BAB 1
PENDAHULUAN
sering kali dibatasi oleh ketersediaan sistem pelayanan kesehatan yang belum
yang dinilai masih rendah. Perkembangan pengelolaan rumah sakit baik dari
dari lingkungan yaitu anatara lain bahwa rumah sakit dituntut untuk memberikan
Sosroatmodjo 2010).
kabupaten dan kota masih banyak yang tidak mampu untuk menampung pasien
dari rawat inap maupun rawat jalan. Ketidakmampuan rumah sakit menampung
Jaminan Kesehatan Nasional pada tanggal 1 Januari 2014 yang lalu. Peningkatan
sehingga banyaknya pasien BPJS merasa tidak puas dengan kualitas pelayanan
semua variabel yang ditanyakan. Pelayanan kesehatan bila dilihat lebih lanjut,
jenis layanan yang dijamin, prosedur jaminan, alur rujukan hingga informasi
baiknya penggunaan tempat tidur perawatan oleh pasien atau BOR (Bed
Occupancy Rate) di rumah sakit dimana menurut standart Nursalam (2014) BOR
sakit tersebut. Data yang telah diperoleh dari Depkes RI (2011) telah didapatkan
Data yang diperoleh di Rumah Sakit Indonesia menurut Depkes (2011) pada tahun
2008 diperoleh jumlah BOR 58,7%; LOS 4,0%; TOI 3,0%; pada tahun 2009
jumlah BOR 58,7%; LOS 4,0%; TOI 3,0%; dan pada tahun 2010 jumlah BOR
41,15; LOS 4,37%; TOI 6,77%. Data diatas menggambarkan bahwa pada tahun
2010 BOR mengalami kenaikan tetapi masih belum sesuai dengan standar yang
sudah ditetapkan. Data yang diperoleh di Propinsi Jawa Tengah menurut Depkes
RI (2011) pada tahun 2009 didapatkan jumlah BOR 62,2%; LOS 4,4%; TOI
4,7%; dan pada tahun 2010 jumlah BOR 40,83%; LOS 4,46%; TOI 7,39%.
Jumlah BOR dari data diatas menggambarkan bahwa BOR di Indonesia dan di
Jawa Tengah belum sesuai dengan standar yang ditetapkan karena mengalami
Jumlah kunjungan pasien di RSUD Ungaran pada tahun 2014 pasien rawat
inap dan pasien rawat jalan berfluktuasi, data jumlah kunjungan dapat dilihat
sebagai berikut:
Jumlah kunjungan pasien bila dianalisis, maka pelayanan rawat inap memiliki
rawat jalan. Survei awal yang dilakukan peneliti terhadap jumlah kecilnya
kunjungan pasien rawat inap diakibatkan dua hal. Pertama pasien tidak
mayoritas mereka puas dengan pelayanan yang telah diterima, dengan prosentase
terendah pada kondisi fisik ruang perawatan pasien (68,62%) dan tertinggi pada
kurang puas, maka berurutan yang paling bermasalah yaitu kondisi fisik ruang
pelayanan dokter.
Ungaran adalah 26,2% menyatakan puas, 43,6% menyatakan cukup puas dan
pasien di ruang rawat inap penyakit dalam menunjukkan 27,27% merasa puas,
54,54% merasa cukup puas dan 18,18% menyatakan kurang puas terhadap
Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran adalah Rumah Sakit Umum Daerah
melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
diketahui sebab berhubungan dengan pemasaran rumah sakit menjadi bagian dari
mutu pelayanan dan dengan prioritas peningkatan pelayanan harus selektif serta
sesuai dengan kebutuhan pasien. Rumah sakit umum daerah ungaran mempunyai
kapasitas 176 tempat tidur, dari data tahun 2013 diketahui bahwa Bed Occupancy
Rate (BOR) rata-rata 78.4%; Length of Stay (LOS) rata-rata 4.5%; Turn Over
Internal (TOI) 1,0 hari dan Bed Turn Over (BTO) 79.2 kali (RSUD Ungaran,
2014). Dilihat dari indikator mutu pelayanan pencapaian BOR dan TOI sudah
baik. Bed Turn Over (BTO) bila dilihat masih jauh dengan yang diharapkan. Nilai
standar Bed Turn Over (BTO) menurut Nursalam (2014) adalah 5-45 hari atau 40-
Hasil studi pendahuluan pada tanggal 21 Oktober 2014 di salah satu ruang
yaitu Ruang Rawat Inap Mawar RSUD Ungaran didapatkan bahwa dari jumlah 35
pasien.
merasa tidak puas, dan 68% karena sikap masa bodoh atau tidak perhatian yang
pelanggan yang baru rata-rata perusahaan menghabiskan waktu enam kali lebih
Padahal dalam sebagian besar kasus, loyalitas pelanggan mempunyai nilai 10 kali
lebih besar daripada uang yang dibelanjakannya dalam satu kali pembelian.
kesehatan yang sudah mulai terbentuk melalui pemasaran tidak dapat terpenuhi
karena pelayanan teknis medis dan kelengkapan mutu pelayanan berbeda dengan
memuaskan pasien ini akan berdampak pada menurunya loyalitas pasien rawat
kembali atau tidak dan apakah mereka akan merekomendasikan RSUD Ungaran
dan strategi menangani keluhan (customer voice) yang baik. Langkah tersebut
tepat menurut pelanggan agar pelanggan yang puas bisa menjadi pelangan yang
yang loyal, untuk mengukur kepuasan pelanggan tersebut dapat diukur dengan
berkala perlu dilakukan untuk mengukur mutu pelayanan rumah sakit selama ini.
Peran serta pelanggan atau pasien sangat dibutuhkan dalam hal ini supaya keluhan
pasien bagi rumah sakit tersebut. Cara mengetahui pendapat dan tingkat kepuasan
serta loyalitas pasien terhadap pelayanan yang diterima bisa dilakukan dengan
menyebar angket berupa kuesioner ataupun melengkapi rumah sakit dengan kotak
kritik dan saran. Pengukuran tersebut sangat penting dilakukan karena kualitas
pasien. Semakin baik kualitas pelayanan yang diperoleh pasien semakin tinggi
pula kepuasan pasien. Semakin tinggi kepuasan pasien semakin tinggi pula
loyalitas pelanggan atau pasien terhadap rumah sakit tersebut. Mengetahui hal itu
maka loyalitas pasien BPJS di ruang rawat inap RSUD Ungaran Kab. Semarang
perlu diteliti guna mengetahui kualitas layanan dan kepuasan di rumah sakit
tersebut.
Service Quality:
Kualitas pelayanan BPJS :
Kondisi fisik/fasilitas ruang
perawatan yang kurang memadai, Satisfaction:
sarana medis dan obat-obatan, Kepuasan Pasien: Loyalty
pelayanan makan pasien, 20,2% pasien kurang 5,7% pasien
pelayanan administrasi dan merasa puas terhadap merupakan pasien
keuangan, pelayanan masuk pelayanan kesehatan lama di RSUD
Ungaran Kab.
RS, pelayanan perawat dan
Semarang
pelayanan dokter yang masih
kurang.
Gambar 1.1 Identifikasi masalah kualitas pelayanan dan kepuasn pasien dengan
loyalitas pasien BPJS
pelayanan dapat mengukur kepuasan dan loyalitas pasien BPJS. Jika kualitas
pelayanan yang diberikan kurang baik maka kepuasan pasien akan berkurang dan
tersebut terdiri dari daya tanggap, jaminan, bukti fisik, empati dan keandalan.
kesehatan masih kurang dari kondisi fisik/fasilitas ruang perawatan yang kurang
memadai, sarana medis dan obat-obatan yang masih kurang, pelayanan makan
pasien BPJS.
Semarang.
Semarang.
kepuasan pasien dengan loyalitas pasien BPJS sehingga dapat digunakan dalam
pelayanan BPJS ditinjau dari segi kualitas pelayanan dan hubungan terhadap
kualitas pelayanan dan kepuasan pasien dengan loyalitas pasien BPJS. Hasil
manajemen keperawatan.
BPJS. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk
10
4) Bagi Responden