Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

‫بِس ِْم هللاِ الرَّحْ مٰ ِن ال َّر ِحي ِْم‬

Assalamua’alaikum Wr.Wb.....
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga  makalah ini bisa diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW beserta
keluarga. Aamiin.
Di dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari berbagai kesulitan-
kesulitan dalam menyelesaikannya. Namun berkat bantuan yang Maha Kuasa dan
dari semua pihak serta dengan usaha yang semaksimal mungkin,
sehingga  makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari dalam penulisan  makalah ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan baik dari isi maupun dari tata cara penulisan. Untuk itu kami masih
mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dimasa
yang akan datang. Akhir kata semoga bermanfaat bagi kita semua.

Pemakalah

Mursinah

1
DAFTAR ISI
Halaman

KATA
PENGANTAR.........................................................................................................1

DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ...............................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................3
C. Tujuan Penelitian............................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN..................................................................................................... 5
A. Pengertian Metode Pendidikan ..................................................................5
B. Surah al-Maidah ayat 6...............................................................................6
C. Surah an-Nahl ayat 125...............................................................................8
D. Surah al-A’rof ayat 176-177.....................................................................10
E. Surah Ibrahim ayat 24-25..........................................................................15

BAB III
PENUTUP............................................................................................................. 18
A. Kesimpulan..............................................................................................................18
B. Saran........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar di
lembaga pendidikan. Apabila proses pendidikan tidak menggunakan metode yang
tepat maka akan sulit untuk mendapatkan tujuan pembelajaran yang diharapakan.

Menurut islam pendidikan haruslah menjadiakn seluruh manusia menjadikan


manusia yang mennghambakan diri kepada Allah. Islam menghendaki agar
manusia dididik supaya ia merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang
telah digariskan oleh Allah. Akan tetapi islam di sini mencakup pengajaran umum
dan pengajaran agama, yang didasari langkah-langkah mengajar yang disebut
metode pengajaran.

Al-Qur’an berbicara tentang berbagai hal sepeeerti, akidah, ibadah, muamalah,


namun juga tentang pendidikan. Berbicara masalah pendidikan, tentunya tidak
lepas dari ilmu pengetahuan, adanya tujuan pendidikan, metode pendidikan dan
lain-lain. Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menjelaskan masalah-
masalah pendidikan tersebut.

Dalam makalah ini akan membahas terkait dengan metode pengajaran


berdasarkan Al-Qur’an yang terkandung di dalam

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tafsir surat Al-Maidah ayat 67 serta hubungannya dengan


metode pengajaran?
2. Bagaimana tafsir surat An-Nahl ayat 125 serta hubungannya dengan
metode pengajaran?
3. Bagaimana tafsir surat Al-A’raf ayat 176-177 serta hubungannya dengan
metode pengajaran?
4. Bagaimana tafsir surat Ibrahim ayat 24-25 serta hubungannya dengan
metode pengajaran?

3
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tafsir surat Al-Maidah ayat 67 serta hubungannya


dengan metode pengajaran?
2. Untuk mengetahui tafsir surat An-Nahl ayat 125 serta hubungannya
dengan metode pengajaran?
3. Untuk mengetahui tafsir surat Al-A’raf ayat 176-177 serta hubungannya
dengan metode pengajaran?
4. Untuk mengetahui tafsir surat Ibrahim ayat 24-25 serta hubungannya
dengan metode pengajaran?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Pendidikan

Al-Qur’an dalam mengarahkan pendidikan selalu berorientasi kepada


pembentukan dan pengembangan manusia seutuhnya. Karenanya materi-materi
yang disajikan dalam al-Qur’an selalu menyentuh jiwa, akal dan raga manusia.
Demikian luas dan dalamnya makna yang tersirat pada ayat-ayat pendidikan
dalam al-Qur’an, memberi kesan bahwa setiap ayat pendidikan itu memiliki
metode tersendiri. Dengan begitu, upaya untuk mencermati metode pendidikan
dalam al-Qur’an menjadi suatu keharusan, agar ditemukan rumusan-rumusan
metode pendidikan dalam al-Qur’an yang dapat dijadikan rujukan atau dasar
metode pendidikan dalam Islam, dan pada akhirnya diharapkan dapat memberi
kontribusi terhadap perkembangan metode pendidikan yang terus mengalami
perkembangan seiring dengan kebutuhan umat manusia.
Sebelum membahas lebih jauh, perlu penulis sampaikan terlebih dahulu
tentang definisi metode. Dalam bahasa arab istilah metode disebut dengan thariq
atau manhaj. Sedangkan dalam bahasa Indonesia kata “metode” mengandung
pengertian cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud,
suatu perangkat dalam mengajar yang mempunyai tujuan dan didasarkan atas
1
teori. Ada beberapa istilah yang terkait dengan metode seperti
pendekatan (approach), strategi, metode, teknik dan taktik. Dalam bahasa Arab
dikenal pula dengan istilah nahiyah (pendekatan), manhaj (strategi), uslub
(metode), thariqah (teknik), dan syahilah (taktik).
Dalam pendidikan Islam, metode pendidikan Islam adalah seperangkat
cara, jalan, dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran
1
Baharuddin, Pendidikan Humanistik (Konsep, Teori, dan Aplikasi Praktis dalam Dunia
Pendidikan), (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2011), hlm 196.

5
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan atau menguasai
kopetensi menuju terwujudnya kepribadian muslim.2
Dalam al-Quran, metode dikenal sebagai sarana yang menyampaikan
seseorang kepada tujuan penciptaannya sebagai khalifah di muka bumi dengan
melaksanakan pendekatan dimana manusia ditempatkan sebagai makhluk yang
memiliki potensi baik rohaniah maupun jasmaniah. Ada sekian ayat dalam al-
Quran yang membahas tentang metode pendidikan, diantaranya adalah Surat al-
Maidah ayat 67 dan Surat An-Nahl ayat 125.

B. Surah al-Maidah ayat 67

۞ۚ‫غت ِر َسالَتَهُۥ‬
َ َّ‫فعل فَ َما َبل‬ َ ِّ‫يك ِمن َّرب‬
َ َ‫ك َوإِن مَّل ت‬ َ َ‫ول َبلِّغ َما أُن ِز َل إِل‬ َّ ‫ٰيَأَيُّ َها‬
ُ ‫ٱلر ُس‬
ِٰ ِ ِ ‫ك ِم َن ٱلن‬ ِ ‫وٱللَّه ي‬
٦٧ ‫ين‬ َ ‫َّاس إِ َّن ٱللَّهَ اَل يَهدي ٱل َق‬
َ ‫وم ٱل َكف ِر‬ َ ‫عص ُم‬ َُ َ
Artinya :

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika
tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”

Menurut penjelasan dari Ibnu Katsir, Allah SWT berfirman sambil


mengkhitabi hamba dan rasulnya Muhammad SAW dengan ungkapan “Rasul”
dan menyuruhnya supaya menyampaikan seluruh perkara yang dibawanya dari
Allah SWT. Dan Nabi Muhammad SAW telah melaksanakan perintah itu dan
menjaankan risalah dengan sempurna. Sehubungan dengan penafsiran ayat ini,
Bukhari meriwayatkan dari ‘Aisyah, “ Barangsiapa yang menceritakan kepadamu
bahwa Muhammad menyembunyikan sesuatu dari apa yang diturunkan Allah
SWT kepadanya, maka berdustalah orang itu, dan dia berfirman, “Hai Rasul,
sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu.”demikianlah bunyi
hadits itu secaara ringkas. Hadits ini dikemukakan oleh Bukhari-Muslim dalam
Shahihain-Nya secara lengkap.3

2
Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam: Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi Arus
Global, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2016), hlm. 223.

3
bnu Katsir, Tafsir Juz 6, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 2000, hlm. 123-126.

6
Kemudian firman Allah SWT, “dan jika kamu tidak mengerjakan, berarti kamu
tidak menyampaikan risalah-Nya.” Maksudnya, jika tidak menyampaikan risalah
kepada manusia, berarti kamu tidak menyampaikan risalah-Nya, sedangkan dia
mengetahui akibat apa yang akan timbul jika tidak menyampaikan risalah itu.
Ibnu Abbas meriwayatkan, “jika kamu menyembunyikan suatunayat yang
diturunkan kepadamu dari tuhanmu, berarti kamu tidak menyampaikan risalah-
Nya.”

Firman Allah SWT, “Dan Allah melindungimu dari gangguan


manusia.”maksudnya adalah, Allah menyampaikan untuk menyampaikan risalah-
Nya, sehingga Allah akan melindungimu dari gangguan manusia, nenolongmu,
dan membantumu dalam mengalahkan musuh-musuhmu serta menenangkanmu
atas mereka. Maka janganlah kamu takut dan sedih. Tidak ada gangguan
seorangpun yang akan menyentuhmu. Sebelum turun ayat ini Nabi Muhammad
SAW dijaga. Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Aisyah RA yang menceritakan,
“pada suatu malam Rasulullah SAW berjaga. Aku mendekatinya dan berkata,
‘wahai Rasulullah, ada apa?’ Beliau menjawab, “aku berkeinginan ada orang baik
hati dari sahabatku yang menjagaku pada malam hari.’ Tatkala aku bertanya
demikian, tiba-tiba aku mendengar suara. Nabi bersabda, ‘siapa itu?’ Orang iru
berkata, ‘Saya Sa’ad bin Malik’, Nabi bertanya, ‘Apa yang telah mendorongmu
datang kesini?’ Dia menjawab, “Ya Rasulullah, saya datang untuk menjagamu.’
Maka aku mendengar dengkaur Rasulullah dalam tidurnya.” Hadits ini
dikemukakan dalam Shahihain.

Firman Allah SWT, “ Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk bagi


kaum yang kafir.” Maksudnya adalah sampaikanlah risalahitu olehmu dan
Allahlah yang akan menunjukkan dan menyesatkan orang-orang yang
dikehendakinya.4

Menurut Fakhrudin ar-Razi yang dikutip dari tafsir al-Misbah, berpendapat


bahwa ayat ini merupakan janji dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW bahwa
ia akan dipelihara Allah dari gangguan dan tipu daya orang-orang Yahudi dan
Nashrani. Thahir bin ‘Asyur menambahkan bahwa, ayat ini mengingatkan Rasul
agar menyampaikan ajaran agama kepada ahli kitab tanpa menghiraukan kritik
dan ancaman mereka. Berbagai teguran keras yang disampaikan kepada ahli kitab
itulah dihadapkan pada kecenderungan sikap lemah lembut Nabi SAW yang
merupakan hal khusus, dan mengantar kepada turunnya peringatan tentang
kewajiban menyampaikan risalah disertai jaminan keamanan beliau.5

1. Kandungan nilai-nilai pendidikan:


4
Ibid, hlm. 125-126.
5
Prof. Dr. H. Quraish Shihab, Tafsir al Misbah, PT Lentera Hati, Tangerang, 2006, hlm. 152.

7
a) Perintah Allah SWT untuk menyampaikan dan mengajarkan risalahnya,
yakni ilmu-ilmu Agama kepada ummat manusia.
b) Perintah Allah untuk menyampaikan ilmu-ilmu agama sesuai dengan
petunjuk yang telah disyari’atkan oleh Allah dan Rasulnya.
c) Allah SWT senantiasa melindungi hambanya yang selalu berdakwah
menyampaikan dan mengajarkan ilmu-ilmu agama yang didapatnya
kepada masyarakat.
d) Allah SWT tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang
ingkarkepada ayat-ayatnya.
e) Allah mempunyai hak untuk memberikan petunjuk berupa ilmu kepada
siapa saja yang dikehendakinya.

C. Surah an-Nahl ayat 125

‫ك ُه َو أَعلَ ُم مِب َن‬ ِ َّ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ‫ك بِٱحل‬


َ َّ‫َحس ُن إِ َّن َرب‬
َ ‫كمة َوٱملَوعظَة ٱحلَ َسنَة َو َٰجدهلُم بٱليِت ه َي أ‬
َ َ ِّ‫ٱدعُ إِىَل ٰ َسبِ ِيل َرب‬
١٢٥ ‫ين‬ ِ ِ ِِ ِ
َ ‫ض َّل َعن َسبيلۦه َو ُه َو أَعلَ ُم بٱملُهتَد‬ َ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk

ُ ‫ ۡٱد‬Maksudnya adalah serulah


َ ِّ‫ع إِلَ ٰى َسبِي ِل َرب‬
Potongan ayat yang berbunyi ‫ك‬
umatmu wahai para rasul dengan seruan agar mereka melaksanakan syariat yang
telah ditetapkannya berdasarkan wahyu yang diturunkannya, dengan melalui
ibarat dan nasehat yang terdapat didalam kitab yang diturunkannya. Dan
hadapilah mereka dengan cara yang lebih baik dari lainnya sekalipun mereka
menyakitimu, dan sadarkanlah mereka dengan cara yang baik.6

َ ‫ك هُ َو أَ ۡعلَ ُم بِ َمن‬
Selanjutnya potongan ayat ‫ض َّل عَن َسبِيلِ ِه‬ َ َّ‫ إِ َّن َرب‬maksudnya adalah bahwa
sesungguhnya Tuhan mu wahai para Rasul adaalh lebih mengetahui dengan apa
yang berjalan dan di perselisihkan, dan juga lebih mengetahui cara yang harus di
tempuh sesuai yang haq.

Ringkasnya ayat tersebut menyuruh agar Rasulullah menempuh cara


berdakwah dan berdiskusi dengan cara yang baik. Sedangkan petunjuk (al
hidayah) dan kesesatan (al dlalah) serta hal hal yang terjadi di antara keduanya
sepenuhnya di kembalikan kepada Allak SWT, karena Dialah yang lebih
6
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiyah), Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2015, hlm. 186-189.

8
mengetahui keadaan orang-orang yang tidak dapat terpelihara dirinya dari
kesesatan, dan mengembalikan dirinya petunjuk.

Hubungan antara pendidikan dan dakwah dapat dilihat dari analisis sebagai
berikut:

Pertama, dilihat dari segi sasarannya, dakwah dan pendidikan memiliki


sasaran yang sama, yaitu manusia. Bedanya, dalam berdakwah sasarannya
terkadang ada yang dikelompokkan dan terkadang ada yang tidak dikelompokkan.
Dalam berdakwah terkadang dilakukan kedalam kelompok sasaran dari berbagai
latar belakang jenis kelamin, usia, tingkat kecerdasan, dan lainnya yang berbeda-
beda menjadi satu, seperti seperti yang terlihat seperti acara dakwah di masjid-
masjid, majelis ta’lim dan lain sebagainya. Sedangkan dalam pendidikan,
sasarannya lebih terklarifikasi berdasarkan perbedaan usia, kecerdasan dan lain
sebagainya. Namun demikian ayat-ayat tersebut mengingatkan tentang pentingnya
memahami psikologi kelompok sasaran dakwah, yaitu ada kelompok awam,
khawas, dan khasil khawas.

Kedua, dilihat dari segi ruang lingkup atau meteri yang disampaikan
dalam dakwah dan pendidikan, tampak memiliki persamaan dan perbedaan.
Persamaannya adalah bahwa ruang lingkup atau materi dakwah dan pendidikan
pada intinya harus sejalan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bedanya bahwa
ruang lingkup atau materi dalam berdakwah lebih umum atau tidak terperinci dan
lebih menggambarkan motivasi secara global. Sedangkan dalam pendidikan,
ruang lingkup atau materi berdakwah lebih terperinci sebagaimana dituangkan
dalam kurikulum dan silabi yang harus dicapai pada setiap semester.

Ketiga, dilihat dari segi tujuannya, antara dakwah dan pendidikan juga
memiliki persamaan dan perbedaan. Dakwah dan pendidikan sama-sama
bertujuan mengubah sikap mental manusia dengan cara diberikan motivasi dan
ajaran-ajaran, agar orang tersebut mau melaksanakan ajaran islam dalam arti yang
seluas-luasnya, sehingga ia dapat melaksanakan fungsi kekhalifahannya dalam
rangka beribadah kepada Allah SWT. Namun demikian dalam pendidikan
terdapat perumusan tujuan yang bertingkat-tingkat, yaitu rumusan tujuan yang
bersifat universal, nasional, institusional, kurikuler, mata pelajaran, pokok
bahasan, dan subpokok bahasan. Dengan kata lain, didalam pendidikan disamping
terdapat tujuan universal yang berjangka panjang dan sulit diukur dalam waktu
yang singkat, juga terdapat tujuan khusus yang berjangka pendek dan dapat
dengan mudah diukur pada setiap akhir pelajaran. Dalam berdakwah, tujuan yang
direncanakan tampak bersifat umum, bahkan dalam berdakwah yang tradisional,
tidak terdapat rumusan tujuan sama sekali.7
7
Ibid, hlm. 190.

9
Keempat, dilihat dari segi caranya, terdapat persamaan dan perbedaan antara
dakwah dan pendidikan. Persamaan dalam berdakwah dapat dilakukan dengan
tiga cara, yaitu dengan hikmah, mau’idzah hasanah dan mujadalah. Didalam
pendidikanpun ketiga cara tersebut dapat pula dilakukan. Perbedaannya dalam
pendidikan cara atau metode yang digunakan disamping tiga cara tersebut masih
banyak lagi variasinya, seperti ceramah, diskusi, dan lain sebagainya. Dengan kata
lain metode dalam pendidikan lebih bervariasi dan berkembang dibandingkan
dengan metode yang terdapat dalam dakwah.

Kelima, dilihat dari segi hukumnya, terdapat persamaan antar dakwah dan
pendidikan, yaitu ada yang termasuk kedalam kategori yang hukumnya wajib bagi
semua (fardhu ‘ain) dan ada yang hukumnya fardhu kifayah. Dakwah dan
pendidikan hukumnya wajib dilakukan oleh setiap orang manakala yang
dimaksud dengan dakwah dan pendidikan tersebut dalam arti umum, yaitu
dilakukan kapan saja, dimana saja, dengan cara apa saja, oleh siapa saja sesuai
keadaan dan kemampuan yang bersangkutan. Dakwah dan pendidikan hukumnya
fardhu kifayah, manakala yang dimaksud dengan dakwah dan pendidikan tersebut
dalam arti yang khusus, yaitu dakwah dan pendidikan yang terprogram secara
sistematis dan berkesinambungan, ruang lingkup, sasaran dan tujuan yang khusus,
serta memerlukan keahlian khusus pula bagi orang yang melakukannya.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlu adanya kerja sama
yang baik antara kegiatan dakwah dengan pendidikan. Dakwah harus mendorong
masyarakat agar mau meningkatkan kualitas dirinya dengan cara meningkatkan
kemampuannya melalui pendidikan dalam arti yang luas. Demikian pula
pendidikanpun harus mendorong masyarakat agar mau melakukan dakwah dan
mengamalkan ajaran amar ma’ruf nahi munkar.8

D. Surah al-A’rof ayat 176-177

‫لب إِن حَت ِمل‬ ِ ‫َرض وٱتَّبَ َع َهو ٰىهُ فَمَثلُهُۥ َكمثَ ِل ٱل َك‬ ِ ِ ٰ ‫هِب‬ ِ
َ َ َ َ ِ ‫َولَو شئنَالََرفَ ٰعنَهُ َا َولَكنَّهُۥٓ أَخلَ َد إىَل ٱأل‬
ِ ِ َّ ِ ِٰ
‫ص لَ َعلَّ ُهم‬
َ ‫ص‬ ِ ‫ٱقص‬
َ ‫ص ٱل َق‬ ُ َ‫ين َك َّذبُواْ َٔٔ‍بَِايَٰتنَا ف‬
َ ‫ك َمثَ ُل ٱل َقوم ٱلذ‬ َ ‫َعلَ ِيه يَ َلهث أَو تَرتُكهُ يَ َلهث ذَّل‬
١٧٧ ‫ن‬ َ ‫ين َك َّذبُواْ َٔٔ‍بَِايَٰتِنَا َوأَن ُف َس ُهم َكانُواْ يَظلِ ُمو‬ ِ َّ ‫ ساء مثاًل ٱل َق‬١٧٦ ‫يت َف َّكرو َن‬
َ ‫وم ٱلذ‬ُ ََ َ َ ُ ََ
176. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya
dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa
nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu
menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia
8
bid, hlm. 191.

10
mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu
agar mereka berfikir

177. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat


Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim

Di dalam kitab Tafsir Qur’anul Adzim karangan Ibnu Kasir, ada dua kisah
mengenai ayat-ayat ini, disini kami hanya menyampaikan kisah yang termasyur
yang melatar belakangi turunnya ayat yang mulia ini yaitu hanyalah menceritakan
perihal seorang lelaki di masa dahulu, di zaman kaum Bani Israil, dia bernama
Bal`am.

Dikisahkan ketika Musa a.s. memasuki pulau Bani Kanan di daerah Ash-
Sham (daerah Syria), orang-orang Bal’am datang padanya, dan berkata, “Musa
ibnu Imran telah datang bersama dengan pasukan Bani Israil. Dia datang untuk
mengusir kita dari negeri kita dan akan membunuh kita, lalu membiarkan tanah
ini dikuasai oleh Bani Israil. Dan sesungguhnya kami adalah kaummu yang dalam
waktu yang dekat tidak akan mempunyai tempat tinggal lagi, sedangkan engkau
adalah seorang lelaki yang doanya diperkenankan Tuhan. Maka keluarlah engkau
dan berdoalah untuk kehancuran mereka.". Bal`am menjawab, "Celakalah kalian!
Nabi Allah ditemani oleh para malaikat dan orang-orang mukmin, maka mana
mungkin saya pergi mendoakan untuk kehancuran mereka, sedangkan saya
mengetahui Allah tidak akan menyukai hal itu?" Mereka mengatakan kepada
Bal`am, "Kami tidak akan memiliki tempat tinggal lagi." Mereka terus menerus
meminta dengan memohon belas kasihan dan berendah diri kepada Bal`am untuk
membujuknya. Akhirnya Bal`am terbujuk.9

Lalu Bal`am menaiki keledai kendaraannya menuju ke arah sebuah bukit


sehingga ia dapat melihat perkemahan pasukan kaum Bani Israil, yaitu Bukit
Hasban. Setelah berjalan tidak begitu jauh, keledainya mogok, tidak mau jalan.
Maka Bal`am turun dari keledainya dan memukulinya hingga keledainya mau
bangkit dan berjalan, lalu Bal`am menaikinya. Tetapi setelah berjalan tidak jauh,
keledainya itu mogok lagi, dan Bal`am memukulinya kembali, lalu menjewer
telinganya. Maka secara aneh keledainya dapat berbicara, memprotes tindakannya
seraya mengatakan, "Celakalah kamu. hai Bal`am, ke manakah kamu akan pergi.
Tidakkah engkau melihat para malaikat berada di hadapanku menghalang-halangi
jalanku? Apakah engkau akan pergi untuk mendoakan buat kehancuran Nabi
Allah dan kaum mukminin?"

9
Ibnu Kasir, Op.cit, hlm. 315-316

11
Bal'am tidak menggubris protesnya dan terus memukulinya, maka Allah
memberikan jalan kepada keledai itu setelah Bal'am memukulinya. Lalu keledai
itu berjalan membawa Bal'am hingga sampailah di atas puncak Bukit Hasban, di
atas perkemahan pasukan Nabi Musa a.s. dan kaum Bani Israil. Setelah ia sampai
di tempat itu, maka ia berdoa untuk kehancuran mereka. Tidak sekali-kali Bal'am
mendoakan keburukan untuk Musa dan pasukannya, melainkan Allah
memalingkan lisannya hingga berbalik mendoakan keburukan bagi kaumnya. Dan
tidak sekali-kali Bal'am mendoakan kebaikan buat kaumnya, melainkan Allah
memalingkan lisannya hingga mendoakan kebaikan buat Bani Israil.

Maka kaumnya berkata kepadanya, "Tahukah engkau, hai Bal'am, apakah


yang telah kamu lakukan? Sesungguhnya yang kamu doakan hanyalah untuk
kemenangan mereka dan kekalahan kami." Bal'am menjawab, "Ini adalah suatu
hal yang tidak saya kuasai, hal ini merupakan sesuatu yang telah ditakdirkan oleh
Allah." Maka ketika itu lidah Bal'am menjulur keluar sampai sebatas dadanya,
lalu ia berkata kepada kaumnya, "Kini telah lenyaplah dariku dunia dan akhiratku,
dan sekarang tiada jalan lain bagiku kecuali harus melancarkan tipu muslihat dan
kilah yang jahat.”

Setelah itu ia memutar otaknya untuk melancarkan tipu daya, lalu berkata,
“Aku punya suatu ide. Dengarkanlah dengan baik. Suruhlah kaum wanita untuk
menggoda pasukan Bani Israel, agar mereka dapat terperangkap dalam perbuatan
zina. Ketahuilah bahwa Allah sangat membenci perbuatan zina. Oleh karena itu,
apabila mereka telah terperangkap dalam perbuatan zina maka mereka akan
dibinasakan dengan sendirinya.” Setelah penduduk di sana setuju dengan siasat
tersebut, mereka pun segera melaksanakannya. Ternyata memang benar, Bani
Israel dengan mudahnya terjebak dalam jerat siasat yang mereka lancarkan.
Akhirnya, Bani Israel pun ditimpakan adzab Allah, dengan diturunkannya
penyakit ta`un yang mematikan mereka. Penyakit ini menyerang kepada seluruh
tujuh puluh ribu orang pasukan Bani Israel, dan semuanya mati dengan sia-sia.

Sehubungan dengan Bal'am ibnu Ba'ura ini, kisahnya disebutkan oleh


Allah Swt.:

‫انسلَ َخ ِمْن َها‬ ِ ِ َّ ِ


َ َ‫َواتْ ُل َعلَْيه ْم َنبَأَ الذي آ َتْينَاهُ آيَاتنَا ف‬
Dan bacakanlah kepada mereka kisah orang yang telah Kami berikan kepadanya
ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri
dari ayat-ayat itu.

12
(Al-A'raf: 175) sampai dengan firman-Nya:

‫لَ َعلَّ ُه ْم َيَت َف َّكُر‌و َن‬

agar mereka berpikir. (Al-A'raf:176)

Adapun firman Allah Swt.:

ْ ‫ب إِن حَتْ ِم ْل َعلَْي ِه َيْل َه‬


‫ث أ َْو َتْتُ‌ر ْكهُ َي ْل َهث‬ ِ ‫فَمَثلُهُ َكمثَ ِل الْ َك ْل‬
َ َ
maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya
diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya
(juga). (Al-A`raf: 176)

Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai maknanya. Menurut teks Ibnu
Ishaq, dari Salim, dari Abun Nadr, lidah Bal'am terjulur sampai dadanya. Lalu dia
diserupakan dengan anjing yang selalu menjulurkan lidahnya dalam kedua
keadaan tersebut, yakni jika dihardik menjulurkan lidahnya, dan jika dibiarkan
tetap menjulurkan lidahnya. Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah
'Bal'am menjadi seperti anjing dalam hal kesesatannya dan keberlangsungannya di
dalam kesesatan serta tidak adanya kemauan memanfaatkan doanya untuk
keimanan. Perihalnya diumpamakan dengan anjing yang selalu menjulurkan
lidahnya dalam kedua keadaan tersebut, jika dihardik menjulurkan lidahnya, dan
jika dibiarkan tetap menjulurkan lidahnya tanpa ada perubahan. Demikian pula
keadaan Bal'am, dia tidak memanfaatkan pelajaran dan doanya buat keimanan,
perihalnya sama dengan orang yang tidak memilikinya. Sama halnya dengan
pengertian yang terkandung dalam firman-Nya,

‫‌ه ْم اَل يُ ْؤ ِمنُو َن‬ ِ


ُ ‫َو َس َواءٌ َعلَْي ِه ْم أَأَن َذ ْ‌ر َت ُه ْم أ َْم مَلْ تُنذ ْر‬
Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka
ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan
beriman. (surat Yasiin/36: 10)

Menurut pendapat lainnya, makna yang dimaksud ialah “kalbu orang kafir
dan orang munafik serta orang yang sesat kosong dari hidayah, hatinya penuh
dengan penyakit yang tak terobatkan”. Kemudian pengertian ini diungkapkan ke

13
dalam ungkapan itu. Hal yang semisal telah dinukil dari Al-Hasan Al-Basri dan
lain-lainnya.

Firman Allah Swt.:

‫ص لَ َعلَّ ُه ْم َيَت َف َّكُر‌و َن‬


َ ‫ص‬ ِ ‫ص‬
َ ‫ص الْ َق‬ ُ ْ‫فَاق‬
Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah kisah agar mereka berpikir. (Al-
A'raf: 176)

Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya, yaitu Nabi Muhammad Saw.:

‫ص لَ َعلَّ ُه ْم‬
َ ‫ص‬ ِ ‫ص‬
َ ‫ص الْ َق‬ ُ ْ‫فَاق‬
Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah agar mereka (Al-
A'rif:176)

Yakni agar Bani Israil mengetahui kisah Bal'am dan apa yang telah
menimpanya yaitu disesatkan oleh Allah dan dijauhkan dari rahmat-Nya, karena
dia telah salah menggunakan nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepadanya,
nikmat itu ialah Ismul A'zam yang diajarkan Allah kepadanya. Ismul A'zam
adalah suatu doa yang apabila dipanjatkan untuk memohon sesuatu, niscaya
dikabulkan dengan seketika. Ternyata Bal'am menggunakan doa mustajab ini
untuk selain ketaatan kepada Tuhannya, bahkan menggunakannya untuk
memohon kehancuran bagi bala tentara Tuhan Yang Maha Pemurah, yaitu orang-
orang yang beriman, pengikut hamba dan rasul-Nya di masa itu, yakni Nabi Musa
ibnu Imran a.s. yang dijuluki sebagai Kalimullah (orang yang pernah diajak
berbicara secara langsung oleh Allah). Karena itulah dalam firman selanjutnya
disebutkan:

‫لَ َعلَّ ُه ْم َيَت َف َّكُر‬

agar mereka berpikir. (Al-A'raf:176)

Maksudnya, mereka harus bersikap waspada supaya jangan terjerumus ke


dalam perbuatan yang semisal, karena sesungguhnya Allah telah memberikan
ilmu kepada kaum Bani Israil (di masa Nabi Saw.) dan membedakan mereka di
atas selain mereka dari kalangan orang-orang Arab. Allah telah menjadikan
mereka memiliki pengetahuan tentang sifat Nabi Muhammad melalui kitab yang
ada di tangan mereka; mereka mengenalnya sebagaimana mereka mengenal anak-

14
anaknya sendiri. Mereka adalah orang-orang yang paling berhak dan paling utama
untuk mengikuti Nabi Saw., membantu, dan menolongnya, seperti yang telah
diberitakan kepada mereka oleh nabi-nabi mereka yang memerintahkan kepada
mereka untuk mengikutinya.

Karena itulah orang-orang yang menentang dari kalangan mereka (Bani


Israil) terhadap apa yang ada di dalam Kitab mereka, lalu menyembunyikannya,
sehingga hamba-hamba Allah yang lain tidak mengetahuinya, maka Allah
menimpakan kepada mereka kehinaan di dunia yang terus berlangsung sampai
kehinaan di akhirat.

E. Surah Ibrahim ayat 24-25

‫ تُؤيِت‬٢٤ ‫ٱلسم ِاء‬ ‫ب ٱللَّهُ َمثَال َكلِمة طَيِّبَة َك َش َجرة طَيِّبَ ٍة أَصلُ َها ثَابِت وفَرعُ َها يِف‬ َ ‫ضَر‬ َ ‫أَمَل َتَر َك‬
َ ‫يف‬
َ َّ َ َ َ
ِ ‫ب ٱللَّهُ ٱألَمثَ َال لِلن‬
٢٥ ‫َّاس لَ َعلَّ ُهم َيتَ َذ َّكُرو َن‬ ِ ِ ِ ‫أُ ُكلَها ُك َّل ِح‬
ُ ‫ني بِإذن َر ِّب َها َويَض ِر‬ َ
24. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit

25. pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya.
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka
selalu ingat

Persesuaian antara “pohon” dengan tauhid adalah keyakinan yang


menghujam dan mengakar didalam jiwa, karena orang yang bertauhid senantiasa
mengenal, membenarkan,memikirkan,dan merenungkan tanda-tanda kebesaran
Allah. “pohon” tauhid akan dapat menghasilkan buah iman dan takwa. Iman dan
taqwa setiap saat dapat membuahkan bebagai manfaat, baik bagi diri orang yang
bertakwa itu sendiri maupun bagi orang lain. Iman dan taqwa muncul dalam
bentuk niat lurus, akhlak mulia, amal-amal shaleh, dan berbagai petunjuk yang
benar. Jiwa tauhid itu menjulang kelangit karena keikhlasan, pengetahuan, dan
keyakinannya senantiasa dapat menghubungkan dirinya dengan sang Maha
Pencipta. Ungkapan rasa syukur, bacaan tahmid, tasbih, takbir, tahlil, terus
bergemuruh dalam hati yang suci, bersih karena taat kepada Allah penciptanya.

Sebaliknya, lemahnya keyakinan atau syirik diumpamakan oleh Al-


Qur’an dengan laba laba yang sedang membuat sarang,yang artinya:

15
Perumpamaan orang orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah
adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang
paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mengetahui.

Upaya laba laba untuk membuat rumah, hanya menambah kelemahan


dirinya. Demikian halnya dengan perbuatan syirik atau menyekutukan Allah.
Perbuatan orang orang musyrik menciptakan dan memuliakan tuhan tuhan palsu
yang di yakini akan dapat menjadi pelindung, memberi manfaat atau
menghindarkan dirinya dari berbagai bahaya, hanya akan menambah kelemahan
mereka sendiri .

Sebab hubungan hati dan jiwa mereka menjadi terputus dari Tuhan yuang
semestinya mereka yakini. Karena kemusyrikan dapat melahirkan neraka bagi
setiap orang yang melakukannya.

Barang siapa yang hatinya terputus dari Allah dan menggan tungkannya
kepada sesama makhluk, ia akan menjadi lemah dan bertambah lemah. Adapun
orang-orang mukmin, mereka menjadi kuat karena kuatnya keimanan kepada
Allah. Ketauhidan menjadikannya menggantungkan segala harapan hanya kepada
Allah .oreang orang mukmin meyakini hanya kepada Allah yang menguasai dan
bisa memberikan manfaat atau yang menjauhkan bahaya dari dirinya. Dialah
tuhan yang mengendalikan dan mengatur segala galanya.

Orang orang mukmin yang memiliki keyakinan seperti itu adalah orang
orang yang benar dan lurus, baik dalam perkataan maupun perbuatan . mereka
tidak terikat kepada makhluk dalam bentuk apapun. Sebab ia telah membiarkan
dirinya berada dibawah pengaruh dan kendali makhluk tuhan lainnya tanpa ada
kebebasan untuk berbuat dan bertindak.

Dalam Al Qur’an surat al Hajj:37 yang artinya: Hai manusia, telah dibuat
perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya
segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor
lalatpun,walaupun mereka bersatu untuk menciptakkannya. Dan jika lalat itu
merampas sesuatu mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat
itu.Amat lemahnya yang menyembah dan amat lemah (pulalah)yang di sembah.

Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa orang –orang musyrik meyakini
tuhan tuhan yang palsu yang mereka ciptakan dapat memberikan manfaat kepada
mereka. Padahal sebenarnya hanya tuhan tuhan palsu itu satu .

Jika orang orang musyrik menyadari sebagian saja dari keadaan


menyedihkan, mereka akan tercengang mengetahui hal yang sebenarnya sedang
mereka alami. Adapun orang orang yang yang bertauhid, mereka akan ikhlas

16
kepada Tuhannya, tidak menyembah kecuali kepada Allah semata. Dengan begitu
hati dan jiwa orang bertauhid akan menjadi tenang dan damai. Sebab ia
mengetahui dan menyadari sepenuhnya pilihan itu benar, kehidupan akhiratnya
terpuji, berada dalam kehidupan yang baik, dan senantiasa memiliki harapan
untuk mendapatkan hidup yang terbaik di dunia dan di akhirat.10

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Surah al-Maidah ayat 67, menjelaskan bahwa kita selaku umat Nabi
Muhammad SAW, harus meniru dan mensuritauladani akhlaq nabi, baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Bagi keluarga dan orang tua hendaklah mendidik anaknya dengan cara
meniru akhlak Rasulullah sehingga terciptalah norma-norma dan
kepribadian dalam diri anak terseebut. Dalam ayat ini meggunakan metode
suri tauladan dalam ruang lingkup pendidikan.
2. Surah al-A’raf ayat 176-177, menjelaskan bahwa bagi orang-orang yang
mengamalkan ayat-ayat allah ditinggikan derajatnya. Dalam ayat ini
menggunakan metode cerita dalam ruang lingkup pedidikan.

10
Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi Mengungkap Pesan al-Qur’an tentang Pendidikan, TERAS,
Yogjakarta, 2007, hlm 131-135

17
3. Surah Ibrahim ayat 24-25, menjelaskan gambaran kepada kita untuk
merenungi dan mentafakuri ciptaan Allah agar dapat diambil hikmah dan
pelajaranya. Seperti ayat-ayat Allah yang memiliki kandungan makna yang
tersirat. Dan metode pengajaran dalam ayat ini adalah kontemplasi.
4. Surah an-Nahl ayat 125, menjelaskan beberapa metode pengajaran yaitu
metode hikmah (pelajaran), metode nasehat yang baik, metode bantahan
yang baik dan perkataan yang lemah lembut.

B. Saran

Demikianlah makalah yang dapat penulis sajikan, penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal penulisan maupun
materi. Oleh karena itu sangat dibutuhkanlah kritik dan saran demi perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tarbawiyah),


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015.

Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi Mengungkap Pesan al-Qur’an tentang Pendidikan,


TERAS, Yogjakarta, 2007.

Baharuddin, Pendidikan Humanistik (Konsep, Teori, dan Aplikasi Praktis dalam


Dunia Pendidikan), (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2011), hlm 196.

Ibnu Katsir, Tafsir Juz 6, Sinar Baru Algesindo, Bandung, 2000.

18
Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam: Menuju Pembentukan Karakter
Menghadapi Arus Global, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2016), hlm. 223.

Prof. Dr. H. Quraish Shihab, Tafsir al Misbah, PT Lentera Hati, Tangerang, 2006.

19

Anda mungkin juga menyukai