Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

KEBUDAYAAN ISLAM
Disusun sebagai salah satu tugas materi perkuliahan Seminar Agama

Disusun oleh :

Rifqi Rahmatullah

3402160319

Manajemen F

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
Jl.R.E.Marthadinata No 150 Telp/Fax (0265) 776787 Ciamis
a. Pengertian Kebudayaan

Dalam hidupnya, manusia tak pernah lepas dari kebudayaan dan adat istiadat. Budaya
juga berfungsi sebagai identitas dan ciri khas. Untuk itu, keberadaannya amatlah penting. Tak
heran jika setiap kelompok atau golongan masyarakat tertentu memiliki budayanya yang
berbeda – beda.
Secara umum, budaya dapat diartikan menjadi beraneka ragam pengertian. Namun,
pada dasarnya semuanya mengarah pada inti dari kebudayaan yang merupakan suatu cara
yang dilakukan oleh kelompok masyarakat tertentu untuk melangsungkan kehidupannya.
Kebudayaan terbentuk dari banyak unsur dan bersifat menyeluruh sebagai pedoman
bagi masyarakat untuk berperilaku agar tercipta kehidupan yang harmonis.

Budaya pada dasarnya bersifat memaksa walaupun tidak ada hukum tertulis yang
mewajibkan kita untuk menaatinya.
Hasil dari karya, cipta, rasa dan karsa manusia dapat diartikan sebagai kebudayaan.
Lingkup dari kebudayaan meliputi berbagai aspek seperti seni, moral, susila, adat atau
kebiasaan, keyakinan, keahlian dan hukum. Walaupun wujudnya abstrak namun budaya
dapat mempengaruhi seseorang untuk memunculkan ide, gagasan maupun pengetahuannya
untuk melakukan sesuatu.

Hubungan Islam dan Kebudayaan

Sebagian ahli kebudayaan memandang Kecendrungan berbudaya merupakan dinamik


ilahi. Bahkan menurut Hegel, keseluruhan karya sadar insani yang berupa ilmu, tata hukum,
tatanegara, kesenian, dan filsafat tak lain dari pada proses realisasi diri dari roh ilahi.
Sebaliknya sebagian ahli, seperti Pater Jan Bakker, dalam bukunya “Filsafat Kebudayaan”
menyatakan bahwa tidak ada hubungannya antara agama dan budaya, karena menurutnya,
bahwa agama merupakan keyakinan hidup rohaninya pemeluknya, sebagai jawaban atas
panggilan ilahi. Keyakinan ini disebut Iman, dan Iman merupakan pemberian dari Tuhan,
sedang kebudayaan merupakan karya manusia. Sehingga keduanya tidak bisa ditemukan.

Para ahli kebudayaan mempunyai pendapat yang berbeda di dalam memandang


hubungan antara agama dan kebudayaan.
1. Kelompok pertama menganggap bahwa agama merupakan sumber kebudayaan atau
dengan kata lain kebudayaan merupakan bentuk nyata dari agama itu sendiri.
Pendapat tersebut diwakili oleh Hegel.
2. Pendapat kedua yang diwakili oleh Pater Jan Bakker, menganggap bahwa kebudayaan
tidak ada hubungan nya sama sekali dengan agama.
3. Kelompok ketiga menganggap bahwa kebudayaan merupakan bagian dari agama itu
sendiri.

b. Perkembangan budaya Islam dan ciri-ciri budaya Islam


Sejak dahulu bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang ramah dan suka bergaul
dengan bangsa lain. Oleh karena itu, banyak bangsa lain yang datang ke wilayah Nusantara
untuk menjalin hubungan dagang. Ramainya perdagangan di Nusantara yang melibatkan para
pedagang dari berbagai negara disebabkan melimpahnya hasil bumi dan letak Indonesia pada
jalur pelayaran dan perdagangan dunia. Pada sekitar abad ke-7, Selat Malaka telah dilalui
oleh pedagang Islam dari India, Persia, dan Arab dalam pelayarannya menuju negara-negara
di Asia Tenggara dan Cina. Melalui hubungan perdagangan tersebut, agama dan kebudayaan
Islam masuk ke wilayah Indonesia. Pada abad ke-9, orang-orang Islam mulai bergerak
mendirikan perkampungan Islam di Kedah (Malaka), Aceh, dan Palembang.
Sebagian ahli yang lain menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia baru abad ke-
13. Pernyataan ini didasarkan pada masa runtuhnya Dinasti Abbassiah di Bagdad (1258). Hal
itu juga didasarkan pada berita dari Marco Polo (1292), berita dari Ibnu Batuttah (abad ke-
14), dan Nisan Kubur Sultan Malik al Saleh (1297) di Samudera Pasai. Pendapat itu diperkuat
dengan masa penyebaran ajaran tasawuf.
Namun, ada karakteristik budaya umat Islam yang sejatinya wajib dimiliki dan terus
dijaga serta dijunjung tinggi. Di mana pun kita hidup, karakteristik ini tidak boleh lupa.
Budaya ini bersifat konstan dan tidak bisa dikatakan sebagai budaya Islam jika tidak
memiliki karakter ini, di antaranya;
1. Berpusat pada Tuhan atau teosentris.
Pertama-tama budaya kita adalah berpusat pada Tuhan. Umat Islam menjunjung ketat
Tauhid (monoteisme). Kita percaya pada bimbingan ilahi yang datang kepada kita melalui
banyak nabi dan utusan Allah, hingga melalui Nabi terakhir, Muhammad Saw. Kita percaya
pada kehidupan setelah kematian dan hari kiamat. Kita menekankan ibadah dan pengabdian :
doa, puasa, zakat dan haji. Kita juga meyakini bahwa Allah menghalalkan sesuatu dan juga
mengharamkan sesuatu.
2. Egaliter, toleran dan persaudaraan.
Budaya Islam menekankan bahwa semua orang adalah sama. Kita tidak membedakan
manusia berdasarkan warna bendera atau ras. Kita percaya pada nilai bahwa seluruh umat
manusia merupakan ciptaan Allah, dan tidak ada yang berhak membedakan mereka selain
takwa. Kita percaya pada kebebasan beragama dan tidak menghendaki adanya paksaan dalam
hal agama.
Budaya kita adalah toleran terhadap orang-orang dari semua agama, khususnya Ahli
Kitab. Kita percaya bahwa semua Muslim adalah saudara. Rasa persaudaraan dalam iman
harus sangat kuat di kalangan umat Islam, terlepas dari batas-batas geografis atau perubahan
kondisi politik atau ekonomi. Kita juga harus menjaga hubungan baik dengan semua
manusia, terutama tetangga kita.
3. Bermoral.
Budaya kita menempatkan penekanan besar pada martabat manusia dan moralitas
mereka. Kita menekankan kebenaran, kejujuran, kerendahan hati (Haya’), kebersihan atau
Taharah.
Budaya Islam menentang pemborosan, pamer, atau ekstremisme. Budaya Islam kita
mengajarkan rasa percaya diri dan kemandirian. Islam menekankan amal dan kemurahan hati.
Budaya kita berorientasi pada kekeluargaan dengan menekankan pada hubungan baik antar
suami-istri, perawatan yang baik bagi anak-anak, keluarga besar, cinta dan rasa hormat
terhadap orang tua. Kami membenci perzinahan, percabulan, homoseksualitas, perjudian,
atau penggunaan minuman keras.
Di mana pun kita hidup, setiap saat dan di antara setiap orang, kita harus menjunjung
tinggi nilai-nilai ini. Kita tidak bisa menjadi Muslim sejati jika budaya kita berkompromi
pada prinsip-prinsip ini.
4. Dinamis, progresif.
Budaya kita menekankan perjuangan, perubahan, keadilan sosial, penghapusan
penindasan dan kejahatan. Bukan berdiam diri dan bertapa menjauh dari hirup pikuk dunia
seorang diri, tanpa ikut memperjuangkan kelangsungan hidup sesama makhluk.Budaya kita
mendorong pembelajaran, pendidikan, mencari pengetahuan. Budaya Islam tidak
memisahkan antara pendidikan agama dan sekuler. Kami percaya bahwa semua pengetahuan
adalah penting. Kita harus menekankan keterbukaan dan kesediaan untuk menerima
kebijaksanaan dari sumber manapun. Budaya Islam mempromosikan seni yang baik,
arsitektur, estetika, kesehatan, lingkungan yang sehat dan hiburan yang bersih.
5. Tidak eksklusif tapi berorientasi dakwah dan optimis.
Budaya Islam menekankan untuk mempromosikan hal-hal yang baik dengan
kebijaksanaan dan kesabaran. Kita tidak mendominasi atau menjajah budaya, tetapi juga
bukan merupakan budaya eksklusif dan terisolasi.

c. Fungsi Agama dan Budaya dalam kehidupan Manusia


Agama dapat berfungsi sebagai sarana terbaik untuk mengajarkan hal hal yang baik
yang dapat menguntungkan banyaak pihak sesuai dengan perintah atau larangan yang harus
dijalankan dan dipatuhi , agar seseorang bisa menjadi pribadi yang lebih baik daan selalu
berada padaa jalan kebenaran dan kebaikan menurut ajaran dan kepercayaan masing masing.
Agama berfungsi sebagai jalan teebaik bagi penganutnya berhubungan dengan
tuhannya agar dapat memohon dan mengharapkan keselamatan dari kejahatan yang terlihat
maupun yang tiudak nyata serta keselamatan dari ancaman api neraka akibat dosa dosa
dimasa lalu. Seseorang yang memiliki agama maka dirinya memiliki tuhan untuk tempat
berdoa, mengeluarkan uneg uneg dan memohon keselatan dunia akhirat.
Dengan beragama manusia akan lebih peka, lebih cerdas dan lebih tanggap dalam
menyikapi dan menghadapi masalah masalah sosial dimasyarakat, misalnya adanya
kemiskinan, keadilaan, kesejahteraan rakyat, tentang hak asasi manusia ataau tentang
aktifitas yang berjalan pada jalan kemaksiatan agar segera ditertibkan dan dimusnakan agar
prilaku tersebut tidak menodai wilayah sekitarnya dan tidak lagi menjerat prilaku generasi
berikutnya kearah yang penuh dosa.
d. Kesamaan dan Perbedaan yang terjadi antara Agama dan Budaya
Agama bukan sekedar urusan hidup setelah mati, tapi juga dan terutama adalah
sebuah pedoman bagi kehidupan manusia di dunia. Agama yang hanya sekedar mengurus
halal dan haram, dosa dan pahala, lalu surga dan neraka, dan tak mampu atau tidak mau
mengimbangi perdaban kehidupan manusia, maka penganutnya hanya tinggal menunggu
waktu kepunahan agamanya di muka bumi, lantaran sifat dunia yang keras dan tak selembut
agama.
e. Teknis Objektivasi Agama dalam Budaya
Islam mengandung pengertian yang mendasar. Agama Islam bukanlah milik
pembawanya yang bersifat individual atau pun diperuntukkan bagi suatu golongan atau
negara tertentu. Islam sebagai agama universal dan eternal merupakan wujud realisasi dari
konsep Rahmatan Lil Alamin (rahmat bagi seluruh umat). Istilah “Muhammadanisme”
membu- ka peluang bagi timbulnya berbagai interpretasi serta persepsi terhadap Islam yang
diidentikkan dengan agama-agama lain yang jelas berbeda konsep. Semua kemampuan yang
dimiliki oleh manusia maka manusia mampu menciptakan suatu kebudayaan. Ada hubungan
antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu
sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusialah
yang menciptakan dan manusia dapat hidup di tengah kebudayaan yang telah diciptakannya.
Kebudayaan akan terus berjalan manakala ada manusia sebagai pendudukungnya.

Anda mungkin juga menyukai