Beberapa definisi telah di berikan untuk mengartikan kompleksitas dengan dinamika non linearnya.
Namun, secara singkat dapat dikatakan bahwa kompleksitas adalah sifat dan sistem kompleks
dimana sistem kompleks adalah sistem yang sulit karena disusun oleh komponen-komponen
penyusun yang saling berinteraksi satu sama lain yang menghasilkan faktor-faktor global sistem yang
menggambarkan dinamika evolusionernya. Dalam hal ini kajian kompleksitas menjadi sangat dekat
dengan biologi dan non-linearnya. Dinamika ini dekat dengan biologi karena memang sebagian besar
modelnya dibangun dengan inspirasi model-model dalam biologi. Hal ini memang dekat dengan
dinamika non-linear karena meliputi sistem yang dinamik, tak tertebat dan tak pasti yang memenuhi
sifat-sifat ketidaklinearan sistem. Lebih jauh, siste kompleks merupakan sistem yang berusaha
melihat secara holistik.
Lingkungan kota adalah kompleks. Wilayah perkotaan adalah lingkungan untuk berbagai aktifitas
seperti orang-orang bekerja di kantor, belanja, membeli jasa, saling berinteraksi dengan teman dan
keluarga, makan di rumah makan, membeli dan membangun struktur seperti rumah, bank, pabrik
dan sebagainya. Semua itu saling berinteraksi dan saling mempengaruhi antar aktifitas. Dapat dilihat
dalam tubuh pemerintahan dan non pemerintahan daerah baik dalam skala lokal, regional, nasional
maupun global. Meskipun demikian, kegiatan sosial, ekonomi dan politik ini beraktifitas du dalam
lingkungan fisik dengan terdapat peluang dan batasannya. Seperti itulah lingkungan, maka
perencanaan kota harus menghadapi tantangan untuk secara efektif dalam memandu tata kota.
Melihat lingkungan kota sebagai sistem komp ketidaklinearannya yang alami. leks berarti melihat
lingkungan kota dalam dinamika secara evolusioner dan sifat-sifat ketidaklinearannya yang alami.
Dengan ilmu kompleksitas belajar melihat bagaimana melihat ketidak pastian, ketidakstabilan, dan
ketidakmungkinan peramalan sistemn merupakan hal yang esensial bagi proses kreatif alam
termasuk pada sistem lingkungan sebuah kota (Permana, 2003)
Kompleksitas ini sendiri sebagai sebuah bagian dari sisi keilmuan saat ini tidak tepat lagi berada
dalam sebutan ‘teori kompleksitas’. Kajian kompleksitas lebih tepat di sebut sebagai ilmu
kompleksitas (Emonds, 1999), karena :
a) Kajian kompleksitas menggunakan teknis formal yang memang baru dan komprehensif seperti
automata, model tipologis, jejaring saraf dan sebagainya.
b) Berkenaan dengan sistem dimana perilaku yang hendak diamati muncul secara evolusioner
berdasarkan dinamika sistem. Secara epistomologis itu memiliki beberapa kaidah pengamatan yang
melibatkan beberapa landasan ilmu dengan kategori lama.
c) Cenderung menggunakan teknik permodelan yang meramalkan atau menjelaskan sistem dalam
orde atau lenih (sifat non-linear).
Berdasarkan uraian di atas tampak jelas bahwa model sangat membantu dalam menjeskan
kompleks. Sementara itu, model merupakan suatu pola dari sesuatu yang akan dibuuat atau di
hasilkan. Simarmata (1983) mendefinisikan model sebagai abstraksi dari realitas dengan hanya
memusatkan perhatian pada beberapa bagian atau sifat dari kehidupan sebenarnya. Jenis-jenis
model dapat diklarifikasikan sebagai berikut :
Model deskriptif, hanya menggambarkan situasi sebuah sistem tanpa rekomendasi dan peramalan
sebagai miniatur obyek yang di pelajari.
Model Prediktif, Model menggambarkan apa yang akan terjadi, bila sesuatu telah terjadi.
Model normatif, merupakan model yang menyediakan jawaban terbaik terhadap suatu persoalan.
Model ini memberikan rekomendasi tindakan-tindakan yang perlu di ambil, disebut juga sebagai
model simulasi. Masalah model normatis biasanya berbentuk penetuan nilai-nilai dari variabel yang
dapat dikendalikan yang akan menghasilkan manfaat yang paling besar seperti yang di ukur oleh
variasi hasil atau kriteria.
Model Ikonik, yaitu model yang dalam suatu skala tertentu meniru sistem aslinya.
Model Analog, yaitu yang meniru sistem aslinya dengan hanya mengambil beberapa karakteristik
utama dan menggambarkan dengan benda atau sistem lain secara analog.
Model Simbolis, yaitu model yang menggambarkan sistem yang di tinjau dengan simbol-simbol,
biasanya menggunakan simbol-simbol matematik. Dalam hal ini di wakili oleh variabel-variabel dari
karakteristik sistem yang di timjau.
Model statis, yaitu model yang tidak memasukkan faktor waktu dalam perumusannya.
Model Dinasmis, yaitu model yang mempunyai unsur waktu dalam perumusannya dan menunjukkan
perubahan setiap saat akibat aktifitasnya.
Model Deterministik, yaitu model yang di dalam setiap kumpulan nilai input, hanya ada satu output
yang unik, merupakan solusi model dalam keadaan pasti.
Model Probabilistik, yaitu model yang mencakup distribusi probabilistik (kemungkinan) dari input
atau proses dan menghasilkan suatu deretan nilai bagi paling tidak satu variabel output disertai
dengan kemungkinan-kemungkinan dari nilai-nilai tersebut.
Model Khusus, yaitu model yang dapat diterapkan terhadap sebuah bidang usaha fungsional tungga
atau yang unik saja dan hanya dapat digunakan pada masalah-masalah tertentu.
Literatur permodelan perubahan penggunaan lahan memberikan berbagai macam klasifikasi model.
Wilson (1974) mengajukan klasifikasi model berdasarkan dominasi penggunaan teknik dalam
penyusunan model. Batty (1976) membedakan antara substansi dan desain kriteria dalam
mengelompokkan model. Issasev (1982) menyebutkan empat kemungkinan pendekatan untuk
mengklasifikasikan model, yaitu:
Menurut briassoulis (2000), model perubahan penggunaan lahan dikategorikan menjadi empat jenis,
yaitu model statistik dan ekonometrik (statistical and econometric models); model interaksi spasial
(spatial intraction model); model optimasi (optimation model); model terintegrasi (integreted
models).
Model statistik dan ekonometrik (Colenut, 1968 dan Lee , 1973) adalah mdel yang menggunakan
teknik-teknik statistik dan menjelaskan hubungan matematis antara variabel independen (predictor)
dalam membangun modelnya. Model ini diperluas penggunaannya ke dalam permodelan sosio-
ekonomi dan sistem lainnya. Teknik yang sering digunakan dalam model ini adalah analisis regresi
berganda.
Model interaksi spasial berawal dari usaha murni untuk memodelkan interaksi aktifitas manusia
berdasarkan analogi hukum gravitasi dalam ilmu fisika (Hynes dan Fotheringham, 1984). Model ini
telah digunakan untuk memodelkan berbagai macam interaksi aktifitas aktifitas manusia seperti
perjalanan ke kantor, belanja sirkulasi dan mobilitas pada umumnya. Pada perkembangannya model
ini di gunakan untuk mengatasi masalah perubahan penggunaan lahan (briassoulis, 2000).
Model optimasi merupakan pemrograman matematis dan teknik optimasi untuk analisis wilayah dan
perkotaan. Sejak tahun 1950 dikembangkan ke dalam teknik pemecahan masalah dan teknologi
komputer, model ini memiliki rekam yang mengagumkan dan berlanjut untuk menarik kontribusi
penelitian secara signifikan sama seperti untuk menawarkan pendukung keputusan di berbagai
macam keadaan, tak terkecuali di dalam perencanaan. Model optimasi khusus berorientasi untuk
menghasilkan solusi optimal yang didefinisikan oleh yang berwenang (pengguna atau pembuat
keputusan. Dengan kata lain, model ini cocok untuk pendukung keputusan pada situasi tertentu,
dimana masalah utamanya adalah bagaimana memilih solusi untuk memutuskan suatu masalah
dengan satau atau lebih tujuan yang memuaskan dan dengan mempertimbangkan hambatan. Oleh
karena itu, model ini dapat digunakan untuk alat evaluasi. Dengan model ini telah ditemukan aplikasi
penting dalam analisis penggunaan lahan, khususnya aplikasi perencanaan penggunaan lahan, dan
akhir-akhir ini model ini berguna untuk mencari solusi solusi pernggunaan lahan yang berkontribusi
pada pembangunan berkelanjutan, lingkungan dan sumberdaya lingkungan (Briassoulis, 2000).
Model terintegrasi, pada umumnya muncul pada tahun 1960-an selama ‘revolusi kuantitatif’ terjadi
dalam analisis geografis wilayah dan perkotaan. Beberapa model ini telah berkembang sejak awal
dekade tahun 1960 yang masih mencakup aspasial, dalam arti model ini mempertimbangkan
interaksi antara beberapa aspek sistem spasial tapi tanpa ketegasan referensi kerangka spasial
seperti, demografi-ekonomi, energi-ekonomi, lingkungan ekonomi dan sebagainya. Model ini pernah
memasukkan dimensi ruang/spasial, ketika model ini di formulasikan kee konteks interegional atau
multi regional (Issaev et al, 1982). Karakteristik umum model terintegrasi, adalah model ini sebagian
besar adalah model yang berbentuk skala luas. Itu terbukti dengan banyaknya literatur model skala
luas yang mengupas tentang model terintegrasi (Batten dan Boyce, 1986; Boyce, 1988; Wegener,
1994). Jarak tingkatan spasila tercakup dari kota metropolitan sampai global. Jangkauan spasial
model terintegrasi tergantung pada tujuanmodel dan direfleksikan dalam struktur model
terintegrasi. Lima dimensi integrasi dapat dibedakan secara umum, yaitu :
a. Integrasi spasial, dimana interaksi vertikal dan horizontal antar tingkatan ruang ditekan pada
fenomena yang dimodelkan.
b. Interaksi sosila, dimana model mempersembahkan keterkaitan dan hubungan dua atau lebih sektor
ekonomi seperti perdagangan, perumahan, transportasi, industri, pertanian dan sebagainya.
c. Integrasi penggunaan lahan, dimana perhitungan model untuk interaksi antara lebih dari dua tipe
penggunaan lahan seperti perumahan, perdagangan, industri, transportasi, dan sebagainya.
d. Integrasi lingkungan, ekonomi dan sosial, dimana model menunjukkan keterkaitan antara sedikitnya
dua komponen sistem spasial seperti ekonomi-lingkungan, ekenomi-masyarakat, ekonomi-energi,
dan sebagainya.
Diasamping itu terdapat pendekatan lain dalam permodelan perubahan penggunaan lahan, yaitu
dengan Sistem Informasi Geografis (GIS based modelling). Kemampuan sistem informasi geografis
dalam melakukan analisis dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu sistem informasi dan pemantauan
penggunaan lahan. Sesuai dengan fungsinya sebagai alat bantu, maka sistem informasi geografis
disusun dalam bentuk sebuah model yang dapat dimanfaatkan dalam tujuan tertentu. Analisis pada
dasarnya merupakan proses pemberian makna dari sekumpulan data. Analisis dalam sistem
informasi geografis dapat dilakukan melalui suatu perhitungan, komputasi statistik, pembentukan
model pada serangkaian nilai data atau proses operasi lainnya. Salah satu keunggulan dari sistem
informasi geografis adalah kemampuan menghubungkan beberapa peta dengan sebuah pernyataan
aljabar secara bersama-sama untuk membentuk alogaritma yang lebih kompleks. Beberapa peta da
tabel data atribut dapat di kombinasikan ke dalam sebuah proses tunggal, proses kombinasi
beberapa peta secara bersamaan sering disebut dengan pemodelan peta atau pemodelan
kartografis (Bonham dan Carterarter, 1996).