Anda di halaman 1dari 24

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT DALAM

MENYUKSESKAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:

1. BAIQ AYU RANDINI (A1B019050)


2. DESAK AYU OTRIYA DEWITA (A1B019066)
3. EKA APRILIA SETIAWATI (A1B019088)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah swt tuhan semesta alam yang telah memberikan kita beribu nikmat
terutama nimat kesehatan dan kesempatan sehingga makalah ini dapat tersusun rapid an selesai
dengan tepat waktu.

Kedua kalinya tidak lupa pula kita haturkan shalawat serta salam kepada junjungan alam
nabi besar Muhammad saw. Yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang
terang benderang. Semoga kelak dihari kiamat kita mendapatkan safaat dari beliau aamiin aamiin
ya rabbal alamin.

Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna karena banyak sekali kekurangan yang ada
didalam makalah ini. Namun besar harapan kelompok kami agar makalah ini bisa diterima
dengan harapan makalah ini bisa menjadi salah satu media pembelajaran untuk kita semua agar
lebih bisa untuk memanfaatkan sumber daya yang kita miliki baik potensi wisatanya maupun
sumber daya manusianya.

Mungkin kurang dan lebih nya mohon dimaafkan

Assalamualaikum wr.wb

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4

A. LATAR BELAKANG ..................................................................................................... 4

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................. 4

C. TUJUAN ......................................................................................................................... 4

D. MANFAAT ..................................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................... 7-14

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 15

A. PENTINGNYA KEIKUTSERATAAN MASYARAKAT SETEMPAT DALAM


MENYUKSESKAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DI SUATU DAERAH
TUJUAN WISATA ....................................................................................................... 15
B. AKIBAT TIDAK ADANYA PARTISIPASI MASYARAKAT SETEMPAT DALAM
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DI SUATU DAERAH TUJUAN WISATA .16
C. BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT SETEMPAT DALAM MENYUKSESKAN
PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN ..................................................................... 17
D. MODEL USAHA KECIL MANDIRI DAN ALTERNATIF USAHA LAINNYA
DALAM BIDANG KEPARIWISATAAN ..................................................................... 19

KASUS ..................................................................................................................................... 22

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 23

A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 23

B. SARAN ......................................................................................................................... 23

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tantangan terbesar yang dihadapi masyarakat dunia saat ini adalah gobalisasi. Pengaruh
seperti ini sangat mempengaruhi masyarakat lokal yang dimana masyarakat harus dibekali oleh
sumber daya sosial, budaya dan ekonomi yang cukup agar dapat berinteraksi dengan dunia luar
untuk mandiri dan tidak terisolasi oleh perkembangan zaman yang semakin berkembang.

Oleh karena itu butuh adanya peningkatan mutu SDM lokal yang ada di Indonesia dan
peningkatan pelestarian potensi wisata yang ada disuatu daerah untuk masa depan agar dapat
meningkatkan kualitas suatu daerah agar tidak tergerus arus globalisasi. Hal ini membuka
kesempatan masyarakat untuk lebih andil dalam mengambil keputusan seperti berpendapat serta
berperan dalam pengembangan sosial. Tidak adanya diskriminasi antara masyarakat kota dan
pedesaan, Kedua masyarakat ini justru harus salin berhubungan untuk menuju pembangunan
berkelanjutan karena masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotan merupakan basis yang
penting untuk merancang dan menerapkan strategi pembangunan khususnya dibidang pariwisata.

Pariwisata adalah salah satu yang melatar belakangi orang- orang untuk terlibat,
idealnnya wisata menawarkan pengalaman unik yang juga dirasakan oleh tuan rumah dan
pengunjung terhadap perbedaan budaya dan point of view. Kesempatan seperti ini sangat
berkontribusi terhadap pengembangan masyarakat secara berkelanjutan .

Meskipun potensi wisata saat ini menyedihkan dalam 50 tahun terakhir. Kemunculan
industri pariwisata di seluruh dunia mengalami dampak negatif yang mana merusak sumber daya
alam alam, perubahan masyarakat dan budaya mereka.

Oleh karena itu Indonesia saat ini bukan merubah potensi alam yang dimilikinya namun
mengembangkan dan memperindah apa yang sudah ada di Indonesia bukan merusak dan
membuat hal baru dilahan tersebut. Seperti, p0embangunan pabrik dan sebagainya.

4
Indonesia dikenal sebagai Negara yang memiliki sumber daya alam yang luar biasa baik
didarat maupun dilaut yang jika dikembangkan secara optimal maka akan mendatangkan profit
yang luar biasa bagi Negara. Hanya saja SDM yang ada di Indonesia masih banyak yang belum
masuk kriteria. Para masyarakat lebih menyukai bekerja sebagai karyawan dibandingan dengan
memanfaatkan potensi daerah mereka yang mana pasti akan lebih mendatangkan keuntungan
yang lebih lagi bukan hanya untung orang tetapi juga untuk Negara.

Oleh karena itu butuh adanya pemberdayaan masyarakat guna menunjang pembangunan potensi
pariwisata yang ada disuatu daerah. Misalnya di NTB ini yang berada di tanjung. Untuk lebih
jelasnya lagi akan dipaparkan nanti dibagian penjelasan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa keikutsertaan masyarakat dalam menyukseskan pembangunan kepariwisataan


disuatu daerah tujuan wisata sangat penting?
2. Apa akibat jika tidak adanya partisipasi dan kontribusi yang dilibatkan masyarakat dalam
mengembangkan dan menyukseskan pembangunan kepariwisataan?
3. Apa saja bentuk partisipasi masyarakat untuk menyuskseskan pembangunan
kepariwisataan?
4. Apa saja model usaha kecil mandiri dan alternative lain dalam bidang kepariwisataan?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui seberapa penting peran masyarakat dalam menyukseskan


pembangunan kepariwisataan disuatu daerah
2. Untuk mengetahui apa saja dampak yang ditimpulkan jika tidak adanya keterlibatan atau
partisipasi masyarkat dalam menyukseskan pembangunan kepariwisataan
3. Menacari tahu apa aja bentuk partisipasi masyarakat untuk menyukseskan pembangunan
kepariwisataa
4. Menjelaskan model usaha kecil mandiri dan berbagai alternative lain untuk
menyukseskan pembangunan kepariwisataan

5
D. MANFAAT

1. Kita menjadi mengetahui bagaimana peran masyarakat begitu sangat penting untuk
pemberdayaan suatu objek wisata, karena tanpa adanya keikutsertaan masyarakat
dalam membangun objek wisata maka tidak akan bisa sukses tempat wisata tersebut
2. Kita menjadi tahu apa dampak jika masyarakat setempat tidak ikut andil didalam
pembangunan kepariwisataan disuatu daerah
3. Kita menjadi tahu contoh usaha-usaha kecil mandiri yang menjadi penunjang
keberhasilan pembangunan pariwisata
4. Kita menjadi tahu apa saja bentuk dari partisipasi yang bisa dilakukan oleh masyarkat
setempat yang bisa menjadi penunjang keberhasilan pariwisata disuatu daerah

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan berasal dari kata dasar daya yang berarti tenaga, upaya, kemampuan
melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak. Selain itu pemberdayaan juga berasal dari bahsa
inggris “empower” yang menurut Merriam Webster dan Oxford English Dictionary mengandung
dua pengertian. Yang pertama adalah to give power or authority to/ memberi kekuasaan,
mengalihkan kekuatan, atau mendelegasikan otoritas kepihak lain, sedangkan pengertian yang
kedua yaitu to give ability to or enable/ upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan
(Ambar Teguh S, 2004: 28).

Konsep pemberdayaan berkaitan dengan dua istilah yang saling bertentangan, yaitu konsep
berdaya dan tidak berdaya terutama bila dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan
menguasai potensi dan sumber kesejahteraan social (Sunit Agus T, 2008: 9). Pemberdayaan
masyarakat sebenarnya mengacu pada kata empowerment, yaitu sebagai upaya untuk
mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki masyarakat. Pemberdayaan masyarakat
merupakan suatu proses atau cara untuk meningkatkan taraf hidup atau kualitas masyarakat.
Melalui suatu kegiatan tertentu, yaitu melakukan kegiatan yang bertujuan meningkatkan kualitas
SDM, yang disesuaikan dengan keadaan dan karakteristik di masyarakat itu sendiri.

Berkenaan dengan pemaknaan konsep peemberdayaan masyarakat, menurut Winarni (Ambar


teguh S, 2004: 79) mengungkapkan bahwa inti dari pemberdayaan adalah meliputi tiga hal, yaitu
pengembangan (enabling), memperkuat potensi atau daya (empowering), terciptanya
kemandirian. Bertolak dari pendapat tersebut, berarti pemberdayaan tidak saja terjadi pada
masyarakat yang tidak memiliki kemampuan, akan tetapi pada masyarakat yang memiliki daya
yang masih terbatas, dapat dikembangkan hingga mencapai kemandirian.

Sunit Agus Tri Cahyono (2008: 11-12) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip pemberdayaan
sebagai berikut :

7
a. Pembangunan yang dilaksanakan harus bersifat lokal

b. Lebih mengutamakan aksi social

c. Menggunakan pendekatan organisasi komunitas atau kemasyarakatan local

d. Adanya kesamaan kedudukan dalam hubungan kerja

e. Menggunakan pendekatan partisipasi, para anggota kelompok sebagai subjek bukan objek

f. Usaha kesejahteraan sosial untuk keadilan

Kindervatter (Sunit Agus Tricahyono, 2008: 12) mengemukakan bahwa pemberdayaan


masyarakat memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Tersusun dari kelompok kecil

b. Adanya pengalihan tanggung jawab

c. Pimpinan oleh para partisan

d. Adanya agen sebagai fasilitator

e. Proses bersifat demokratif dan hubungan kerja non hirarkial

f. Merupakan integrasi antar refleksi dan aksi

g. Metode yang digunakan lebih banyak medorong kea rah pengembangan kepercayaan diri

h. Merupakan upaya peningkatan derajad kemandirian social, ekonomi dan atau politik.

Konsep pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan PLS, menempatkan masyarakat


sebagai subjek, seperti mengembangkan diri. Tujuan akhirnya adalah agar masyarakat memiliki
kemampuan untuk mengendalikan program-program yang berupaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan taraf kehidupanya.

Dengan demikian program pemberdayaan masyarakat diarahkan agar masyarakat tumbuh


dan berkembang menjadi “masyarakat berdaya”, dimana masyarakat tersebut memiliki
kemampuan dalam mengatasi kebutuhan dan masalah yang dihadapi berdasarkan sumber daya

8
yang dimiliki. Pada paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia, fokus pembangunan
tidak lagi pada industri, tapi pada manusia yang memfungsikan sebagai subyek berpartisipasi
aktif dalam tahapan pembangunan dan sebagai obyek yang menikmati hasil pelayanan
pemerintah. Dalam model pembangunan ini menurut Bryant and white (1989, 22-27)
pembangunan memiliki implikasi yaitu :

a. Pembangunan berarti memberikan perhatian terhadap kapasitas yang dimiliki untuk


pengembangan kemampuan dan tenaga guna membuat perubahan 17

b. Pembangunan mencakup keadilan

c. Pembangunan kekuasaan

d. Pembangunan mencakup perhatian, jangka panjang terhadap kelangsungan hidup masa depan.
Dari sisi pembangunan ekonomi, pendekatan pemberdayaan memfokuskan kepada upaya untuk
memobilisasi kemampuan sendiri.

Sementara dalam bidang politik, pemberdayaan adalah perjuangan untuk menegakkan


hak-hak sipil dan kesetaraan gender. Jadi pemberdayaan adalah proses untuk meningkatkan asset
atau kemampuan secara individual maupun kelompok suatu masyarakat.

2. Pembangunan Obyek Wisata

Secara etimologis, kata pariwisata berasal dari bahasa sansekerta, sesungguhnya


bukanlah berarti tourisme atau tourism. Kata pariwisata, menurut pengertian ini, sinonim dengan
pengertian tour. kata pariwisata terdiri dari dua suku kata, yaitu masing-masing kata pari yang
berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap dan wisata yang berarti perjalanan,
bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam bahasa inggris yang diartikan
sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali dari satu tempat ketempat lain. Atas dasar itu pula
dengan melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan
terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok dari satu tempat ketempat lain dengan
tujuan untuk mendapatkan kepuasan maupun kesenangan (Wardiyanto, 2011: 3)

Definisi pariwisata menurut Damanik dan Weber (Hari Karyono, 1997: 1) sebagai berikut :

9
Pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa, yang sangat
kompleks. Ia terkait erat dengan organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan individu,
kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan, dan sebagainya.

Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain,
bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari
keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial,
budaya, alam, dan ilmu (JJ. Spilance,1993: 21)

Hari Karyono (1997: 15) mendefinisikan pariwisata kedalam definisi yang bersifat umum
ialah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk mengatur, mengurus,
dan melayani kebutuhan wisatawan, sedangkan definisi yang lebih teknis ialah rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok didalam
wilayah negara sendiri atau negara lain. Kegiatan tersebut dengan menggunakan kemudahan
jasa, dan faktor-faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat,
agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.

Oka A Yoeti (1992: 109) mengemukakan ada bebarapa faktor penting yang mau tidak mau harus
ada dalam batasan suatu definisi pariwisata, antara lain :

a) Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu

b) Perjalanan itu di lakukan dari suatu tempat ketempat lainya

c) Perjalanan itu, walaupun apa bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan atau
rekreasi

d) Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah ditempat yang dikunjunginya
dan semata-mata sebagai konsumen ditempat tersebut.

Pariwisata merupakan perjalanan yang dilakukan menusia ke daerah yang bukan


merupakan tempat tinggalnya dalam waktu paling tidak satu malam dengan tujuan perjalanannya
bukan untuk mencari nafkah, pendapatan atau penghidupan ditempat tujuan. Dalam literatur
kepariwisataan dijumpai istilah asset atau obyek wisata yang lebih banyak menggunakan istilah
“tourist attractions”, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk

10
mengunjungi suatu daerah tertentu. Membicarakan obyek dan atraksi wisata ada baiknya
dikaitkan dengan pengertian “product” dari industry pariwisata itu sendiri. Hal ini dianggap
perlu, karena sampai saat ini masih dijumpai perbedaan pendapat antar pengertian “product”
industri pariwisata di satu pihak dan obyek wisata dilain pihak.

Oka A Yoeti (1992: 160) Terdapat perbedaan yang prinsipil antara pengertian “product”
industri pariwisata dengan obyek, asset, maupun atraksi wisata. Produk industri pariwisata
meliputi keseluruhan pelayanan yang diperoleh, dirasakan atau dinikmati wisatawan, semenjak ia
meninggalkan rumah sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali
kerumah. Jadi, asset, obyek, dan atraksi wisata itu sendiri sebenarnya sudah termasuk dalam
produk industri pariwisata.

Pengertian obyek wisata dalam Undang-Undang Nomor. 9 tahun 1990 tentang


kepariwisataan Bab I pasal 4.6 menyebutkan obyek wisata dan daya tarik 26 wisata adalah segala
sesuatu yang menjadi sasaran wisata.

Selanjutnya dalam Bab III pasal 4 disebutkan : obyek dan daya tarik wisata terdiri atas :

a) Obyek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam
serta flora dan fauna.

b) Obyek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan
purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata
petualangan, taman rekreasi dan tempat hiburan.

Pemerintah menetapkan obyek dan daya tarik wisata selain sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
huruf b. Oka A. Yoeti (1992: 80) memberikan pengertian obyek wisata adalah berbagai macam
hal yang dapat dilihat, disaksikan, dilakukan atau dirasakan.

Sementara Chafid Fandeli (1995: 125) mengartikan obyek wisata adalah perwujudan dari
pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam
yang mempunyai daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung.

11
Gamal Suwantoro (1997: 19) menyebutkan obyek wisata merupakan potensi yang menjadi
pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah. Selanjutnya obyek wisata ini dikelompokkan
menjadi tiga golongan yaitu :

a) Obyek wisata dan daya tarik wisata alam

b) Obyek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan dan kekayaan alam.

c) Obyek wisata dan daya tarik budaya Obyek dan daya tarik bersumber pada kebudayaan,
seperti peninggalan sejarah, museum, atraksi kesenian, dan obyek lain yang berkaitan dengan
budaya.

d) Obyek wisata dan daya tarik pada minat khusus , wisata daya tariknya bersumber pada minat
khusus wisatawan itu sendiri, misalnya olah raga, memancing dan lain-lain.

M. J Prajogo (JJ. Spilance, 1993:134) menyatakan bahwa negara yang sadar akan pengembangan
pariwisata, mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a) Perencanaan pengembangan pariwisata harus menyeluruh.

b) Pengembangan pariwisata harus diintegrasikan ke dalam pola dan program pembangunan


semesta ekonomi, fisik, dan social sesuatu Negara.

c) Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa, sehingga dapat membawakan


kesejahteraan.

d) Pengembangan pariwisata harus sadar-lingkungan, sehingga pengembanganya mencerminkan


cirri-ciri khusus budaya maupun lingkungan alam suatu Negara.

e) Pengembangan pariwisata harus diarahkan, sehingga pertentangan sosial dapat dicegah


seminimal mungkin.

JJ. Spilance (1993:135) menyatakan bahwa pengembangan pariwisata ditinjau dari sudut
pelaksanaanya yang lebih bersifat tekhnis operasional, maka prinsipnya ialah :

a) Pembinaan produk wisata merupakan usaha terus menerus untuk meningkatkan mutu maupun
pelayanaan dari berbagai unsure produk wisata itu.

12
b) Pemasaranan merupakan kegiatan yang sangat penting, sehingga pembeli mendapat
keuntungan maksimal dengan resiko sekecil-kecilnya.

Pariwisata dipandang sebagai sumber daya ekonomi yang potensial. Pariwisata dapat menjadi
alat penarik investasi di daerah yang memiliki potensi sangat besar. Jika dibandingkan dengan
sector lain, misalnya sektor pertanian, sektor pertambangan.

Menurut Wardiyanto (2011: 5) pengembangan pariwisata memiliki banyak keunggulan,


diantaranya :

a) Pengembangan pariwisata merupakan hal yang dapat dilaksanakan dengan waktu yang paling
cepat.

b) Pengembangan pariwisata dapat dilaksanakan dengan metode yang paling mudah dan
sederhana

c) Pengembangan pariwisata akan melibatkan masyarakat, sehingga banyak pihak dapat


menikmati manfaatnya

d) Pengembangan pariwisata tidak hanya memerlukan sumberdaya manusia yang memiliki


potensi tinggi, tetapi juga berkompetensi rendah dan menengah

e) Pengembangan pariwisata dapat mendorong pelestarian lingkungan alam, budaya, dan social
masyarakat

f) Kendalan pengembangan masyarakat relative sedikit jika disbanding dengan sector lainya.

g) Pengembangan pariwisata menwarkan cara yang cepat untuk membangun industry


pendukung.

Tujuan pengembangan pariwisata menurut Soekadijo (1996: 112) diantaranya adalah untuk
mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi, yaitu antara lain :

a) Meningkatkan urbanisasi karena pertumbuhan, perkembangan serta perbaikan fasilitas


pariwisata.

13
b) Mengubah industri-industri baru yang berkaitan dengan jasa-jasa wisata. Misalnya, usaha
transportasi, akomodasi (hotel, motel, pondok wisata, perkemahan, dan lain-lain) yang
memerlukan perluasan beberapa industri kecil seperti kerajinan tangan.

c) Memperluas pasar barang-barang lokal.

d) Memberi dampak positif pada tenaga kerja, karena pariwisata dapat memperluas lapangan
kerja baru (tugas baru di hotel atau tempat penginapan, usaha perjalanan, industri kerajinan
tangan dan cendera mata, serta tempattempat penjualan lainnya).

14
BAB III

PEMBAHASAN

A. PENTINGNYA KEIKUTSERTAAN MASYARAKAT SETEMPAT DALAM


MENYUKSESKAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DI SUATU
DAERAH TUJUAN WISATA

Dalam mengembangkan daerah tujuan wisata, partisipasi atau keikutsertaan masyarakat


merupakan salah satu kunci agar pengembangan daerah wisata berjalan dengan tujuan yang
diinginkan. Peran masyarakat sangat diperlukan baik dalam perencanaan, pengembangan,
pengelolaan dan evaluasi kerja. Sebagai komponen utama dalam community based tourism
(CBT), masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang pembangunan
pariwisata. Pembangunan pariwisata akan sulit terwujud ketika masyarakat setempat merasa
diabaikan, hanya sebagai objek, serta merasa terancam oleh kegiatan pariwisata di daerah
mereka, menurut (Sugiarti, 2004) dalam Wicaksono (2011).

Dalam mengembangkan suatu daya tarik wisata, partisipasi atau keterlibatan masyarakat
setempat/masyarakat lokal tidak bisa diabaikan begitu saja. Masyarakat lokal merupakan orang
pertama yang mengetahui tentang kondisi daerahnya daripada orang yang berasal dari luar
daerah. Dengan demikian, partisipasi masyarakat lokal sangat diperlukan baik dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengembangan hingga akhir yaitu evaluasi kerja. Harapan
kedepannya ialah tiada lain untuk mewujudkan sikap rasa memiliki pada diri masyarakat lokal
sendiri, sehingga timbul kesadaran dan tanggung jawab untuk ikut serta dalam mengembangkan
daya tarik wisata.

Partisipasi masyarakat tidak hanya sebatas partisipasi masyarakat semata, namun


diharapkan pada tahap selanjutnya yaitu partisipasi masyarakat dalam menilai apakah
pembangunan yang dilakukan sudah sesuai harapan dan dapat meningkatkan perekonomian
masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan peranan yang utama dalam penyelenggaraan
pembangunan. Dalam pengembangan, masyarakat memegang peranan sebagai subjek dan objek
yang memiliki letak yang sangat penting dalam keberlanjutan pembangunan.

15
Pembangunan pariwisata menyentuh hampir seluruh kehidupan masyarakat yang berada
di sekitarnya. Dengan demikian, perlu adanya dukungan dan peran serta aktif masyarakat yang
sepenuhnya baik dari pemerintah maupun masyarakat umum. Pengembangan pariwisata dan
peran masyarakat yang aktif akan menguntungkan bagi masyarakat sendiri dan daerah. Dengan
pengembangan pariwisata dapat menambah lapangan kerja serta kesempatan membangun usaha,
meningkatkan dan menumbuhkan kebudayaan yang ada di daerah pengembangan pariwisata.

B. AKIBAT TIDAK ADANYA PARTISIPASI MASYARAKAT SETEMPAT


DALAM PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DI SUATU DAERAH TUJUAN
WISATA

Menurut Marpaung (Hari Karyono, 1997: 121) perkembangan kepariwisataan bertujuan


memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat
memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang
didapat dari tempat tujuan wisata.

Dalam perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya menguntungkan


wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan
tempat tujuan wisata. Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan taraf
perkembangan ekonomi dan suatu tempat tujuan wisata yang masuk dalam pendapatan untuk
wisatawan akibatnya akan menjadikan pengalaman yang unik dari tempat wisata. Pada waktu
yang sama, ada nilai-nilai yang membawa serta dalam perkembangan kepariwisataan. Sesuai
dengan panduan, maka perkembangan pariwisata dapat memperbesar keuntungan sambil
memperkecil masalah-masalah yang ada.

Pengembangan pembangunan kepariwisataan disuatu daerah tidak semata-mata sukses


jika hanya tangan pemerintah yang melakukannya. Tentu dibutuhkan juga partisipasi aktif dari
masyarakat daerah tersebut untuk membantu menyukseskan pembangunan pariwisata didaerah
mereka . karena jika tidak masyarakat setempat tidak melakukan partisipasi terhadap
pembangunan pariwisata didaerah mereka maka tidak menutup kemungkinan pariwisata tersebut
akan mundur aatau malah tidak berkembang. Untuk itu sangat diperlukan kontribusi atau
partisipasi aktif dari masyarakat setempat.

16
Ada beberapa hal yang berdampak serius jika masyarakat tidak ikut berpartisipasi dalam
meyukseskan pembangunan pariwisata di daerah mereka antara lain:

1. Daerah mereka selalu bergantung kepada pemerintah dan bukan kepadaa sumber daya
alam dan potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut
2. Mencetak generasi yang kurang produktif dan kreatif di daerah tersebut
3. Ekonomi daerah tersebut sulit untuk berkembang karena tidak memanfaatkan potensi
pariwisata yang ada

C. BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT SETEMPAT DALAM


MENYUKSESKAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

Partisipasi masyarakat merupakan peranan yang utama dalam penyelenggaraan


pembangunan. ... Pembangunan pariwisata menyentuh hampir seluruh kehidupan masyarakat
yang berada di sekitarnya. Dengan demikian, perlu adanya dukungan dan peran serta aktif
masyarakat yang sepenuhnya baik dari pemerintah maupun masyarakat umum.

Berikut beberapa bentuk partisipasi masyarakat setempat dalam menyukseskan pembangunan


kepariwisataan, yakni :

1. Bentuk Partisipasi yang Mengawali Aktifitas Kepariwisataan

Yaitu bentuk partisipasi ketika masyarakat membuka usaha seperti rumah makan,
restaurant dan pemandu wisata. Bentuk partisipasi ini terjadi karena masyarakat setempat melihat
bahwa lokasi mereka cocok untuk dijadikan tempat wisata karena ramai dikunjungi wisatawan.
Sehingga masyarakat setempat dapat memanfaatkan kondisi tersebut untuk membuka usaha
seperti rumah makan, restaurant, dan juga menjadi pemandu wisata. Bahkan ketika daerah
mereka belum menjadi lokasi wisata yang pada awalnya tidak ramai dikunjungi wisatawan,
partisipasi masyarakat tersebut dapat menarik niat para pengunjung dengan membuka usaha
rumah makanan khas yang tentunya tidak dijual di tempat-tempat lain sehingga daerah wisata
ditempat mereka menjadi ramai dikunjungi.

17
2. Bentuk Partisipasi Proses Awal Kepariwisataan

Bentuk partisipasi ini yaitu ketika meningkatnya kunjungan wisatawan dalam setiap
tahunnya membuat masyarakat berani untuk mulai menanggapi hal tersebut dengan mengajukan
kepada pihak desa dan mengatakan bahwa mereka menginginkan ada kegiatan wisata di desa
mereka. Respon yang berikan terhadap pihak desa yaitu masyarakat mulai mengajak pihak desa
untuk bermusyawarah dan membicarakan mengenai keinginan mereka terhadap aktivitas
pariwisata di desa mereka.

3. Bentuk Partisipasi dalam Perencanaan

Bentuk partisipasi ini yaitu pembentukan kelompok-kelompok seperti POKDARWIS


(kelompok sadar wisata) atau badan pengelola terbentuk karena hasil musyawarah yang
dilakukan masyarakat dan pihak desa, selain itu keputusan membuat sarana dan prasarana
penunjang juga dimusyawarahkan dengan baik oleh masyarakat dan pihak desa agar nantinya
mendapatkan hasil yang maksimal, mengingat bahwa hal tersebut merupakan salah satu
pelengkap pariwisata.

4. Bentuk Partisipasi dalam Pelaksanaan

Bentuk partisipasi ini yaitu mulai dari mengajukan, mengambil keputusan sampai
merencanakan program-program apa saja yang ingin dilakukan. Masyarakat setempat juga yang
melaksanakan semua perencanaan yang telah direncanakan. Masyarakat terlibat secara langsung
atas pelaksanaan semua perencanaan yang telah direncanakan seperti sarana dan prasarana yang
menunjang kepariwisataan dan atraksi

5. Bentuk Partisipasi dalam Pengembangan

Pengembangan daya tarik dan atraksi yang telah dimiliki juga perlu dilakukan untuk
meningkatkan kunjungan wisatawan dan untuk pariwisata berkelanjutan. Bentuk partisipasi
masyarakat dalam pengembangan daya tarik yang sudah ada atau bahkan dalam perencanaan,
masyarakat bertanggung jawab dalam hal memelihara apa yang sudah mereka kerjakan.
Masyarakat harus memelihara dan menjaga perencanaan tersebut dengan tidak merusak dari
standar yang sudah disepakati bersama dan tentunya tidak keluar dari kebijakan-kebijakan yang

18
telah disetujui oleh pihak desa maupun masyarakat secara keseluruhan serta promosi melalui
website, baliho ataupun brosur.

6. Bentuk Partisipasi dalam Menilai atau Evaluasi

Bentuk partisipasi dalam evaluasi program yaitu masyarakat ikutserta menilai sampai
mana perencanaan yang diprogramkan membuahkan hasil sesuai dengan apa yang sudah
direncanakan.

D. MODEL USAHA KECIL MANDIRI DAN ALTERNATIF USAHA LAINNYA


DALAM BIDANG KEPARIWISATAAN

Ketika kita berkunjung ke suatu lokasi wisata, tentunya kita pasti akan melihat berbagai macam
hal, mulai dari pemandangan di lokasi tersebut, melihat rombongan wisata bersamaan dengan
pemandu wisata, toko-toko atau warga yang menjual cendramata dilokasi wisata. Tanpa kita
sadari bahwa disekitar lokasi wisata tersebut banyak terdapat usaha-usaha kecil mandiri yang
dilakukan oleh masyarakat setempat, beberapa diantaranya yaitu :

1. Menjadi Pemandu Wisata

Siapa yang lebih baik untuk membantu seseorang berkenalan dan menjelajah dan kota
atau wilayah baru jika bukan seseorang yang telah tinggal di sana untuk waktu yang cukup lama?
Lebih jauh lagi, menciptakan bisnis dengan gagasan wisata berpemandu membutuhkan modal
yang sangat sedikit untuk dilakukan. Mereka yang mau memulai dari kecil dapat membuat situs
web dan blog di sekitar tema sentral seperti makanan atau seni dan menawarkan tur berpemandu
ke kota mereka mengunjungi lokasi pusat berdasarkan segment yang mereka pilih.

2. Menjual Cendramata

Ketika berkunjung ke suatu lokasi wisata, rasanya tidak akan lengkap jika kita tidak
membeli cendramata khas yang ada dilokasi tersebut. Cendramata yang nantinya bisa dijadikan
oleh-oleh ataupun menjadi koleksi pribadi tentunya sangat menarik bagi para wisatawan. Oleh
karena itu, masyarakat dapat memanfaatkan hal tersebut dengan membuka usaha kecil yang
menjual cendramata khas yang hanya ada di lokasi wisata tersebut. Cenderamata yang unik dan

19
khas akan selalu diburu oleh banyak orang. Selain kaos, Kita juga bisa menjual aksesoris seperti
tas, kalung, topi, kacamata, dan gelang.

3. Rental Kendaraan atau Ride-sharing

Kebanyakan para wisatawan ketika berlibur ke suatu daerah wisata tentunya tidak akan
membawa kendaraan pribadi mereka ke tempat liburan, terutama ketika berlibur ke luar negeri
yang tentunya akan mengeluarkan biaya yang mahal serta membutuhkan proses yang lama jika
ingin membawa kendaraan pribadi ke luar negeri. Oleh karena itu para wisatawan bisa menyewa
kendaraan yang ada di suatu lokasi wisata yang mereka tuju. Hal ini tentunya dapat
menguntungkan masyarakat karena mereka bisa membuka usaha sewa kendaraan atau pun ride-
sharing bagi para wisatawan.

4. Sewa Alat Olahraga Air Seperti Snorkling, Surfing, Perahu Kano, Atau Ban Renang

Ketika berwisata ke pantai, tentunya akan sayang untuk dilewatkan jika para wisatawan
tidak melakukan olahraga pantai seperti, snorkling, surfing, menaiki perahu kano, ataupun
mengapung di pantai menggunakan ban. Bagi para wisatawan yang tidak memiliki alat-alat
olahraga pantai, tidak perlu khawatir karena banyak masyarakat yang membuka usaha sewa alat-
alat olahraga pantai tersebut di sekitar lokasi wisata.

 Alternatif usaha lain dalam bidang kepariwisataan :

Selain model usaha kecil mandiri yang sudah dijelaskan diatas, terdapat alternatif usaha lain
dalam bidang kepariwisataan, beberapa diantaranya :

1. Menjadi Fotografer Untuk Wisatawan

Wisatawan dizaman sekarang kebanyakan menggunakan HP pribadi mereka untuk


mengabadikan moment liburan, tapi masih banyak pula wisatawan yang menyewa fotografer
untuk mengabidakan moment liburan mereka bersama keluarga atau sahabat. Bahkan artis-artis
di Indonesia masih banyak yang menyewa fotografer agar foto yang dihasilkan lebih bagus
karena tidak ingin kehilangan moment yang berharga. Oleh karena itu, usaha kecil menjadi
fotografer untuk wisatawan merupakan salah satu alternatif usaha yang dapat dilakukan di
bidang kepariwisataan.

20
2. Menjadi Penerjemah Untuk Wisatawan Asing

Ahli bahasa yang ingin berkembang di industri pariwisata dapat memanfaatkan


kemampuan mereka untuk pendapatan yang konsisten dalam berbagai cara. Ada banyak peluang
yang tersedia bagi mereka yang mencari untung di industri pariwisata termasuk pekerjaan
penerjemahan. Seorang ahli bahasa dapat menempatkan layanan mereka di pasar terbuka dan
bekerja sebagai penerjemah pribadi untuk turis yang mengunjungi negara asing atau mencari
pekerjaan dengan bisnis yang mencoba berinteraksi dengan pasar internasional.

3. Membuka Sewa Untuk Toilet Di Tempat Wisata

Toilet ditempat wisata juga bisa dijadikan alternatif usaha di bidang kepariwisataan,
karena para wisatawan juga pastinya akan membutuhkan toilet untuk buang air kecil/besar,
berganti pakaian, dll. Terutama lokasi wisata dipantai, dimana para wisatawan membutuhkan
toilet untuk membersihkan diri dari pasir pantai yang lengket. Keuntungan dari membuka sewa
toilet ini lumayan besar jika banyak wisatawan yang berkungjung ke lokasi wisata tersebut.

4. Menjual Makanan Dan Minuman Disekitar Tempat Wisata

Berwisata ke suatu tempat wisata tentunya para wisatawan membutuhkan energy yang
banyak untuk menikmati liburan. Banyak wisatawan yang tiba-tiba lapar atau haus ketika
berkungjung ke lokasi wisata, oleh karena itu, hal tersebut dapat dimanfaatkan masyarakat untuk
melakukan alternatif usaha lain yaitu menjual makanan keliling di lokasi wisata. Karena hal ini
bisa memperbesar peluang untung jika hanya menjual makanan/minuman berdiam di satu lokasi
saja.

5. Membuka Jasa Tattoo Temporer Bagi Wisatawan

Bagi masyarakat yang memiliki keahlian menggambar atau melukis bisa melakukan
alternatif usaha ini, karena selain melakukan hobby, hal ini tentunya dapat menghasilkan
keuntungan. Membuka jasa tattoo temporer ini tentunya aman bagi semua wisatawan, karena
para wisatawan tidak akan ditatto menggunakan jarum, melainkan menggunakan hena yang
terbuat dari bahan alami.

21
KASUS

KASUS PANTAI TANJUNG BIAS

Salah satu contoh kasus yang berkaitan tentang pemberdayaan masyarakat setempat
dalam menyukseskan pembangunan kepariwisataan yaitu kasus dari Pantai Tanjung Bias.
Mengapa Pantai Tanjung Bias berkaitan dengan isu ini? Karena Pantai Tanjung Bias adalah
salah satu destinasi wisata kuliner halal di Lombok yang dibangun pemerintah desa yang
memberikan peluang bagi masyarakat setempat untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan
kepariwisataan dengan membuka tempat makan kuliner khas Lombok, ditambah panorama
pantai dengan latar belakang pemandangan Gunung Agung di Bali serta keindahan panorama
matahari tenggelam yang menawan menjelang senja.

Kreasi anak-anak muda Desa Senteluk, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat, Nusa
Tenggara Barat (NTB) bisa menjadi teladan sederhana yang layak dicontoh. Pantai Tanjung Bias
yang letaknya bersebelahan dengan area kawasan wisata Sengggi, masih di Lombok Barat yang
dulunya lokasi gundukan pembuangan sampah dan nyandarnya sampan nelayan yang kotor dan
enggan untuk didatangi, kini disulap menjadi kawasan wisata yang penuh warna-warni dengan
tampilan ornamen keindahan yang tertata. Pemberdayaan masyarakat setempat dalam
menyukseskan pembangunan kepariwisataan di Pantai Tanjung bias ini antara lain :

1. Membuka usaha tempat makan di pinggir pantai

Tempat makan dipinggir pantai dengan pemandangan yang indah ini merupakan daya
tarik utama dari lokasi wisata ini. Masyarakat dapat mengubah tempat ini yang dulunya kumuh
menjadi lokasi wisata yang ramai dikunjungi.

2. Menyewakan kuda

Selain membuka tempat makan, bentuk keikutsertaan masyarakat dalam mengembangkan


daerah wisata ini yaitu dengan menyewakan kuda yang bisa ditunggangi para wisatawan sekitar
pantai, selain itu kuda-kuda disini juga bisa diajak berfoto. Hal ini juga menjadi salah satu daya
tarik dari objek wisata tanjung bias ini

22
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Konsep pemberdayaan masyarakat dengan pendekatan PLS, menempatkan masyarakat


sebagai subjek, seperti mengembangkan diri. Tujuan akhirnya adalah agar masyarakat memiliki
kemampuan untuk mengendalikan program-program yang berupaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan taraf kehidupanya.

Dengan demikian program pemberdayaan masyarakat diarahkan agar masyarakat tumbuh dan
berkembang menjadi “masyarakat berdaya”, dimana masyarakat tersebut memiliki kemampuan
dalam mengatasi kebutuhan dan masalah yang dihadapi berdasarkan sumber daya yang dimiliki.

Pada paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia, fokus pembangunan tidak lagi pada
industri, tapi pada manusia yang memfungsikan sebagai subyek berpartisipasi aktif dalam
tahapan pembangunan dan sebagai obyek yang menikmati hasil pelayanan pemerintah.

Jadi pembangunan pariwisata tidak lepas dari keterlibatan masyarakaat didalam pembangunan
pariwisata tersebut yang nantinya akan menentukan keberhasilan pariwisata disuatu daerah. Jika
masyarakat tidak ikut andil didalam pembangunan pariwisata di suatu daerah maka pariwisata
tersebut tidak akan berkembang dikarenakan penolakan daeri masyarakat. Untuk itu perlu adanya
campur tangan dari masyaralkat setempat demi kemajuan bersama.

Adapun beberapa bentuk dari partisipasi masyarakat yang dapat dilakukan diantarnya itu adalah
menjadi pembandu wisata, menjual barang barang seperti souvenir yang berhubungan dengan
tempat wisata tersebut atau dengan menjual makanan-makanan ringan.

B. SARAN

Jika ingin melakukan suatu usaha wisata disuatu daerah maka libatkan selalu masyarakat
setempat karena jika masyarakat setempat itu tidak dilibatkan maka perekmbangan pariwisata di
daerah tersebut tidak akan berkembang

23
Dalam makalah ini tentunya banyak sekali kekurangan dan kesalahan dalam memaparkan materi
yang ada dalam makalah ini, namun berkat kerjasama kelompok kami makalah ini bisa selesai
dengan tepat waktu .

Kurang dan lebih nya kami mohon maaf . kami menyusun makalah ini dengan semampu kami.

ASSALAMUALAIKUM WR.WB.

24

Anda mungkin juga menyukai