Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa merupakan perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan

penderitaan atau hambatan sehingga dalam melaksanakan peran sosial dan

aktivitas sehari-harinya ikut terganggu (Barus & Siregar, 2019). Fenomena

gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan,

setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa

bertambah. WHO menyatakan setidaknya ada satu dari empat orang di dunia

mengalami masalah mental, dan masalah gangguan kesehatan jiwa yang ada

di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius (Alfiansyah et al.,

2016)

Depresi merupakan gangguan emosional atau gangguan jiwa ringan yang

ditandai dengan kesedihan yang berkepanjangan, putus harapan, perasaan

bersalah dan tidak berarti. Sehingga seluruh proses mental (berpikir,

berperasaan dan berperilaku) tersebut dapat mempengaruhi motivasi untuk

beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari maupun hubungan dengan orang

lain (Dirgayunita, 2016). Depresi juga merupakan reaksi atas kehilangan,

seseorang yang mengalami depresi pada umumnya merasa tidak berdaya dan

kurang memiliki keyakinan sebagai penentu situasi disekelilingnya. Depresi

merupakan masalah yang serius yang perlu segera tertangani sehingga tidak

akan menimbulkan dampak yang merugikan (Suidah & Cahyono, 2016)


Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang

sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.

Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu

selama rentang kehidupan cenderung mengalami kembali walaupun dalam

bentuk berbeda. Kehilangan dibedakan menjadi dua, yaitu Kehilangan aktual

atau nyata. Kehilangan ini sangat mudah dikenal atau diidentifikasi oleh

orang lain, seperti hilangnya anggota tubuh sebagian, amputasi, kematian

orang yang sangat berarti/dicintai. Kehilangan persepsi. Kehilangan jenis ini

hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya

seseorang yang berhenti bekerja/PHK, menyebabkan perasaan kemandirian

dan kebebasannya menjadi menurun. Rentang respon kehilangan yaitu,

Denial —–> Anger —–> Bergaining ——> Depresi —— > Acceptance

(Nurhalimah, 2016).

WHO (2017) memperkirakan jumlah gangguan jiwa di dunia adalah

sekitar 450 juta jiwa. Perhitungan beban penyakit tahun 2017 memprediksi

jenis gangguan jiwa yang dialami penduduk di Indonesia diantaranya

gangguan depresi, cemas, skizofrenia, bipolar, gangguan perilaku, autis, cacat

intelektual dan gangguan perilaku makan. Gangguan depresi merupakan

gangguan yang dapat dialami semua usia (Indrayani & Wahyudi, 2018). Hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 oleh kementerian kesehatan RI

menunjukkan prevalensi depresi total penduduk yang berusia lebih dari 15

tahun di Indonesia mencapai 6,1%. Prevalensi depresi tertinggi terdapat di

Sulawesi Tengah sebesar 12,3% dan Gorontalo sebesar 10,3%. Kemudian di


Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Maluku Utara masing-masing sebesar 9,7%

dan 9,3%. Provinsi yang memiliki prevalensi depresi terendah terdapat di

Jambi sebesar 1,8%. Kelompok usia yang paling tinggi mengalami depresi

berada di usia 75 tahun ke atas, yaitu sebesar 8,9%. Perempuan lebih rentan

terhadap depresi daripada laki-laki. Prevalensi depresi pada perempuan

sebesar 7,4% dan laki-laki sebesar 4,7%. Masyarakat yang tidak bekerja dan

nelayan juga menjadi kontributor depresi tertinggi, yaitu masing-masing

sebesar 8,1 dan 6,9% (Jayani, 2019).

Dampak yang merugikan bagi penderita depresi antara lain seperti

kurangnya fungsi sosial, pekerjaan, dan juga mengalami kesulitan dalam

berkonsentrasi, kemudian tidak berdayanya segala hal yang dipelajari, bahkan

hingga tindakan bunuh diri yang menyebabkan kematian (Purbaningsih,

2019). Penelitian World Health Organization (WHO) pada 2018

menyebutkan, lebih dari 800 ribu orang meninggal setiap tahun karena bunuh

diri. Angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6% hingga 1,8% per 100 ribu

jiwa (Reviani, 2020)

Berbagai macam terapi dapat dilakukan untuk menyembuhkan gangguan

depresi. Umumnya dengan pemberian obat anti depresan yang dapat

menimbulkan efek samping maupun terapi kognitif, dan sebagainya. Namun,

terdapat terapi yang dapat menjadi komplemen atau alternatif yang dapat

diberikan pada penderita depresi yaitu terapi musik. Terapi musik lebih

ekonomis, secara naluriah musik dapat beresonasi masuk ke otak tanpa

melalui jalur kognitif. Musik juga tidak membutuhkan kemampuan


intelektual untuk menginterpretasikan dan tidak ada batasan-batasan siapa

yang dapat mendengarkan. (Tanoni & Christina, 2020)

Perawat ikut berperan dalam pemberian terapi musik klasik yaitu sebagai

pelaksana. Perawat bersama dokter memilih pasien yang tepat dan memenuhi

kriteria sebagai peserta terapi yaitu yang kooperatif, tenang dan menyukai

musik. Perawat memberikan kesempatan kepada pasien untuk memilih jenis

musik. Perawat mendampingi pasien selama melakukan terapi musik, setelah

selesai perawat berdiskusi dengan pasien sehingga menghasilkan evaluasi

dimana pasien dapat mengemukakan pendapatnya dan mengekspresikan

perasaannya secara lisan. Berdasarka uraian ringkas di atas, penulis tertarik

untuk menganalisis bagaimana “Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik

Untuk Menurunkan Tingkat Depresi Pada Pasien Psikososial : Kehilangan”

B. Rumusan Masalah

Depresi merupakan gangguan jiwa yang tidak bisa dianggap biasa, karena

apabila pasien mengalami depresi dan tidak ditangani dengan baik bisa

mengakibatkan pasien melakukan bunuh diri. Penatalaksanaan pada pasien

depresi karena kehilangan bisa dengan farmakologis, pemberian obat anti

depresan dan non farmakologis, pemberian terapi musik klasik. Setelah

dilakukan pemberian musik klasik pada pasien depresi diharapkan pasien

lebih rileks, tenang dan tingkat depresi pasien bisa berkurang. Berdasarkan

masalah di atas penulis tertarik merumuskan masalah bagaimana “Pengaruh

Pemberian Terapi Musik Klasik Untuk Menurunkan Tingkat Depresi Pada

Pasien Psikososial : Kehilangan?”


C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemberian terapi musik

klasik untuk menurunkan tingkat depresi pada pasien psikososial :

kehilangan

2. Tujuan Khusus

a. Menggambarkan proses pemberian terapi musik klasik untuk

menurunkan tingkat depresi pada pasien psikososial : kehilangan

b. Menggambarkan hasil pemberian terapi musik klasik untuk

menurunkan tingkat depresi pada pasien psikososial : kehilangan

c. Membandingkan bagaimana tingkat depresi pasien sebelum dan

sesudah diberikan terapi musik klasik

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis pada studi kasus ini adalah untuk pengembangan ilmu

keperawatan terkait asuhan keperawatan dengan pemberian terapi musik

klasik untuk menurunkan tingkat depresi pada pasien psikososial :

kehilangan

2. Praktisi

a. Bagi Penulis

Dapat dijadikan sebagai pembelajaran dan pengetahuan tentang

pemberian terapi musik klasik untuk menurunkan tingkat depresi pada

pasien psikososial : kehilangan


b. Bagi Perawat

Dapat menjadi pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan

khusunya intervensi terapi musik klasik untuk menurunkan tingkat

depresi pada pasien psikososial : kehilangan

c. Bagi Rumah Sakit

Dapat menjadi rujukan pelayanan pada pasien psikososial : kehilangan

dan dapat dijadikan pedoman untuk diterapkan di pelayanan kesehatan

d. Bagi Pasien

Dapat mengetahui cara menurunkan tingkat depresi dengan pemberian

terapi musik klasik sehingga aktivitas sehari-hari bisa dilakukan

dengan baik

e. Bagi Instusi Pendidikan

Manfaat bagi instusi pendidikan yaitu sebagai tambahan referensi dan

pengembangan penelitian tentang terapi musik klasik untuk

menurunkan tingkat depresi pada pasien psikososial : kehilangan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Psikososial : Kehilangan

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan

suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tahap


pengkajian merupakan dasar utama dalam meberikan asuhan keperawatan

sesai dengan kebutuhan pasien. Oleh karena itu pengkajian yang benar,

akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam

merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan asuhan

keperawatan (Khairani, 2019). Hasil pengkajian yang di dapatkan

menurut penelitian (Ayu et al., 2016) yaitu :

a. Identitas Pasien

Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, status pernikahan, dan

lain-lain

b. Faktor predisposisi, merupakan faktor yang mempengaruhi respon

pasien terhadap kehilangan

1) Faktor genetik. Individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam

keluarga dengan riwayat depresi akan sulit menghadapi perasaan

kehilangan.

2) Kesehatan fisik. Individu dengan fisik yang sehat akan lebih

mudah mengatasi depresi dibandingkan individu yang mengalami

gangguan kesehatan fisik

3) Kesehatan mental. Individu yang mengalami gangguan mental

terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan

perasaan tidak berdaya dan pesimis selau dibayangi masa depan

dan takut dalam menghadapi situasi kehilangan.

4) Pengalaman kehilangan di masa lalu. Kehilangan atau perpisahan

dengan orang yang dicintai pada masa kanak-kanak akan


memengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi perasaan

kehilangan pada masa dewasa.

5) Struktur kepribadian. Individu dengan konsep diri yang negatif

dan perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri yang

rendah dan tidak objektif terhadap depresi yang dihadapi.

c. Faktor presipitasi

Adanya stressor perasaan kehilangan. Stressor ini dapat berupa

stressor yang nyata ataupun imajinasi individu itu sendiri. Yang

meliputi :

1) Kehilangan harga diri

2) Kehilangan pekerjaan

3) Kehilangan fungsi seksualitas

4) Kehilangan posisi dalam masyarakat

5) Kehilangan milik pribadi (kehilangan harta benda, orang yang

dicintai)

d. Mekanisme koping yang sering dipakai oleh individu dengan respon

kehilangan antara lain pengingkaran, regresi, intelektualisasi,

disosiasi, supresi, dan proyeksi yang digunakan untuk menghindari

intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan

e. Pengkajian tanda klinis berupa adanya distress somatis seperti

gangguan lambung, rasa sesak, napas pendek, sering mengeluh, dan

merasakan lemah
f. Pengkajian terhadap masalah psikologis adalah tidak ada atau

kurangnya pengetahuan dan pemahaman kondisi yang terjadi,

penghindaran pembicaraan tentang kondisi penyakit, serta

kemampuan pemahaman sepenuhnya terhadap prognosis dan usaha

menghadapinya.

g. Pengkajian yang dilakukan oleh (Nurhalimah, 2016) didapatkan data :

1) Perasaan sedih, menangis

2) Perasaan putus asa, kesepian

3) Mengingkari kehilangan

4) Kesulitan mengekspresikan perasaan

5) Konsentrasi menurun

6) Kemarahan yang berlebihan

7) Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain

8) Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan

9) Reaksi emosional yang lambat

10) Adanya perubahan dalam makan, pola tidur dan tingakat aktivitas

h. Pohon Masalah

Harga Diri Rendah Efek

Kehilangan
Disfungsional Core Problem
Kematian suami/anak Causa

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien psikososial :

kehilangan menurut buku (NANDA-I, 2018) adalah :

a. Dukacita (00136)

Definisi : suatu proses kompleks yang normal meliputi respons dan

perilaku emosional, fisik, spiritual, sosial dan intelektual ketika

individu, keluarga dan komunitas memasukkan kehilangan yang

aktual, adaptif, atau dipersepsikan ke dalam kehidupan mereka sehari-

hari

Batasan Karakteristik :

1) Perubahan tingkat aktivitas

2) Perubahan pola mimpi

3) Perubahan fungsi imun

4) Gangguan fungsi neuroendokrin

5) Perubahan pola tidur

6) Marah

7) Menyalahkan

8) Putus asa

9) Memisahkan diri
10) Disorganisasi/kacau

11) Distres

12) Menemukan makna dalam kehilangan

13) Rasa bersalah tentang perasaan lega

14) Memilihara hubungan dengan almarhum

15) Terluka

16) Perilaku panik

17) Pertumbuhan personal

18) Distres psikologis

b. Dukacita terganggu (00135)

Definisi : suatu gangguan yang terjadi setelah kematian orang

terdekat, ketika pengalaman distres yang menyertai kehilangan gagal

memenuhi harapan normatif dan bermanifestasi gangguan fungsional

Batasan karakteristik :

1) Marah

2) Ansietas

3) Menghindari berduka

4) Penurunan fungsi dalam peran hidup

5) Depresi

6) Tidak yakin

7) Distres tentang almarhum

8) Stres berlebihan

9) Mengalami gejala yang dialami oleh almarhum


10) Keletihan

11) Merasa linglung

12) Merasa terpisah dari orang lain

13) Merasa hampa

14) Merasa kaget

15) Merasa syok

16) Penurunan rasa kesejahteraan

17) Ingin bersama almarhum

18) Tingkat intimasi/keakraban yang rendah

19) Tidak percaya

20) Tidak menerima kematian

21) Ingatan menyedihkan yang menetap

22) Preokupasi dengan pikiran tentang almarhum

23) Termenung

24) Mencari almarhum

25) Menyalahkan diri sendiri

26) Distres perpisahan

27) Distres traumatik

c. Risiko dukacita terganggu

Definisi : rentan mengalami gangguan yang terjadi setelah kematian

orang terdekat, ketika pengalaman distres yang menyertai kehilangan

gagal memenuhi harapan normatif dan bermanifestasi gangguan

fungsional, yang dapat mengganggu kesehatan


Batasan karakteristik : -

3. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu kategori dari perilaku keperawatan dimana

tujuan berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan untuk

mencapai tujuan tersebut.

a. Tindakan keperawatan pada pasien psikososial : kehilangan bertujuan

agar pasien mampu :

1) Membina hubungan saling percaya dengan perawat

2) Mengenali peristiwa kehilangan yang dialami pasien

3) Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan

keadaan dirinya

4) Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialami

5) Memanfaatkan faktor pendukung

b. Tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien agar tujuan

berhasil :

1) Bina hubungan saling percaya dengan pasien

2) Kenali peristiwa kehilangan yang dialami pasien

3) Pahami hubungan antara kehilangan yang dialami pasien dengan

keadaan dirinya

4) Identifikasi cara-cara mengatasi kehilangan yang dialami pasien

5) Manfaatkan faktor pendukung

6) Strategi pelaksanaan pada pasien psikososial : kehilangan


a) Strategi pelaksanaan 1 : memberikan kesempatan pasien

mengungkapkan perasaanya

b) Strategi pelaksanaan 2 : menganjurkan pasien melakukan

aktivitas yang disukai

c) Strategi pelaksanaan 3 : memberikan obat

c. Tindakan keperawatan terhadap keluarga bertujuan agar keluarga

mampu :

1) Mengenal masalah kehilangan dan berduka

2) Memahami cara merawat pasien berduka berkepanjangan

3) Mempraktikkan cara merawat pasien berduka disfungsional

4) Memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat

d. Tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap keluarga agar tujuan

keperawatan berhasil :

1) Kenali masalah kehilangan dan berduka

2) Pahami cara merawat pasien berduka berkepanjangan

3) Praktikkan cara merawat pasien berduka disfungsional

4) Manfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat

4. Pelaksanaan

Implementasi atau pelaksanaan adalah proses keperawatan dalam

melakukan tindakan perawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun

pada tahap perencanaan (Hidayat, 2004). Pelaksanaan yang dilakukan

berdasarkan perencanaan yang sudah disusun adalah sebagai berikut :


a. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien

adalah :

1) Membina hubungan saling percaya dengan pasien

2) Berdiskusi mengenai kondisi pasien saat ini (kondisi pikiran,

perasaan, fisik, sosial, dan spiritual sebelum/ sesudah mengalami

peristiwa kehilangan dan hubungan antara kondisi saat ini dengan

peristiwa kehilangan yang terjadi)

3) Berdiskusi cara mengatasi kehilangan yang dialami

a) Cara verbal (mengungkapkan perasaan)

b) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik)

c) Cara sosial (sharing melalui kelompok)

d) Cara spiritual (berdoa, berserah diri)

4) Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang

tersedia untuk saling memberikan pengalaman dengan seksama

5) Membantu pasien memasukkan kegiatan dalam jadwal harian

6) Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di Puskesmas atau rumah

sakit

7) Melakukan strategi pelaksanaan pada pasien psikososial :

kehilangan

b. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap keluarga

adalah :

1) Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan dan

berduka dan dampaknya pada pasien.


2) Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka yang

dialami oleh pasien

3) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan

kehilangan

4) Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang dapat

dimanfaatkan oleh keluarga untuk mengatasi kehilangan yang

dialami oleh pasien

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang

teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan

(Asmadi, 2008). Tahap evaluasi dapat dilakukan menggunakan SOAP, S :

respon subyektif yang berisi tentang pernyataan pasien setelah dilakukan

terapi musik klasik, O : respon obyektif yang berisi tentang data yang

diobservasi oleh perawat saat melakukan terapi musik klasik, A : analisis

data yang berisi kesimpulan dari subyektif dan obyektif untuk

menuntukan depresi berkurang atau tidak, P : perencanaan atau tindak

lanjut yang akan dilakukan sesuai dengan hasil analisis data pada respon

pasien.

B. Terapi Musik

1. Pengertian

Terapi musik adalah suatu proses yang terencana bersifat preventif, dalam

usaha penyembuhan terhadap penderita yang mengalami kelainan atau


hambatan dalam pertumbuhannya, baik fisik motorik, sosial emosional,

maupun mental intelegensi. Terapi musik menggunakan musik atau

elemen musik oleh seseorang terapis untuk meningkatkan,

mempertahankan dan mengembalikan kesehatan mental, fisik, emosional

dan spiritual (Suryana, 2012). Terapi musik dapat membantu

mengekspresikan perasaan dan memberi pengaruh positif terhadap

kondisi suasana hati dan emosi seseorang. Terapi musik dapat

memberikan efek yang menenangkan bagi pasien, dapat mengurangi

kegelisahan, membuat perasaan menjadi rileks, santai, serta dapat

menstabilkan emosional (Savitri et al., 2016)

2. Jenis-jenis

Jenis musik dibedakan menjadi dua yaitu: musik klasik dan musik non

klasik. Musik klasik merupakan sebuah musik yang dibuat dan

ditampilkan oleh orang yang terlatih secara profesional melalui

pendidikan musik. musik non klasik yang biasa diajarkan adalah musik

pop, jazz, rock dan blues. Namun perlu diperhatikan, jenis musik tertentu

seperti jazz membutuhkan kemampuan improvisasi dan penguasaan teori

harmoni. Sementara blues, pop, dan rock biasanya dibawakan dalam

format band (Bernhard, 2007). Musik klasik adalah komposisi musik

yang berasal dan berkembang di negara barat (Eropa) sekitar tahun 1750-

1825. Pada era inilah nama-nama besar seperti Bach, Mozart, Haydn

melahirkan karyanya berupa sonata, simponi, konser solo, string kuarter

hingga opera. Musik klasik dapat diartikan sebagai karya musik yang
berkelas tinggi, bersifat abadi, tidak mudah dilupakan bahkan tetap ada

sampai sekarang dengan tampilan yang menakjubkan. Musik klasik

dipercaya dapat menguatkan pikiran dan emosional sehingga menjadikan

orang lebih kreatif. Musik dapat memberikan energi positif bagi manusia,

diantaranya sangat berperan dalam menunjang perkembangan intelektual

dan sosial serta menjaga keseimbangan antara jiwa dan fisik (Musbikin,

2009)

3. Teknik Prosedur Terapi Musik Klasik

Terapi musik klasik dilakukan selama 5 hari berturut-turut dalam

seminggu, saat akan diberikan terapi musik klasik diharapkan pasien

dalam keadaan tenang dan bersedia diterapi. Sebelum diberikan terapi

musik klasik skor depresi diukur dengan menggunakan instrumen Beck

Depression Inventory (BDI) dan diukur kembali skor depresinya setelah

dilakukan terapi musik klasik dengan menggunakan instrumen yang sama

pada akhir pertemuan (Kurnia, 2017).

Berikut ini tahapan yang akan dilakukan dalam pemberian terapi musik

klasik, sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Amelia & Trisyani,

2015) :

a. Tahap Orientasi

1) Memberikan salam terapeutik dan kenalan

a) Memberi salam

b) Memperkenalkan diri dan menanyakan nama pasien

c) Menyampaikan tujuan interaksi


2) Melakukan evaluasi dan validasi data

a) Menanyakan perasaan pasien hari ini

b) Memvalidasi/mengevaluasi masalah pasien

3) Melakukan kontrak

a) Waktu

b) Tempat

b. Tahap Kerja

1) Berikan kesempatan pasien untuk memilih jenis musik klasik

2) Tempatkan pasien di ruangan yang tenang dengan posisi yang

rileks

3) Sebelum musik didengarkan, pasien akan dilakukan

pengukuran depresi terlebih dahulu

4) Berselang waktu sekitar 5- 10 menit, musik didengarkan oleh

pasien menggunakan music box

5) Selama pasien mendengarkan musik, baik perawat atau tenaga

medis lainnya tidak berada di ruangan yang sama dengan

pasien

6) Musik didengarkan kurang lebih selama 20- 30 menit

c. Tahap Terminasi

1) Mengevaluasi respon pasien terhadap terapi yag sudah

diberikan

2) Melakukan kontrak waktu, tempat dan topik untuk pertemuan

selanjutnya
4. Kaitan Psikososial : Kehilangan dengan Terapi Musik Klasik

Pasien psikososial : kehilangan cenderung mengalami depresi, untuk

menurunkan tingkat depresi bisa menggunakan obat anti depresan

Penanganan depresi yang lebih mudah adalah dengan menggunakan terapi

musik klasik. Musik klasik memiliki pengaruh besar pada kondisi

psikologi sosial lansia karena musik klasik memiliki efek yang besar

terhadap ketegangan dan kondisi rileks pada diri seseorang. Musik klasik

juga menimbulkan rasa aman dan sejahtera, serta melepaskan rasa

gembira dan sedih (Musbikin, 2009). Selain itu terapi musik dapat

membangkitkan gelombang otak alfa yang menimbulkan rasa relaksasi

sehingga perilaku individu akan menjadi dan bisa menurunkan timbulnya

dampak dari depresi. Terapi musik ini mempunyai fungsi memenangkan

pikiran dan meredakan emosi dapat juga melatih otot-otot serta pikiran

menjadi rileks. Dengan mendengarkan musik, pasien merasakan kondisi

yang rileks dan perasaan yang nyaman (Suidah & Cahyono, 2016)

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian

rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan

penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang

dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan sebagai alat dan

pedoman untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2007).


Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian yaitu studi kasus. Studi

kasus merupakan suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara

intensif, terperinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan

aktivitas pada individu, kelompok, lembaga, atau organisasi untuk

memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa tersebut. Peristiwa

yang dipilih selanjutnya disebut kasus (Rahardjo, 2017). Studi kasus dalam

karya tulis ini adalah pasien dengan psikososial : kehilangan.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah pasien dengan

psikososial : kehilangan sebanyak 2 orang yang meliputi dua kriteria yaitu :

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien berjenis kelamin perempuan

b. Pasien berusia <50 tahun

c. Pasien keadaan psikososial : kehilangan dengan depresi ringan/sedang

d. Pasien yang kooperatif dan bersedia diberikan terapi musik klasik.

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien yang memiliki gangguan lain selain depresi karena kehilangan,

misalnya demam, sesak napas

b. Pasien yang sulit diajak berinteraksi

c. Pasien yang memiliki gangguan pendengaran

C. Fokus Studi
Fokus studi merupakan kajian utama dari permasalahan yang akan

dijadikan titik acuan studi kasus. Fokus studi pada penelitian ini adalah

penerapan terapi musik klasik pada pasien psikososial : kehilangan

D. Definisi Operasional Fokus Studi

1. Terapi musik klasik adalah pemberian alunan lagu yang menenangkan

oleh perawat kepada pasien untuk menjadikan pasien lebih rileks. Dalam

penerapan musik klasik pasien di tempatkan pada posisi yang tenang dan

sepi agar hasilnya lebih efektif.

2. Gangguan kehilangan adalah gangguan yang dialami individu karena

kehilangan sesuatu yang sangat dicintai. Seseorang mengekspresikan

kehilangan berbeda-beda. Ada yang merespon hanya secara fisik

(menangis) dan ada juga yang sampai merespon secara psikologis

(emosional) bahkan ada juga seseorang yang merespon keduanya.

3. Tingkat depresi merupakan kondisi psikologis (perasaan) yang dialami

seseorang yang dapat diobservasi dan dapat diukur

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino

Gondohutomo provinsi Jawa Tengah.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari 2021

F. Metode Pengumpulan Data


1. Wawancara

Wawancara (Anamnesis) yaitu teknik pengumpulan data dengan cara

memberikan pertanyaan kepada pasien tentang hampir semua hal

termasuk hal-hal yang berhubungan dengan masalah keesehatan pasien.

Dalam wawancara juga dikumpulkan data demografi (identitas pasien)

seperti nama, usia, alamat, status pernikahan, pekerjaan, dan lai-lain (Yeni

& Ukur, 2019). Perlu juga dilakukan pengkajian terhadap riwayat

kesehatan pasien dahulu, pengalaman kehilangan di masa lalu, penyebab

kehilangan, dan riwayat depresi.

2. Observasi

Observasi merupakan kegiatan mengamati suatu kondisi maupun perilaku

keadaan pasien untuk mendukung dan memperjelas anamnesis (Sumantri,

2015). Aspek yang akan diobservasi adalah ekspresi wajah, gerak tubuh,

tingkah laku saat wawancara , dan proses pikir serta pola komunikasi

yang menunjukkan adanya depresi.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan, mengolah,

menganalisa dan menyajikan data secara sistematis dengan tujuan

memecahkan suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Semua alat

yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian

(Nasution, 2016). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah

lembar observasi yang digunakan untuk mengamati respon non verbal


yang menunjukkan adanya depresi saat wawancara dan Beck Depression

Inventory yang digunakan untuk mengukur tingkat depresi.

4. Dokumentasi

Dokumentasi berisikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan data lain yang

relevan dengan melihat catatan keperawatan pasien

G. Analisa Data dan Penyajian Data

1. Analisa Data

Analisa data merupakan kesimpulan tentang apa yang menjadi masalah

kesehatan pasien, sebagaimana tujuannya adalah menafsirkan data yang

sudah terkumpul untuk menentukan masalah kesehatan sehingga rencana

keperawatan dapat ditetapkan dan dilaksanakan agar kebutuhan pasien

dapat terpenuhi. Analisa data meliputi data subyektif, yaitu data yang

diperoleh dari apa yang dikatakan langsung oleh pasien atau keluarga,

biasanya pasien dengan psikososial : kehilangan mengatakan tidak bisa

melupakan kehilangan anak/suaminya karena sesuatu hal. Kemudian

analisa data juga terdapat data obyektif, yaitu data yang diperoleh dari

suatu observasi atau pemeriksaan untuk mengukur dan menilai status

kesehatan pasien, biasanya pasien dengan psikososial : kehilangan terlihat

menangis, melamun, bahkan merasa kesal terhadap dirinya sendiri yang

termasuk tanda gejala depresi (Yeni & Ukur, 2019)

2. Penyajian Data

Hasil analisa data akan disajikan dalam bentuk tekstual yaitu penyajian.

Peneliti menggunakan penyajian data dengan deskriptif naratif, tabel dan


grafik. Hasil studi kasus berupa tulisan atau narasi dan dipakai untuk data

yang jumlahnya kecil serta memerlukan kesimpulan yang sederhana.

Untuk perkembangan skor observasi tanda nonverbal dan tingkat depresi

disajikan dalam bentuk grafik, sedangkan untuk intervensi dan observasi

disajikan dalam bentuk tabel.

1. Etika Penelitian

Kode etik penelitian adalah sutau pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti

(subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil

penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010). Secara garis besar, dalam

melaksanakan sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang

teguh, yaitu :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).

Menggunakan informed consent untuk bukti kebersediaan menjadi subjek

penelitian dengan cara menjelaskan gambaran dan manfaat dari penelitian

yang akan dilakukan, menjelaskan manfaat bagi subjek penelitian,

menjelaskan kepada subjek penelitian bahwa subjek penelitian dapat

mengundurkan diri sebagai subjek penelitian kapan saja.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

a. Menggunakan inisial terkait identitas subjek penelitian pada saat

penelitian.
b. Tidak membicarakan apa yang terjadi pada subjek penelitian ketika

penelitian kepada orang yang tidak diizinkan oleh subjek penelitian.

c. Merahasiakan wajah subjek penelitian apabila data disajikan dalam

bentuk foto.

3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an

inclusiveness).

Subjek penelitian mendapatkan perlakuan sesuai dengan perencanaan

penelitian yang dikemukakan dalam karya tulis ilmiah ini.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits).

Peneliti melakukan penelitian sesuai dengan prosedur untuk

mendapatkan hasil yang maksial. Terapi musik klasik yang diberikan

dapat memberikan perubahan depresi pada subjek penelitian.

Anda mungkin juga menyukai