Anda di halaman 1dari 47

Bunga rampai metode,model dan pendekatan

Pengertian model pembelajaran menurut para ahli


https://www.dosenpendidikan.co.id/model-pembelajaran/

1. Model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model


pemblajaranyang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran,
yaitu: pembelajaran langsung; pembelajaran kooperatif; pembelajaran
berdasarkan masalah; diskusi; dan learning strategi.

2. Menurut Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega (1990)


mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1)
model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati
demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut
diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

3. Menurut E. Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model pembelajaran


yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikukum Berbasis
Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran
Partisipatif (Participative Teaching and Learning); (4) Belajar Tuntas
(Mastery Learning); dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular
Instruction).

4. Menurut Joyce dan Weil (1986: 14-15) mengemukakan bahwa setiap


model belajar
mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut.
5. Sintak (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing) dari model yang
menjelaskan model tersebut dalam pelaksanaannya secara nyata
(Joyce dan Weil, 1986:14).
6. Menurut Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:78) mendefinisikan
‘model pembelajaran’ sebagai kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Sistem sosial (the social system) yang menunjukkan peran dan hubungan
guru dan siswa selama proses pembelajaran. Kepemimpinan guru sangatlah
bervariasi pada satu model dengan model lainnya. Pada satu model, guru
berperan sebagai fasilitator namun pada model yang lain guru berperan
sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Prinsip reaksi (principles of reaction) yang menunjukkan bagaimana guru


memperlakukan siswa dan bagaimana pula ia merespon terhadap apa yang
dilakukan siswanya. Pada satu model, guru memberi ganjaran atas sesuatu
yang sudah dilakukan siswa dengan baik, namun pada model yang lain guru
bersikap tidak memberikan penilaian terhadap siswanya, terutama untuk
halhal yang berkait dengan kreativitas. Sistem pendukung (support system)
yang menunjukkan segala sarana, bahan, dan alat yang dapat digunakan
untuk mendukung model tersebut.

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa model-model pembelajaran


merupakan kerangka konseptual sedangkan strategi lebih menekankan pada
penerapannya di kelas sehingga model-model pembelajaran dapat digunakan
sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan yang sistematik dalam
mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk siswa mengerti .

Baca Juga : 
Definisi dan Perbedaan Komponen Pembelajaran
( Pendekatan, Strategi, Taktik Teknik, Metode)
Pendekatan pembelajaran memiliki banyak sekali definisi namun masing-
masing masih memiliki hubungan. Namun secara konseptual Pendekatan
pembelajaran dapat di definisikan sebagai suatu cara pandang atau orientasi
yang dilakukan terhadap proses pembelajaran, yang mewadahi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu untuk
mencapai tujuan intruksional tertentu.

Disini berarti pendekatan pembelajaran merupakan suatu fokus orientasi yang


digunakan guru dan murid selama proses pembelajaran berlangsung, fokus
orientasi pembelajaran tersebut terbagi kedalam dua bagian yakni:

1. pembelajaran berorientasi pada siswa (student centered approach)


berarti fokus yang menjadi pusat pembelajaran terdapat pada siswanya,
siswa yang dituntut untuk active dalam pembelajaran guru hanya
sebagai fasilitator yang memfasilitasi dan mendampingi siswanya.
2. pembelajaran berorientasi pada guru (teacher centered approach) yakni
pembelajaran berpusat pada guru, guru memunyai peranan yang
sangat penting, guru menjadi sumber informasi dan gurupun bisa
menentukan apa saja yang harus dikuasai siswa.

Berbagai pendekatan dalam rangka memahami makna pembelajaran, antara


lain :

 Pendekatan Filsafat
1. Idelisme, pembalajaran adalah kegiatan Tanya jawab (dialektika) antara
guru dengan siswa, melatih keterampilan siswa, serta pemberian
teladan dalam hal pengetahuan, nilai dan moral dalam keyakinan dan
tingkah lau guru, agar siswa dapat menemukan jawaban atas masalah
yang dihadapinya sehingga dapat mengetahui pengetahuan yang
esensial yang sudah diterima benar dan berlaku sepanjang zaman,
serta dapat mengembangkan karakter dan bakat-bakatnya.  Idealisme
menghendaki diaplikasikannya strategi penemuan (discovery) melalui
Tanya jawab (dialektika) dan berpikir deduktif.
Guru tidak menyajikan materi pembelajaran yang telah selesai diolah
tuntas oleh sendiri. Sekalipun pembelajaran ini berpusat pada guru,
namun dalam mengolah materi pembelajaran siswalah yang harus
melakukan dan menemukan inti dari materi pembelajarannya sendiri.
Sebagai contoh seorang guru menjelaskan materi laju reaksi secara
umum kemudian siswa dituntut untuk menemukan masalah dengan
cara Tanya jawab dan menemukan inti dari materi laju reaksi yang
diajarkan oleh guru tersebut.

2. Realisme, menghendaki pembelajaran dan pengelolaan kelas yang


berpusat pada guru. Siswa diharapkan belajar dari pengalaman
langsung maupun tidak langsung melalui strategi inquiry, discovery,
pembiasaan dan berfikir induktif.

3. Pragmatisme, menghendaki pembelajaran yang berpusat pada siswa,


berpusat pada masalah, berpusat pada aktivitas dan bersifat
interdisipliner (terpadu).  Karena pragmatisme menghendaki kurikulum
pendidikan yang tidak boleh terpisahkan dari keadaan masyarakat
dimana siswa berada, maka pembelajarannya juga bersifat kontekstual
dan berbasis pada masyarakat. Pragmatisme mengungkapkan bahwa
guru memfasilitasi dan membimbing siswa belajar memecahkan
masalah melalui aktivitas.

4. Konstruktivisme, konstruktivisme dinilai sebagai salah satu bentuk


pragmatisme. Dalam konstuktivisme siswa dituntut untuk
mengembangkan konsep dan pengertian tentang sesuatu.
5. Eksistensialisme, guru mendampingi siswa sesuai dengan minat dan
bakatnya dan kebutuhannya untuk sampai pada penyadaran diri dan
mengembangkan komitmen yang berhasil mengenai sesuatu yang
penting dan bermakna bagi keberadaannya.
6. Filsafat pendidikan nasional (pancasila). Pendidik, peserta didik dan
sumber pembelajaran harus sejalan agar mencapai tujuan yang
diharapkan.
 Pendekatan psikologi terhadap pembelajaran
Berikut konsepsi tentang pembelajaran berdasarkan pendekatan ketiga aliran
psikologi.

1. Behaviorisme. Pembelajaran adalah kegiatan guru menciptakan


kkondisi lingkungan sebagai stimulus berupa tugas,berupa tugas untuk
direspon oleh siswa, yang dilakukan dalam bentuk pembiasaan atau
latihan setahap demi setahap secara rinci.
2. Kognitif. Pemmbelajaran adalah kegiatan guru mrmbimbing siswa
melakukan proses internal yang kompleks berupa pemrosesan
informasi agar siswa dapat mengnembangkan kemampuan atau fungsi-
fungsi kognitifnya secara optimal, kemampuan hubungan social, dan
menggunakan kecerdasannya secara bijaksana.
3. Humanisme. Pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi dan
membimbing siswa belajar melalui proyek-proyek terpadu yang
menekankan pada studi-studi social yang didasarkan atas pemuasan
kebutuhan dan kepribadian siswa agar siswa memperoleh pemahaman
dan pengertian dalam rangka pengembangan social.
ASIA-SECRETS
Lakukan ini setiap pagi dan rambut akan tumbuh seperti
sulap!
PELAJARI LEBIH→
Baca Juga : Manajemen Organisasi

 Pendekatan sistem terhadap pembelajaran


Berdasarkan pendekatan system, pembelajaran dapat dipandang sebagai
suatu keseluruhan terpadu yang terdiri atas berbagai komponen yang saling
berinteraksi secara fungsional dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
yang telah di tetapkan. Terdapat berbagai komponen yang terlibat didalam
pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran itu adalah tujuan atau
kompetensi yang ingin dicapai, materi pembelajaran yang akan disajikan,
metode pembelajaran yang akan digunakan, media pembelajaran, dan
penilaian.

Strategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran adalah pola umum rencana interaksi antara siswa
dengan guru dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar untuk
mencapai tujuan pendidikan. Berbagai jenis strategi pembelajaran
diantaranya:

1. Berdasarkan rasio guru dan siswa dalam pembelajaran


2. Pembelajaran oleh seorang guru terhadap kelompok besar (satu kelas)
3. Pembelajaran oleh  seorang guru terhadap kelompok kecil (5-7 siswa)
4. Pembelajaran oleh seorang guru terhadap seorang siswa
5. Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekelompok besar  (satu
kelas)
6. Pembelajaran oleh satu tim guru terhadap sekelompok kecil (5-7 siswa)

Berdasarkan pola hubungan guru dan siswa dalam pembelajaran


 Pembelajaran tatap muka
 Pembelajaran melalui media
 Pembelajaran tatap muka dan Pembelajaran melalui media

Berdasarkan peranan guru dan siswa dalam pengelolaan pembelajaran

 Pembelajaran yang berpusat pada guru


 Pembelajaran yang berpusat pada siswa

Metode pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan  prosedur atau cara yang digunakan yang
digunakan oleh guru untuk mengimplementasikan rencana-rencana praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi metode berfokus pada pencapaian
tujuan pembelajaran. metode juga harus disesuaikan dengan strategi
pembelajaran. Berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran antara lain seperti: metode ceramah, demonstrasi, diskusi,
simulasi, laboratorium,  pengalaman lapangan, brainstorming, debat,
simposium, dan sebagainya.

Masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-


masing seperti contohnya metode ceramah metode ini memiliki kelebihan
tidak memerlukan banyak biaya, murah, hemat waktu, dan dapat mencakup
banyak materi dalam sekali penyampaian namun memiliki kekurangan
kemampuan siswa terbatas dengan apa yang disampaikan oleh guru. Begitu
juga metode-metode yang lainya oleh karena itu perlu dipertimbangkan juga
antara metode yang digunakan dengan kondisi dilapangan. Beberapa
penjelasan metode pembelajaran adalah :

 Metode ceramah

Metode ceramah adalah penerangan secara lisan atas pembelajaran kepada


sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam
jumlah yang relative besar. Metode ceramah cocok untuk penyampaian
bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan ajar tersebut sukar di
dapatkan.

 Metode diskusi

Adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi
saling bertukar pendapat, atau saling mempertahankan pendapat dalam
memecahkan masalah. Menurut Keachie Kulik disbanding metode ceramah,
metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan
keterampilan memacahkan masalah tetapi dalam transformasi pengetahuan,
penggunaan metode diskusi hasilnya lambat disbanding penggunaan
ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan
kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.

 Metode Demonstrasi.

Merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa


mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Demonstrasi sebagai metode
pembelajaran  adalah bilamana seorang guru atau seorang demonstrator
ataupun siswa memperlihatkan kepada oranng lain suatu proses. Seperti cara
mendemonstrasikan sel elektrokimia.

Teknik Pembelajaran
Teknik adalah cara khusus untuk mengimplementasikan metode dalam
sebuah proses pembelajaran. Teknik tergantung kondisi di lapangan, teknik
dapat berubah-ubah tergantung guru dan kondisi pada saat praktek di
lapangan. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode
ceramah, tetapi mungkin sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.

Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingin dengan


humor,sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor tetapi
lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik. Dalam gaya pembelajaran,
akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru sesuai
dengan kemampuan dan pengalaman.

Berdasarkan uraian diatas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya


secara professional, seorang guru dituntut agar dapat memahami dan
memiliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model
pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana
disyariatkan dalam kurikulum. Dari hasil pemaparan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan antara model pembelajaran, pendekatan
pembelajaran, strategi pembelajaran, tehnik dan metode pembelajaran.
Walaupun perbedaan itu tidak begitu tegas, karena semua istilah merupakan
satu kesatuan yang saling menunjang, untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Jadi model pembelajaran  adalah  pembungkus proses
pembelajaran yang didalamnya ada pendekatan, strategi, metode dan tehnik.

Baca Juga : Komponen Serta Tujuan Dan Contoh Makalah IMK Lengkap

Macam-macam model pembelajaran

Model Pembelajaran Saintifik


 Model Pembelajaran adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum
atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip
yang “ditemukan”.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan  pemahaman kepada
peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja,
tidak bergantung  pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi
pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta
didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan
hanya diberi tahu. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
melibatkan keterampilan proses  seperti mengamati, mengklasifikasi,
mengukur, meramalkan,menjelaskan, dan menyimpulkan.

Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan


tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin
bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Metode
saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner, teori
Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar
penemuan. Ada empat hal  pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner
(dalam Carin & Sund, 1975).

1. individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia


menggunakan pikirannya.
2. dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan,
siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang
merupakan suatau penghargaan intrinsik.
3. satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik
dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk
melakukan  penemuan.
4. dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan.
Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang
diperlukan dalam  pembelajaran menggunakan metode saintifik. Teori
Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan
perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur
mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara
intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya
(Baldwin, 1967).
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut

1. berpusat pada siswa.


2. melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep,
hukum atau prinsip.
3. melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa. 4) dapat mengembangkan karakter siswa.

 Proses pembelajaran dengan pendekatan Saintific terdiri atas lima


pengalaman belajar pokok yaitu:

1. mengamati
2. menanya
3. mengumpulkan informasi
4. mengasosiasi
5. mengkomunikasikan

Contoh penerapan pada model pembelajaran saintifik:

1. Menanya : seorang siswa yang bertanya dengan apa yang ia lihat dan
perhatikan.
2. Mengumpulkan Data : siswa yang dianjurkan untuk mengumpulkan data
dengan cara mencari informasi dan melakukan kunjungan atau
observasi.

Baca Juga : Macam Pengertian IMK Menurut Para Ahli Dan Contohnya

Model Pembelajaran PBL ( Problem Based Learning )


Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model
pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang
peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran
berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan
masalah dunia nyata (real world).
 Kelebihan problem based learning ( Model
Pembelajaran Berbasis Masalah)
Dengan PBL akan terjadi pembelajaran  bermakna. Peserta
didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka
mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha
mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna
dan dapat diperluas ketika peserta didik/mahapeserta didik berhadapan
dengan situasi di mana konsep diterapkan.

Dalam situasi PBL, peserta     didik/mahapeserta didik mengintegrasikan


pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya
dalam konteks yang relevan. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik/mahapeserta didik dalam bekerja,
motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.

Sistem penilaian model pembelajaran problem based


learning.
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan
(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujianujian tengah
semester (UTS), kuis, PR,dokumen, dan laporan.

Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu


pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan
dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada
penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi,
kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran
Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata
pelajaran yang bersangkutan.

 Sistem Penilaian

Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment.


Penilaian dapat dilakukan dengan portfolio yang merupakan kumpulan yang
sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat
kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian
tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan
cara evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.

 Penilaian (Assessment)

Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan


(knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap
penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester
(UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.Penilaian terhadap kecakapan dapat
diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware,
maupun kemampuan perancangan dan pengujian.

Baca Juga : Cara Mencegah Radiasi Komputer Terhadap Mata

Contoh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis


Masalah (Problem-Based Learning)
Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik
terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu.
Kemudian peserta didik diminta mencatat masalah-masalah yang muncul.
Setelah itu tugas guru adalah meransang peserta didik untuk berpikir kritis
dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan
peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan
pendapat yang berbeda dari mereka.

Contoh Penerapan
Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh pengalaman
belajar. Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai
konteks lingkungan peserta didik, antara lain di sekolah, keluarga dan
masyarakat.

Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta


didik untuk belajar diluar kelas. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh
pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman
belajar merupakan aktivitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam
rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan
materi pembelajaran.

Model pembelajaran Discovery Learning


Model Discovery Learningadalah didefinisikan sebagai proses pembelajaran
yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat
Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes
place when the student is not presented with subject matter in the final form,
but rather is required to organize it him self” (Penemuan Belajar dapat
didefinisikan sebagai pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan
dengan materi pelajaran dalam bentuk akhir, melainkan diperlukan untuk
mengatur itu nya) “(Lefancois dalam Emetembun, 1986:103).Ide dasar Bruner
ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif
dalam belajar di kelas.
Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan,
melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
(Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam
penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan
prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process
sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig
conceps and principles in the mind (Adalah proses mental asimilasi conceps
dan prinsip-prinsip dalam pikiran (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).

Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry).


Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada kedua istilah ini, pada Discovery
Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang
sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa
pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam
masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya
bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran
dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah
itu melalui proses penelitian.

Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap


siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk
menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu
siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning
Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi,
penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip
dengan yang sudah diketahui.

Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat
berjalan dengan baik dan lebih kreatif. Untuk memfasilitasi proses belajar
yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran
sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan
pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir
(merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat
perkembangannya.

Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai


pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman,
2005:145). Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang
teacher oriented menjadi student oriented. Dalam metode Discovery Learning
bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan
berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan
serta membuat kesimpulan.

Baca Juga: 45 Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli & Sumber


Bukunya

Kelebihan Penerapan Discovery Learning.


1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-
keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan
kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara
belajarnya.
2. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan
ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
4. Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai
dengan kecepatannyasendiri.
5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6. Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh
kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak
sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
8. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena
mengarah padakebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
9. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada
situasi proses belajar yang baru.
11. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
12. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis
sendiri.
13. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.
14. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
15. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada
pembentukan manusia seutuhnya.
16. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
17. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis
sumber belajar.
18. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

Kelemahan Penerapan Discovery Learning


 Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi
siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau
berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang
tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
 Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan
teori atau pemecahan masalah lainnya.
 Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar
berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-
cara belajar yang lama.
 Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi
secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
 Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk
mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
 Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan
ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses


Pembelajaran.
Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan Discovery learning di
kelas,ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan
belajar mengajar secara umum antara lain sebagai berikut :

 Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang


menimbulkan tanda tanya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Di samping itu
guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah.

 Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi


kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-
agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara
atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244).

Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk


pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara
atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan kesempatan siswa untuk
mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang mereka hadapi,
merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka
terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
Baca Juga : Komunikasi Daring

 Data Collection (Pengumpulan Data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para


siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada
tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis.

Dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)


berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek,
wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk
menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang
dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan
masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

 Data Processing (Pengolahan Data)

Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya,


semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu
dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu (Djamarah, 2002:22). Data processing disebut juga dengan
pengkodean/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan
generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan
pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu
mendapat pembuktian secara logis.

 Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah,
2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil
pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis
yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau
tidak, apakah terbukti atau tidak.

 Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah


kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi
(Syah, 2004:244).

 Penilaian pada Model Pembelajaran Discovery Learning.

Dalam Model Pembelajaran Discovery Learning, penilaian dapat dilakukan


dengan menggunakan tes maupun nontes, sedangkan penilaian yang
digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil
kerja siswa. Jika bentuk penilaiannya berupa penilaian kognitif, maka dapat
menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya menggunakan penilaian
proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa dapat menggunakan nontes.

 Contoh Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning

1. Memahami Tesk hasil Observasi dan mencermati apa yang ia temukan,


eksposisi, deskriptip , baik cerpen tulisan maupun lisan.
2. Dalam mengaplikasikan model pembelajaran Discovery Learningguru
berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru
harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan tujuan.  Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan
belajar mengajar yang teacher oriented menjadistudent oriented.

Model Pembelajaran Berbasis Proyek ( PJBL )


Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara
nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada
permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan
insvestigasi dan memahaminya.

Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan


penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah
proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam
kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung peserta didik
dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam
sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBLmerupakan investigasi mendalam
tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan
usaha peserta didik.

Mengingat bahwa masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar yang


berbeda, maka Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan
kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan
menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan
eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan
investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga
bagi atensi dan usaha peserta didik.

Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi


konsep “Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk
menyiapkan lulusan untuk bekerja di dunia usaha dan industri harus dapat
membekali peserta didiknya dengan “kompetensi terstandar” yang dibutuhkan
untuk bekerja pada bidang masing-masing.

Pada Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki beberapa karakteristik berikut


ini, yaitu :

1. Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;


2. Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta
didik;
3. Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas
permasalahan atau tantangan yang diajukan;
4. Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses
dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan;
5. Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
6. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang
sudah dijalankan;
7. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
8. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan
perubahan.

Beberapa hambatan dalam implementasi metode Pembelajaran Berbasis


Proyekantara lain berikut ini.

1. Pembelajaran Berbasis Proyek memerlukan banyak waktu yang harus


disediakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek.
2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena
menambah biaya untuk memasuki system baru.
3. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana
instruktur memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu
transisi yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak
menguasai teknologi.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan, sehingga kebutuhan listrik
bertambah.

Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek


 Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka
perlu untuk dihargai.
 Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
 Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang kompleks.
 Meningkatkan kolaborasi.

 Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan


keterampilan komunikasi.
 Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.
 Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan
praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan
sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
 Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.

 Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan


menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan
dengan dunia nyata.
 Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta
didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek


 Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
 Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
 Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di
mana instruktur memegang peran utama di kelas.
 Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
 Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.
 Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.
 Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara
keseluruhan.

Dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based Learning


ada beberapa peran bagi guru/pendidik dan peserta didik dalam pelaksanaan
Pembelajaran Berbasis Proyek, antara lain :

 Peran Guru
 Merencanakan dan mendesain pembelajaran.
 Membuat strategi pembelajaran.
 Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa.
 Mencari keunikan siswa.
 Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian.
 Membuat portofolio pekerjaan siswa.

 Peran Peserta Didik


 Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir.
 Melakukan riset sederhana.
 Mempelajari ide dan konsep baru.
 Belajar mengatur waktu dengan baik.
 Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok.
 Mengaplikasikanhasil belajar lewat tindakan.
 Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dll).

Penilaian pembelajaran dengan metode Project Based Learning harus


diakukan secara menyeluruh terhadap Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan
yang diperoleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran berbasis proyek.
Penilaian Pembelajaran Berbasis Proyek dapat menggunakan teknik
penilaian yang dikembangkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan yaitu penilaian proyek atau penilaian produk.
Penilaian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pengertian Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa
suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat
digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan,
kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik
pada mata pelajaran tertentu secara jelas.

Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:

 Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan peserta didik dalam


memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan
data serta penulisan laporan.
 Relevansi atau kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan
mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan
dalam pembelajaran.
 Keaslian maksudnya proyek yang dilakukan peserta didik harus
merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru
berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.

Teknik Penilaian Proyek


Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,
sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau
tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data,
analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil
penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian
dapat menggunakan alat/ instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun
skala penilaian.
Pengertian Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas
suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik
membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil
karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu,
keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap
dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:

 Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan


merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan
mendesain produk.
 Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan
peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan
teknik.
 Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang
dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

Teknik Penilaian Produk


Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.

 Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk,


biasanya dilakukan pada tahap appraisal.
 Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya
dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap
proses pengembangan.

STRATEGI PEMBELAJARAN
https://www.matematrick.com/2015/08/perbedaan-strategi-
pendekatan-metode.html
 Strategi Pembelajaran adalah suatu pola umum pembelajaran siswa
yang tersusun secara sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan,
psikologi, didaktik, dan komunikasi dengan mengintegrasikan struktur
(urutan langkah pembelajaran) pembelajaran, metode pembelajaran,
media pembelajaran/alat peraga, pengelolaan kelas, evaluasi, dan waktu
yang diperlukan agar siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pemeblajaran
secara efektif dan efisien
Strategi terkait dengan kebijaksanaan guru dalam memilih pendekatan,
metode, teknik pembelajaran, dan model pembelajaran 

MODEL PEMBELAJARAN
 Model adalah suatu bentuk tiruan (replika) dari suatu benda yang
sesungguhnya
Suatu contoh konseptual atau prosedural dari suatu program,sistem, atau
proses yang dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam mencapai tujuan.

 Model Pembelajaran adalah contoh pola atau struktur pembelajaran


siswa yang didesain, diterapkan, dan dievaluasi secara sistematis dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam pengertian lain Model Pembelajaran adalah suatu contoh bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru di kelas.

 Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi


siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran

Silakan dibaca juga :


Model pembelajaran kurikulum 2013

PENDEKATAN PEMBELAJARAN
 Pendekatan adalah suatu rangkaian tindakan yang terpola atau
terorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu (filosofis, psikologis,
didaktis dan ekologis) yang terarah secara sistematis pada tujuan-tujuan
yang hendak dicapai

 Pendekatan pembelajaran adalah suatu rangkaian tindakan


pembelajaran yang dilandasi oleh prinsip  dasar tertentu (filosofis,
psikologis, didaktis dan ekologis) yang mewadahi, menginspirasi,
menguatkan dan melatari metode pembelajaran tertentu.

METODE PEMBELAJARAN
 Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah dan
cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

 Metode adalah jabaran dari pendekatan. Satu pendekakatan bisa


dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Metode pembelajaran
merupakan prosedur pembelajaran yang difokuskan pada pencapaian
tujuan pembelajaran 

TEKNIK PEMBELAJARAN
 Teknik Pembelajaran adalah cara-cara konkrit yang dipakai saat proses
pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti-ganti teknik pembelajaran
meskipun dalam koridor metode yang sama. Satu metode dapat
diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran 

Contoh Penerapan
    Pendekatan : Contextual Teaching and Learning
   Metode :  Cooperative Learning
   Teknik  :  Diskusi Kelompok, Inquiry Kepustakaan, Tanya Jawab
   Model   :  Jigsaw
   Pendekatan : PAKEM 

    Metode :  Tanya Jawab 


   Teknik  :   Siswa membuat dan menjawab pertanyaan sendiri
   Model   :  Snowball Throwing

Di dalam Kurikulum 2013 yang sekarang mulai diterapkan di sebagian


sekolah-sekolah piloting ada dikenal namanya istilah Pendekatan
Saintifik. Secara Istilah pengertian dari pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar  peserta didik secara
aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”.
Langkah-langkah pada Proses pembelajaran yang menggunakan
pendekatan saintik sering dikenal dengan pendekatan 5M terdiri atas lima
pengalaman belajar pokok yaitu:
a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi;
d. mengasosiasi; dan
e. mengkomunikasikan.  
Kegiatan belajar dalam mengamati antara lain : Membaca, mendengar,
menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat).
 Kegiatan belajar dalam menanya antara lain : Mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau
pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang
bersifat hipotetik) 

 Kegiatan belajar dalam mengumpulkan informasi antara lain : melakukan


eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/
kejadian/
aktivitas, dan wawancara dengan nara sumber.

 Kegiatan belajar dalam mengasosiasi antara lain : mengolah informasi


yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi.
Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah
keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang
bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada yang bertentangan antar fakta, fakta dengan
konsep, konsep dengan konsep.

 Kegiatan belajar dalam menyimpulkan antara lain : Menyampaikan hasil


pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis,
atau media lainnya.

Pengertian Pendekatan Scientific

https://dunia.pendidikan.co.id/pendekatan-saintifik/
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode
pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh karena itu
banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendek

atan sama artinya dengan metode.

Pendekatan scientific atau disebut juga pendekatan ilmiah artinya konsep


dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode
mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan
pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari
pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang 
melandasi penerapan metode ilmiah.

Pengertian penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran tidak


hanya ocus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam
melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat
mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya.

Pada penerapan atau implementasi kurikulum 2013 di sekolah, guru salah


satunya harus menggunakan pendekatan scientific, karena pendekatan ini
lebih efektif hasilnya dibandingkan pendekatan tradisional.

Menurut  majalah Forum Kebijakan Ilmiah yang terbit di Amerika pada


tahun 2004 sebagaimana dikutip Wikipedia menyatakan  bahwa
pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran siswa aktif yang
mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan penggunaan metode
yang teruji secara ilmiah sehingga dapat membedakan kemampuan siswa
yang bervariasi. Penerapan metode ilmiah membantu guru
mengindentifikasi perbedaan kemampuan siswa.

Pada penerbitan berikutnya pada tahun 2007  dinyatakan bahwa


penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran harus memenuhi  tiga
prinsip utama; yaitu:

 Belajar siswa aktif, dalam hal ini  termasuk inquiry-based


learning atau belajar berbasis penelitian, cooperative learning atau
belajar berkelompok, dan belajar berpusat pada siswa.
 Assessment berarti  pengukuran kemajuan belajar siswa yang
dibandingkan dengan target pencapaian tujuan belajar.
 Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah
mengembangkan pendekatan keragaman.  Pendekatan ini membawa
konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik, termasuk keunikan
dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan metode
mengajar, serta konteks.


Kriteria Pendekatan Scientific(Pendekatan Ilmiah)

Berikut ini tujuah (7) kriteria sebuah pendekatan pembelajaran dapat


dikatakan sebagai pembelajaran scientific, yaitu:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat


dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-
kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa
terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis,
dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan
objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas,
namun menarik sistem penyajiannya.

Ranah Pembelajaran Pendekatan Scientific(Pendekatan Ilmiah)

Proses pembelajaran yanag mengimplementasikan pendekatan scientific


akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif),
dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang
demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Perhatikan diagram
berikut.

Adapun penjelasan dari diagram pendekatan pembelajaran scientific pada


ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar


peserta didik “tahu mengapa.”
 Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
 Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar peserta didik “tahu apa”
 Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik  (soft skills) dan
manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup
secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
 Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
 Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran
sebagaimana dimaksud  meliputi mengamati, menanya, menalar,
mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.

Langkah-Langkah Pembelajaran pada


Pendekatan Scientific(Pendekatan Ilmiah)

Langkah-langkah pembelajaran scientific meliputi:

1. Observing (mengamati)
2. Questioning (menanya)
3. Associating (menalar)
4. Experimenting (mencoba)
5. Networking (membentuk jejaring)

Lima aktivitas belajar tersebut merupakan aktivitas dalam mengembangkan


keterampilan berpikir untuk mengembangkan ingin tahu siswa. Dengan itu
diharapkan siswa termotivasi untuk mengamati fenomena yang terdapat di
sekitarnya, mencatat atau mengidentifikasi fakta, lalu merumuskan
masalah yang ingin diketahuinya dalam pernyataan menanya. Dari langkah
ini diharapkan siswa mampu merumuskan masalah atau merumuskan hal
yang ingin diketahuinya.
Keterlatihan dalam membuat pernyataaan agar siswa yang bertanya
setelah mengamati sangat penting.

Contohnya guru menyatakan;

 Setelah para siswa mengamati gambar cobalah gunakan


kata mengapa agar kalian mendapatkan  informasi yang lebih banyak
tentang gambar itu!
 Setelah mengamati teks, silakan membuat pertanyaan dengan
menggunakan kata bagaimana tentang isi teks yang telah kalian
baca.
 Setelah kalian mengamati tabel, silakan  menyiapkan  pertanyaan
tentang data yang menarik perhatianmu!

Selain menggunakan pernyataan, guru dapat pula menggunakan


pertanyaan untuk membangun rasa ingin tahu siswa seperti:

 Siapa yang akan mengajukan pertanyaan tentang isi teks yang telah
kalian baca?
 Pertanyaan apa yang sebaiknya kita kembangkan untuk menggali
infomasi yang lebih dalam tentang fakta yang telah kalian amati?
 Siapa yang dapat menyusun  pertanyaan dengan memakai
kata mengapa dan bagaimana tentang materi yang telah kita amati?

Contoh di atas merupakan bagian dari teknik yang perlu guru kuasai dalam
meningkatkan keterampilan siswa bertanya. Hal perlu diulang-ulang agar
kebiasaan yang selama ini melekat guru bertanya-siswa menjawab dapat
berubah. Kelihatannya trik ini sangat sederhana, namun dalam praktikya
hal itu tidak selalu mudah dilakukan oleh para pendidik.
Hal penting lain dalam menerapan pendekatan ilmiah adalah menentukan
kompetensi siswa yang hendak siswa kuasai. Sebagaiamana diuraikan
sebelumnya bahwa guru dapat memfasilitasi siswa pada tiga tipe pilihan
yaitu model deskriptif, relasional, atau eksperimen. Ketiga tipe tersebut
memerlukan teknik eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang berbeda
sehingga akan menghasilkan produk belajar yang berbeda yaitu teori
deskriptif, relasional, dan hasil eksperimen.

Penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran menuntut adanya


perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda
dengan pembelajaran konvensional. Beberapa metode pembelajaran yang
dipandang sejalan dengan prinsip-prinsip pendekatan saintifik/ilmiah,
antara lain metode: (1) Problem Based Learning; (2) Project Based
Learning; (3) Inkuiri/Inkuiri Sosial; dan (4) Group Investigation. Metode-
metode ini berusaha membelajarkan siswa untuk mengenal masalah,
merumuskan masalah, mencari solusi  atau menguji  jawaban sementara
atas suatu masalah/pertanyaan dengan melakukan penyelidikan
(menemukan fakta-fakta melalui penginderaan), pada akhirnya dapat
menarik kesimpulan dan menyajikannya secara lisan maupun tulisan.

Pendekatan Saintifik/Ilmiah dalam Proses Pembelajaran

Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan


Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses
pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan
saintifik/ilmiah. Upaya penerapan Pendekatan saintifik/ilmiah dalam proses
pembelajaran ini sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan menjadi
kekuatan tersendiri dari keberadaan Kurikulum 2013, yang tentunya
menarik untuk dipelajari dan dielaborasi lebih lanjut.

Melalui tulisan ini, saya akan sedikit bercerita tentang pendekatan


saintifik/ilmiah dalam proses pembelajaran sebagaimana yang telah saya
pahami selama ini. Menurut hemat saya, upaya penerapan pendekatan
saintifik/ilmiah dalam proses pembelajaran bukan hal yang aneh dan
mengada-ada tetapi memang itulah yang seharusnya terjadi dalam proses
pembelajaran, karena sesungguhnya pembelajaran itu sendiri adalah
sebuah proses ilmiah (keilmuan).

Prinsip Penbelajaran

Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi yang diharapkan terdapat


maka dipeloleh 14 prinsip utama pembelajaran yang perlu guru terapkan.

Ada pun 14 prinsip itu adalah:

 Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu

pembelajaran mendorong siswa menjadi pembelajar aktif, pada awal


pembelajaran guru tidak berusaha untuk meberitahu siswa karena itu
materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk final. Pada awal
pembelajaran guru membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu
fenomena atau fakta lalu mereka merumuskan

ketidaktahuannya dalam bentuk pertanyaan. Jika biasanya kegiatan


pembelajaran dimulai dengan penyampaian informasi dari guru sebagai
sumber belajar, maka dalam pelaksanaan kurikulum 2013 kegiatan inti
dimulai dengan siswa mengamati fenomena atau fakta tertentu. Oleh
karena itu guru selalu memulai dengan menyajikan alat bantu
pembelajaran untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa dan dengan
alat bantu itu guru membangkitkan rasa ingin tahu siswa dengan bertanya.

 Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar


berbasis aneka sumber;

pembelajaran berbasis sistem lingkungan. Dalam kegiatan pembelajaran


membuka peluang kepada siswa  sumber belajar seperti informasi dari
buku siswa,  internet, koran, majalah, referensi dari perpustakaan yang
telah disiapkan. Pada metode proyek, pemecahan masalah, atau inkuiri
siswa dapat memanfaatkan sumber belajar di luar kelas. Dianjurkan pula
untuk materi tertentu siswa memanfaatkan sumber belajar di sekitar
lingkungan masyarakat. Tentu dengan pendekatan ini pembelajaran tidak
cukup dengan pelaksanaan tatap muka dalam kelas.

 Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan


penggunaan pendekatan ilmiah;

pergeseran ini membuat guru tidak hanya menggunakan sumber belajar


tertulis sebagai satu-satunya sumber belajar siswa dan hasil belajar siswa
hanya dalam bentuk teks. Hasil belajar dapat diperluas dalam bentuk teks,
disain program, mind maping, gambar, diagram, tabel, kemampuan
berkomunikasi, kemampuan mempraktikan sesuatu yang dapat dilihat dari
lisannya, tulisannya, geraknya, atau karyanya.

 Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran


berbasis kompetensi;

pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar, tetapi dari aktivitas
dalam proses belajar. Yang dikembangkan dan dinilai adalah sikap,
pengetahuan, dan keterampilannya.

 Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; mata


pelajaran dalam pelaksanaan kurikulum 2013 menjadi komponen
sistem yang terpadu

Semua materi pelajaran perlu diletakkan dalam sistem yang terpadu untuk
menghasilkan kompetensi lulusan. Oleh karena itu guru perlu merancang
pembelajaran bersama-sama, menentukan karya siswa bersama-sama,
serta menentukan karya utama pada tiap mata pelajaran bersama-sama,
agar beban belajar siswa dapat diatur sehingga tugas yang banyak,
aktivitas yang banyak, serta penggunaan waktu yang banyak tidak menjadi
beban belajar berlebih yang kontraproduktif terhadap perkembangan
siswa.
 Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi
dimensi;

di sini siswa belajar menerima kebenaran tidak tunggul. Siswa melihat


awan yang sama di sebuah kabupaten. Mereka akan melihatnya dari
tempatnya berpijak. Jika ada sejumlah siswa yang melukiskan awan pada
jam yang sama dari tempat yangberjauhan, mereka akan melukiskannya
berbeda-beda, semua benar tentang awan itu, benar menjadi beragam.

Pengertian Pendekatan Pembelajaran


https://pangeranarti.blogspot.com/2014/11/pengertian-pendekatan-pembelajaran.html

Pengertian Pendekatan Pembelajaran Lengkap Beserta Definisi


Menurut Para Ahli - Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai
titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,
yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada
siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja mempunyai sistem untuk
memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan
siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Pendekatan yang berpusat pada guru
menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction),
pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan,
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi
pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif
(Sanjaya, 2008:127).

Teori Metode Pembelajaran

1. Menurut Depdikbud (1990: 180) pendekatan dapat diartikan, “sebagai


proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu”.
2. Menurut  pendapat Wahjoedi (1999 121) bahwa, “pendekatan
pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku
siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat
memperoleh hasil belajar secara optimal”.
3. Menurut Syaifuddin Sagala (2005: 68) bahwa, “Pendekatan
pembelajaran merupakan jalan yang akan ditcmpuh oleh guru dan
siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan
instruksional tertentu”.
4. Menurut  Sanjaya,  (2008:127) pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery
dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif 

5. Menurut Suherman (1993:220) mengemukakan pendekatan dalam


pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijaksanaan yang
ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan
pembelajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pembelajaran atau
materi pembelajaran itu, umum atau khusus.
6. Menurut Soedjadi (1991:102), membedakan pendekatan
pembelajaran matematika menjadi dua, sebagai berikut.

1)   Pendekatan materi (material approach), yaitu proses penjelasan


topik matematika tertentu menggunakan materi matematika lain.

2)   Pendekatan pembelajaran (teaching approach), yaitu proses


penyampaian atau penyajian topik matematika tertentu agar
mempermudah siswa memahaminya

Pendekatan yang bersifat metodelogik dan Pendekatan yang bersifat


materi.
Pendekatan Metodelogik berkenaan dengan cara siswa mengadaptasi
konsep yang disajikan ke dalam struktur kognitifnya, yang sejalan dengan
cara guru menyajikan bahan tersebut. Pendekatan Metodelogik
diantaranya adalah pendekatan intuitif, analitik, sintetik, spiral, induktif,
deduktif, tematik, realistik, dan heuristik. 
Sedangkan pedekatan material adalah pendekatan pembelajaran
matematika dimana dalam menyajikan konsep matematika melalui konsep
matematika lain yang telah dimiliki siswa.

Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang bersifat
umum. Metode pembelajaran dapat diartikan juga sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran,
diantaranya: (1) ceramah; (2) Tanya jawab; (3) diskusi; (4) belajar
kooperatif; (5) demonstrasi;; (6) ekspositori; (7) penugasan; (7) experimen;
dan sebagainya.

Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara
lisan. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak
membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan
siswa. Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah terdapat
unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan
mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru
yang selalu dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa terdapat
mekanisme psikologis yang memungkinkannya untuk menolak disamping
menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan untuk
mengatur dan mengarahkan diri.

Metode tanya jawab


Metode tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.
Dengan mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam
mengembangkan daya pikir. Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan
dalam mengemukakan pokok – pokok pikirannya dapat terdeteksi ketika
menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi siswa
untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar.
Metode ini akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum
proses pembelajaran siswa ditugasi membaca materi yang akan dibahas.

Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah.
Dalam diskusi terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk
memperoleh kesamaan pendapat. Dengan metode diskusi keberanian dan
kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan menjadi terangsang,
siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima
pendapat orang lain, dan yang lebih penting melalui diskusi mereka akan
belajar bertanggung jawab terhadap hasil pemikiran bersama.

Metode belajar kooperatif


Dalam metode ini terjadi interaksi antar anggota kelompok dimana setiap
kelompok terdiri dari 4-5 orang. Semua anggota harus turut terlibat karena
keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga
anggota kelompok saling membantu. Model belajar kooperatif yang sering
diperbincangkan yaitu belajar kooperatif model jigsaw yakni tiap anggota
kelompok mempelajari materi yang berbeda untuk disampaikan atau
diajarkan pada teman sekelompoknya.

Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan
memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya
diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti
benda – benda miniatur, gambar, dan lain – lain. Akan tetapi, alat
demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board,
mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis
guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat
hitungan matematika, dan lain – lain.

Metode ekspositori atau pameran


Metode ekspositori adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan
benda dua dimensi atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan
gagasan atau sebagai alat untuk membantu menyampaikan informasi yang
diperlukan.

Metode penugasan
Metode ini berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan
kegiatan belajar. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa,
meransang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung
jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri
informasi. Tetapi dlam metode ini sulit mengawasi mengenai kemungkinan
siswa tidak bekerja secara mandiri.

Metode eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan
menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa menjadi
akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan
buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan
hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Metode ini
paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.

Anda mungkin juga menyukai