Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PRINSIP DAN PRAKTEK EKONOMI ISLAM

DI
S
U
S
U
N
OLEH :

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
junjungan kita baginda Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia dari alam jahiliah menuju
alam yang berilmu seperti sekarang ini.
Makalah ini dapat hadir seperti sekarang ini tak lepas dari bantuan banyak pihak.
Untukitusudah sepantasnyalah saya mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak Risaldi selaku
guru PAI yang telah membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
Namun,saya menyadari bahwa makalah ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dan luput
dari perhatian saya. Baik itu dari bahasa yang digunakan maupun dari teknik penyajiannya. Oleh
karena itu, dengan segala kekurangan dan kerendahan hati, saya sangat mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca sekalian demi perbaikan makalah ini ke depannya.
Besar harapan saya makalah ini dapat memberikan manfaat yang berarti untuk para pembaca.
Dan yang terpenting adalah semoga dapat turut serta memajukan ilmu pengetahuan.

Belajen, 20 Maret 2020

PENULIS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………….... 1


LATAR BELAKANG ………………………………………………………………….. 1
RUMUSAN MASALAH …………………………………………………………….....1
TUJUAN ………………………………………………………………………………….. 1

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………………… 2


BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………………… 13
KESIMPULAN ……………………………………………………………………………13
SARAN ………………………………………………………………………………………13

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………………14

ii
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Pandangan Islam terhadap masalah kekayaan berbeda dengan pandangan Islam
terhadap masalah pemanfaatan kekayaan. Menurut Islam, sarana-sarana yang memberikan
kegunaan adalah masalah lain. Karena itu, kekayaan dan tenaga manusia,
duaduanya.merupakan kekayaan sekaligus sarana yang biasa memberikan kegunaan atau
manfaat. Sehingga, kedudukan kedua-duanya dalam pandangan Islam, dari segi keberadaan
dan produksinya dalam kehidupan, berbeda dengan kedudukan pemanfaatan serta tata
cara perolehan manfaatnya.
Prinsip utama dalam sistem ekonomi Islam yang diisyaratkan dalam Al- Quran.
Hidup hemat dan tidak bermewah-mewah, bermakna juga bahwa tindakan-tindakan
ekonomi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan bukan memuaskan keinginan.
Menjalankan usaha-usaha yang halal dari produk atau komoditi, manajemen, proses
produksi hingga proses sirkulasi atau distribusi haruslah ada dalam kerangka halal. Usaha-
usaha tadi tidak boleh bersentuhan dengan judi dan spekulasi atau tindakan-tindakan
lainnya yang dilarang secara syariah. Meskipun begitu ada kaidah hukum dalam Islam yang
cukup menjadi rujukan dalam beraktivitas ekonomi, yaitu pada dasarnya aktivitas apa pun
hukumnya boleh sampai ada dalil yang melarang aktivitas itu secara syariah.

RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dengan Muamalah ?
Jelaskan macam-macam Muamalah
Apa yang dimaksud Syirkah dan perbankan ?
Jelaskan Asuransi Syariah

TUJUAN
Dapat mengetahui pengertian Muamalah
Dapat mengetahui macam macam Muamalah
Dapat mengetahui pengertian syirkah dan perbankan
Dapat mengetahui apa yang dimaksud asuransi syariah

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Muamalah
Muamalah dalam kamus Bahasa Indonesia artinya hal-hal yang termasuk urusan
kemasyarakatan (pergaulan, perdata, dsb). Sementara dalam fiqh islam berarti tukar-
menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditempuhnya,
seperti jual-beli, sewa-menyewa, upah-mengupah, pinkam-meminjam, urusan cocok tanam,
berserikat dan usaha lainnya.
Dalam melakukan transaksi ekonomi islam melarang beberepa hal diantaranya seperti
beriku.
Tidak boleh mempergunakan cara-cara yang batil
Tidak boleh melakukan kegiatan riba
Tidak boleh dengan cara-cara lazim (aniaya)
Tidak boleh mempermainkan takaran, timbangan, kualitas, dan kehalalan
Tidak boleh dengan cara-cara spekulasi/berjudi
Tidak boleh melakukan transaksi jual-beli barang haram
Macam-macam Muamalah
Jual-beli
َ ِّ‫وأَ َح َّل هَّللا ُ ْال َبي َْع َو َحرَّ َم الر‬....
‫ب‬ َ
Artinya : “…dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (Q.S. al-
Baqarah/2 : 275).

Apabila jual-beli itu menyangkut suatu barang yang sangat besar nialainya,dan
agar tidak terjadi kekurangan dibelakang hari, al-Qur’an menyarankan agar dicatat, dan
ada saksi, lihatlah penjelasan ini pada Q.S. al-baqarah/2:282
Syarat- syarat jual-beli
Penjual dan pembelinya haruslah :
a. Balig,
b. Berakal sehat,
c. Atas kehendak sendiri.
Uang dan barangnya haruslah :
a. Halal dan Suci. Haram menjual arak dan bangkai, begitu juga babi dan berhala,
termasuk lemak bangkai tersebut.
b. Bermanfaat. Membeli barang-barang yang tidak bermanfaat sama dengan
menyia-nyiakan harta atau pemboros.

َ ‫ان ال َّشي‬
)٢٧( ‫ْطانُ ل َِر ِّب ِه َكفُورً ا‬ ِ ِ‫ان ال َّشيَاط‬
َ ‫ين َو َك‬ َ ‫إِنَّ ْال ُم َب ِّذ ِر‬
َ ‫ين َكا ُنوا إِ ْخ َو‬
Artinya : “ sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan
dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Isra/17:27)

c. Keadaan barang dapat diserah terimakan. Tidak sah menjual barang yang tidak
dapat diserah terimakan. Contohnya, menjual ikan dalam laut atau barang yang
sedang dijadikan jaminan sebab semua itu mengandung tipu daya.
d. Keadaan barang diketahui oleh penjual dan pembelinya.
e. Milik sendiri, sabda Rasulullah Saw., “tak sah jual-beli melainkan atas barang
yang dimiliki.” (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi).
Ijab Qobul
Seperti pernyataan penjual, “Saya jual barang ini dengan harga sekian.”
Pembeli menjawab, “Baiklah saya beli.” Dengan demikian, berarti jual-beli itu
berlangsung suka sama suka. Rasulullah Saw. Bersabda, “sesungguhnya jual-beli itu
hanya sah jika suka sama suka.” (H.R Ibnu Hibban).

Khiyar
Pengertian khiyar
Khiyar adalah bebas memutuskan antara menerusakan jual beli atau
membatalkannya. Islam memperbolehkan melakukan khiyar karena jual-beli
haruslah berdasarkan suka sama suka, tanpa ada unsur paksaan sedikitpun. Penjual
berhak mempertahakan harga barang dagangannya, sebaliknya pembeli berhak
menawar atas dasar kualitas barang yang diyakininya. Rasulullah Saw. Bersabda,
“penjual dan pembeli tetap dalam khiyar selama keduanya belum berpisah. Apabila
keduanya berlaku benar-benar dan suka menerangkan keadaan (barang)nya, maka
jual beli akan memberkahi keduanya. Apabila keduanya menyembunyikan keadaan
sesungguhnya serta berlaku dusta, maka dihapus keberkahan jual belinya.” (H.R
Bukhari dan Muslim).

2. Macam-macam Khiyar
a) Khiyar Majelis, adalah selama penjual dan pembeli masih berada ditempat
berlangsungnya transaksi atau tawar-menawar. Keduanya berhak memutuskan
atau membatalkan jual-beli. Rasulullah Saw. Bersabda, “ dua orang yang berjual
beli, boleh memilih akan meneruskan atau tidak selama keduanya belum
berpisah.” ( H.R Bukhori dan Muslim ).
b) Khiyar syarat, adalah khiyar yang dijadikan syarat dalam jual-beli. Misalnya
penjual mengatakan,”saya jual barang ini dengan harga sekian dengan syarat
khiyar tiga hari.” Maksudnya penjual memberi batas waktu kepada pembeli
untuk memutuskan jadi tidaknya pembeliannya tersebut dalam waktu tig hari.
Apabila pembeli mengiyakan, status barang tersebut sementara waktu (dalam
masa khiyar) tidak ada pemiliknya, artinya, si penjual tidak berhak
menawarkan kepada orang lain lagi. Namun, jika akhirnya pembeli
memutuskan tidak jadi, barang tersebut menjadi hak penjual kembali.
Rasulullah Saw. Bersabda kepada seorang lelaki, “Engkau boleh khiyar pada
segala barang yang engkau beli selama tiga hari tigamalam.” (H.R Baihaqi dan
Ibnu Majah).
c) Khiyar Aibi (cacat), adalah pembeli boleh mengembelikan barang yang dibelinya
jika terdapat cacat yang dapat mengurangi kualitas nilai barang tersebut,
namun hendaknya dilakukan sesegera mungkin.

c. Riba
1. Pengertian Riba
Riba adalah bunga uang atau nilai lebih atas penukaran barang. Hal ini
sering terjadi dalam pertukaran bahan makanan, perak, emas, dan pinjam-
meminjam.
Riba, apapun bentuknya, dalam syari’at islam hukumnya haram. Sanksi
hukumnya juga sangat berat. Diterangkan dalam hadist yang di riwayatkan bahwa,
“Rasulullah mengutuk orang yang mengambil riba, orang yang mewakilkan, orang
yang mencatat, dan orang yang menyaksikannya. (H.R Muslim). Dengan demikian,
semua orang yang terlibat dalam riba sekalipun hanya sebagai saksi, terkena
dosanya juga.
a) Sama timbangan ukurannya atau
b) Dilakukam serah terima saat itu juga
c) Tunai
Apabila tidak sama jenisnya seperti emas dan perak boleh berbeda
takarannya, namun tetap harus secara tunai dan diserah terimakan saat itu juga.
Kecuali barang yang berlainan jenis dengan perbedaan seperti perak dan beras,
dapat berlaku ketentuan jual-beli sebagaimana barang-barang yang lain.

2. Macam-macam Riba
a. Riba Fadli, adalah pertukaran barang sejenis yang tidak sama timbangannya,
misalnya cincin emas 22karat sebesar 10 gram ditukar dengan emas 22 gram
kelebihannya itulah yang termasuk riba
b. Riba Qordi, adalah peminjaman dengan syarat harus memberikan kelebihan saat
mengembalikannya. Misal si A bersedia meminjami si B uang sebesar Rp
100.000,00 asal si B bersedia mengembalikannya sebesar Rp115.000,00. Bunga
pinjaman itulah yang disebut riba.
c. Riba Yadi, adalah akad jual-beli barang sejenis dan sama timbangannya, namun
penjualan dan pembeli berpisah sebelum melakukan serah terima.
d. Riba Nasi’ah, adalah akad jual-beli dengan penyerahan barang beberapa waktu
kemudian.

Utang-piutang
a. Pengertian Utang-piutang
Utang-piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada seseorang dengan
catatan akan dikembalikan pada waktu kemudian. Tentu saja dengan tidak mengubah
keadaannya. Misalnya utang Rp100.000,00 dikemudian hari harus melunasinya
Rp100.000,00. Memberi utang kepada seseorang berarti menolongnya dan sangat
dianjurkan oleh agama.
b. Rukun Utang-piutang
Rukun utang-piutang ada tiga, yaitu:
1) Yang berpiutang dan yang berutang,
2) Ada harta atau barang,
3) Lafadz kesepatan. Misal: “saya utangkan ini kepadamu.”Yang berutang menjawab,
“Ya, saya utang dulu, beberapa hari lagi (sebutkan dengan jelas” atau jika sudah punya
akan saya lunasi.”
Untuk menghindari keributan dikemudian hari, Allah Swt. Menyarankan agar kita
mencatat dengan baik utang-piutang yang kita lakukan.
Jika orang yang berutang tidak dapat melunasi tepat pada waktunya karena
kesulitan, Allah Swt. Menganjurkan memberinya kelonggaran.

َ ‫ْس َر ٍة َوأَنْ َت‬


َ ‫ص َّدقُوا َخ ْي ٌر لَ ُك ْم إِنْ ُك ْن ُت ْم َتعْ لَم‬
)٢٨٠( ‫ُون‬ َ ‫ان ُذو عُسْ َر ٍة َف َنظِ َرةٌ إِلَى َمي‬
َ ‫َوإِنْ َك‬
Artinya: “Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang
waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui..” (Q.S.al-Baqarah/2: 280)
Apabila orang membayar utangnya dengan memberikan kelebihan atas
kemauannya sendiri tanpa perjanjian sebelumnya, kelebihan itu halal bagi yang berpiutang,
dan merupakan suatu kebaikan bagi yang berutang. Rasulullah saw, bersabda:
“Sesungguhnya sebaik-baik kamu, ialah yang sebaik-baiknya kita membayar utang.” (sepakat
ahli hadis). Abu Hurairah ra. Berkata, “Rasulullah saw. Telah berutang hewan, kemudian
beliau bayar dengan hewan yang lebih besar dari hewan yang beliau utang itu, dan
Rasulullah saw. Bersabda, “Orang yang paling baik ialah orang yang dapat membayar
utangnya dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Bila orang yang berpiutang meminta tambahan pengembalian dari orang yang
melunasi utang dan telah disepakati bersama sebelumnya, hukumnya tidak boleh.
Tambahan pelunasan tersebut tidak halal sebab termasuk riba. Rasulullah saw. Berkata
“Tiap-tiap piutang yang mengambil manfaat maka ia semacam dari beberapa macam riba.”
(HR. Baihaqi)

Sewa-menyewa
a. Pengertian Sewa-menyewa
Sewa menyewa dalam fiqh Islam disebut ijarah, artinya imbalan yang harus diterima
oleh seseorang atas jasa yang diberikannya. Jasa di sini berupa penyediaan tenaga dan
pikiran, tempat tinggal, atau hewan.

Dasar hukum ijarahdalam firman Allah Swt.

َّ‫ ُه ِر ْزقُهُن‬:‫و ِد َل‬::ُ‫ا َع َة َو َع َلى ْال َم ْول‬: ‫ض‬ َ َّ‫ْن لِ َمنْ أَ َرادَ أَنْ ُي ِت َّم الر‬ ِ ‫ِدَات يُرْ ضِ عْ َن أَ ْوالدَ هُنَّ َح ْو َلي‬
ِ ‫ا ِم َلي‬::‫ْن َك‬ ُ ‫َو ْال َوال‬
َ ‫َو ِكسْ َو ُتهُنَّ ِب ْال َمعْ رُوفِ ال ُت َكلَّفُ َن ْفسٌ إِال وُ سْ َع َها ال ُت‬
‫ ِد ِه َو َع َلى‬: ‫ ُه ِب َو َل‬: ‫و ٌد َل‬::ُ‫ ِد َها َوال َم ْول‬: ‫ َدةٌ ِب َو َل‬: ِ‫ضارَّ َوال‬
ْ‫ا َح َع َلي ِْه َما َوإِنْ أَ َر ْد ُت ْم أَن‬::‫اوُ ٍر َفال ُج َن‬: ‫اض ِم ْن ُه َما َو َت َش‬ ٍ ‫ر‬:َ :‫اال َعنْ َت‬: ‫ِص‬ َ ‫إِنْ أَ َرادَا ف‬::‫ك َف‬: َ :ِ‫ ُل َذل‬:‫ث م ِْث‬ ِ ‫و‬:َ :‫ْال‬
ِ ‫ار‬
‫وا أَنَّ هَّللا َ ِب َما‬::‫وا هَّللا َ َواعْ َل ُم‬::ُ‫ال َمعْ رُوفِ َوا َّتق‬:
ْ :‫لَّمْ ُت ْم َما آ َت ْي ُت ْم ِب‬: ‫ا َح َع َل ْي ُك ْم إِ َذا َس‬::‫َتسْ َترْ ضِ عُوا أَ ْوالدَ ُك ْم َفال ُج َن‬
)٢٣٣( ‫ون بَصِ ي ٌر‬ َ ُ‫َتعْ َمل‬
Artinya: ”...dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut...” (Q.S. al-
Baqarah/2: 233)

ِ ‫ ِّيقُوا َعلَي ِْهنَّ َوإِنْ ُكنَّ أُوال‬:‫ض‬


‫أ َ ْنفِ ُقوا َع َلي ِْهنَّ َح َّتى‬::‫ ٍل َف‬:ْ‫ت َحم‬ َ ‫ارُّ وهُنَّ لِ ُت‬:‫ض‬ ُ ‫أَسْ ِك ُنوهُنَّ مِنْ َحي‬
َ ‫ْث َس َك ْن ُت ْم مِنْ وُ جْ ِد ُك ْم َوال ُت‬
)٦( ‫اسرْ ُت ْم َف َس ُترْ ضِ ُع لَ ُه أ ُ ْخ َرى‬ ٍ ‫ُورهُنَّ َو ْأ َت ِمرُوا َب ْي َن ُك ْم ِب َمعْ رُو‬
َ ‫ف َوإِنْ َت َع‬ َ ‫ضعْ َن لَ ُك ْم َفآ ُتوهُنَّ أُج‬َ ْ‫ضعْ َن َح ْملَهُنَّ َفإِنْ أَر‬
َ ‫َي‬
Artinya: “...kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu maka berikanlah
imbalannya kepada mereka...” (Q.S. at-Talaq/65: 6)

b. Syarat dan Rukun Sewa-menyewa


Yang menyewakan dan yang menyewa haruslah telah balig dan berakal sehat.
Sewa-menyewa dilangsungkan atas kemauan masing-masing, bukan karena dipaksa.
Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya orang yang menyewakan, atau walinya.
Ditentukan barangnya serta keadaan dan sifat-sifatnya.
Manfaat yang akan diambil dari barang tersebut harus diketahui secara jelas oleh kedua
belah pihak. Misalnya, ada orang yang menyewa sebuah rumah. Si penyewa harus
menerangkan secara jelas kepada pihak yang menyewakan, apakah rumah tersebut
mau ditempati atau dijadikan gudang. Dengan demikian, si pemilik rumah akan
mempertimbangkan boleh atau tidak disewa. Sebab risiko kerusakan rumah antara
dipakai sebagai tempat tinggal berbeda dengan risiko dipakai sebagai gudang.
Demikian pula jika barang yang disewakan itu mobil, harus dijelaskan
dipergunakan untuk apa
Berapa lama memanfaatkan barang tersebut harus disebutkan dengan jelas.
Harga sewa dan car pembayaannya juga harus ditentukan dengan jelas serta disepakati
bersama.

Dalam hal sewa-menyewa atau kontrak tenaga kerja, haruslah diketahui secara jelas dan
disepakati bersama sebelumnya hal-hal berikut.
1) Jenis pekerjaan dan tenaga kerjanya.
2) Berapa lama masa kerja.
3) Berapa gaji dan bagaimana sistem pembayarannya: harian, bulanan, mingguan ataukah
borongan?
4) Tunjangan-tunjangan seperti transpor, kesehatan,dan lain-lain, kalau ada.

Syirkah
Secara bahasa, kata syirkah (perseroan) berarti mencampurkan dua bagian atau
lebih sehingga tidak dapat lagi dibedakan antara bagian yang satu dengan bagian yang
lainnya. Menurut istilah, syirkah adalah suatu akad yang dilakuakan oleh dua pihak atau
lebih yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh
keuntungan.
a) Rukun dan Syarat Syirkah
Dua belah pihak yang berakad (‘aqidni). Syarat orang yang melakukan akad adalah harus
memiliki kecakapan (ahliyah) melakukan taasarruf (pengelolaan harta).
Objek akad yang disebut juga ma’qud’alaihi mencakup pekerjaan atau modal. Adapun syarat
pekerjaan atau benda yang dikelola dalam syirkah harus halal dan diperbolehkan dalam agama
dan pengelolaannya dapat diwakilkan.
Akad atau disebut juga dengan istilah sigat. Adapun syarat sah akad harus berupa tasarruf ,
yaitu adanya aktivitas pengelolaan.

b) Macam-macam Syirkah
1. Syirkah ‘Inan
Syirkah ‘inan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing
memberi konstribusi kerja (amal) dan modal (mal). Syirkah ini hukumnya boleh
berdasarkan dalil sunah dan ijma ‘sahabat.
2. Syirkah ‘Abdan
Syirkah ‘abdan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing,
hanya memberikan konstribusi kerja (amal), tanpa konstribusi modal (amal).
Kerja kerja itu dapat berupa kerja pikiran (seperti penulis naskah) ataupun kerja
fisik (seperi tukang batu). Syirkah ini juga dise.but syirkah ‘amal.
3. Syirkah Wujuh
Syirkah wujuh adalah syirkah antara dua pihak yang sama-sama memberikan
konstribusi kerja (amal) dengan pihak ketiga yang memberikan konstribusi
modal (mal).
Syirka Mufawadah
Syirkah Mufawadah adalah syirka antara dua pihak atau lebih yang menggabungkan
semua jenis syirkah.
5. Mudarabah
a. Pengertian dan Hukum Mudarabah
Mudarabah adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua
orang/pihak atau lebih dan salah satu orang/pihak,diantara mereka
bersedia mengeluarkan sejumlah modal uang atau barang untuk
diperdagangkan oleh pihak lainnya dengan ketentuan pembagian laba
sesuai kesepakatan. Hukum mudarabah adalah jaiz(boleh)selama tidak ada
pihak yang dirugikan. Sebagai firman Allah Swt. Berikut

ْ‫ار َعلِ َم أَن‬:


:َ :‫ َل َوال َّن َه‬:‫ ِّد ُر اللَّ ْي‬:‫ك َوهَّللا ُ ُي َق‬: َ ‫ك َتقُو ُم أَ ْد َنى مِنْ ُثلُ َثيِ اللَّي ِْل َونِصْ َف ُه َو ُثلُ َث ُه َو َطا ِئ َف ٌة م َِن الَّذ‬
َ :‫ِين َم َع‬ َ ‫ك َيعْ لَ ُم أَ َّن‬
َ ‫إِنَّ َر َّب‬
‫ض‬ ِ ْ‫ُون فِي األر‬ َ ‫ُون َيضْ ِرب‬ َ ‫آخر‬ َ ‫ضى َو‬ َ ْ‫آن َعلِ َم أَنْ َس َي ُكونُ ِم ْن ُك ْم َمر‬ ِ ْ‫ َما َت َيس ََّر م َِن ْالقُر‬:‫اب َعلَ ْي ُك ْم َفا ْق َرءُوا‬
َ ‫لَنْ ُتحْ صُوهُ َف َت‬
‫وا‬::‫ض‬ ُ ‫الز َكا َة َوأَ ْق ِر‬
َّ ‫ َما َت َيس ََّر ِم ْن ُه َوأَقِيمُوا الصَّال َة َوآ ُتوا‬:‫يل هَّللا ِ َفا ْق َرءُوا‬ ِ ‫ون فِي َس ِب‬ َ ُ‫ُون ُي َقا ِتل‬
َ ‫آخر‬ َ ‫ون مِنْ َفضْ ِل هَّللا ِ َو‬ َ ‫َي ْب َت ُغ‬
‫و ٌر‬:ُ‫ َت ْغفِرُوا هَّللا َ إِنَّ هَّللا َ َغف‬:‫اس‬ ْ ‫ رً ا َو‬:ْ‫رً ا َوأَعْ َظ َم أَج‬:ْ‫هَّللا َ َقرْ ضًا َح َس ًنا َو َما ُت َق ِّدمُوا أل ْنفُسِ ُك ْم مِنْ َخي ٍْر َت ِج ُدوهُ عِ ْن َد هَّللا ِ ه َُو َخي‬
)٢٠( ‫َرحِي ٌم‬
Artinya: Dan yang lain berjalan dibumi mencari sebagian karunia Allah.(Q.S. Al-Muzzammil,73;20)

Syarat-syarat Mudarabah
Sebelum melaksanakan mudarabah,terlebih dahulu harus terpenuhi syarat-syaratnya yaitu
sebagai berikut.
Modal yang akan dimudarabah harus jelas dalam bentuk uang tunai,bukan barang,emas,perak
batangan,atau barang barang berharga lainnya.
Jumlah modal yang akan dimudarabahkan harus jelas jumlah nya agar dapat dibedakan dengan
keuntungan yang didapatkannya.
Rukun Mudarabah
Rukun mudarabah adalah ijabdan kabul,yaitu suatu transaksi atau timbang
terima yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Dalam melakukan ijab kabul
tidak disyaratkan mengucapkannya dengan bahasa atau lafal-lafal
tertentu,tetapi cukup dengan bahasa dan ungkapan yang dapat dimengerti oleh
kedua belah pihak yang melakukan ijab kabul.
Hikmah disyariatkannya investasi mudarabah dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Mudarabah akan menampakkan sifat dan semangat kebersamaan serta keadilan.Hal ini terbukti
melalui kebersamaan menanggung kerugian yang dialami suatu usaha,dan membagikan
keuntungan yang besar(sesuai dengan perjanjian)di saat ekonomi sedang booming.
Mudarabah akan menyatukan modal dengan skill(keahlian)yang selama ini senantiasa terpisah
dalam sistem perekonomian konversional,sebab sistem tersebut memang diciptakan untuk
menunjang mereka yang memiliki modal.

Mudarabah dapat menggairahkan perekonomian umat islam,khususnya bagi para pemilik


modal yang selama ini masih ragu-ragu tentang hukum bunga bank konvensional. Secara
mudarabah,mereka yakin usahanya terhindar dari hal-hal yang meragukan dan tetap sesuai
dengan syariat islam.
Musaqah
Musaqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani. Pemilik
kebun menyerahkan kepada petani agar dipelihara panennya nanti akan dibagi
dua menurut persentase yang ditentukan padawaktu akad.
Muzara’ah dan mukhabarah merupakan bentuk kerja sama pengolahan
pertanian antara pemilik lahan dan penggarap yang sudah dikenal sejak masa
Rasulullah saw. Dalam hal ini,pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada
penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan pembagian persentase tertentu
dari hasil panen.
Di Indonesia,Khusunya di kawasan pendesaan,kedua model penggarapan
tanah itu sama-sama dipraktikkan oleh masyarakat petani. Landasan syariahnya
terdapat dalam hadis dan ijma’ulama.

4. Perbankan
1. Pengertian perbankan
Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak dalam menghimpun
dana masyarakat dan disalurkan kembali dengan menggunakan sistem bunga. Hakikat
dan tujuan bank ialah untuk membantu masyarakat yang memerlukan. Bank
membantu masyarakat dalam bentuk penyimpanan maupun peminjam,baik berupa
uang atau barang berharga lainnya dengan imbalan bunga yang harus dibayarkan oleh
masyarakat sebagai pengguna jasa bank.
Bank dilihat dari segi penerapan bunganya,dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu seperti
berikut.
Bank Konvensional
Bank konversional ialah bank yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk
disalurkan kepada yang memerlukan, baik perorangan maupun badan usaha. Penghimpun dana
digunakan untuk mengembangkan usahanya dengan menggunakan sistem bunga.
Bank islam atau bank syari’ah
Bank islam atau bank syari’ah ialah bank yang menjalankan operasinya menurut syariat
islam. Istilah bunga yang ada pada bank konvensional tidak dalam bank islam. Bank syari’ah
menggunakan beberapa cara yang bersih dari riba, misalnya sebagai berikut.
Mudarabah, yaitu kerja sama antara pemilik modal dan pelaku usaha dengan perjanjian bagi
hasil dan sama-sama menanggung kerugian dengan persentase sesuai perjanjian. Dalam sistem
mudarabah,pihak bank sama sekali tidak mengintervensi manajamen perusahaan.
Musyarakah, yakni kerjasama antara pihak bank dan pengusaha di manamasing-masing pihak
sama-sama memiliki saham. Oleh karena itu, kedua belah pihak mengelola usahanya secara
bersama-sama dan menanggung untung ruginya secara bersama-sama pula.
Wadi’ah, yakni jasa penitipan uang, barang, deposito, maupun surat berharga. Amanah dari
pihak nasabah tersebut dipelihara dengan baik oleh pihak bank. Pihak bank juga memiliki hak
unuk menggunakan dana yang dititipkan dan menjamin bisa mengembalikan dana tersebut
sewaktu-waktu pemiliknya memerlukan.
Qardul hasan, yakni pembiayaan lunak yang diberikan kepada nasabah yang baik dalam keadaan
darurat. Nasabah hanya diwajibkan mengembalikan simpanan pokok pada saat jatuh tempo
biasanya layanan ini hanya diberikan untuk nasabah yang memiliki deposito di bank tersebut
sehingga menjadi wujud penghargaan bank kepada nasabahnya.

Murabahah, yaitu istilah dalam fiqih islam yang menggambarkan suatu jenis penjualan dimana
penjual sepakat dengan pembeli untuk menyediakan suatu produk, dengan ditambah jumblah
keuntungan tertenteu diatas biaya produksi. Disini, penjual mengungkapkan biaya
sesungguhnya yang dikeluarkan dan beberapa keuntungan yang hendak di ambilnya.
Pembayaran dapat dilakukan saat penyerahan atau ditetapkan pada tanggal tertentu yang
disepakati. Dalam hal ini, bank membelikan atau menyediakan barang yang diperlukan
pengusaha untuk dijual lagi. Kemudian, bank meminta tambahan harga atas harga
pembeliannya tersebut. Namun demikian, pihak bank harus secara jujur menginformasikan
harga pembelian yang sebenarnya.

5. Asuransi Syari’ah
1. Prinsip-prinsip Asuransi Syari’ah
Asuransi berasal dari bahasa Belanda, Assuranite yang artinya pertanggungan.
Dalam bahasa Arab dikenal dengan at-Ta’min yang berarti pertanggungan,
perlindungan, keamanan, ketenangan atau bebas dari perasaan takut. Si penanggung
(Assuradeur) disebut Mu’ammin dan tertanggung (grasrurrerde) disebut musta’min.
Dalam islam, asuransi merupkan dari muamalah. Dasar hukum asuransi
menurutfikih islam adalah boleh (jaiz) dengan suatu ketentuan produk asuransi
tersebut harus sesuai dengan ketentuan hukum islam. Pada umumnya, para ulama
berpendapat asuransi yang berdasarkan syariah dibolehkan dan asuransi konvensional
haram hukumnya.
Asuransi dalam ajaran islam merupakan salah satu upaya seorang muslim yang
didasarkan nilai tauhid. Setiap manusia menyadari bahwa sesungguhnya setiap jiwa
tidak memiliki daya apapun ketika menerima musibah dari Allah SWT., baik berupa
kematian, kecelakaan, bencana alam maupun takdir buruk yang lain untuk menghadapi
berbagai musibah tersebut, ada beberapa cara untuk menghadapinya. Pertama,
menanggungnya sendiri. Kedua, mengalihkan resiko ke pihak lain. Ketiga,
mengelolanya bersama-sama.

Allah SWT. menegaskan hal ini dalam beberapa ayat, di antaranya berikut ini :

َ ‫ َرا َم َي ْب َت ُغ‬:‫ْت ْال َح‬


‫ون‬: َ ‫ِّين ْال َبي‬
َ ‫دَ َوال آم‬:ِ‫ي َوال ْال َقالئ‬ َّ ‫ِر هَّللا ِ َوال‬:َ ‫ َعائ‬:‫ِين آ َم ُنوا ال ُت ِحلُّوا َش‬
َ ‫د‬:ْ ‫ َرا َم َوال ْال َه‬:‫ه َْر ْال َح‬:‫الش‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
ْ‫ َر ِام أَن‬:‫ ِج ِد ْال َح‬:‫م َع ِن ْال َم ْس‬:ْ ‫ ُّدو ُك‬:‫ص‬ َ ْ‫و ٍم أَن‬:ْ :‫ َنآنُ َق‬:‫ ِر َم َّن ُك ْم َش‬:ْ‫ َطا ُدوا َوال َيج‬:‫اص‬ْ ‫ َوا ًنا َوإِ َذا َحلَ ْل ُت ْم َف‬:‫ض‬
ْ ‫ال مِنْ َرب ِِّه ْم َو ِر‬:‫ض‬ ْ ‫َف‬
)٢( ‫ب‬ ِ ‫ان َوا َّتقُوا هَّللا َ إِنَّ هَّللا َ َشدِي ُد ْال ِع َقا‬ ْ ‫ َعلَى‬:‫ َوال َت َع َاو ُنوا‬:‫ َعلَى ْال ِبرِّ َوال َّت ْق َوى‬:‫ َو َت َع َاو ُنوا‬:‫َتعْ َت ُدوا‬
ِ ‫اإلث ِم َو ْالع ُْد َو‬
Artinya : “... dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah SWT... “ (Q.S Al-Maidah/5 : 2)

2. Perbedaan Asuransi Syari’ah dan Asuransi Konvensional


Prinsip Asuransi Syari’ah tersebut berbeda dengan yang berlaku di sistem
konvensional, yang menggunakan prinsip transfer risiko. Sesorang membayar
sejumblah premi untuk mengalihkan risiko yang tidak mampu dia pikul kepada
perusahaan asuransi. Dengan kata lain, telah terjadi “jual beli atas risiko kerugian
yang belum pasti terjadi. Disinilah cacat perjanjian asuransi konvensional. Sebab
akad dalam islam mensyaratkan adanya sesuatu yang bersifat pasti, apakah itu
berbentuk barang ataupun jasa.
Perbedaan yang lain, pada asuransi konvensinal dikenal dana hangus,
dimana peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi ketika ingin
mengundurkan diri sebelum jatuh tempo. Dalam konsep asuransi syari’ah,
mekanismenya tidak mengenal dana hangus. Peserta yang baru masuk sekalipun,
karena satu dan hal ingin mengundurkan diri, dana atau premi yang sebelumnya
sudah dibayarkan
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Prinsip-prinsip kegiatan Ekonomi Islam adalah sebagai berikut:
Kekuasaan milik tertinggi adalah milik Allah dan Allah adalah pemilik yang absolute atas semua
yang ada.
Manusia merupakan pemimpin (khalifa) Allah di bumi tapi bukan pemilik yang sebenarnya.
Kekayaan tidak boleh ditumpuk terus atau ditimbun.
Kekayaan harus diputar.
Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya harus dihilangkan

Muāmalah ialah kegiatan tukar-menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat
dengan cara yang ditempuhnya, seperti jual-beli, sewa-menyewa, utang-piutang, pinjam-
meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainnya.
Syirkah (perseroan) berarti suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang
bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan. Syirkah ada
beberapa macam: syirkah `inā n, syirkah „abdā n, syirkah wujū h, dan syirkah mufā waḍ ah.

Muḍ ā rabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, di mana pihak pertama
menyediakan semua modal (ṡā hibul mā l), sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola atau
pengusaha (muḍ arrib).

Bank islam dan bank syariah merupakan bank yang menjalankan operasinya menurut syariat
islam.

SARAN
Dalam melakukan interaksi antarsesama, kita tidak bisa terhindar dari perilaku jual-beli, utang-
piutang, dll. Akan tetapi akibat ketidak tahuan kita, sering kali kita melanggar ketentuan yang berlaku.
Akibatnya banyak orang yang dirugikan. Oleh karena itu kita sebagai umat muslim hendaknya mengetahui
prinsip dan praktik dalam perekonomian islam.

DAFTAR PUSTAKA

Buku cetak pendidikan agama islamdan budi pekerti kelas xi SMA/SMK/MA/MAK


:https://kamiliyanblh.blogspot.com/2018/02/prinsip-dan-praktik-ekonomi-islam.

Anda mungkin juga menyukai