Anda di halaman 1dari 9

Ini 3 waktu yang mustajab untuk berdoa di bulan Ramadan

Bulan Ramadan selalu ditunggu-tunggu lantaran diyakini sebagai bulan yang penuh berkah.
Segala ibadah yang dilakukan umat muslim juga akan dilipatgandakan pada bulan Ramadan.
Pada bulan yang memiliki banyak keistimewaan ini semua pintu neraka ditutup, sementara
pintu surga dibuka selebar-lebarnya.

Banyak dari kaum muslimin yang mengharap ridho dan karunia Allah yang berlipat-lipat.
Tak cukup sampai disitu, doa-doa yang dimohonkan kepada Allah juga dipercaya akan
mudah diijabah. Selama bulan Ramadan, ada beberapa waktu mustajab untuk berdoa.
Menurut para ulama setidaknya ada tiga waktu mustajab untuk berdoa di bulan Ramadan.
Berikut tiga waktu yang mustajab untuk berdoa di bulan Ramadan sebagaimana brilio.net
rangkum dari berbagai sumber, Kamis (9/5).
1. Waktu sahur.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: Allah berfirman, "siapa saja yang berdoa
kepad-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri. Siapa
yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni." (HR Bukhari dan Muslim).

Ibu Hajar juga menjelaskan hadis di atas dengan berkata, "doa dan istighfar di waktu sahur
mudah dikabulkan." (Dalm Fath Al-Bari).
2. Saat berpuasa.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: "tiga orang yang doanya tidak tertolak:
Orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang dizalimi."
(HR Ahmad)

Imam Nawawi berkata, "Disunnahkan orang yang berpuasa untuk memperbanyak doa demi
urusan akhirat dan dunianya, juga boleh berdoa untuk hajat yang ia inginkan, begitu pula
jangan lupakan doa kebaikan untuk kaum muslimin secara umum." (Al-Majmu').
3. Ketika berbuka puasa.

Nabi SAW bersabda, "ada tiga orang yang doanya tidak ditolak (1) Pemimpin yang adil, (2)
Orang yang berpuasa ketika dia berbuka,(3) Doa orang yang terzalimi." (HR Tirmidzi).

Dalam Tuhfah Al-Ahwadi disebutkan bahwa kenapa doa mudah dikabulkan ketika berbuka
puasa yaitu karena saat itu, orang yang berpuasa telah menyelesaikan iabadahnya dalam
keadaan tunduk dan merendahkan diri.

1
Sungguh berbeda Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan makhluk-Nya. Dia Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang. Lihatlah manusia, ketika ada orang meminta sesuatu darinya ia merasa
kesal dan berat hati. Sedangkan Allah Ta’ala mencintai hamba yang meminta kepada-Nya.
Sebagaimana perkataan seorang penyair:
‫ وبني آدم حين يسأل يغضب‬ ‫هللا يغضب إن تركت سؤاله‬
“Allah murka pada orang yang enggan meminta kepada-Nya, sedangkan manusia ketika
diminta ia marah”
Ya, Allah mencintai hamba yang berdoa kepada-Nya, bahkan karena cinta-Nya Allah
memberi ‘bonus’ berupa ampunan dosa kepada hamba-Nya yang berdoa. Allah Ta’ala
berfirman dalam sebuah hadits qudsi:
‫يا ابن آدم إنك ما دعوتني ورجوتني غفرت لك على ما كان منك وال أبالي‬
“Wahai manusia, selagi engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, aku mengampuni dosamu
dan tidak aku pedulikan lagi dosamu” (HR. At Tirmidzi, ia berkata: ‘Hadits hasan shahih’)
Sungguh Allah memahami keadaan manusia yang lemah dan senantiasa membutuhkan akan
Rahmat-Nya. Manusia tidak pernah lepas dari keinginan, yang baik maupun yang buruk.
Bahkan jika seseorang menuliskan segala keinginannya dikertas, entah berapa lembar akan
terpakai.
Maka kita tidak perlu heran jika Allah Ta’ala melaknat orang yang enggan berdoa kepada-
Nya. Orang yang demikian oleh Allah ‘Azza Wa Jalla disebut sebagai hamba yang sombong
dan diancam dengan neraka Jahannam. Allah Ta’ala berfirman:

ِ ‫ا ْدعُونِي أَ ْستَ ِجبْ لَ ُك ْم إِ َّن الَّ ِذينَ يَ ْستَ ْكبِرُونَ ع َْن ِعبَا َدتِي َسيَ ْد ُخلُونَ َجهَنَّ َم د‬
َ‫َاخ ِرين‬
“Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang
menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60)

2
Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah Maha Pemurah terhadap hamba-Nya, karena hamba-
Nya diperintahkan berdoa secara langsung kepada Allah tanpa melalui perantara dan dijamin
akan dikabulkan. Sungguh Engkau Maha Pemurah Ya Rabb…
Berdoa Di Waktu Yang Tepat
Diantara usaha yang bisa kita upayakan agar doa kita dikabulkan oleh Allah Ta’ala adalah
dengan memanfaatkan waktu-waktu tertentu yang dijanjikan oleh Allah bahwa doa ketika
waktu-waktu tersebut  dikabulkan. Diantara waktu-waktu tersebut adalah:
1. Ketika sahur atau sepertiga malam terakhir
Allah Ta’ala mencintai hamba-Nya yang berdoa disepertiga malam yang terakhir. Allah
Ta’ala berfirman tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa, salah satunya:

ِ ‫َوبِاأْل َ ْس َح‬
‫ار هُ ْم يَ ْستَ ْغفِرُون‬
“Ketika waktu sahur (akhir-akhir malam), mereka berdoa memohon ampunan” (QS. Adz
Dzariyat: 18)
Sepertiga malam yang paling akhir adalah waktu yang penuh berkah, sebab pada saat itu
Rabb kita Subhanahu Wa Ta’ala turun ke langit dunia dan mengabulkan setiap doa hamba-
Nya yang berdoa ketika itu. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
‫ من‬، ‫ من يدعوني فأستجيب له‬: ‫ يقول‬،‫ حين يبقى ثلث الليل اآلخر‬، ‫ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا‬
‫ من يستغفرني فأغفر له‬، ‫يسألني فأعطيه‬
“Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya.
Kemudian berfirman: ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang yang
meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan
Kuampuni‘” (HR. Bukhari no.1145, Muslim no. 758)
Namun perlu dicatat, sifat ‘turun’ dalam hadits ini jangan sampai membuat kita
membayangkan Allah Ta’ala turun sebagaimana manusia turun dari suatu tempat ke tempat
lain. Karena tentu berbeda. Yang penting kita mengimani bahwa Allah Ta’ala turun ke langit
dunia, karena yang berkata demikian adalah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam diberi
julukan Ash s]hadiqul Mashduq (orang jujur yang diotentikasi kebenarannya oleh Allah),
tanpa perlu mempertanyakan dan membayangkan bagaimana caranya.
Dari hadits ini jelas bahwa sepertiga malam yang akhir adalah waktu yang dianjurkan untuk
memperbanyak berdoa. Lebih lagi di bulan Ramadhan, bangun di sepertiga malam akhir
bukanlah hal yang berat lagi karena bersamaan dengan waktu makan sahur. Oleh karena itu,
manfaatkanlah sebaik-baiknya waktu tersebut untuk berdoa.

2. Ketika berbuka puasa


Waktu berbuka puasa pun merupakan waktu yang penuh keberkahan, karena diwaktu ini
manusia merasakan salah satu kebahagiaan ibadah puasa, yaitu diperbolehkannya makan dan
minum setelah seharian menahannya, sebagaimana hadits:

3
‫ فرحة عند فطره و فرحة عند لقاء ربه‬: ‫للصائم فرحتان‬
“Orang yang berpuasa memiliki 2 kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka puasa dan
kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-Nya kelak” (HR. Muslim, no.1151)
Keberkahan lain di waktu berbuka puasa adalah dikabulkannya doa orang yang telah
berpuasa, sebagaimana sabda  Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
‫ثالث ال ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر واإلمام العادل و المظلوم‬
‘”Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya
pemimpin yang adil dan doanya orang yang terzhalimi” (HR. Tirmidzi no.2528, Ibnu Majah
no.1752, Ibnu Hibban no.2405, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi)
Oleh karena itu, jangan lewatkan kesempatan baik ini untuk memohon apa saja yang
termasuk kebaikan dunia dan kebaikan akhirat. Namun perlu diketahui, terdapat doa yang
dianjurkan untuk diucapkan ketika berbuka puasa, yaitu doa berbuka puasa. Sebagaimana
hadits
‫كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إذا أفطر قال ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت األجر إن شاء هللا‬
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka puasa membaca doa:
‫ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت األجر إن شاء هللا‬
/Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insyaa Allah/
(‘Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya
Allah’)” (HR. Abu Daud no.2357, Ad Daruquthni 2/401, dihasankan oleh Ibnu Hajar Al
Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/232)
Adapun doa yang tersebar di masyarakat dengan lafazh berikut:
‫اللهم لك صمت و بك امنت و على رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الراحمين‬
adalah hadits palsu, atau dengan kata lain, ini bukanlah hadits. Tidak terdapat di kitab hadits
manapun. Sehingga kita tidak boleh meyakini doa ini sebagai hadits Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam.
Oleh karena itu, doa dengan lafazh ini dihukumi sama seperti ucapan orang biasa seperti saya
dan anda. Sama kedudukannya seperti kita berdoa dengan kata-kata sendiri. Sehingga doa ini
tidak boleh dipopulerkan apalagi dipatenkan sebagai doa berbuka puasa.
Memang ada hadits tentang doa berbuka puasa dengan lafazh yang mirip dengan doa
tersebut, semisal:
‫ اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت فتقبل مني إنك أنت السميع العليم‬: ‫كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إذا أفطر قال‬
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka membaca doa: Allahumma
laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu fataqabbal minni, innaka antas samii’ul ‘aliim”
Dalam Al Futuhat Ar Rabbaniyyah (4/341), dinukil perkataan Ibnu Hajar Al Asqalani:
“Hadits ini gharib, dan sanadnya lemah sekali”. Hadits ini juga di-dhaif-kan oleh Al Albani di
Dhaif Al Jami’ (4350). Atau doa-doa yang lafazh-nya semisal hadits ini semuanya berkisar
antara hadits dhaif atau munkar.

4
3. Ketika malam lailatul qadar
Malam lailatul qadar adalah malam diturunkannya Al Qur’an. Malam ini lebih utama dari
1000 bulan. Sebagaimana firmanAllah Ta’ala:

ِ ‫لَ ْيلَةُ ْالقَ ْد ِر َخ ْي ٌر ِم ْن أَ ْل‬


‫ف َشه ٍْر‬
“Malam Lailatul Qadr lebih baik dari 1000 bulan” (QS. Al Qadr: 3)
Pada malam ini dianjurkan memperbanyak ibadah termasuk memperbanyak doa.
Sebagaimana yang diceritakan oleh Ummul Mu’minin Aisyah Radhiallahu’anha:
‫قلت يا رسول هللا أرأيت إن علمت أي ليلة ليلة القدر ما أقول فيها قال قولي اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني‬
“Aku bertanya kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah, menurutmu apa yang sebaiknya aku
ucapkan jika aku menemukan malam Lailatul Qadar? Beliau bersabda: Berdoalah:
‫اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني‬
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni [‘Ya Allah, sesungguhnya engkau
Maha Pengampun dan menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah aku”]”(HR. Tirmidzi, 3513,
Ibnu Majah, 3119, At Tirmidzi berkata: “Hasan Shahih”)
Pada hadits ini Ummul Mu’minin ‘Aisyah Radhiallahu’anha meminta diajarkan ucapan yang
sebaiknya diamalkan ketika malam Lailatul Qadar. Namun ternyata Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam mengajarkan lafadz doa. Ini menunjukkan bahwa pada malam
Lailatul Qadar dianjurkan memperbanyak doa, terutama dengan lafadz yang diajarkan
tersebut.
4. Ketika adzan berkumandang
Selain dianjurkan untuk menjawab adzan dengan lafazh yang sama, saat adzan
dikumandangkan pun termasuk waktu yang mustajab untuk berdoa.  Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫ثنتان ال تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا‬
“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu
ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling
menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369,
berkata: “Hasan Shahih”)
5. Di antara adzan dan iqamah
Waktu jeda antara adzan dan iqamah adalah juga merupakan waktu yang dianjurkan untuk
berdoa, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam:
‫الدعاء ال يرد بين األذان واإلقامة‬
“Doa di antara adzan dan iqamah tidak tertolak” (HR. Tirmidzi, 212, ia berkata: “Hasan
Shahih”)
Dengan demikian jelaslah bahwa amalan yang dianjurkan antara adzan dan iqamah adalah
berdoa, bukan shalawatan, atau membaca murattal dengan suara keras, misalnya dengan
menggunakan mikrofon. Selain tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah  Shallallahu’alaihi

5
Wasallam, amalan-amalan tersebut dapat mengganggu orang yang berdzikir atau sedang
shalat sunnah. Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
‫ال إن كلكم مناج ربه فال يؤذين بعضكم بعضا وال يرفع بعضكم على بعض في القراءة أو قال في الصالة‬
“Ketahuilah, kalian semua sedang bermunajat kepada Allah, maka janganlah saling
mengganggu satu sama lain. Janganlah kalian mengeraskan suara dalam membaca Al
Qur’an,’ atau beliau berkata, ‘Dalam shalat’,” (HR. Abu Daud no.1332, Ahmad, 430,
dishahihkan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Nata-ijul Afkar, 2/16).
Selain itu, orang yang shalawatan atau membaca Al Qur’an dengan suara keras di waktu jeda
ini, telah meninggalkan amalan yang di anjurkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam, yaitu berdoa. Padahal ini adalah kesempatan yang bagus untuk memohon kepada
Allah segala sesuatu yang ia inginkan. Sungguh merugi jika ia melewatkannya.
6. Ketika sedang sujud dalam shalat
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫ فأكثروا الدعا‬. ‫أقرب ما يكون العبد من ربه وهو ساجد‬
“Seorang hamba berada paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia sedang bersujud. Maka
perbanyaklah berdoa ketika itu” (HR. Muslim, no.482)
7. Ketika sebelum salam pada shalat wajib
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫قيل يا رسول هللا صلى هللا عليه وسلم أي الدعاء أسمع قال جوف الليل اآلخر ودبر الصلوات المكتوبات‬
“Ada yang bertanya: Wahai Rasulullah, kapan doa kita didengar oleh Allah? Beliau bersabda:
“Diakhir malam dan diakhir shalat wajib” (HR. Tirmidzi, 3499)
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Zaadul Ma’ad (1/305) menjelaskan bahwa yang dimaksud
‘akhir shalat wajib’ adalah sebelum salam. Dan tidak terdapat riwayat bahwa Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabat merutinkan berdoa meminta sesuatu setelah
salam pada shalat wajib. Ahli fiqih masa kini, Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah berkata:
“Apakah berdoa setelah shalat itu disyariatkan atau tidak? Jawabannya: tidak disyariatkan.
Karena Allah Ta’ala berfirman:

َ ‫ض ْيتُ ُم الصَّالةَ فَ ْاذ ُكرُوا هَّللا‬


َ َ‫فَإ ِ َذا ق‬
“Jika engkau selesai shalat, berdzikirlah” (QS. An Nisa: 103). Allah berfirman ‘berdzikirlah’,
bukan ‘berdoalah’. Maka setelah shalat bukanlah waktu untuk berdoa, melainkan sebelum
salam” (Fatawa Ibnu Utsaimin, 15/216).
Namun sungguh disayangkan kebanyakan kaum muslimin merutinkan berdoa meminta
sesuatu setelah salam pada shalat wajib yang sebenarnya tidak disyariatkan, kemudian justru
meninggalkan waktu-waktu mustajab yang disyariatkan yaitu diantara adzan dan iqamah,
ketika adzan, ketika sujud dan sebelum salam.
8. Di hari Jum’at
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

6
‫ يسأل هللا‬، ‫ وهو قائم يصلي‬، ‫ ال يوافقها عبد مسلم‬، ‫ فيه ساعة‬: ‫ فقال‬، ‫أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ذكر يوم الجمعة‬
‫ وأشار بيده يقللها‬. ‫ إال أعطاه إياه‬، ‫تعالى شيئا‬
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan tentang hari  Jumat kemudian beliau
bersabda: ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti
diberikan apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang
sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah
Radhiallahu’anhu)
Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari ketika menjelaskan hadits ini beliau menyebutkan
42 pendapat ulama tentang waktu yang dimaksud. Namun secara umum terdapat 4 pendapat
yang kuat.
Pendapat pertama, yaitu waktu sejak imam naik mimbar sampai selesai shalat Jum’at,
berdasarkan hadits:
‫هي ما بين أن يجلس اإلمام إلى أن تقضى الصالة‬
“Waktu tersebut adalah ketika imam naik mimbar sampai shalat Jum’at selesai” (HR.
Muslim, 853 dari sahabat Abu Musa Al Asy’ari Radhiallahu’anhu).
Pendapat ini dipilih oleh Imam Muslim, An Nawawi, Al Qurthubi, Ibnul Arabi dan Al
Baihaqi.
Pendapat kedua, yaitu setelah ashar sampai terbenamnya matahari. Berdasarkan hadits:
‫يوم الجمعة ثنتا عشرة يريد ساعة ال يوجد مسلم يسأل هللا عز وجل شيئا إال أتاه هللا عز وجل فالتمسوها آخر ساعة بعد‬
‫العصر‬
“Dalam 12 jam hari Jum’at ada satu waktu, jika seorang muslim meminta sesuatu kepada
Allah Azza Wa Jalla pasti akan dikabulkan. Carilah waktu itu di waktu setelah ashar” (HR.
Abu Daud, no.1048 dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu. Dishahihkan Al Albani
di Shahih Abi Daud). Pendapat ini dipilih oleh At Tirmidzi, dan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah.
Pendapat ini yang lebih masyhur dikalangan para ulama.
Pendapat ketiga, yaitu setelah ashar, namun diakhir-akhir hari Jum’at. Pendapat ini didasari
oleh riwayat dari Abi Salamah. Ishaq bin Rahawaih, At Thurthusi, Ibnul Zamlakani
menguatkan pendapat ini.
Pendapat keempat, yang juga dikuatkan oleh Ibnu Hajar sendiri, yaitu menggabungkan semua
pendapat yang ada. Ibnu ‘Abdil Barr berkata: “Dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam
berdoa pada dua waktu yang disebutkan”. Dengan demikian seseorang akan lebih
memperbanyak doanya di hari Jum’at tidak pada beberapa waktu tertentu saja. Pendapat ini
dipilih oleh Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu ‘Abdil Barr.
9. Ketika turun hujan
Hujan adalah nikmat Allah Ta’ala. Oleh karena itu tidak boleh mencelanya. Sebagian orang
merasa jengkel dengan turunnya hujan, padahal yang menurunkan hujan tidak lain adalah
Allah Ta’ala. Oleh karena itu, daripada tenggelam dalam rasa jengkel lebih baik
memanfaatkan waktu hujan untuk berdoa memohon apa yang diinginkan kepada Allah
Ta’ala:

7
‫ و تحت المطر‬، ‫ الدعاء عند النداء‬: ‫ثنتان ما تردان‬
“Doa tidak tertolak pada 2 waktu, yaitu ketika adzan berkumandang dan ketika hujan turun”
(HR Al Hakim, 2534, dishahihkan Al Albani di Shahih Al Jami’, 3078)
10. Hari Rabu antara Dzuhur dan Ashar
Sunnah ini belum diketahui oleh kebanyakan kaum muslimin, yaitu dikabulkannya doa
diantara shalat Zhuhur dan Ashar dihari Rabu. Ini diceritakan oleh Jabir bin Abdillah
Radhiallahu’anhu:
‫ فاستُجيب له يوم األربعاء‬،‫ ويوم األربعاء‬،‫¶ ويوم الثالثاء‬،‫أن النبي صلى هللا عليه وسلم دعا في مسجد الفتح ثالثا يوم االثنين‬
‫ُرفَ البِ ْش ُر في وجهه‬
ِ ‫بين الصالتين فع‬
‫ْت تلك الساعة فأدعو فيها فأعرف اإلجابة‬ ُ ‫ فلم ينزل بي أمر مه ٌّم غليظ إِالّ تو َّخي‬:‫قال جابر‬

“Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam berdoa di Masjid Al Fath 3 kali, yaitu hari Senin, Selasa
dan Rabu. Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini diketahui dari
kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir : ‘Tidaklah suatu perkara penting yang berat pada
saya kecuali saya memilih waktu ini untuk berdoa,dan saya mendapati dikabulkannya doa
saya‘”
Dalam riwayat lain:
‫فاستجيب له يوم األربعاء بين الصالتين الظهر والعصر‬
“Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu di antara shalat Zhuhur dan Ashar” (HR.
Ahmad, no. 14603, Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid, 4/15, berkata: “Semua perawinya
tsiqah”, juga dishahihkan Al Albani di Shahih At Targhib, 1185)
11. Ketika Hari Arafah
Hari Arafah adalah hari ketika para jama’ah haji melakukan wukuf di Arafah, yaitu tanggal 9
Dzulhijjah. Pada hari tersebut dianjurkan memperbanyak doa, baik bagi jama’ah haji maupun
bagi seluruh kaum muslimin yang tidak sedang menunaikan ibadah haji. Sebab Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫خير الدعاء دعاء يوم عرفة‬
“Doa yang terbaik adalah doa ketika hari Arafah” (HR. At Tirmidzi, 3585. Di shahihkan Al
Albani dalam Shahih At Tirmidzi)
12. Ketika Perang Berkecamuk
Salah satu keutamaan pergi ke medan perang dalam rangka berjihad di jalan Allah adalah doa
dari orang yang berperang di jalan Allah ketika perang sedang berkecamuk, diijabah oleh
Allah Ta’ala. Dalilnya adalah hadits yang sudah disebutkan di atas:
‫ثنتان ال تردان أو قلما تردان الدعاء عند النداء وعند البأس حين يلحم بعضهم بعضا‬
“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu
ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling
menyerang” (HR. Abu Daud, 2540, Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Nata-ijul Afkar, 1/369,
berkata: “Hasan Shahih”)

8
13. Ketika Meminum Air Zam-zam
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫ماء زمزم لما شرب له‬
“Khasiat Air Zam-zam itu sesuai niat peminumnya” (HR. Ibnu Majah, 2/1018. Dishahihkan
Al Albani dalam Shahih Ibni Majah, 2502)
Demikian uraian mengenai waktu-waktu yang paling dianjurkan untuk berdoa. Mudah-
mudahan Allah Ta’ala mengabulkan doa-doa kita dan menerima amal ibadah kita.
Amiin Ya Mujiibas Sa’iliin.
Penulis: Yulian Purnama
Artikel www.muslim.or.id
Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan klik
disini. Jazakallahu khaira

Anda mungkin juga menyukai