Anda di halaman 1dari 9

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG POLA DIET DIABETES

MELLITUS DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMBIRSARI SURAKARTA

Yusuf Ramadhana 1), Anita Istiningtyas 2), Maula Mar’atus Solikhah 3)


1)
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
yusuframadhana.skep@gmail.com 1)
2) 3)
Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
anita.intyas@gmail.com 2), nurse_maula@yahoo.co.id 3)

ABSTRAK

Diabetes Mellitus merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar
glukosa dalam darah. Upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar glukosa dalam batas normal
yaitu dengan pola diet. Keberhasilan pengelolaan diabetes mellitus sangat tergantung dari upaya pasien dalam
merubah perilakunya dari pengetahuan, sikap, dan praktik. Tujuan penelitian untuk mengetahui karakteristik
responden dan gambaran tingkat pengetahuan pola diet diabetes mellitus diwilayah kerja Puskesmas
Gambirsari Surakarta.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi adalah pasien DM tipe
2 dengan besar sampel diambil sebanyak 30 orang, menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria
pemilihan inklusi dan eksklusi. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang sudah melalui uji validitas
dan reabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berada di usia lansia awal 46–55 tahun
sebanyak 23 (76,7%), berjenis kelamin perempuan sebanyak 21 (70,0%), dan responden berpendidikan SMA
sebanyak 21 (70,0%). Gambaran tingkat pengetahuan responden mengenai pola diet diabetes adalah cukup
(86,7%).
Pada gambaran tingkat pengetahuan tentang pola diet diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas
Gambirsari dapat disimpulkan dalam kriteria cukup.

Kata kunci : Pengetahuan, Pola Diet Diabetes Mellitus.


Daftar pustaka : 21 (2008-2019)

1
DESCRIPTION OF KNOWLEDGE LEVELS ABOUT THE DIETARY PATTERNS OF
DIABETES MELLITUS IN THE WORKING AREA OF PUBLIC HEALTH CENTER
GAMBIRSARI SURAKARTA

Yusuf Ramadhana 1), Anita Istiningtyas 2), Maula Mar’atus Solikhah 3)


1)
Student Of Nursing Study Program of STIKes Kusuma Husada Surakarta
yusuframadhana.skep@gmail.com 1)
2) 3)
Lecturers Of Nursing Study program STIKes Kusuma Husada Surakarta
anita.intyas@gmail.com 2), nurse_maula@yahoo.co.id 3)

ABSTRACT

Diabetes Mellitus is a metabolic disorder characterized by an increase in glucose levels in


the blood. Efforts which can be done to maintain glucose levels in normal limits, namely by dietary
patterns. The success of managing diabetes mellitus is very dependent on the patient's efforts in
changing his behavior from knowledge, attitudes, and practices. The purpose of this study was to
determine the characteristics of respondents and describe the level of knowledge of diabetes
mellitus dietary patterns in the working area of the Gambirsari Public Health Center in Surakarta.
The type of this research is quantitative with cross sectional design. The population was
type 2 DM patients with 30 samples taken using a purposive sampling technique with inclusion and
exclusion selection criteria. The research instrumlent used a questionnaire that has been tested for
validity and reliability.
The results showed the characteristics of the respondents were in the early age of 46-55
years was 23 (76.7%), female sex was 21 (70.0%), and respondents who had a high school
education of 21 (70.0%). The description of the level of respondents' knowledge regarding diabetes
dietary patterns was sufficient (86.7%).
In the description of knowledge about diabetes mellitus dietary patterns in the working area
of Gambirsari Public Health Center can be concluded in sufficient criteria.

Keywords : Knowledge, Diabetes Mellitus Dietary.


Refences : 21 (2008-2019)

Surakarta, 04 Agustus 2019


Diterjemahkan sesuai aslinya,
UPT Bahasa
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Kepala, Dokumen ini diterjemahkan oleh UPT Bahasa,
Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami No. 36A, Surakarta 57126
Telp.: (0271) 632418, Fax.: (0271) 632414
Dr. Herianto Nababan, S.S., M.Hum. www.uptp2b.uns.ac.id
Email: translation.uptbahasa@gmail.com
NIP 197401282002121003

2
PENDAHULUAN umur ≥65 tahun cenderung menurun.

Diabetes Mellitus adalah penyakit yang Diabetes mellitus terdiagnosis dokter atau

ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan gejala sebesar 2,1 persen. Prevalensi DM yang

gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di Sulawesi

protein yang dihubungkan dengan kekurangan Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi

secara absolut atau relatif dari kerja atau sekresi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3)

insulin. Gejala yang dikeluhkan penderita Diabetes persen. Jawa Tengah (1,9%). Yogyakarta (2,6%),

Mellitus yaitu polidipsia, poliuria, polifagia, DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan

penurunan berat badan, dan kesemutan (Buraerah, Kalimantan Timur (2,3%). Pravelensi tertinggi

2010). terdapat dikabupaten Cilacap (3,9%), diikuti Tegal


(3,1%), Pemalang (2,1%) dan yang terendah adalah
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit
salatiga yaitu (0,8%) (Riskesdas, 2013).
kronis yang masih menjadi masalah utama dalam
dunia kesehatan di Indonesia. DM adalah suatu Diet diabetes mellitus merupakan pengaturan

kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik pola makan bagi penderita diabetes mellitus

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi berdasarkan jumlah, jenis, dan jadwal pemberian

insulin, kerja insulin atau kedua – duanya (American makanan. Diet bagi penderita diabetes mellitus

Diabetes Association, 2010). adalah mengurangi dan mengatur konsumsi


karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi
WHO (World Health Organization) pada
mekanisme pengaturan gula darah. Menjadi pasien
September 2012 menjelaskan bahwa jumlah
diabetes mellitus sering dikaitkan dengan tidak boleh
penderita diabetes mellitus di dunia mencapai 347
makan yang terlalu manis atau mengandung banyak
juta jiwa dan lebih dari 80% kematian akibat DM
gula (Sulistyowati, 2009).
terjadi pada negara berkembang. Berdasarkan data
Internasional Diabetes Federation (IDF) tahun Menurut Suprihatin (2012), pengaturan makan

2015, jumlah penduduk yang mengalami diabetes (pola diet) merupakan komponen utama

mellitus diseluruh dunia saat ini sebanyak 8,3% atau keberhasilan pengelolaan diabetes mellitus, akan

sebanyak 387 juta jiwa. Di benua Asia menduduki tetapi mempunyai kendala yang sangat besar yaitu

peringkat pertama dari 7 benua yaitu 8,5% atau 138 kepatuhan seseorang untuk menjalaninya. Prinsip

juta jiwa. pengaturan makan pada penderita diabetes mellitus


hampir sama dengan anjuran makan untuk orang
Diabetes mellitus saat ini menduduki tingkat
sehat masyarakat umum, yaitu makanan yang bergizi
kedua tertinggi dari Penyakit Tidak Menular (PTM)
dan berimbang dengan kebutuhan tubuh.
yang sebelumnya pravelensi tertinggi pertama ada
Hipertensi 34,1%, Diabetes Mellitus 10,9%, Asma Menurut Yunir (2015), manfaat dari diet

2,4%, Jantung 1,5% Prevalensi diabetes mellitus diabetes mellitus berfungsi mempertahankan kadar

berdasarkan diagnosis dokter dan gejala meningkat gula darah, berat badan noermal, memperbaiki profil

sesuai dengan bertambahnya umur, namun mulai lipid, meningkatkan sensitivitas insulin dan

3
memperbaiki system koagulasi darah. Diet akan melalui panca indera manusia, yakni penglihatan,
membantu penderita diabetes mellitus memperbaiki pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
jumlah lemak dalam tubuh, mengurangi makanan besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan
tinggi gula bisa mengakumulasi lemak disekitar telinga (Fitriani, 2011). Pengertian pengetahuan
organ vital seperti hati, pancreas dan usus. menurut Martin dan Oxman 2009 adalah
Menurut Susanto (2013), aturan diet untuk kemampuan seseorang untuk membentuk model
diabetes mellitus adalah memperhatikan jumlah mental yang menggambarkan objek dengan tepat dan
makan yang dikonsumsi. Jumlah makan (kalori) mempresentasikan dalam aksi yang dilakukan
yang dianjurkan bagi penderita diabetes mellitus terhadap suatu objek.
adalah makan lebih sering dengan porsi kecil, METODOLOGI
sedangkan yang tidak dianjurkan adalah makan
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja
dalam porsi besar/banyak sekaligus. Tujuan cara
Puskesmas Gambirsari Surakarta pada tanggal 4 – 6
makan seperti ini adalah agar jumlah kalori terus
Juli 2019. Jenis penelitian ini yaitu kuantitatif
merata sepajang hari, sehingga beban kerja organ –
dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah
organ tubuh tidak berat, terutama organ pankreas.
cross sectional yang akan mendeskripsikan
Cara makan yang berlebihan (banyak) tidak
gambaran tingakat pengetahuan tentang pola diet
menguntungkan bagi fungsi pankreas. Asupan
diabetes mellitus. Populasi dalam penelitian ini
makanan yang berlebihan merangsan pankreas
adalah penderita diabetes mellitus tipe II diwilayah
bekerja lebih keras.
kerja Puskesmas Gambisari Surakarta. Jumlah
Penderita diabetes mellitus diusahakan
sampel sebanyak 30 responden menggunakan
mengkonsumsi asupan energi yaitu kalori basal 25 –
teknik pengambilan sampel menggunakan
30 kkal/kgBB normal ditambah kebutuhan untuk
purposive sampling dengan kriteria inklusi dan
aktivitas dan keadaan khusus, protein 10 – 12% dari
eksklusi.
kebutuhan energi total, lemak 20 – 25% dari
kebutuhan energi total dan karbohidrat sisa dari Peneliti menggunakan instrument penelitian
kebutuhan energi total yaitu 45 – 65 % dan serat 25 yaitu kuesioner. Sebelum kuesioner diberikan
g/hari (Perkeni, 2015) kepada responden, Peneliti menguji valid dan
Menurut Susanto dan Dwi (2013) setiap jenis reabilitas pada pendertia diabetes mellitus diwilayah
makanan mempunyai karakteristik kimia yang kerja Puskesmas Sibela Surakarta dengan jumlah
beragam dan sangat menentukan tinggi rendahnya sampel 30 responden dan memiliki kriteria inkulusi
kadar glukosa dalam darah ketika mengonsumsi atau dan eksklusi yang sama seperti responden diwilayah
memgkombinasikannya dalam pembuatan menu kerja Puskesmas Gambirsari Surakarta.
sehari – hari. Setelah kuesioner dinyatakan valid, Peneliti
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang memberikan kuesioner kepada responden diwilayah
terjadi setelah orang melakukan penginderaan kerja Puskesmas Gambirsari Surakarta dan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi memberikan arahan supaya responden mengisi

4
kuesioner sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. 18,2 % dengan jumlah 4 orang.
Dalam penelitian ini peniliti mengunakan asisten Tabel 2
Distribusi responden diwilayah kerja
penelitian untuk membagikan kuesioner.
Puskesmas Gambirsari Surakarta berdasarkan
HASIL DAN PEMBAHASAN usia berdasarkan jenis kelamin (n=30)
1. Analisa Univariat Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)

Tabel 1 Perempuan 21 70
Distribusi responden diwilayah kerja Puskesmas Laki – laki 9 30
Gambirsari Surakarta berdasarkan usia berdasarkan Jumlah = 30 100
usia (n=30) Hasil penelitian yang telah dilakukan pada
Usia Frekuensi Presentase (%) penderita diabetes mellitus di wilayah kerja
Lansia Awal (46-55
23 76,7 Puskesmas Gambirsari menunjukan bahwa
tahun)
Lansia Akhir (56-65
tahun)
7 23,3 karakteristik jenis kelamin responden terbanyak
Jumlah = 30 100 yaitu perempuan sejumlah 21 responden (70,0%).
Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa
Menurut Sunaryo (2009), meskipun laki – laki
karakteristik usia responden terbanyak pada usia
memiliki ukuran otak yang lebih besar dibandingkan
lansia awal 46–55 tahun sebanyak 23 responden
ukuran otak perempuan, faktanya hippocampus pada
(76,7%). Lansia adalah proses alami yang tidak dapat
perempuan lebih besar dibanding laki – laki.
dihindari. Semakin bertambahnya usia fungsi tubuh
Hippocampus adalah bagian otak yang menyimpan
baik secara fisik maupun psikis mengalami
memori, salah satu alas an perempuan bisa melihat
kemunduran sehingga lansia lebih mudah lupa akan
satu masalah dari berbagai sudut pandang dan
ingatannya, Wijayanti (2012).
mengolah banyak informasi lebih cepat. Otak
Rentang umur 36–50 merupakan usia matang,
perempuan didesain dapat menyerap informasi lima
dimana seseorang pada umur tersebut akan memiliki
kali lebih cepat daripada laki – laki.
pola tangkap dan daya pikir yang baik sehingga
Hal ini sejalan dengan penelitian Bangun
pengetahuan yang dimilikinya juga akan semakin
(2018), didalam penelitiannya menunjukkan jumlah
membaik. Akan tetapi, menurut Verner (2012)
responden terbanyak yaitu berjenis kelamin
menyatakan bahwa ada beberapa faktor fisik yang
perempuan sejumlah 25 responden (83,3%) dan laki-
dapat menghambat proses belajar pada orang dewasa
laki sejumlah 5 responden (16,7%) . Kejadian
diantaranya gangguan penglihatan dan pendengaran
diabetes mellitus tipe II pada wanita lebih banyak
sehingga membuat penurunan pada suatu waktu
dibandingkan laki-laki karena secara fisik memiliki
dalam keuatan berfikir dan bekerja.
peluang peningkatan indeks massa tubuh yang lebih
Hal ini sejalan dengan penelitian Puji (2009)
tinggi. Sejalan juga dengan penelitian Veronika
bahwa berdasarkan hasil penelitiannya umur
(2018) didalam penelitiannya menunjukkan bahwa
responden terbanyak pada usia diatas 40 tahun
responden didalam penelitiannya terbanyak yaitu
sebanyak 18 orang dengan presentase 81,8%,
berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 responden
sedangkan untuk umur dibawah 40 tahun yaitu umur
(68%) dan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak
30–40 tahun mempunyai persentase kecil yaitu
9 responden (32%).

5
Hasil penelitian ini sesuai teori yang hubungan pengetahuan dan perilaku perawatan kaki
menyatakan bahwa kadar gula darah meningkat lebih diabetes di RSUD Dr. Moewardi. Menurut Irawan
sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki- (2010), orang yang pendidikannya tinggi akan
laki. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan.
hormon esterogen yang mengakibatkan menopause. Dengan adanya pengetahuan tersebut seseorang akan
Esterogen pada dasarnya berfungsi untuk menjaga memiliki kesadaran dalam menjaga kesehatannya.
keseimbangan kadar gula darah dan meningkatkan Hidayat (2012), menyatakan tingkat
penyimpanan lemak, serta progesterone yang pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan
berfungsi untuk menormalkan kadar gula darah dan seseorang mengenai kesehatan. Semakin banyak
membantu menggunakan lemak sebagai sumber informasi yang masuk semakin banyak pula
energy Rusandi (2015). pengetahuan yang didapat mengenai kesehatan.
Peneliti berasumsi bahwa pada responden Peneliti berasumsi bahwa faktor pendidikan
berjenis kelamin perempuan memproduksi hormon sangat penting bagi seseorang meningkatkan
esterogen yang menyebabkan meningkatnya pengetahuannya yang berguna untuk membekali diri
pengendapan lemak sehingga mempengaruhi menjaga kesehatan. Semakin tinggi pendidikan
kemampuan tubuh dalam mengontrol kadar gula seseorang maka semakin banyak pula informasi yang
darah. akan didapatkan dan menambah pengetahuan
Tabel 3 tentang solusi yang harus dipilih untuk mengatasi
Distribusi responden diwilayah kerja Puskesmas
masalah kesehatannya.
Gambirsari Surakarta berdasarkan tingkat
pendidikan (n=30) Tabel 4
Distribusi responden diwilayah kerja
Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
Puskesmas Gambirsari Surakarta berdasarkan
SD 2 6,7 tingkat pengetahuan pola diet diabetes mellitus
SMP 7 23,3 (n=30)
SMA 21 70
Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)
Jumlah = 30 100
Cukup 26 86,7
Dari 30 responden, ada sebanyak 21 (70,0%)
Baik 4 13,3
responden yang berpendidikan SMA yang memiliki Jumlah = 30 100
tingkat sebanyak 21 responden (70,0%). Dari hasil penelitian dari 30 responden,
Utami (2013), mengemukakan bahwa status didapatkan bahwa sebagian besar responden
pendidikan mempengaruhi kesempatan memperoleh memililki tingkat pengetahuan yang cukup (86,7%)
informasi mengenai penatalaksanaan penyakit. mengenai pola diet diabetes sebesar 26 responden.
Tingkat pendidikan responden berpengaruh pada Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi
kemampuan untuk memahami tentang manfaat yang setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap
diperoleh dari deteksi dini penyakit. suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
Hal ini sejalan dengan penelitian Agus (2014), merupakan dominan yang sangat penting untuk
menjelaskan bahwa sebayak 37 responden (58,7%) terbentuknya tindakan seseorang (Notoadmojo,
berpendidikan SMA dalam penelitiannya tentang 2010).

6
Faktor pendidikan sangat mempengaruhi penelitiannya tentang hubungan pengetahuan diet
tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi diabetes mellitus dengan kepatuah diet pada pasien
tingkat pengetahuan seseorang, maka akan semakin diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas
mudah menerima informasi tentang obyek atau yang Gamping II Sleman Yogyakarta.
berkaitan dengan pengetahuan, Arikunto (2009). Hasil tersebut menggambarkan bahwa tingkat
Pengetahuan umumnya dapat diperoleh dari pengetahuan seseorang mengenai pola diet diabetes
informasi yang disampaikan oleh orangtua, guru, mellitus . Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh
narasumber, dan media masa. Pendidikan sangat erat responden diwilayah kerja Puskesmas Gambirsari
kaitannya dengan pengetahuan, pendidikan Surakarta diidentifikasi masuk dalam tingkatan
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang kognitif tahu (know). Tahu merupakan tingkatan
sangat dibutuhkan untuk pengembangan diri. pengetahuan paling rendah yang dapat diukur
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka dengan kemampuan seseorang untuk menyebutkan,
semakin mudah untuk menerima informasi serta mendefinisikan, menyatakan dan..sebagainya.
mengembangkan pengetahuan dan teknologi, KESIMPULAN
Muhilal (2010). 1. Karakteristik Responden
William (2013), menjelaskan bahwa edukasi Karakteristik responden diwilayah kerja
sangat penting untuk memberikan infomarsi Puskesmas Gambirsari Surakarta pada usia
mengenai kesehatan. Edukasi kesehatan lansia awal 46–55 tahun yaitu sebanyak 23
diinformasikan kepada masyarakat luas dengan responden (76,7%), berjenis kelamin
harapan meningkatkan pengetahuan dan merubah perempuan yaitu sebanyak 21 responden
perilaku kesehatan yang lebih baik bagi kesehatan (70,0%), dan responden banyak berpendidikan
mereka sendiri. SMA yaitu sebanyak 21 responden (70,0%).
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran 2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Pola Diet
manusia dari hasil penggunaan pancainderanya yang Diabetes Mellitus
diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan Gambaran tingkat pengetahuan responden
oleh setiap manusia (Mubarak, 2011).Pengetahuan mengenai pola diet diabetes mellitus diwilayah
pola diet diabetes mellitus pada penelitian ini adalah kerja Puskesmas Gambirsari Surakarta adalah
kemampuan pasien DM tipe II menjawab kuesioner cukup (86,7%).
tentang pola diet diabetes mellitus yang termasuk SARAN
dalam tingkatan tahu atau memahami.Aspek 1. Bagi Masyarakat
pengetahuan poladiet diabetes mellitus yaitu tentang Diharapkan masyarakat mendapatkan informasi
definisi, manfaat, makanan, dan prinsip pola diet dan edukasi mengenai empat pilar penangganan
diabetes mellitus. diabetes mellitus, terutama pada prinsip pola
Hal ini sejalan dengan penelitian Putri (2016), diet yang bermanfaat untuk menurunkan kadar
menjelaskan bahwa sebayak 32 responden (56,1%) glukosa darah.
mempunyai pengetahuan yang cukup dalam

7
2. Bagi Institusi Pendidikan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah :
Penelitian ini dapat menambah wawasan baru Semarang.
dan informasi tentang pengetahuan pola diet Dinkes, Jateng. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
yang dapat digunakan untuk membatu Tengah Tahun 2017, Semarang: Dinkes
mengontrolkadar gula darah. Jateng
3. Bagi Peneliti Lain Dinkes, Surakarta. Profil Kesehatan Kota Surakarta
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan Tahun 2017, Surakarta: Dinkes Surakarta.
masukan bagi profesi keperawatan dalam Hidayat. (2012). Ilmu Pengetahuan dan Perilaku
mengembangkan intervensi bagi penderita Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
diabetes mellitus tipe II. Dan diharapkan dapat Muhilal. (2010). Analisis Tingkat Pengetahuan dan
menambah variabel lain yang dapat Perilaku Manusia . Jakarta : Prestasi
mempengaruhi kadar glukosa darah, misalnya Pustakarya
faktor aktivitas fisik, stress, genetik serta Notoadmodjo, S. (2014). Metode Penelitian
pengobatan farmakologis. Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
4. Bagi Peneliti Nursalam. (2017). Metodelogi Penelitian Ilmu
Diharapkan menambah ilmu dan pengetahuan Keperawatan : Pendekatan Praktis. Ed 4.
mengenai gambaran tingkat pengetahuan pola Jakarta : Salemba Medika.
diet diabetes mellitus diwilayah kerja PERKENI, (2015), Pengelolaan dan Pencegahan
Puskesmas Gambirsari Surakarta. Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia,
DAFTAR PUSTAKA PERKENI, Jakarta.
Arifin, J (2017). SPSS 24. Jakarta: PT. Elex Media Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI).
Kompuntido. (2006). Konsensus Pengelolaan dan
American Diabetes Association. (2010). Diagnosis Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
and Classification of diabetes mellitus. Indonesia.PB PERKENI, Jakarta. 2006. P.1-
Diabetes Care. ; 33(1):562 47.
American Diabetes Association. (2017). “Standards Pieter, H.Z, Janiwarti, B and Saragih, Ns.M (2011).
of Medical Care in Diabetes 2017”. Vol. 40. Pengantar Psikologi untuk Keperawatan.
USA : ADA Jakarta: Kencana.
Buraerah. (2010). Obesitas, Diabetes Mellitus, dan Priyono (2016). Metode Penelitian Kuantitatif.
Dislipidemia : Konsep : Teori, dan Sidoarjo: Zifatama Publishing.
Penanganan Aplikatif Seri Buku Ajar Ilmu Putri, Ghansia. (2016). Hubungan Pengetahuan Diet
Gizi. Jakarta : EGC. Diabetes Mellitus Dengan Kepatuhan Diet
Dharma, K. K (2011). Metodologi Penelitian Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Keperawatan. Jakarta : CV. Trans Info Media. Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2016). Buku Profil Sleman, Yogyakarta.
kesehatan provinsi jawa tengah tahun 2016.

8
Riskesdas. (2013). Pravelensi Diabetes, Hipertiroid
& Hipertensi, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan,87, Jakarta.
Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas). Badan Penelitian Dan
Pengembangan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Surahman., Mochamad Rachmat, M., Supardi, S
(2016). Metodologi Penelitian. Pusdik SDM
Kesehatan. Kemkes RI : Jakarta Selatan.
Suraioka. 2012. Diabetes Mellitus dan
Penatalaksanaan Keperawatan. Jakarta :
Medikal Book.
Susanto, Dwi. (2013). Pedoman Diet Diabetes
Melitus, Jakarta: Binarupa Aksara.
Swarjana, I.K (2015). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: ANDI.
Tjokropawiro. (2012). Analisis Pola Diet Terhadap
Penyakit. Jakarta: Salemba Medika.
World Health Organization. (2012). World Health
Statistics. Dunia : WHO.
World Health Organization. (2015), ‘Adolescent
Development: Topics at Glance’,
diunduh..dari..http://www.who.int/maternal_c
hild_adolescent/topics/adolescence/dev/en/#

Anda mungkin juga menyukai