Anda di halaman 1dari 7

Komplesitas merupakan kajian atau studi terhadap sistem kompleks .

kata “kompleksitas” berasal


dari bahasa latin  complexice  yang artinya ‘totalitas’ atau ‘keseluruhan’, sebuah ilmu yang mengkaji
totalitas sistem dinamik secara keseluruhan (Dimitrov, 2003). Secara sederhana, dapat dikatakan
bahwa sebuah sistem dikatakan kompleks jika sitem itu terdiri dari banyak komponen atau sub-unit
yang saling berinteraksi dan mempunyai prilaku yang menarik, namun, secara bersamaan tidak
kelihatan terlaulu jelas jika dilihat sebagai hasil dari interaksi antar sub-unit yang diketahui (Parwani,
2002). Mungkin terasa janggal apalagi dengan kata ‘menarik’ dan ‘jelas’ pada definisi di atas. Bruce
Edmonds (1999) dalam disertasinya menawarkan definis kompleksitas yang lebih integratif sabagai
sifat dan sebuah model yang membuatnya sulit untuk memformulasikan prilaku keseluruhan dalam
representasi bahasa yang baik bahkan jika dengan informasi yang lengkap tentang komponen-
komponen dan interelasi di dalamnya. Parvard Dugdale (2002) memberikan definisi bahwa sistem
kompleksitas adalah sistem yang sulit, yang tidak mungkin untuk membuat deskripsi tentang sistem
tersebutf dengan beberapa variabel penyusun tanpa kehilangan hal fungsional dan esensialnya
secara keseluruhan.

Beberapa definisi telah di berikan untuk mengartikan kompleksitas dengan dinamika non linearnya.
Namun, secara singkat dapat dikatakan bahwa kompleksitas adalah sifat dan sistem kompleks
dimana sistem kompleks adalah sistem yang  sulit karena disusun oleh komponen-komponen
penyusun yang saling berinteraksi satu sama lain yang menghasilkan faktor-faktor global sistem yang
menggambarkan dinamika evolusionernya. Dalam hal ini kajian kompleksitas menjadi sangat dekat
dengan biologi dan non-linearnya. Dinamika ini dekat dengan biologi karena memang sebagian besar
modelnya dibangun dengan inspirasi model-model dalam biologi. Hal ini memang dekat dengan
dinamika non-linear karena meliputi sistem yang dinamik, tak tertebat dan tak pasti yang memenuhi
sifat-sifat ketidaklinearan sistem. Lebih jauh, siste kompleks merupakan sistem yang berusaha
melihat secara holistik.

Lingkungan kota adalah kompleks. Wilayah perkotaan adalah lingkungan untuk berbagai aktifitas
seperti orang-orang bekerja di kantor, belanja, membeli jasa, saling berinteraksi dengan teman dan
keluarga, makan di rumah makan, membeli dan membangun struktur seperti rumah, bank, pabrik
dan sebagainya. Semua itu saling berinteraksi dan saling mempengaruhi antar aktifitas. Dapat dilihat
dalam tubuh pemerintahan dan non pemerintahan daerah baik dalam skala lokal, regional, nasional
maupun global. Meskipun demikian, kegiatan sosial, ekonomi dan politik ini beraktifitas du dalam
lingkungan fisik dengan terdapat peluang dan batasannya. Seperti itulah lingkungan, maka
perencanaan kota harus menghadapi tantangan untuk  secara efektif dalam memandu tata kota.
Melihat lingkungan kota sebagai sistem komp ketidaklinearannya yang alami. leks berarti melihat
lingkungan kota dalam dinamika secara evolusioner dan sifat-sifat ketidaklinearannya yang alami.
Dengan ilmu kompleksitas belajar melihat bagaimana melihat ketidak pastian, ketidakstabilan, dan
ketidakmungkinan peramalan sistemn merupakan hal yang esensial bagi proses kreatif alam
termasuk pada sistem lingkungan sebuah kota (Permana, 2003)

Kompleksitas ini sendiri sebagai sebuah bagian dari sisi keilmuan saat ini tidak tepat lagi berada
dalam sebutan ‘teori kompleksitas’. Kajian kompleksitas lebih tepat di sebut sebagai ilmu
kompleksitas (Emonds, 1999), karena :

a)         Kajian kompleksitas menggunakan teknis formal yang memang baru dan komprehensif seperti
automata, model tipologis, jejaring saraf dan sebagainya.
b)         Berkenaan dengan sistem dimana perilaku yang hendak diamati muncul secara evolusioner
berdasarkan dinamika sistem. Secara epistomologis itu memiliki beberapa kaidah pengamatan yang
melibatkan beberapa landasan ilmu dengan kategori lama.

c)         Cenderung menggunakan teknik permodelan yang meramalkan atau menjelaskan sistem dalam
orde atau lenih (sifat non-linear).

Berdasarkan uraian di atas tampak jelas bahwa model sangat membantu dalam menjeskan
kompleks. Sementara itu, model merupakan suatu pola dari sesuatu yang akan dibuuat atau di
hasilkan. Simarmata (1983) mendefinisikan model sebagai abstraksi dari realitas dengan hanya
memusatkan perhatian pada beberapa bagian atau sifat dari kehidupan sebenarnya. Jenis-jenis
model dapat diklarifikasikan sebagai berikut :

·         Kelas I, pembagian menurut fungsi terdiri dari :

Model deskriptif, hanya menggambarkan situasi sebuah sistem tanpa rekomendasi dan peramalan
sebagai miniatur obyek yang di pelajari.

Model Prediktif, Model menggambarkan apa yang akan terjadi, bila sesuatu telah terjadi.

Model normatif, merupakan model yang menyediakan jawaban terbaik terhadap suatu persoalan.
Model ini memberikan rekomendasi tindakan-tindakan yang perlu di ambil, disebut juga sebagai
model simulasi. Masalah model normatis biasanya berbentuk penetuan nilai-nilai dari variabel yang
dapat dikendalikan yang akan menghasilkan manfaat yang paling besar seperti yang di ukur oleh
variasi hasil atau kriteria.

·         Kelas II, pembagian menurut struktur terdiri dari :

Model Ikonik, yaitu model yang dalam suatu skala tertentu meniru sistem aslinya.

Model Analog, yaitu yang meniru sistem aslinya dengan hanya mengambil beberapa karakteristik
utama dan menggambarkan dengan benda atau sistem lain secara analog.

Model Simbolis, yaitu model yang menggambarkan sistem yang di tinjau dengan simbol-simbol,
biasanya menggunakan simbol-simbol matematik. Dalam hal ini di wakili oleh variabel-variabel dari
karakteristik sistem yang di timjau.

·         Kelas III, Pembagian menurut referennsi waktu terdiri dari :

Model statis, yaitu model yang tidak memasukkan faktor waktu dalam perumusannya.

Model Dinasmis, yaitu model yang mempunyai unsur waktu dalam perumusannya dan menunjukkan
perubahan setiap saat akibat aktifitasnya.

·         Kelas IV, pembagian atas referensi kepastian terdiri dari :

Model Deterministik, yaitu model yang di dalam setiap kumpulan nilai input, hanya ada satu output
yang unik, merupakan solusi model dalam keadaan pasti.

Model Probabilistik, yaitu model yang mencakup distribusi probabilistik (kemungkinan) dari input
atau proses dan menghasilkan suatu deretan nilai bagi paling tidak satu variabel output disertai
dengan kemungkinan-kemungkinan dari nilai-nilai tersebut.

·         Kelas V, pembagian dari generalitas yang terdiri dari :


Model Umum, yaitu model yang dapat di terapkan pada berbagai bidang fungsional.

Model Khusus, yaitu model yang dapat diterapkan terhadap sebuah bidang usaha fungsional tungga
atau yang unik saja dan hanya dapat digunakan pada masalah-masalah tertentu.

Literatur permodelan perubahan penggunaan lahan memberikan berbagai macam klasifikasi model.
Wilson (1974) mengajukan klasifikasi model berdasarkan dominasi penggunaan teknik dalam
penyusunan model. Batty (1976) membedakan antara substansi dan desain kriteria dalam
mengelompokkan model. Issasev (1982) menyebutkan empat kemungkinan pendekatan untuk
mengklasifikasikan model, yaitu:

a.       Konstruksi atribut yang mencirikan aspek sebuah model.

b.      Spesifikasi fungsi dan kriteria sebagai kerangka kerja evaluasi umum.


Konstruksi model ‘ideal’ sebagai kerangka acuan untuk menjustifikasi model-model lainnya.

c.       Perbandingan silang model pada basis karakteristik struktur umumnya.

Menurut briassoulis (2000), model perubahan penggunaan lahan dikategorikan menjadi empat jenis,
yaitu model statistik dan ekonometrik (statistical and econometric models); model interaksi spasial
(spatial intraction model); model optimasi (optimation model); model terintegrasi (integreted
models).

Model statistik dan ekonometrik (Colenut, 1968 dan Lee , 1973) adalah mdel yang menggunakan
teknik-teknik statistik dan menjelaskan hubungan matematis antara variabel independen (predictor)
dalam membangun modelnya. Model ini diperluas penggunaannya ke dalam permodelan sosio-
ekonomi dan sistem lainnya. Teknik yang sering digunakan dalam model ini adalah analisis regresi
berganda.

Model interaksi spasial berawal dari usaha murni untuk memodelkan interaksi aktifitas manusia
berdasarkan analogi hukum gravitasi dalam ilmu fisika (Hynes dan Fotheringham, 1984). Model ini
telah digunakan untuk memodelkan berbagai macam interaksi aktifitas aktifitas manusia seperti
perjalanan ke kantor, belanja sirkulasi dan mobilitas pada umumnya. Pada perkembangannya model
ini di gunakan untuk mengatasi masalah perubahan penggunaan lahan (briassoulis, 2000).

Model optimasi merupakan pemrograman matematis dan teknik optimasi untuk analisis wilayah dan
perkotaan. Sejak tahun 1950 dikembangkan ke dalam teknik pemecahan masalah dan teknologi
komputer, model ini memiliki rekam yang mengagumkan dan berlanjut untuk menarik kontribusi
penelitian secara signifikan sama seperti untuk menawarkan pendukung keputusan di berbagai
macam keadaan, tak terkecuali di dalam perencanaan. Model optimasi khusus berorientasi untuk
menghasilkan solusi optimal yang didefinisikan oleh yang berwenang (pengguna atau pembuat
keputusan. Dengan kata lain, model ini cocok untuk pendukung keputusan pada situasi tertentu,
dimana masalah utamanya adalah bagaimana memilih solusi untuk memutuskan suatu masalah
dengan satau atau lebih tujuan yang memuaskan dan dengan mempertimbangkan hambatan. Oleh
karena itu, model ini dapat digunakan untuk alat evaluasi. Dengan model ini telah ditemukan aplikasi
penting dalam analisis penggunaan lahan, khususnya aplikasi perencanaan penggunaan lahan, dan
akhir-akhir ini model ini berguna untuk mencari solusi solusi pernggunaan lahan yang berkontribusi
pada pembangunan berkelanjutan, lingkungan dan sumberdaya lingkungan (Briassoulis, 2000).

Model terintegrasi, pada umumnya muncul pada tahun 1960-an selama ‘revolusi kuantitatif’ terjadi
dalam analisis geografis wilayah dan perkotaan. Beberapa model ini telah berkembang sejak awal
dekade tahun 1960 yang masih mencakup aspasial, dalam arti model ini mempertimbangkan
interaksi antara beberapa aspek sistem spasial tapi tanpa ketegasan referensi kerangka spasial
seperti, demografi-ekonomi, energi-ekonomi, lingkungan ekonomi dan sebagainya. Model ini pernah
memasukkan dimensi ruang/spasial, ketika model ini di formulasikan kee konteks interegional atau
multi regional (Issaev et al, 1982). Karakteristik umum model terintegrasi, adalah model ini sebagian
besar adalah model yang berbentuk skala luas. Itu terbukti dengan banyaknya literatur model skala
luas yang mengupas tentang model terintegrasi (Batten dan Boyce, 1986; Boyce, 1988; Wegener,
1994). Jarak tingkatan spasila tercakup dari kota metropolitan sampai global. Jangkauan spasial
model terintegrasi tergantung pada tujuanmodel dan direfleksikan dalam struktur model
terintegrasi. Lima dimensi integrasi dapat dibedakan secara umum, yaitu :

a.       Integrasi spasial, dimana interaksi vertikal dan horizontal antar tingkatan ruang ditekan pada
fenomena yang dimodelkan.

b.      Interaksi sosila, dimana model mempersembahkan keterkaitan dan hubungan dua atau lebih sektor
ekonomi seperti perdagangan, perumahan, transportasi, industri, pertanian dan sebagainya.

c.       Integrasi penggunaan lahan, dimana perhitungan model untuk interaksi antara lebih dari dua tipe
penggunaan lahan seperti perumahan, perdagangan, industri, transportasi, dan sebagainya.

d.      Integrasi lingkungan, ekonomi dan sosial, dimana model menunjukkan keterkaitan antara sedikitnya
dua komponen sistem spasial seperti ekonomi-lingkungan, ekenomi-masyarakat, ekonomi-energi,
dan sebagainya.

e.       Integrasi sub-market, dimana model menunjukkan bagaimana perbedaan sub market


mempengaruhi satu sama lainnya, integrasi ini mempertimbangkan antara penawaran dan
permintaan.

Diasamping itu terdapat pendekatan lain dalam permodelan perubahan penggunaan lahan, yaitu
dengan Sistem Informasi Geografis (GIS based modelling). Kemampuan sistem informasi geografis
dalam melakukan analisis dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu sistem informasi dan pemantauan
penggunaan lahan. Sesuai dengan fungsinya sebagai alat bantu, maka sistem informasi geografis
disusun dalam bentuk sebuah model yang dapat dimanfaatkan dalam tujuan tertentu. Analisis pada
dasarnya merupakan proses pemberian makna dari sekumpulan data. Analisis dalam sistem
informasi geografis dapat dilakukan melalui suatu perhitungan, komputasi statistik, pembentukan
model pada serangkaian nilai data atau proses operasi lainnya. Salah satu keunggulan dari sistem
informasi geografis adalah kemampuan menghubungkan beberapa peta dengan sebuah pernyataan
aljabar secara bersama-sama untuk membentuk alogaritma yang lebih kompleks. Beberapa peta da
tabel data atribut dapat di kombinasikan ke dalam sebuah proses tunggal, proses kombinasi
beberapa peta secara bersamaan sering disebut dengan pemodelan peta atau pemodelan
kartografis (Bonham dan Carterarter, 1996).

Kompleks adalah suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah bagian,


khususnya yang memiliki bagian yang saling berhubungan dan saling
tergantung. Sedangkan System adalah sekelompok komponen dan elemen
yang digabungkan menjadi satu untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi
Sistem yang kompleks adalah adanya komponen dan elemen yang bayak
yang saking berhubungan dan saling ketergantungan dan untuk mencapai
tujuan tertentu. Sistem kompleks sering dikatakan sebagai sistem yang
rumit contohnya seperti bagaimana cara otak bekerja. Sistem kompleks
mencakup data yang luas dan besar. Contoh sistem kompleks lainnya
yaitu sistem informasi dan DSS.
Sistem informasi adalah adalah kombinasi dari teknologi informasi dan
aktivitas orang yang menggunakan teknologi itu untuk mendukung operasi
dan manajemen. Dalam arti yang sangat luas, istilah sistem informasi yang
sering digunakan merujuk kepada interaksi antara orang, proses
algoritmik, data, dan teknologi. Tujuan dari sistem informasi adalah
menghasilkan informasi. Sistem informasi adalah data yang diolah menjadi
bentuk yang berguna bagi para pemakainya. Data yang diolah saja tidak
cukup dapat dikatakan sebagai suatu informasi. Untuk dapat berguna,
maka informasi harus didukung oleh tiga pilar sebagai berikut: tepat
kepada orangnya atau relevan (relevance), tepat waktu (timeliness), dan
tepat nilainya atau akurat (accurate). Keluaran yang tidak didukung oleh
tiga pilar ini tidak dapat dikatakan sebagai informasi yang berguna, tetapi
merupakan sampah (garbage). Contoh sistem informasi bisa digambarkan
dengan flowchart ataupun ERD
Berdasarkan contoh diatas dijelaskan informasi penggajian suatu
perusahaan mulai dari karyawan, direktur dan personalia masuk kedalam
suatu sistem informasi dan dibagi lagi menjadi alur data seperti gambar
diatas. Tanda panah menunjukkan hubungan antara pelaku dan sistem
yang akan mengaturnya.
Sistem informasi yang digunakan untuk menyediakan informasi bagi para
pemakai di suatu organisasi dapat dibedakan menurut dukungan terhadap
berbagai level manajemen maupun area fungsional (departemen). Salah
satu jenis sistem aplikasi yang sangat popular di kalangan manajemen
perusahaan adalah Decision Support System atau disingkat DSS.
            DSS ini merupakan suatu sistem informasi yang diharapkan dapat
membantu manajemen dalam proses pengambilan keputusan. Hal yang
perlu ditekankan di sini adalah bahwa keberadaan DSS bukan untuk
menggantikan tugas-tugas manajer, tetapi untuk menjadi sarana
penunjang (tools) bagi mereka. Jadi fungsinya adalah untuk membantu
mengambil keputusan dengan menyediakan informasi, model, atau
perangkat untuk menganalisa informasi. Sistem inilah yang mendukung
keputusan semiterstruktur dan tak terstruktur.
Contoh DDS dalam bisnis yang sehari-hari kita temui seperti DSS untuk
peningkatan produktivitas Hotel Bintang 3 di Surabaya menggunakan AHP
dan OMAX produktivitas atau perbandingan antara input dan output
merupakan salah satu alat yang berpengaruh dalam menentukan
profitabilitas dan daya saing dalam perusahaan. Hotel perlu melakukan
pengukuran produktivitas kerja supaya dapat bertahan dan bersaing dalam
efisiensi dan efektivitas dengan hotel-hotel yang lain. Berdasarkan
permasalahan yang dihadapi tersebut, maka perlu adanya suatu sistem
yang dapat membantu dalam mengukur produktivitas kerja dari
departemen-departemen yang ada. Aplikasi dari sistem tersebut adalah
sebuah aplikasi DSS dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy
Proccess (AHP) untuk pembobotan dan Objectives Matrix (OMAX) untuk
pengukuran produktivitas. Hasil dari aplikasi yang dibuat adalah berupa
informasi mengenai kriteria-kriteria apa saja yang mempengaruhi kinerja
hotel.

Anda mungkin juga menyukai