- Ilmu adalah suatu-dan bukan satu-satunya-cara untuk mengetahui yang didasarkan pada
tafsiran manusia atas dasar penginderaan yang diperoleh manusia melalui interaksinya
dengan alam
- Pengetahuan adalah apa-apa saja yang diketahui (akumulasi dari apa yang diketahui),
yang berasal dari sumber manapun dan kita peroleh dengan cara apa pun.
- Teknologi adalah ilmu untuk secara praktis menerapkan pengetahuan yang dihasilkan
oleh ilmu murni dan ilmu terapan, demi pemecahan masalah-masalah yang dihadapi
manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
- Seni adalah manifestasi daripada budaya, yaitu pikiran (priksa), perasaan (perasaan),
kemauan (karsa), intuisi (keyakinan tentang suatu kebenaran yang tidak didapatkan
dengan jalan berpikir secara diskursif, tetapi terus timbul sebagai paham) dan karya
(perbuatan) manusia yang memenuhi syarat-syarat estetik (keindahan).
Ipteks dikembangkan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan hidup, peningkatan harkat
dan martabat manusia itu sendiri. Sehingga dapat implikasinya ipteks tidak bebas dari nilai,
namun terikat oleh nilai. Dalam hal ini Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai bagi
pengembangan ipteks tersebut. Pancasila yang merupakan suatu kesatuan yang sistematis,
haruslah menjadi system nilai, system etika dalam pengadaan dan pengembangan ipteks.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ipteks, haruslah menjadikan sila-sila Pancasila
sebagai kerangka berpikir, sumber nilai, serta basis moralitas dalam pengadaan dan
pengembangan ipteks tersebut.
5. Budaya Akademik
Terciptanya budaya akademik berarti terciptanya budaya belajar secara konsisten,
sistematis, dan berkesinambungan dalam kehidupan civitas akademika, baik ketika berada
di dalam kampus maupun di luar kampus. Budaya akademik di dalam kampus seperti
kuliah tatap muka di kelas, praktek di laboratorium, membaca di perpustakaan dan
stadium general. Sedagkan di luar kampus seperti seminar, diskusi, penelitian dan
pengabdian masyarakat.
Budaya akademik dapat diciptakan bila kondisi, semangat dan perilaku civitas akademika
untuk mendapatkan ilmu pengetauan begitu intens, hidup, dan berjalan tanpa gangguan.
Karena itu civitas akademika perlu terus memelihara interesnya terhadap proses belajar
dan kegiatan ilmiah. Memiliki budaya akademik harus ditunjukkan dalam sikap gandrung
terhadap pengembangan ilmu atas usahanya sendiri.
6. Kampus sebagai moral force (kekuatan moral) pengembangan hukum dan HAM
Kampus, dengan ujung tombak dosen dan mahasiswa, dapat menjdi basis kekuatan untuk
memperjuangkan hukum dan HAM agar dilaksanakan secara benar oleh negara,
pemerintah dan masyarakat.
Dalam era reformasi saat ini, tantangan yang dihadapi oleh kampus makin besar.
Dinamika masyarakat yang begitu tinggi, krisis yang masih berlangsung, serta
ketidakpastian penegakan hukum, harus menjadi titik utama bagi warga kampus dalam
menjalankan perannya. Jika hal ini dapat dilakukan dengan baik, maka kampus akan
menjadi agent of charge (agen perubahan) yang sekaligus sebagai pioneer of progressive
(pelopor pembaharuan) ke arah yang lebih baik, yang pada akhirnya akan menjadikan
kampus sebagai moral force pengembangan hukum dan HAM.