Anda di halaman 1dari 7

1.

Difusi
Molekul dalam gas bergerak secara acak. Mereka bergerak dengan bebas,
bertabrakan satu sama lain dan, pada akhirnya, mengisi ruang yang tersedia.
Penyebaran ini disebut difusi. Difusi terjadi bila ada konsentrasi molekul yang
tinggi di satu tempat dan konsentrasi yang lebih rendah di tempat lain. Perbedaan
konsentrasi ini dikenal sebagai gradien konsentrasi. Molekul bergerak dari daerah
yang konsentrasi tinggi ke tempat konsentrasi rendah, yaitu turunan gradien
konsentrasi. Gerak molekul menyebabkan mereka menyebar secara merata,
mencampur sampai konsentrasi di sepanjang ruang yang tersedia sama. Setelah ini
terjadi tidak ada gradien konsentrasi. Difusi terjadi dengan cara yang sama pada
cairan, namun lebih lambat (Fosbery, 1996).
Difusi adalah salah satu cara di mana molekul bergerak masuk dan keluar
dari sel. Molekul memindahkan gradien konsentrasi mereka melintasi membran
sel. Ini tidak mengharuskan sel untuk menggunakan energi ke pergerakan molekul
melalui membran sel dengan difusi bersifat pasif. Difusi dibuat lebih efisien
dengan:
a) Memiliki jarak dekat agar molekul menyebar
b) Mempertahankan gradien konsentrasi yang curam
c) Meningkatkan luas permukaan dimana difusi terjadi (Fosbery, 1996).

2. Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya molekul air melalui membran semipermiabel
(selektif permiabel) dari larutan berkadar rendah menuju larutan berkadar tinggi
hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air,
sehingga tekanan osmotik cairan tubuh diseluruh bagian tubuh sama (Anthara dan
Suartha, 2011). Sedangkan menurut Sudjadi, (dalam Arlita, dkk. 2013), osmosis
merupakan proses perpindahan molekul-molekul pelarut (air) dari konsentrasi
pelarut tinggi ke konsentrasi pelarut yang lebih rendah melalui membran
diferensial parmeabel. Osmosis dikenal juga sebagai difusi dengan kategori
khusus. Adapun yang dimaksud air dalam proses osmosis tersebut adalah air
dalam keadaan bebas yang tidak terikat dengan jenis molekul–molekul seperti
gula, protein, atau larutan yang lain. Oleh karena itu, konsentrasi terlarut dalam
suatu larutan merupakan faktor utama yang menentukan kelangsungan osmosis.
Osmosis adalah difusi bersih satu arah dari pelarut (khususnya air) di membran
selektif permeabel. Ini sangat penting bagi sel karena sel-sel membran secara
selektif permeabel (Robert and King, 1987).

3. Imbibisi
Imbibisi berasal dari kata latin yaitu “imbibore” yang artinya
menyelundup. Air menyelundup disebut “air imbibisi” dan zat dimaksut dengan
imbibisi adalah peristiwa dimana perpindahan molekul – molekul air didalam
suatu zat lain lewat lubang (poril) yang cukup besar dan molekul air itu menetap
didalam zat tersebut. Imbibisi adalah tahap pertama yang sangat penting karena
menyebabkan peningkatan kandungan air benih yang diperlukan untuk memicu
perubahan biokimiawi dalam benih sehingga benih akan berkecambah
(Widyawanti,2009). Dalam proses perkecambahan endosperma beroperasi sebagai
kunci jaringan yang mengendalikan perkecambahan (Lee,P. 2017).
Pada proses perkecambahan terjadiproses penyerapan air secara imbibisi atau
osmosis. Penyerapan air oleh benih yang terjadi pada tahap pertama biaanya
berlangsung sampai jaringan, Penyerapan air pada kedua benih tersebut tidak
sama, karena kulit biji tipis mengandung substrat yang mudah larut dalam air,
maka air yang diserap akan lebih banyak dan sebaliknya. Selain itu semakin kecil
tekanan benih dari pada tekanan larutan, maka semakin besar proses imbibisi
(Wusono, S.2015).
Kulit biji (testa) merupakan karakter morfologi penting biji kedelai karena
menentukan proses fisiologis embrio, sekaligus menjadi penutup dan pelindung
embrio ulit biji kedelai terdiri atas tiga lapisan, yakni epidermis, hipodermis, dan
parenkim. Kulit biji berperan dalam menentukan umlah air yang diserap benih
menentukan kecepatan berkecambah benih derajat dan kecepatan imbibisi air
(Krisnawati,A.2008)
Di dalam biji kacang ini, molekul – molekul air mengisi ruang antar sel.
Sehingga merupakan peristiwa absorbs. Masuknya molekul – molekul air kedalam
biji kacang adalah suatu proses absoorbsi atau penyerapan.didalam sel tumbuhan
merupakan absorsi air oleh senyawa pembentuk protoplasma dan dinding sel,
khususnya senyawa yang berukuran makromolkuler seperti protein, polisakarida,
dan lain- lain. sebagai respons Proses tersebut mencakup difusi dan gerakan
kapiler, peristiwa tersebut hanya dapat berlangsung bila imbiban mengandung
celah – celah submikroskopi yang berfungsi sebagai pipa atau tabung kapiler
(“Minute Submicroskopic Capillaries”). Air akan bergerak dari daerah yang
mempunyai potensial air tinggi ke daerah yang mempunyai potensial air yang
lebih rendah. Kekuatan yang mengikat molekul air terhadap makromolekul
tersebut adalah ikatan hidrogen dan daya taris lisrik dari molekul air yang bersifat
dipolar. Biji – biji an biasa (kacang polong dan kacang) memiliki beberapa atribut
yang tidak diinginkan, seperti Waktu memasak yang lama, sulit untuk
berkecambah (imbibiasi), menjadi penghambat enzim, phytates, faktor flatus dan
senyawa fenolik, yang harus dilepas atau dieliminasi untuk penggunaan yang
efektif Kekerasan kacang apapun menyebabkan lebih banyak waktu memasak,
lebih banyak energi serta kurang tersedianya nutrisi dari kacang itu Oleh karena
itu, perlu cari metode yang cocok untuk mengatasi rintangan ini dengan
mempelajari berbagai perawatan dengan biji ini. Kemampuan benda tadi untuk
menyerap air tersebut potensial matriks atau potensial imbibisi dan prosesnya
sering disebut hidrasi atau imbibisi. Zat organik yang berbeda mempunyai
kapasitas imbibisi yang berbeda pula. Protein mempunyai kapasitas mengimbibisi
air sangat tinggi, zat pati lebih kecil, dan yang paling kecil sellulose. Hal ini
mengapa biji yang mengandung banyak protein mengembang lebih besar dalam
imbibisi dari pada biji yang mengandung banyak zat pati. Misalnya, biji kacang
direndam dalam air maka dalam waktu kira – kira 6 jam, biji kacang akan
kelihatan mengembang. Ini disebabkan karena biji kacang kemasukaan molekul –
molekul air sampai mencapai kodisi yang kenyang dimana tidak ada difisit air.
Benda – benda yang dapat mengadakan imbibisi dibedakan atas dua golongan,
yaitu mengembang dengan terbatas dan mengembang tak terbatas. Mengembang
dengan terbatas artiya setelah mencapai volume tertentu benda tersebut
mengembang lagi bagian – bagian penyusun benda itu tetap mempunyai ikatan
satu sama lainnya. Hal ini dapat terjadi pada dinding sel yang jika bersentuhan
dengan air akan mengadakan imbibisi mengembang secara terbatas. Mengembang
tak terbatas artinya bagian yang menyusun benda terlepas atau larut sehingga
merupakan suatu koloid atau sol (Maritimus, L. 2013).

4. Transfor Aktif
Transpor aktif merupakan transpor partikel-partikel melalui membran
semipermeabel yang bergerak melawan gradien konsentrasi yang memerlukan
energi dalam bentuk ATP. ATP adalah molekul pembawa energi di dalam sel.
Transpor aktif berjalan dari larutan yang memiliki konsentrasi rendah ke larutan
yang memiliki konsentrasi tinggi, sehingga dapat tercapai keseimbangan di
dalam sel. Adanya muatan listrik di dalam dan luar sel dapat mempengaruhi
proses ini. perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi. Transpor
aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Transport aktif terbagi atas
transport aktif primer dan sekunder. Transport aktif sekunder juga terdiri atas
co-transport dan counter transport (exchange). Transport aktif primer memakai
energi langsung dari ATP, misalnya pada Na-K pump dan Ca pump. Pada Na-K
pump, 3 Na akan dipompa keluar sel sedang 2 K akan dipompa kedalam sel.
Pada Ca pump, ca akan dipompa keluar sel agar konsentrasi Ca dalam sel
rendah (Sumadi dan Aditya, 2007).

5. Apa yang terjadi pada tumbuhan bila pemberian pupuk kimia yang
berlebihan dan Hubungannya dengan Osmosis, Difusi, Imbibisi, &
Transfor Aktif
Penambahan unsur hara kedalam tanah untuk meningkatkan produksi
tanaman yang dapat dilakukan dengan cara pemupukan. Pemupukan dapat
dilakukan dengan pemakaian pupuk organik dan pupuk anorganik. Pada
pemberian pupuk organik bertujuan untuk menjaga ekosistem pertanian
terutama mencegah terjadinya degradasi lahan dan dapat memperbaiki
kesuburan tanah sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, selain itu juga dapat meningkatkan kebutuhan unsur hara serta
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pemupukan dengan pupuk
organik akan meningkatkan kehidupan organisme dalam tanah karena
memanfaatkan bahan organik sebagai nutrisi yang dibutuhkan organisme
tersebut. Sedangkan, pada pemberian pupuk anorganik dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan unsur hara yang diserap tanaman, yang dapat
disebut dengan pupuk NPK majemuk. Dimana pupuk NPK majemuk ini
merupakan pupuk campuran yang paling tidak memiliki dua macam unsur
hara tanaman dan dapat dikelompokkan menjadi hara makro maupun mikro
seperti N, P, dan K (Haryad et al., 2015). Penggunaan bahan kimia yang
berlebihan dapat berakibat menurunnya kualitas lahan pertanian. Preferensi
petani dalam menentukan varietas beneih padi memiliki kecenderungan
yang berbeda-beda (Wulandari & Sudrajat, 2017). Berdasarkan penelitian
(Kushartono et al., 2009) menyatakan bahwa nitrogen adalah elemen penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Namun, karena
pencemaran lingkungan, konsentrasi nitrat menjadi tinggi dan menumpuk
pada bagian daun sayuran yang dapat dimakan, terutama jika pupuk nitrogen
berlebihan. Jika mengkonsumsi tanaman tersebut, maka dapat
membahayakan kesehatan manusia. Seperti pupuk Urea, ZA atau KCL, jika
dipakai dengan jumlah yang banyak dan berlebih akan menyebabkan
kematian pada tanaman budidaya. Hal ini bisa terjadi karena adanya proses
osmosis yaitu perpindahan air dari zat berkonsentrasi rendah (hipotonik) ke
larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonik) melalui membran sel
tanaman. Kelebihan pemberian dosis pupuk menyebabkan tanah
berkonsentrasi tinggi (hipertonik) sehingga air yang masuk kedalam tanah
diserap oleh pupuk. Air yang tadinya sudah diserap oleh tanaman akan
keluar lagi dari sel tanaman sehingga tanaman kehilangan turgor selnya.
Dampak selanjutnya yang ditimbulkan adalah plasmolisis sel, yang jika terus
terjadi akan menyebabkan runtuhnya dinding sel tanaman dan menyebabkan
kematian pada tanaman. Selain itu, tanaman juga akan mengalami dehidrasi
hingga mati akibat kekurangan air.
DAFTAR PUSTAKA

Anthara, I. Made S., dan Suartha, I. Nyoman. 2011. Homeostasis Cairan Tubuh
pada Anjing dan Kucing. Buletin Veteriner Udayana. Vol 3 (1): 23-37.
ISSN 2085-2495.
Arlita, M. A., Waluyo, Sri., dan Warji. 2013. Pengaruh Suhu dan Konsentrasi
terhadap Penyerapan Larutan Gula pada Bengkuang (Pachyrhizus erosus).
Jurnal Teknik Pertanian. Vol 2(1):85-94.
Fosbery, Richard., and McLean, Jean. 1996. BIOLOGY. London : Heineman
Haryadi R, Ho S, Kok YJ, Pu HX, Zheng L, Pereira NA, et al. (2015)
Optimization of Heavy Chain and Light Chain Signal Peptides for High
Level Expression of Therapeutic Antibodies in CHO Cells. PLoS ONE
10(2): e0116878. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0116878
Krisnawati Ayda.2008. Ragam Karakter Morfologi Kulit Biji Beberapa Genotipe
Plasma Nutfah Kedelai.Jurnal Buletin Plasma Nutfah. Vol.14 No.1.
Kushartono, E. W., Suryono, & MR, E. S. (2009). Aplikasi Perbedaan Komposisi
N, P dan K pada Budidaya Eucheuma cottonii di Perairan Teluk Awur,
Jepara. Ilmu Kelautan, 14(3), 164–169.
Kushartono, E. W., Suryono, & MR, E. S. (2009). Aplikasi Perbedaan Komposisi
N, P dan K pada Budidaya Eucheuma cottonii di Perairan Teluk Awur,
Jepara. Ilmu Kelautan, 14(3), 164–169.
Maritimus, L. 2013. Hardness Phenomenon In Beach Pea (Lethyrus Maritimus
L.). Indones. J. Agric. Sci. Vol. 14 No. 1.
Lee,P Kyun.2017. Spatially and genetically distinct control of seed germination
by phytochromes A and B. Proc Natl Acad Sci. 107: 19108–19113.
Robert, M.B.V., and King, T.J. 1987. Biology: A Functional Approach Students’
Manual Second Edition. China: United Kingdom.
Sumadi, dan Aditya Marianti. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Widyawati, N. 2009. Permibilitas dan Perkecambahan Benih Aren (Arenga
pinnata (Wurmb.) Merr.) .Jurnal Argon Indonesia. Vol 2 No 32.
Wulandari, N. S., & Sudrajat. (2017). Preferensi Petani dalam Penentuan Varietas
Benih Padi di Desa Pablengan Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar,
1–9.
Wusono, Stela. 2015. Pengaruh Ekstrak Berbagai Bagian Dari Tanaman
Swietania mahagoni Terhadap Perkecambahan Benih Kacang Hijau Dan
Jagung. Jurnal Agrologia. Vol.4 No 2.

Anda mungkin juga menyukai