, 2016).
Anestesi spinal adalah suatu cara pemberian obat anestetik lokal ke dalam
ruang intratekal, intradural, subdural, subarachnoid. Anestesi
spinal/subaraknoid disebut juga sebagai analgesi/blok spinal intradural
atau blok intratekal. Untuk dapat memahami anestesi spinal yang
menghasilkan blok simpatis, blok sensoris dan blok motoris maka perlu
diketahui neurofisiologi saraf, mekanisme kerja obat anestesi lokal pada
SAB (Subarachnoid Blok) dan komplikasi yang dapat ditimbulkannya
(Marbury, 2005). Untuk mendapatkan derajat anestesi yang akan dicapai
tergantung dari tinggi rendah lokasi penyuntikan, untuk mendapatkan
blockade sensoris yang luas, obat harus berdifusi ke atas, dan hal ini
tergantung banyak faktor antara lain
1. Posisi pasien selama dan setelah penyuntikan,
2. Barisitas dan berat jenis obat.
3. Berat jenis obat lokal anesthesia dapat diubah–ubah dengan
mengganti komposisinya, hiperbarik diartikan bahwa obat lokal
anestesi mempunyai berat jenis yang lebih besar dari berat jenis
cairan serebrospinal, yaitu dengan menambahkan larutan
glukosa, namun apabila ditambahkan NaCl atau aqua destilata
akan menjadi hipobarik.
4. Ketinggian suntikan
5. Kecepatan suntikan/barbotase
6. Ukuran jarum
7. Keadaan fisik pasien
8. Tekanan intra abdominal
d. Bedah urologi
f. Bedah obstetrik-ginekologi
d. Penyakit jantung
e. Kelainan psikis
f. Bedah lama
h. Hipovolemia ringan
3. Anatomi
a. Tulang Punggung
2. Besarnya dosis
b. Bradikardia
Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia,terjadi akibat blok
sampai T-2
c. Hipoventilasi
Akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafas
d. Trauma pembuluh darah
e. Trauma saraf
f.Mual-muntah
g. Gangguan pendengaran
h. Blok spinal tinggi atau spinal total
Komplikasi pasca tindakan:
a. Nyeri tempat suntikan
b. Nyeri punggung
c. Nyeri kepala karena kebocoran likuor
d. Retensio urine
e. Meningitis
1. Pre anestesi
a. Identitas
Pemeriksaan fisik
a) Pernafasan
b) Darah
c) Otak/brain
d) Bladder
e) Bowel
f) Bone
Pemeriksaan diagnostik
a) Persiapan puasa, lama puasa pada orang dewasa 6-8 jam, anak-
anak 4-6 jam, bayi 2 jam.
a) Posisikan pasien
Ringan = 4 ml/kgBB/jam.
Sedang = 6 ml / kgBB/jam
Berat = 8 ml / kgBB/jam.
3. Post anestesi
f) Pantau mual atau muntah jika perlu berikan obatnya secara intravena
seperti ondansentron, granon.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Tn. E
Umur : 48 Th
Alamat : Solok Selatan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Jenis kelamin : Pria
Status : Kawin
BB /TB : 58 Kg/160 cm
Tanggal masuk Rs : 19 -2- 2020
Tanggal masuk OK : 20 – 2- 2020
Diagnosa medis : Hernia Inguinalis Lateralis sinistra
Tindakan anestesi : Anestesi Regional (spinal)
B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Klien mengatakan terasa nyeri dibagian selangkangan sebelah kiri, nyeri
bertambah jika kaki kiri di lipat.
2. Keluhan tambahan
Klien mengatakan perutnya terasa penuh seperti kembung dan terasa mual, tetapi
tidak muntah. Klien mengatakan cemas dengan tindakan operasi yang akan
dijalaninya karena baru pertama kali. Klien mengatakan diselakangan sebelah
kirinya ada benjolan yang membengkak.
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien masuk rumah sakit siti rahmah padang di poliklinik pada hari Rabu tanggal
19 Februari 2020 dan direncanakan operasi pada tanggal 20 Februari 2020.
Untuk mempersiapkan operasi, klien di rawat di ruangan Safa rumah sakit siti
rahmah padang. Saat berada di ruangan persiapan operasi, klien mengatakan
terdapat benjolan di lipat paha kiri sejak kurang lebih 5 tahun yang lalu. Awal
terasa benjolan muncul kecil seperti kelereng, lama-lama benjolan terasa
semakin membesar seperti telur puyuh. Awalnya benjolan keluar jika digunakan
untuk aktifitas fisik kemudian masuk kembali jika beristirahat atau berbaring.
Pasien belum pernah memeriksakan benjolan tersebut sebelumnya. Riwayat
bekerja dengan mengangkat beban berat (+). Klien mengatakan benjol disebelah
kiri sebesar telur puyuh dan terasa nyeri. Skala nyeri 6. Nyeri akan meningkat
jika kaki kiri dilipat. Klien mengatakan cemas dan tampak tegang. Klien tampak
berkeringat. Klien bertanya tentang bagaimana proses operasi yang akan
dijalaninya, apakah klien bisa meninggal seperti tetangganya. Saat dilaksanakan
operasi, dilakukan pembiusan dengan teknik anestesi regional: spinal yang
merupakan anestesi lokal yang mengakibatkan penurunan kekuatan ekstremitas
bawah dan dalam keadaan sadar.
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah operasi. Klien mengatakan tidak
pernah di rawat di rumah sakit sebelumnya. Klien mengatakan sakit klien
sebelumnya hanya demam dan flu saja. Biasanya klien jika sakit hanya membeli
obat di warung saja seperti bodrex atau paramex. Klien mengatakan merokok.
5. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit yang
sama dengannya. Klien mengatakan tidak ada keluarga klien yang menderita
penyakit hipertensi, DM dan asma.
6. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak mempuyai riwayat alergi makanan, obat-obatan dan
dingin atau debu.
C. Pemeriksaan fisik
D. Data psikologis
Klien mengatakan cemas, khawatir dengan operasi yang akan dijalaninya. Klien
mengatakan takut jika nanti meninggal sewaktu menjalani operasinya.
E. Data social
Klien seorang suami dan ayah dari 3 orang anak. Klien mengatakan saat di rumah
sakit klien ditemani istri nya sedangkan anak-anaknya di kampung dengan
ditemani oleh orang tua pasien.
F. Data kultur
Klien mempunyai suku minang. Tidak mempunya makan larangan dan kebiasaan
tertentu oleh sukunya. Klien hanya memakan makanan yang halal sesuai dengan
ajaran agama islam.
G. Data spiritual
Klien beragama islam. Selama klien masuk pre operasi, dan selama operasi klien
selalu berzikir sesuai dengan ajaran agama islam yang dianutnya
H. Pola pengkajian fungsional
Rongen :
Hasil: Pemeriksaan radiologi yaitu nampak Hernia Inguinalis
J. Catatan anestesi
c. Puasa ≥ 8 jam
d. Terpasang kateterisasi
e. ASA 1
h. Infus : RL
i. Obat premedikasi :
Ondansentron : 8 mg
sedacum : 1 mg
Pethidin : 50 mg
j. Jenis anestesi : Anestesi Regional
k. Teknik anestesi :
Spinal dengan posisi duduk
obat anestesi regional teknik spinal
Bupivakaine : 3 ml
n. Monitoring : Tanda vital selama operasi tiap 5 menit, kedalaman anestesi, cairan dan
perdarahan
o. Pengawasan pasca anestesi di ruang pulih sadar
2. Intra operasi
a. Pengkajian
Ruang Operasi
1) Posisi pasien
2) Pemasangan infus, manset, EKG, oksimeter, dan nasal kanul
3) Pemeriksaan tanda-tanda vital pre operatif.
b. Persiapan alat dan bahan
1. Alat Kanulasi Vena
2. Alas infus
3. Infus set
4. Abocath no. 20
5. Cairan Infus (RL)
6. Plester dan Gunting
7. Sarung tangan
8. Alcohol swab
9. Tunriket
c. Alat Anestesi Spinal
1. Spuit 3 cc
2. Jarum spinal jenis Quincke No. 27
3. Kasa dan duk steril
4. Betadine 10%
5. Alkohol 70%
6. Plester
7. Sarung tangan steril
d. Pelaksanaan Anestesi
Persiapan
Pasien ditidurkan terlentang di meja operasi kemudian dipasangkan kanulasi
vena, monitor EKG, Saturasi O2, manset, nasal kanul.
Sarung tangan steril prosedur persiapan obat anestesi spinal dilakukan.
Penggunaan obat anestesi berupa Bupivakain 0,5% 15 mg.
Tidak digunakan anestesi infiltrasi lokal pada prosedur ini.
Pelaksanaan Anestesi
Posisi
Dari posisi tidur terlentang, diposisikan duduk tegak, dengan posisi leher
flexi, posisi tangan memeluk bantal atau dengan kata lain, memposisikan
tulang belakang seperti huruf “C” apabila dilihat dari posisi samping.
Posisi tersebut membantu memperlebar jarak antar ruas – ruas vertebra
lumbal.
Proyeksi
Pendekatan Midline digunakan, lokasi yang dituju adalah L3-L4 garis
imajiner yang menghubungkan kedua krista iliaka kanan dan kiri sebagai
batas L4 atau L4-L5
Penusukan
Setelah menemukan posisi yang tepat, lakukan pemberian tanda dengan
penekanan kulit lokal dengan kuku jari
Tindakan aseptik dengan betadine 10% dengan metode sirkular dari tengah ke
luar tindakan aseptik dengan betadine 10% lagi dengan metoda yang sama
alkohol 70% untuk membersihkan dengan cara sirkular
Gunakan jarum spinal no .27 pastikan CSF keluar masukan obat dari spuit
berisi obat anestesi pasien dipersilahkan berbaring kembali
Penilaian blokade dengan nyeri atau dengan skor
Bromage
Monitoring
Pasien kemudian dilakukan monitoring Saturasi O2,
Tekanan Darah, Laju pernafasan, denyut nadi, EKG, cairan yang masuk,
berikut obat-obatan yang digunakan melalui intravena. Seluruhnya dimonitor
setiap 15 menit.
Dilakukan Anestesi spinal pukul : 17.00
Penilaian bromage skore : 3
Mulai pembedahan : 17.00
Selesai Pembedahan : 18.20
Oksigen diberikan melalui Nasal kanul sebanyak 2 L/menit
Akses intravena pada tangan kiri menggunakan abbocath 20 G
Evaluasi
Operasi berjalan lancar selama 60 menit
Tim operasi tetap menjaga kesterilan dan keamanan pasien
Selama operasi kepatenan jalan nafas terjaga dan vital sign dalam batas
normal
Monitoring selama operasi berlangsung
3. Post Anestesi
a. Pengkajian
Tn. E dipindahkan dari ruang operasi ke RR jam 18.23 wib
1) Status sirkulasi
TD : 110/72 mmHg
Nadi : 81 x/i
RR : 14 x/i
Tidak tampak adanya sianosis, turgor kulit baik, akral terasa hangat.
2) Status respirasi
3) Status neurologis
K. Terapi cairan
BB : 58 Kg
Puasa : 8 jam
: 8 x 116 cc/jam
: 928 cc
: 6 cc/kgBB/jam
: 6cc x 58/jam
: 348
Pemberian cairan
: 928 cc
Perdarahan : 100cc
L. Analisa data
20 Februari 2020
1 Pre operasi
Ds :
Do :
DS
Do :
M. Diagnosa keperawatan
Pre operasi
Intra operasi
2. Hipotermi berhubungan dengan terpapar atau berada pada lingkungan yang dingin
Post operasi
Preoperasi
Intra operasi
Post operasi
A. Kesimpulan
Pasien dengan hernia inguinalis lateralis kiri penanganan sama dengan
pasien dengan anestesi spinal lainnya. Pasien ini haruslah diperhatikan
sirkulasi jalan nafas dan tekanan darah nya yang dapat menurun akibat dari
pemberian obat anestesi regional spinal yang dapat mempengaruhi atau
menurunkan kerja jantung. Selain itu kelemahan ekstremitas bawah akibat
anestesi spinal juga dapat menimbulkan resiko jatuh pada pasien yang
dikarenakan kekuatan otot atau gerak menurun.
Pada saat post anestesi di ruangan pemulihan (RR) harus lah
diperhatikan kesterilan luka akibat insisi pembedahan yang dilakukan. Agar
tidak menimbulkan infeksi dan dapat menurunkan terjadinya infeksi.
Pemindahan pasien ke ruangan rawat inap dilakukan penilaian bromage skore
dimana penilaiannya dengan menilai kekuatan gerak atau otot anggota
eksstremitas bawah.. selain itu pemantauan vital sign dan saturasi juga tetap
dilakukan sehingga dapat memenuhi syarat pindah ruangan ke rawat inap.
Oleh sebab itu, sebagai perawat anestesi di tuntut untuk selalu terampil
dan cermat dalam melakukan perawatan dalam bidang anestesi. Selain
melakukan tugas limpah dari dokter anestesi, perawat juga dapat membuat
asuhan keperawatan anestesi dengan baik mulai dari pre anestesi, intra
anestesi dan post anestesi.
B. Saran
Diharapkan untuk kasus berikutnya peserta magang mampu menyelesaikan
kasus pasien dengan komplikasi lainnya dengan teknik anestesi spinal
epidural sehingga dapat memperkaya pengetahuan dan keterampilan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Honca, M., Purtuloglu, T., Akgul, E. O., Oztosun, M., Honca, T., Sizlan, A., Yaman,
H. (2014). Effects of general and spinal anesthetic techniques on endothelial
adhesion molecules in cesarean section. Korean Journal of Anesthesiology,
66(5), 364–370. https://doi.org/10.4097/kjae.2014.66.5.364
Jellish, W. S., & Shea, J. F. (2003). Spinal anaesthesia for spinal surgery. Best
Practice and Research: Clinical Anaesthesiology, 17(3), 323–334.
https://doi.org/10.1016/S1521-6896(02)00115-5
Lewis, S. L. M., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014). Medical-
Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems. 1824.
Pierce, J. T., Kositratna, G., Attiah, M. A., Kallan, M. J., Koenigsberg, R., Syre, P.,
… Welch, W. C. (2017). Efficiency of spinal anesthesia versus general
anesthesia for lumbar spinal surgery: A retrospective analysis of 544 patients.
Local and Regional Anesthesia, 10, 91–98.
https://doi.org/10.2147/LRA.S141233
Roy, R. C., & Haynes, G. R. (1997). General versus regional anesthesia. Problems in
Anesthesia, 9(4), 549–558.
Sahin, A. S., Turker, G., Bekar, A., Bilgin, H., & Korfalı, G. (2014). A comparison of
spinal anesthesia characteristics following intrathecal bupivacaine or
levobupivacaine in lumbar disc surgery. European Spine Journal, 23(3), 695–
700. https://doi.org/10.1007/s00586-013-3082-0
30