Anda di halaman 1dari 55

i

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ginjal merupakan organ yang mempunyai fungsi penting dalam proses pembuangan
sisa metabolisme tubuh. Ginjal berfungsi penting dalam mempertahankan
keseimbangan air, garam, dan elektrolit lainnya dalam tubuh (Corwin, 2009). Dalam
melaksanakan fungsinya, ginjal didukung oleh organ-organ sistem perkemihan yang
lainnya dalam memaksimalkan fungsinya. Namun, seiring dengan fungsinya sebagai
organ vital, ginjal seringkali mengalami gangguan fungsi, baik gangguan fungsi
sementara atau bahkan permanen dan kronik. Salah satu gangguan ginjal adalah
penyakit gagal ginjal.
Gagal ginjal merupakan suatu kegagalan fungsi ginjal dalam melakukan fungsi
sebagai penyaring darah dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh. Salah satu manifestasi klinis yang muncul dalam penyakit ini adalah adanya
ureum dalam darah. Adanya ureum dalam darah dan manifestasi lainnya menimbulkan
suatu kondisi yang semakin sulit untuk disembuhkan yaitu mengalami sindrom uremik.
Dimana sisdrom uremik ini merupakan suatu kondisi terjadi peningkatan kadar ureum
dalam darah yang mengganggu keseimbangan dan sistem biokimia yang terjadi dalam
tubuh.
Jumlah pasien yang menderita penyakit sindrom uremik hampir seimbang atau sama
dengan kejadian penderita penyakit gagal ginjal, dimana pasien yang mengalami gagal
ginjal cenderung mengalami sindrom manifestasi klinis yang dinamakan dengan
sindrom uremik ini. menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa pada
tahun 2013 jumlah pasien dengan sindrom uremik mengalami peningkatan hingga 50 %
dari tahun sebelumnya(Depkes, 2016). Oleh karena itu, kami melakukan kajian literatur
tentang penyakit sistem perkemihan khususnya pada penyakit sindrom uremik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari penyakit sindrom uremik?
2. Bagaimana epidemiologi dari penyakit sindrom uremik?

1
3. Apakah etiologi terjadinya penyakit sindrom uremik?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit sindrom uremik?
5. Bagaimana patofisiologi terjadinya penyakit sindrom uremik?
6. Apakah komplikasi dan prognosis dari penyakit sindrom uremik?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang atau diagnostik pada klien dengan sindrom
uremik?
8. Bagaimana penatalaksanaan penyakit sindrom uremik?
9. Bagaimana pencegahan yang tepat untuk menghindari terjadinya sindrom
uremik?
10. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan penyakit sindrom
uremik?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit sindrom uremik
2. Untuk mengetahui epidemilogi kejadian penyakit sindrom uremik
3. Untuk mengetahui etiologi yang menyebabkan penyakit sindrom uremik
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit sindrom uremik
5. Untuk mengetahui patofisiologi dan clinical pathway penyakit sindrom uremik
6. Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis dari penyakit sindrom uremik
7. Untuk mengetahui penatalaksaan yang tepat untuk klien dengan sindrom
uremik
8. Untuk mengetahui cara pencegahan yang tepat terjadinya panyakit sindrom
uremik.
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui konsep dasar penyakit sindrom uremik sehingga dapat
dengan mudah melakukan asuhan keperawatan bagi klien dengan penyakit sindrom
uremik secara tepat dan sesuai standar asuhan keperawatan.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Dapat mengetahui definisi penyakit sindrom uremik secara komprehensif

2
2. Dapat mengetahui epidemilogi penyakit sindrom uremik
3. Dapat mengetahui etiologi penyakit sindrom uremik
4. Dapat mengetahui manifestasi klinis yang muncul pada klien dengan sindrom
uremik
5. Dapat mengetahui patofisiologi dan clinical pathway dari penyakit sindrom uremik
6. Dapat mengetahui komplikasi dan prognosis yang akan muncul pada klien dengan
penyakit sindrom uremik
7. Dapat mengetahui pemeriksaan penunjang atau diagnostik pada klien dengan
penyakit sindrom uremik
8. Dapat mengetahui penatalaksanaan yang tepat pada klien dengan penyakit sindrom
uremik
9. Dapat mengetahui cara pencegahan terjadinya penyakit sindrom uremik
10. Dapat mengetahui asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan penyakit
sindrom uremik.

1.5 Implikasi dalam Keperawatan


Perawat diharapkan mampu untuk melakukan tindakan asuhan keperawatan pada
klien dengan penyakit sindrom uremik dengan cepat, tepat dan efektif sesuai dengan
standar operasional prosedur. Dengan penegtahuan ini akan membantu perawat dalam
melakukan tindakan mandiri maupun kolaboratif secara tepat untuk melakukan
penatalaksanaan klien dengan penyakit sindrom uremik. Pengalaman dan keterampilan
seorang perawat juga diperlukan dalam melakukan pengkajian dasar pada pasien
.Seorang perawat juga dituntut untuk mampu memberikan layanan asuhan
keperawatannya secara prima, baik itu kepada pasien maupun kepada keluarga pasien.
Seorang perawat yang mampu memberikan layanan asuhan keperawatannya dengan
tepat dan baik mulai dari pengkajian, mendiagosa, memberikan intervensi dan
implementasi serta evaluasi, maka dapat mempertahankan kondisi kesehatan pasien dan
mempercepat kesembuhannya.Layanan asuhan keperawatan yang diberikan mulai dari
pengkajian hingga evaluasi, didalamnya terdapat pemeriksaan fisik yang menjadi
indikator penting dalam mengevaluasi keadaan fisik pasien dengan masalah kesehatan
sindrom uremik.

3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Uremia merupakan suatu kondisi sindroma klinis yang disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, hormon, dan metabolisme tubuh yang terjadi
dan berkembang secara paralel akibat adanya penurunan atau gangguan fungsi gnjal.
Pada penderita dengan gangguan gagal ginjal kronis yang mencapai stadium akhir
sering kali berkembang menjadi sindroma uremik. Kondisi sindrom uremik ini
dikatakan dialami oleh penderita apabila kadar ureum dalam darah mencapai atau lebih
dari 50 mg/dl.
Sindrom uremia merupakan suatu penyimpangan biokimia dalam tubuh yang pada
umumnya ditandai dengan kondisi azotemia, asidosis metabolik, hiperkalemia,
pengaturan dan pengendalian keseimbangan volume cairan yang buruk, hipokalsemia,
anemia berat dan hipertensi. Sindroma uremik merupakan kondisi dimana terjadi
penurunan GFR kurang dari 10-15 ml/menit.

2.2 Epidemilogi
Sindrom uremik terjadi seiring dengan jumlah penderita penyakit gangguan fungsi
ginjal seperti gagal ginjal baik akut maupun kronik. Jumlah pasien yang menderita
penyakit sindrom uremik hampir seimbang atau sama dengan kejadian penderita
penyakit gagal ginjal, dimana pasien yang mengalami gagal ginjal cenderung
mengalami sindrom manifestasi klinis yang dinamakan dengan sindrom uremik ini.
menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa pada tahun 2013 jumlah
pasien dengan sindrom uremik mengalami peningkatan hingga 50 % dari tahun
sebelumnya(Depkes, 2016).
Berdasarkan pusat data dan informasi rumah sakit seluruh indonesia mengatakan
bahwa jumlah penyakit ginjal kronik stadium akhir menjadi sindroma uremik
diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk, 60 % persennya menunjukkan
penderita dengan usia dewasa dan usia lanjut. Di Indonesia sendiri telah mencapai 350
per satu juta penduduk. Saat ini telah ada 70000 orang penderita dengan gagal ginjal
yang menjalani terapi hemodialisis.

4
2.3 Etiologi
Pada penyakit ginjal kronis terjadi kerusakan regional glomerulus dan penurunan
LFG terhadap pengaturan cairan tubuh, keseimbangan asam basa, keseimbangan
elektrolit, sistem hematopoesisi dan hemodinamik, fungsi ekskresi dan fungsi metabolik
endokrin. Sehingga mnyebabkan munculnya beberapa gejala klinis secara bersamaan,
disebut sebagai sindrom uremia (Suwitra, 2006).
Penyebab dari uremia dapat dibagi menjadi tiga, yaitu prarenal, renal dan post
renal. Uremia prerenal disebabkan oleh gagalnya mekanisme sebelum filtrasi
glomerulus. Mekanisme tersebut meliputi penurunan aliran darah ke ginjal (syok,
dehidrasi dan kehilangan darah) dan peningkatan katabolisme protein. Uremia renal
terjadi akibat gagal ginjal apabila fungsi ginjal menurun dengan cepat yang dapat
menyebabkan gngguan ekskresi urea sehingga urea akan tertahan di dalam darah
menyebabkan intoksikasi oleh urea dalam konsentrasi tinggi yang disebut uremia.
Sedangkan uremia postrenal terjadi oleh obstruksi saluran urinari dibawah ureter (vesica
urinaria atau urethra) yang dapat menghambat ekskresi urin. Obstruksi dapat berupa
batu/ kristaluria, tumor serta peradangan.

2.4 Manifestasi Klinis


Pasien dengan gangguan sindrom uremia akan mengalami atau menunjukkan tanda
dan gejala berupa:
1. Sistem Kardiovaskuler
Konsentrasi darah yang pekat akibat penumpukan elektrolit dalam darah
menimbulkan perpindahan cairan di ekstra vaskuler kedalam intravaskuler, kondisi
ini menyebabkan terjadinya peningkatan cairan dan elektrolit dalam darah secara
sistemik. Seluruh sirkulasi tubuh mengalami gangguan sirkulasi akibat kondisi ini,
tidak terkecuali dengan di jantung, akibatkan pembuluh darah di jantung mengalami
peningkatan vaskuler, peningkatan tekanan darah, penurunan kontraksi jantung,
sehingga jantung menjadi kongestif dan berpotensi menimbulkan gagal jantung.
2. Sistem Pernafasan
Gangguan biokimia ini mengakibatkan tubuh mengalami asidosis metabolik.
Pada kondisi ini terjadi peningkatan asam bikarbonat, sehingga tubuh

5
mengkompensasi dengan meningkatkan pernafasan (hiperventilasi) dengan tujuan
meningkatkan ekskresi karbon dioksida dalam tubuh.
3. Sistem Gastrointestinal
Pasien yang menderita sindrom uremi akan mengalami mual muntah, anoreksia,
adanya rasa kecap logam pada mulut, pernafasan yang berbau amonia, serta adanya
peradangan hingga perdarahan pada gastrointestinal akibat peningkatan uremia yang
mempengaruhi adhesi platelet yang berkepanjangan pada saluran atau sistem
pencernaan.
4. Sistem neurologi
Peningkatan uremia dalam darah diseluruh tubuh dapat menembus hingga
kelapisan otak, kondisi ini menyebabkan ensepalopati. Kondisi ensepalopati yang
terjadi dimanifestasikan dengan kelelahan yang berlebihan, malaise, sakit
kepala,polineuritis, kejang, perubahan status mental penderita, pingsan hingga
bahkan koma.
5. Sistem Hematologi
Sindrom uremia akan menyebabkan terjadinya anemia normasitik dan
normokromik. Kondisi ini disebabkan oleh adanya penurunan pembentukan sel
darah merah akibat kondisi peningkatan urea dalam darah dan juga ginjal
menyebabkan penyebabkan gangguan pada aktivitas pembuatan hormaon
eritropietin (Brunner & Suddarth, 2005).
6. Sistem Dermatologi
Sindroma uremik akan mengakibatkan penimbunan pigmen urin yaitu terutama
urokrom bersama dengan terjadinya anemia pada insufisiensi ginjal lanjut akan
menyebabkan kulit penderita seakan-akan berlilin kekuning-kuningan. Selain itu,
kulit akan menjadi kering dan bersisir yang dinamakan dengan mengalami frost
uremik pada permukaan kulit akibat prningkatan kadar natrium.

2.5 Patofisiologi
Pada penyakit sindrom uremik ini diawali dengan adanya cedera sel-sel endotel
ginjal ataupun glomerulus yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri dn lain-lain,
kerusakan jaringan glomerulus itu sendiri, ataupun kerusakan dan gangguan fungsi

6
saluran urin seperti uterer, kandung kemih ataupun uretra. Kondisi tersebut akan
berkembang secara paralel dengan terjadinya fungsi ginjal atau bahkan mengalami
gagal ginjal. Hilangnya fungsi ginjal tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan GFR
terhadap pengaturan cairan tubuh, keseimbangan asam basa, keseimbangan elektrolit
dan juga fungsi metabolik. Kekacan fungsi pengaturan cairan dan elektrolit inilah yang
menyebabkan adanya zat atau elektrolit yang seharusnya tidak boleh terdapat dalam
darah menyebar keseluruh pembuluh darah, termasuk salah satunya urea yang tertahan
di dalam darah. Manifestasi ini dapat dikatakan sebagai sindrom uremik.
Sindrom uremik dapat menyebabkan intoksikasi oleh urea dalam konsentrasi tinggi.
Hal ini terjadi akibat gangguan biokimia dalam tubuh. Sindrom uremik dapat dengan
mudah mempelopori terjadinya perburukan kondisi tubuh yaitu mengalami perubahan
keseimbangan cairan akut, seperti diare, mual dan muntah, dehidrasi cepat, kelebihan
beban sirkulasi, edema serta komplikasi terjadinya gagal jantung kongestif (Brunner &
Suddarth, 2005)

2.6 Komplikasi dan Prognosis


2.6.1 Komplikasi
a. Anemia Kronis
Kondisi peningkatan uremia atau sindrom uremia menyebabkan terjadinya
penurunan aktivitas eritropoietin dalam merangsang pembentukan sel darah merah, hal
ini terjadi karena fungsi ginjal khususnya kapiler peritubular mengalami tekanan atau
gangguan dalam memproduksi hormon eritropoietin. Akibatnya, jumlah sel darah
merah berkurang termasuk juga oksigen yang dibutuhkan tubuh sangat berkurang.
b. Trombositopenia
Peningkatan uremia dalam vaskuler juga berdampak pada penurunan trombosit.
Kondisi ini meningkatkan resiko terjadinya perdarahan diseluruh tubuh akibat tidak
ada lagi kempuan dalam melakukan pembekuan darah.
c. Resistensi insulin
Ketika sindrom uremia terjadi maka akan dikuti dengan penurunan filtrasi dalam
ginjal, sehingga kondisi ini mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan

7
elektrolit termasuk juga kadar gula darah dalam tubuh. Pemberian insulin untuk
membantu menurunkan kadar gula darah dalam tubuh seakan tidak berdampak.
d. Hiperamonemia
Sindrom uremia ini berawal dari terjadinya kegagalan ginjal dalam melakukan
fungsinya. Kegagalan ginjal mengekskresikan ureum merangsang atau menyebabkan
enzin usus urease mengubah kelebih ureum tersebut menjadi amonia sehingga
terjadilah hiperamonia dalam tubuh.
2.6.2 Prognosis
Sindrom uremik ini berprognosis jelek apabila tidak segera mendapatkan
penatalaksanaan yang tepat dan sesuai karena kondisi ini didukung penuh oleh
ketidakmampuan ginjal dalam melakukan fungsinya secara optimal atau bahkan secara
total. Terjadi kematian kemungkinan terjadi secara cepat akibat komplikasi kondisi
yang menyerang seluruh sistem organ tubuh.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan laboratorium
Tujuan pemeriksaan laboratorium yaitu memastikan dan menentukan derajat
penurunan faal ginjal (LFG), identifikasi etiologi dan menentukan perjalanan penyakit
termasuk semua faktor pemburuk faal ginjal.
a. Pemeriksaan faal ginjal (LFG)
Pemeriksaan ureum, kreatinin serum, dan asam urat serum sudah cukup
memadai sebagai uji saring untuk faal ginjal (LFG).
b. Etiologi gagal ginjal kronik (GGK)
Analisis urin rutin, mikrobiologi urin, kimia darah, elektrolit dan
immodiagnosis.
c. Pemeriksaan laboratorium untuk perjalanan penyakit
Progesivitas penurunan faal ginjal, hemopoiesis, elektrolit, endoktrin, dan
pemeriksaan lain berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk faal ginjal
(LFG).

8
2. Pemeriksaan BUN
Urea adalah produk akhir metabolisme protein dan asam amino yang mengandung
nitrogen. Pada penurunan fungsi ginjal kadar nitrogen urea darah (BUN) meningkat.
Sehingga dengan demikian peningkatan BUN akan menjadi salah satu ukuran atau
tanda adanya gangguan fungsi ginjal dalam mengeliminasi elektrolit tersebut.
3. Kreatinin Serum
Konsentrasi kreatinin dalam plasma relatif tetap dari hari ke hari. Konsentrasi
normalnya sekita 0,7 per 100 ml darah. Kadar yang yang lebih besar dari nilai normal
diatas mengisyaratkan adanya ganggun fungsi ginjal. Peningkatan kadar kreatinin dua
kali lipat dari nilai normal mengnindikasikan adanya penurunan fungsi ginjal sebasar
50%.
4. Urinalisis
Sampel dalam pememriksaan urin dilakukan untuk mengevaluasi adanya sel darah
merah, protein, glukosa, dan leukosit yang pada kondisi normal tidak terdapat dalam
urin. Selain itu, osmolalitas (berat jenis spesifik) dapat diukur dan harus menunjukkan
besaran anatar 1,015 sampai dengan 1,025.

2.8 Penatalaksanaan
1. Tindakan konservatif
a. Pengaturan diet protein
Pembatasan asupan protein penting dalam pengobatan gagal ginjal kronik.
Pembatasan protein tidak hanya mengurangi kadar BUN dan mungkin juga hasil
metabolisme protein toksik yang belum diketahui, tetapi juga mengurangi asupan
kalium, fosfat dan produksi ion hidrogen yang berasal dari protein. Gejala seperti
mual, muntah, dan letih mungkin dapat membaik.
b. Pengaturan diet kalium
Penggunaan makanan dan obat-obatan yang tiggi kadar kaliumnya dapat
menyebabkan hiperkalemia. Hiperkalemia merupakan masalah pada gagl ginjal
lanjut sehingga asupan kalium harus dikurangu. Diet yang dianjurkan adalah 40-80
mEq/hari.
c. Pengaturan diet natrium dan cairan

9
Pengaturan natrium dalam diet memiliki arti penting dalam gagal ginjal. Jumlah
natrium yang biasanya diperbolehkan adalah 40-90 mEq/hari (1 hingga 2 gram
natrium), tetapi asupan natrium yang optimal harus ditentukan secara individual
pada setiap pasien untuk mempertahankan hidrasi yang baik. Asupan yang terlalu
bebas dapat menyebabkan terjadinya retensi cairan, edema perifer dan paru,
hipertensi dan gagal jantung kongestif. Disisi lain, bila natrium terbatas pada titik
keseimbangan natrium negatif, akan terjadi hipovolemia, penurunan GFR, dan
pemburukan fungsi ginjal.
Asupan cairan membutuhkan regulasi yang hati-hati dalam gagal ginjal lanjut,
karena rasa haus pasien merupakan panduan yang tidak dapat diyakini mengenai
keadaan hidrasi pasien. Asupan yang terlalu bebas dapat menyebabkan kelebihan
beban sirkulasi, edema, dan intoksikasi cairan. Asupan yang kurang dari optimal
dapat menyebabkan dehidrasi, hipotensi dan pemburukan fungsi ginjal. Jadi, supan
natrium dan cairan harus diatur dengan benar untuk mencapai keseimbangan cairan.
2. Terapi penggantian ginjal
a. Hemodialisis
Hemodialisis adalah pengendalian darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser
(tabung ginjal buatan) yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah
kembali lagi kedalm tubuh pasien.
b. Dialisis peritoneal
Salah satu bentuk dialisis yang menggunakan membran peritoneum yang bersifat
semipermeabel. Melalui membran tersebut darah dapat difiltrasi.
c. Transpaltasi ginjal
Trnasplantasi ginjal merupakan terapi mengganti ginjal dengan mengambil alih
seluruhnya fungsi ffat ginjal yaitu 100% oleh faat ginjal asli atau alamiah.

10
BAB 3. TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
1. Identitas Pasien
Identitas meliputi data demografi klien yang terdiri dari nama, usia, alamat,
pekerjaan, jenis kelamin, agama, status pernikahan, Nomor RM, Tanggal masuk
rumah sakit,diagnosa medis, dan tingkat pendidikan.
2. Keluhan Utama
Sesak nafas
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan sindrom uremik datang dengan keluahan sesak nafas yang
berkepanjangan, mengalami edema atau anasarka, anuria, pruritus uremik. Bahkan
pasien juga mengalami penurunan kesadaran hingga bahkan koma.
4. Riwayat penyakit dahulu
Kaji riwayat adanya penyakit infeksi saliuran kemih, peradangan sistem
perkemihan, adanya gangguan hipertensif vaskuler, gangguan kongenital herediter
sistem perkemihan, riwayat pembedahan ginjal, dan juga adanya riwayat adanya
nefropati toksis yang mendukung terjadinya gagal gunjal dan sindrom uremik.
5. Riwayat penyakit keluarga
Kaji riwayat adanya anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan terkait
dengan masalah gangguan sistem perkemihan.
6. Pengkajian pola fungsi Gordon
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Bagaimana persepsi dan pendapat klien terkait dengan penyakit yang
dideritanya, serta penanganan pertama dalam mengatasi masalah
kesehatannya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Bagaimana pola pemenuhan nutrisi setiap harinya. Perawat perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi
pasien. Pasien dengan sindrom uremik perlu dikaji adanya mual, muntah dan

11
anoreksia, peningkatan berat badan yang terjadi sangat cepat akibat adanya
edema, adanya rasa kecap tidak sedap seperti logam dalam mulut atau
bernafas dengan berbau amoniak, serta adanya dehidrasi.
c. Pola eliminasi
Perawat perlu menanyakan mengenai kebiasaan eliminasi urin sebelum dan
sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah dan datang dengan
salah satu keluhan anuria, oliguria, gangguan eliminasi urin.
d. Pola aktivitas dan latihan
Perawat perlu untuk terus mengkaji status pernapasan pasien, edema
ekremitas atau edema generalisata yang dialami pasien, pasien merasa
malaise untuk beraktivitas, kelemahan yang ekstrim. Untuk memenuhi
kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan
keluarganya.
e. Pola tidur dan istirahat
Kaji pola tidur pasien sebelum dan sesudah MRS, kebiasaan istirahat, faktor
yang mengganggu waktu istirahat. Kondisi insomnia atau gelisah atau
somnolen.
f. Pola hubungan dan peran
Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan
peran, misalkan pasien seorang laki-laki sebagai kepala rumah tangga, tidak
dapat menjalani fungsinya untuk menafkahi istri dan anaknya. Disamping itu,
peran pasien di masyarakat pun juga mengalami perubahan dan semua itu
mempengaruhi hubungan interpersonal pasien.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat,
tiba-tiba mengalami sakit. Sebagai seorang awam, pasien mungkin akan
beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan.
Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap
dirinya.
h. Pola sensori dan kognitif

12
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga
dengan proses berpikirnya. Adapun dari pola sensori yang teganggu tapi
jarang yaitu ketika demam dan sesak napas yang mengakibakan kelemahan.
i. Pola reproduksi seksual
Kebutuhan seksual pasien akan terganggu untuk sementara waktu karena
pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.
j. Pola managemen stress dan koping
Pasien yang tidak mengetahui penyebab dan proses dari penyakitnya akan
mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat
dan dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu
mengenai penyakitnya.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada
Tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari
Tuhan.
7. Pengkajian Fisik
a. Inspeksi: kaji adanya edema tubuh (edema generalisata), kaji adanya asites
pada abdomen, Inspeksi mukosa bibir, warna bibir, dan kelainan bentuk atau
anatomi, adanya vena jugularis, nadi karotis dan adanya penggunaan otot
bantu nafas, sianosis pada wajah, adanya purpura pada seluruh tubuh.
b. Palpasi: kaji CRT, kaji tingkat pitting edema ekstremitas,palpasi dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu pada awal selalu digunakan palpasi ringan, dan
kekuatan palpasi dapat ditingkatkan terus sepanjang pasien dapat
mentoleransi. Jika pada awal palpasi, anda melakukan terlalu dalam, anda
mungkin melewatkan dan tidak mengetahui jika terdapat lesi permukaan dan
palpasi anda akan mengakibatkan rasa nyeri yang tidak perlu pada pasien.
Palpasi ringan bersifat superfisial, lembut dan berguna untuk menilai lesi
pada permukaan atau dalam otot. Juga dapat membuat pasien relaks sebelum
melakukan palpasi medium dan dalam. Untuk melakukan palpasi ringan,
letakkan/tekan secara ringan ujung jari anda pada kulit pasien, gerakkan jari
secara memutar. Palpasi medium untuk menilai lesi medieval pada

13
peritoneum dan untuk massa, nyeri tekan, pulsasi (meraba denyut), dan nyeri
pada kebanyakan struktur tubuh. Dilakukan dengan menekan permukaan
telapak jari 1-2 cm ke dalam tubuh pasien, menggunakan gerakan
sirkuler/memutar. Sedangkan palpasi dalamdigunakan untuk menilai organ
dalam rongga tubuh, dan dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan. Jika
dilakukan dengan dua tangan, tangan yang di atas menekan tangan yang di
bawah 2-4 cm ke bawah dengan gerakan sirkuler. Bagian yang nyeri atau
tidak nyaman selalu dipalpasi terakhir. Kadang, diperlukan untuk membuat
rasa tidak nyaman atau nyeri untuk dapat benar-benar menilai suatu gejala.
c. Perkusi : Perkusi langsung kepalan tangan melibatkan kepalan dari tangan
yang dominan yang kemudian mengetuk permukaan tubuh langsung. Perkusi
langsung kepalan bermanfaat untuk toraks posterior, terutama jika perkusi jari
tidak berhasil. Pada perkusi tak langsung dengan kepalan, plessimeter
menjadi tangan yang pasif, diletakkan pada tubuh ketika pleksimeter (kepalan
dari tangan yang dominan) mengetuk. Kedua metode prekusi bermanfaat
untuk menilai, misalnya, nyeri tekan costovertebral angle (CVA) ginjal.Pada
pemeriksaan fungsi sistem perkemihan pada saat dilakukan perkusi mungkin
akan dirasakan nyeri pada lokasi yang sakit. Sehingga perlu diperhatikan
dalam melakukan tindakan perkusi agar dilakukan dengan hati-hati dengan
memperhatikan ekspresi klien.
d. Auskultasi : Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara tubuh
pada paru-paru, jantungpembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen.
Umumnya, auskultasi adalah teknikterakhir yang digunakan pada suatu
pemeriksaan. Suara-suara penting yang terdengar saatauskultasi adalah suara
gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk oleh thorax dan visceraabdomen,
dan oleh aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular. Suara
terauskultasidijelaskan frekuensi (pitch), intensitas (keraslemahnya), durasi,
kualitas (timbre) dan waktunya.Pemeriksa akan mengauskultasi suara
jantung, suara tekanan darah (suara Korotkoff), suaraaliran udara melalui
paru-paru, suara usus, dan suara organ tubuh.
e. Keadaan fisik

14
umum lainnya dapat dikaji dengan keadaan fisik, yang meliputi:
1) Kepala: ispeksi bentuk kepala, distribusi rambut, warna rambut, dan kulit
kepala
2) Mata: inspeksi adanya kelainan anatomi mata dan palpasi andanya
konjungtiva anemis atau tidak
3) Telinga: inspeksi bentuk telinga simentris atau tidak serta uji dengan tes
pendengaran normal atau tidak
4) Hidung: bentuk hidung, alat bantu yang terpasang pada hidung,
pernafasan cuping hidung.
5) Mulut: Inspeksi mukosa bibir, warna bibir, dan kelainan bentuk atau
anatomi, peradangan pada gusi, ulserasi pada mulut, pernafasan berbau
amoniak, dan mual muntah.
6) Leher: inspeksi kelainan bentuk leher, adanya vena jugularis, nadi karotis
dan adanya penggunaan otot bantu nafas.
7) Dada
Paru-paru: inspeksi bentuk dada, palpasi, perkusi seluruh lapang dada
dan auskultasi suara nafas.
Jantung: inspeksi iktus qordis, palpasi CRT dan detakan jantung, perkusi
batas jantung, dan auskultasi suara jantung abnormal
8) Abdomen: inspeksi adanya asites dan kelainan bentuk abdomen, nyeri
area pinggang.
9) Urogenital: inspeksi bentuk anatomi genital, alat bantu eliminasi yang
terpasang.
10) Ekstremitas: inspeksi kelainan bentuk ekremitas baik bawah maupun
atas, fungsi pergerakan, perubahan bentuk, dan adanya edema daerah
ekstremitas, terasa panas pada telapak kaki, kelemahan pada tungkai, foot
drop, penurunan kekuatan otot.
11) Kulit dan Kuku
Kajian tentang Integritas kulit, echimosis, kulit kering bersisik, adanya
edema generalisata, adanya pruritus akibat penumpukan ureum dalam

15
sirkulasi, warna kulit abu-abu mengkilat atau terjadi hiperpigmentasi,
kebersihan kulit dan kuku, serta kaji CRT >3 detik, kuku tipis dan rapuh.
12) Keadaan Lokal
Gasglow Coma Scale (GCS)
Parameter Nilai
membuka secara spontan 4
Terhadap suara 3
Mata
Terhadap nyeri 2
Tidak berespon 1
Orientasi baik 5
Bingung 4
respon verbal Kata-kata tidak jelas 3
Bunyi tidak jelas 2
Tidak berespon 1
Mengikuti perintah 6
Gerakan Lokal 5
Fleksi, Menarik 4
Respon Motorik
Fleksi abnormal 3
Ekstensi abnormal 2
Tidak ada 1

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan sindroma uremik akan
menunjukkan sebagai berikut:
a. Pemeriksaan urin
Volume urin yang dikeluarkan kurang dari volume normal yaitu kurang dari
400 ml/24 jam ( oliguria) atau bahkan tidak ada urin yang keluar. Warna urin
keruh dan klirens kreatinin kemungkinan menurun.
b. Pemeriksaan darah lengkap
a) Terjadi penurunan Hb kurang dari 7 gr
b) Penurunan jumlah sel eritrosit akibat defisiensi eritropoietin
c) pH darah menurun kurang dari 7,2 yang mengindikasikan terjadi asidosis
metabolik
d) peningkatan jumlah kaliaum akibat adanya perpindahan seluler

16
e) protein (albumin) menurun akibat sebagian besar protein hilang bersama
dengan pengeluaran urin
c. Urinalisi
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi yang berdampak pada
peningkatan kadar ureum dalam darah, mengetahui seberapa kerusakan ginjal
melalui sedimentasi urine yang diuji.
d. Biokimia
Pemeriksaan analisis fungsi ginjal yaitu adanya ureum dan kreatinin plasma,
serta pemeriksaan kadar elektrolit untuk mengetahui keseimbangan cairan
dan elektrolit dalam tubuh.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan cairan intravaskuler
yang ditandai dengan edema, peningkatan berat badan dengan cepat
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan mekanisme kompensasi asidosis
metabolik yang dtandai dengan takipneu, RR >24 kali permenit, terdapat
penggunaan otot bantu pernafasan.
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
oksigenasi sirkulasi yang ditandai dengan CRT >3 detik, kuku sianosis, konjungtiva
anemis.
4. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan GFR yang ditandai
dengan penurunan jumlah keluaran urin kurang dari 400 ml/24 jam.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah ditandai dengan kulit kering, mukosa bibir kering, mengeluh sensasi rasa
makanan atau minuman.
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan intoksikasi cairan elektrolit yang
ditandai dengan gatal, purpura dan edema.
7. Kelemahan/ fatigue berhubungan dengan metabolisme anaerob yang ditandai
dengan klien malaise, lemah yang ekstrem.
8. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang
penyakit yang ditandai dengan klien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya,

17
seringkali bertanya kepada perawat dan dokter terkait kondisinya, tampak cemas
dengan kondisinya

18
3.3 Intervensi
N TANGGAL/ DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI NAMA
O JAM HASIL DAN
PARAF
1. 24 Kelebihan volume cairan Tujuan : setelah dilakukan 1. Kaji jumlah urin yang dieliminasi Juwarti
September berhubungan dengan perawatan selama 4 X 24 jam 2. Kaji tipe intake yang sesuai dengan
2016, 08.00 peningkatan cairan klien akan menunjukkan: kebutuhan
intravaskuler yang 1. Balance cairan 3. Kaji CRT dan turgor kulit
ditandai dengan edema, 2. fungsi ginjal membaik 4. Monitoring berat badan klien
peningkatan berat badan 5. Monitoring TTV
dengan cepat Kriteria hasil : 6. Atur keseimbangan intake dan otput
1. keseimbangan intake dan 7. Monitoring tanda dan gejala asites
output 8. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
2. TTV dalam batas normal dan urinalisis (kolaborasi)
3. Turgor kulit membaik 9. Kolaborasikan pemberian obat untuk
4. Kadar serum elektrolit, mengurangi preload
hematokrit, dan berat jenis 10.Kolaborasikan perlunya dilakukan
urin normal dialisis
5. Tidak ada edema 11.Siapkan klien untuk melakukan terapi
6. Output urin dalam 8 jam dialisis
normal
7. Warna urin, pH urin dan
kadar elektrolit urin dalam
rentang normal
8. Tidak da penimbunan BUN,
kretini serum, natrium,
glukosa, protein
9. Tidak ada peningkatan berat

19
badan yang cepat dan
berlebihan
2. 24 Gangguan eliminasi urin Tujuan : setelah dilakukan 1. Lakukan pengaturan jadwal berkemih Juwarti
September berhubungan dengan perawatan selama 5 X 24 jam 2. Monitor karakteristik urin (frekuensi,
2016, 08.00 penurunan GFR yang klien akan menunjukkan: warna, bau, volume, dan sedimentasi)
ditandai dengan 1. Kontinensia urinari 3. Identifikasi perlunya dilakukan
penurunan jumlah 2. Kemampuan elminasi urin pemasangan kateter
keluaran urin kurang dari Krriteria hasil: 4. Ambil sampel urin untuk pemeriksaan
400 ml/24 jam. 1. Pola BAK normal urinalisis
2. Keluaran urin sesuai dengan 5. Atur asupan cairan sesuai dengan
jumlah urin normal kebutuhan klien
3. Pengosongan bladder 6. Catat atau monitoring output urin
komplit
4. Intake dan output seimbang
5. Asupan cairan adekuat
6. Pola eliminasi normal
7. Tidak ada endapan elektrolit
dalam urin
8. Karekateristik urin ( warna,
jumlah, bau, sedimentasi)
dalam batas normal
9. Tidak ada hematuria
3. 24 Ketidakseimbangan Tujuan : setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi klien dan pmenuhan Maerani
September nutrisi kurang dari perawatan selama 5 X 24 jam nutrisi klien
2016, 08.00 kebutuhan tubuh klien akan menunjukkan: 2. Identifikasi riwayat alergi makanan
berhubungan dengan 1. Self-care :eating klien
mual muntah ditandai 2. Peningkatan berat badan 3. Anjurkan keluarga untuk membantu
dengan kulit kering, normal melakukan pemenuhan nutrisi

20
mukosa bibir kering, 4. Kaji keseimbangan kalori yang
mengeluh sensasi rasa Kriteria hasil: dibutuhkan
makanan atau minuman. 1. Intake makanan dan cairan 5. Monitoring secara kontinue berat
peroral adekuat badan dan status hidrasi klien
2. Nutrisi parenteral adekuat 6. Melakukan oral higyen
3. Menghabiskan porsi makan 7. Monitoring asupan cairan dan
tanpa gangguan makanan serta hitung output
4. Tidak ada gangguan selama
proses makan (mual dan
muntah)
5. Proporsi antar tinggi badan
dan berat badan seimbang
4. 24 Ketidakefektifan perfusi Tujuan : setelah dilakukan 1. Monitoring abnormalitas nilai serum Maerani
September jaringan perifer perawatan selama 2 X 24 jam elektrolit
2016, 08.00 berhubungan dengan klien akan menunjukkan: 2. Monitoring perubahan fungsi
penurunan oksigenasi 1.status sirkulasi pulmonal dan kardiak yang
sirkulasi yang ditandai 2. Perfusi jaringan adekuat mengindikasikan terjadinya kelebihan
dengan CRT >3 detik, volume cairan
kuku sianosis, Kriteria hasil 3. Lakukan pemeriksaan laboratorium
konjungtiva anemis. 1. tekanan darah sistolik dan (hematokrit, BUN, protein, natrium
diastolik dalam rentang dan kalium)
normal 4. Beri cairan sesuai dengan kebutuhan
2. saturasi oksigen 100% klien
3. urine output normal 5. Hindari pemberian cairan yang
4. CRT < 2 detik bersifat diuresis
5. PaO2 dan PaCO2 dalam 6. Monitor terjadinya penurunan sensasi
rentang normal 7. Koreksi kondisi dehidrasi klien
6. Tidak ada penambahan

21
berat badan yang mendadak
7. Temperatur kulit
ekstremitas normal
8. Tidak ada distensi vene
jugularis, edema perifer,
asites, dan fatigue

5. 24 Ketidakefektifan pola Tujuan : setelah dilakukan 1. Identifikasi perlunya pemasangan alat


September nafas berhubungan perawatan selama 2 X 24 jam bantu nafas (oksigenasi)
2016, 08.00 dengan mekanisme klien akan menunjukkan: 2. Monitoring suara nafas, frekuensi, dan
kompensasi asidosis 1. Status respirasi:ventilasi kedalaman
metabolik yang dtandai 2. Airway 3. Ukur TTV
dengan takipneu, RR >24 3. Status tanda-tanda vital 4. Monitor adanya tanda-tanda
kali permenit, terdapat hipoventilasi
penggunaan otot bantu Kriteria hasil: 5. Monitor kefektifan oksigenasi
pernafasan. 1. Tanda-tanda vital dalam 6. Pertahankan jalan nafas tetap paten
rentang normal 7. Monitor frekuensi dan irama
2. Ventilasi normal (frekuensi, pernafasan
RR, kedalaman)]
3. Tidak menunjukkan
penggunaan otot bantu
pernafasan
4. Jalan nafas paten
6. 24 Kerusakan integritas Tujuan : setelah dilakukan 1. Monitoring akses hemodialisi (rubbor, Rilly
September kulit berhubungan perawatan selama 5 X 24 jam dolor, color, dollor dan fungsiolesa)
2016, 08.00 dengan intoksikasi cairan klien akan menunjukkan: 2. Gunakan teknik sterilisasi dalam
elektrolit yang ditandai 1. Akses hemodialisis merawat pemasangan kateter, lesi,
dengan gatal, purpura 2. Intergritas jaringan: kulit akses dialisis dan kulit lainnya

22
dan edema. dan membran mukosa 3. Inspeksi kulit dan memberan mukosa
4. Observasi kondisi ektremitas
Kriteria Hasil: (terutama pada bagian yang
1. Pulsasi perifer adekuat mengalami edema)
2. Tidak ada pigmentasi 5. Identifikasi klien mengenai tingkat
abnormal, lesi, kelembapan, resiko tinggi mengalami gangguan
tkstur, perfusi jaringan, dan integritas jaringan kulit
integritas kulit dalam
kondisi baik
3. Aliran darah pada akses
hemodialisis lancar
4. Tidak ada tanda-tanda
infeksi (rubbor, tumor,
color, dollor dan
fungsiolesa)
5. Tidak ada edema dan nyeri
7. 24 Kelemahan/ fatigue Tujuan : setelah dilakukan 1. Batasi aktivitas klien untuk Maerani
September berhubungan dengan perawatan selama 3 X 24 jam menghemat energi
2016, 08.00 metabolisme anaerob klien akan menunjukkan: 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
yang ditandai dengan 1. Ketahanan kelemahan
klien malaise, lemah 2. Konsentrasi 3. Monitor status nutrisi dan sumber
yang ekstrem. 3. Konservasi energi energi yang adekuat
4. Status nutrisi: energi 4. Bantu aktivitas klien dalam melakukan
aktivitas harian yang sesuai dengan
Kriteria hasil: kebutuhan
1. Memverbalisasi penigkatan 5. Konsultasikan dengan ahli gizi tentang
energi pemenuhan kebutuhan nutrisi dan
2. Istirahat yang cukup cairan

23
3. Mampu melakukan aktivitas
secara mandiri
4. Terdapat penggunaan energi
dalam mengatasi kelemahan
8. 24 Defisiensi pengetahuan Tujuan : setelah dilakukan 1. Jelaskan pada klien dan keluarga Rilly
September berhubungan dengan perawatan selama 1 X 24 jam tentang proses penyakit dengan bahasa
2016, 08.00 kurang terpapar klien akan menunjukkan: yang mudah dipahami
informasi tentang 1. Pengetahuan mengenai 2. Sediakan akses yang memadai untuk
penyakit yang ditandai managemen penyakit kronik meningkatkan pengetahuan klien
dengan klien tidak 2. Pengetahuan mengenai 3. Diskusikan terkait dengan terapi yang
mengetahui penyakit managemen penyakit ginjal akan dilakukan pada klien
yang dideritanya, 4. Dorong klien untuk memberikan
seringkali bertanya Kriteria Hasil: pendapat dan keputusan pada setiap
kepada perawat dan 1. Mampu menjelaskan faktor tindakan yang akan dilakukan
dokter terkait kondisinya, penyebab dan proses 5. Informasikan kepada klien tindakan
tampak cemas dengan penyakit yang akan dilakukan
kondisinya. 2. Mampu menyebutkan tanda 6. Lakukan inform consen yang benar
gejala, komplikasi, stategi 7. Libatkan keluarga selama tindakan
pencegahan dan pengobatan 8. Anjurkan klien untuk kooperatif
penyakit terhadap tindakan yang dilakukan
3. Mampu melakukan terapi 9. Kaji pengetahun klien sebelum dan
medis dan non medis serta sesudah dilakukan pendidikan
efek dari pengobatan kesehatan
4. Menyatakan mampu 10. Evaluasi efektivitas tindakan yang
melakukan tindakan dilakukan.
kegawatan dini jika terjadi
serangan penyakit

24
1.4 Implementasi
N TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI RESPON KLIEN NAMA DAN
O PARAF
1. 24 september 1. Melakukan pemasangan kateter Klien tampak lemah Juwarti
2016, pukul 10.00 2. Menginformasikan kondisi klien pada keluarga
WIB

24 september
2016, pukul 10.30 1. Melakukan pemasangan IV dengan cairan NS 10
WIB tpm
2. 24 september 1. Memonitoring TTV Klien tampak meringis dan lemah rilly
2016, pukul 17.00 2. Mengatur keseimbangan intake dan otput saat dilakukan sampel darah dan
WIB 3. Memonitoring tanda dan gejala asites pengambilan urin
4. Melakukan pemeriksaan darah lengkap dan
urinalisis (kolaborasi)

3. 24 september 1. Melakukan pemasangan oksigen dengan nasal Klien tampak lebih tenang dengan Maerani
2016, pukul 21.00 kanul 4 lpm pernafasan berangsung-angsur
WIB 2. Mengukur TTV normal setelah dilakukan
3. Mengobservasi status pernafasan klien (frekuensi pemasangan oksigen
nafas, kedalaman, dan suara nafas tambahan)
4. 25 september 1. Menjelaskan tentang peyakit yang dialami klien Keluarga tampak memahami juwarti
2016, pukul 07.00 pada keluarga serta tindakan yang akan penjelasan perawat
WIB dilakukan
5. 25 september 1. Melakukan persiapan hemodialisa untuk klien Klien menyutujui akan dilakukan Rilly
2016, pukul 10.00 2. Melakukan inform konsen untuk mendapatkan terapi hemodialisa

25
WIB persetuan tindakan yang akan dilakukan pada
klien dan keluarga
6. 25 september 1. membantu aktivitas klien dalam melakukan Klien sangat kooperatif dan merasa Maerani
2016, pukul 13.40 aktivitas harian yang sesuai dengan kebutuhan senang aktivitasnya bisa terbantu
WIB
7. 25 september 1. mengkonsultasikan dengan ahli gizi tentang Klien menerima kebutuhan nutrisi Maerani
2016, pukul 19.11 pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan berdasarkan instruksi dari ahli gizi
WIB
8. 26 september 1. Mengukur keluaran urin dan mengambil sampel Klien menyetujui tindakan Rilly
2016, pukul 08.00 urin untuk pemeriksaan urinalisis pemeriksaan urin dilakukan
WIB
9. 26 september 1. Mengukur TTV Klien tampak tenang akan dilakukan Juwarti
2016, pukul 13.30 2. Mempersiapkan klien melakukan terapi terapi hemodialisa
WIB hemodialisa

3.5 Evaluasi
N TANGGAL/JAM DIAGNOSA EVALUASI SUMATIF NAMA DAN
O PARAF
29 September Kelebihan volume cairan berhubungan S: - Juwarti
1. 2016, pukul 15.00 dengan peningkatan cairan
WIB intravaskuler yang ditandai dengan O: tampak edema, dan peningkatan BB
edema, peningkatan berat badan dengan
cepat A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi
2. 29 September Ketidakefektifan pola nafas S : Klien mengatakan sesak berkurang Juwarti

26
2016, pukul 15.10 berhubungan dengan mekanisme
WIB kompensasi asidosis metabolik yang O : RR 22x/menit
dtandai dengan takipneu, RR >24 kali
permenit, terdapat penggunaan otot A :Masalah teratasi sebagian
bantu pernafasan.
P : Lanjutkan intervensi
3. 29 September Ketidakefektifan perfusi jaringan S: Maerani
2016, pukul 15.10 perifer berhubungan dengan penurunan
WIB oksigenasi sirkulasi yang ditandai O: CRT > 3detik, pengeluaran urin sedikit
dengan CRT >3 detik, kuku sianosis,
konjungtiva anemis A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi
4. 29 September Gangguan eliminasi urin berhubungan S : Pasien mengatakan sedikit BAK Maerani
2016, pukul 15.21 dengan penurunan GFR yang ditandai
WIB dengan penurunan jumlah keluaran urin O: jumlah keluaran urin 350 ml/24jam
kurang dari 400 ml/24 jam.
A: Masalah tidak teratasi

P: Lanjutkan intervensi
5. 29 September Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari S : Pasien mengatakan sudah tidak mual dan Rilly
2016, pukul 15.25 kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah
WIB mual muntah ditandai dengan kulit
kering, mukosa bibir kering, mengeluh O : Makan hanya dihabiskan ¼ piring, kulit tampak

27
sensasi rasa makanan atau minuman. kering, mukosa bibir kering

A: Masalh teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi
6. 29 September Kerusakan integritas kulit berhubungan S: Pasien mengatakan gatal Rilly
2016, pukul 15.45 dengan intoksikasi cairan elektrolit
WIB yang ditandai dengan gatal, purpura dan O: pasien tampak menggaruk, terlihat adanya
edema. purpura dan edema pada kaki

A: Masalah tidak teratasi

P: Lanjutkan intervensi
7. 29 September Kelemahan/ fatigue berhubungan S: Klien mengeluh lemah Maerani
2016, pukul 15.48 dengan metabolisme anaerob yang
WIB ditandai dengan klien malaise, lemah O: Tampak aktivitas pasien dibantu oleh keluarga
yang ekstrem.
A: Masalah tidak teratasi

P: Lanjutkan intervensi

8. 29 September Defisiensi pengetahuan berhubungan S: Pasien mengatakan sudah mengetahui Rilly


2016, pukul 15.58 dengan kurang terpapar informasi penyakitnya
WIB tentang penyakit yang ditandai dengan

28
klien tidak mengetahui penyakit yang O : Pasien tidak menanyakan kembali tentang
dideritanya, seringkali bertanya kepada penyakitnya kepada dokter dan perawat
perawat dan dokter terkait kondisinya,
tampak cemas dengan kondisinya A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi
.

29
BAB 4. PATHWAY
Glomerulonefritis Gagal ginjal
4.1 Pathway Sindrom uremik
Kronik
Renal Infeksi kronis
Pre Renal Post Renal
Gangguan filtrasi,
Gangguan
Hipovolemik, hipotensi, Hipoksia ISK, obstruksi saluran kemih reabsorbsi dan
jaringan ginjal
augmentasi
Kelainan kongenital
Gangguan biokimia tubuh
Gagal ginjal akut

SINDROM UREMIK
Gangguan filtrasi Gangguan reabsorbsi Disfungsi eksresi Gangguan Penumpukan elektrolit
amonia eksresi urea
Hipofiltrasi darah Gangguan keseimbangan
hipernatremia Penurunan pH elektrolit
Retensi amoniak dan Penumpukan urea
penurunan sekresi
Penurunan GFR dalam darah
Peningkatan cairan asam bikarbonat
Asidosis intoksisikasi
intravaskuler
Penurunan eksresii metabolik Peningkatan konsentrasi
Gangguan permeabilitas Secara sistemik
urine cairan intra vaskuler
edema kapiler
Mekanisme
Oliguria/Anuria kompensasi
Penurunan oksigenasi Kulit gatal, purpura Perpindahan cairan ektra
Kelebihan volume tubuh
sirkulasi vaskuler ke intra vaskuler
Gangguan cairan hiperventilasi
Kerusakan integritas kulit
eliminasii urine hipoksemia
Kurang terpapar Ketidakefekti Peningkatan cairan
Metabolisme anaerob
Ketidaktahuan penyebab informasi penyakit fan pola nafas intravaskuler
Hipoksia jaringan
kondisi saat ini
Peningkatan asam laktat
Defisiensi
Ketidakefektifan Hipoksia edema
Ketidakseimbangan nutrisi pengetahuan 30
kurang dari keb tubuh perfusi jaringan seluler Penurunan energi
perifer Kelebihan volume cairan
Mual, muntah, anoreksia Mulut terasa kecap logam Keletihan/ fatigue
BAB 5. APLIKASI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

5.1 Kasus
Tn. G berusia 57 tahun datang kerumah sakit dengan kondisi lemah sesak
nafas, tampak penggunaan otot bantu pernafasan dan cuping hidung, pucat, akral
dingin dan limbung. Sejak 3 bulan yang lalu klien mengatakan mengalami
penurunan berat badan yang drastis, yaitu awalnya 75 tetapi turun menjadi berat
badannya 45 kg. Namun, sejak 1 minggu yang lalu Tn.G mengalami
peningkatan berat badan yang drastin yaitu 50 Kg. Kondisi ini dikarenakan Tn.
G mengaku nafsu makan turun akibat mual dan muntah.Edema anasarka dengan
pitting edema pada ekstremitas bawah ++/++, kencing jarang keluar hanya
sedikit kurang dari 400 ml/24 jam. Pada wajah tampak sianosis, sklera kuning,
konjungtiva anemis, mukosa bibir kering, tampak adanya pernafasan cuping
hidung, dan terdapat vena jugularis. Setelah dilakukan pemeriksaan terlihat
adanya distensi, urin kuning pucat, frekuensi 2x sehari, urin output 50 ml setiap
kencing, area genital terlihat sianosis. Kulit tampak berwarna pucat dan keabu-
abuan, kering dan banyak terdapat purpura dan kuku sianosis, compos mentis,
anemia (+), CRT > 2 detik. TTV TD: 150/100 mmHg, RR: 28 x/menit, S: 37 oC,
N: 100 x/menit. Pemeriksaan penunjang menunjukkan urin lengkap: nilai BUN
25 mg/dl, warna urine keruh, protein (+), glukosa (+), eritrosit 4/lpb, kreatinin
1,4 mg/dl, pH urin 2,3. saturasi oksigen 89 %, Hb 7 gr. Turgor kulit jelek,
kering. Abdomen tampak membesar (asites), nyeri tekan (+). 2 tahun yang lalu
Dokter mendiagnosa glomerulonefritis, dan sekarang dokter mendiagnosa
dengan gagal ginjal dan sindroma uremik. Klien dan keluarga sering kali
bertanya-tanya tentang penyakit yang diderita Tn.G kepeda perawat dan juga
dokter yang visite.

5.2 Asuhan Keperawatan


5.2.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. G

31
Usia : 57 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln. Sehat 2, No. 4B
Pekerjaan : Petani
Status Pernikahan : Nikah
Tingkat pendidikan : S1
No. RM : 24092016
Tanggal MRS : 24 September 2016, pukul 07.30 WIB
Diagnosa Medis : Sindroma Uremia
Tanggal Pengkajian : 24 September 2016, pukul 08.00 WIB
Sumber Pengkajian : Klien dan Keluarga
2. Keluhan Utama
Sesak nafas
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang dengan kondisi sesak nafas, pucat dan bibir sianosis, edema seluruh
tubuh yang terjadi sejak 1 bulan yang lalu. Keluarga juga mengatakan bahwa
Tn.G jarang BAK dan juga saat BAK sedikit dengan warna yang agak sedikit
keruh dan berbau sedikit menyengat. Keluarga membawa kerumah sakit karena
Tn.G mengeluh sesak nafas yang berat tidak seperti biasanya yang sesaknya
masih dapat ditahan dan diatasi sendiri.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
2 tahun yang lalu Tn.G mengalami glomerulonefritis dan juga hipertensi.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga sebelumnya yang mengalami
penyakit seperti Tn.G, namun ibu dari Tn.G meninggal akibat penyakit stroke.
6. Pengkajian Pola Fungsi Gordon
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Tn. G jarang sekali pergi memeriksakan kesehatannya pada pelayanan
kesehatan karena alasan tidak punya uang, pendapatan minim. Namun, pada
saat Tn.G sakit dan tidak mampu mengatasi masalah kesehatan Tn. G dan

32
keluarga langsung menemui pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pengobatan untuk kesembuhan dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum sakit : nafsu makan normal, tidak mempunyai alergi makanan
apapun, berat badan 75 kg.
Setelah sakit : tidak nafsu makan karena sering mual dan muntah, mulut
terasa seperi berasa logam dan bau.
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit : BAK normal dan lancar, BAB lancar 1 kali sehari setiap pagi
Setelah sakit : BAK tidak lancar, jarang dan keluar dengan volume sedikit,
warna urin semakin keruh dan berbau tajam.
d. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit: dapat beraktivitas normal, ADL terpenuhi dengan baik.
Saat sakit: ADL tidak terpenuhi akibat edema pada kedua ekstremitas bawah
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum v
Toileting v
Berpakaian v
Mobilitas di tempat tidur v
Berpindah v
Ambulasi / ROM v
Ket: 0: tergantung total, 1: bantuan petugas dan alat, 2: bantuan petugas, 3:
bantuan alat, 4: mandiri
e. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit : pola tidur normal tidak sering insomnia
Setelah sakit : Tn. G selalu terbangun dari tidurnya karena sering mersa sesak
nafas
f. Pola hubungan dan peran
Sebelum sakit : Tn.G sebagai tulang punggung keluarga dengan bekerja
sebagai petani dan kepala rumah tangga.

33
Setelah sakit : Tn.G tidak dapat melakukan perannya sebagai kepala keluarga
yang menafkasi keluarga, sehingga saat selama sakit peran pencari nafka
dilimpahkan atau dilakukan oleh istrinya.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Tn.G yang tadinya sehat, tiba-
tiba mengalami sakit. Sebagai seorang awam, Tn.G mungkin akan
beranggapan bahwa penyakitnya adalah penyakit berbahaya dan mematikan.
Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap
dirinya.
h. Pola sensori dan kognitif
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga
dengan proses berpikirnya. Adapun dari pola sensori yang teganggu tapi
jarang yaitu ketika demam dan sesak napas yang mengakibakan kelemahan.
i. Pola reproduksi seksual
Sebelum sakit : kebutuhan seksual tidak terganggu dan terpenuhi secara
normal
Setelah sakit :Kebutuhan seksual pasien akan terganggu untuk sementara
waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya masih lemah.
j. Pola managemen stress dan koping
Pasien yang tidak mengetahui penyebab dan proses dari penyakitnya akan
mengalami stress dan mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat
dan dokter yang merawatnya atau orang yang mungkin dianggap lebih tahu
mengenai penyakitnya.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada
Tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari
Tuhan.
7. Pengkajian Fisik
a. Keadaan fisik umum lainnya dapat dikaji head toe toe, yang meliputi:
13) Kepala: ispeksi bentuk kepala, distribusi rambut, warna rambut, dan kulit
kepala

34
14) Mata: inspeksi adanya kelainan anatomi mata dan palpasi andanya
konjungtiva anemis atau tidak
15) Telinga: inspeksi bentuk telinga simentris atau tidak serta uji dengan tes
pendengaran normal atau tidak
16) Hidung: bentuk hidung, alat bantu yang terpasang pada hidung,
pernafasan cuping hidung.
17) Mulut: Inspeksi mukosa bibir, warna bibir, dan kelainan bentuk atau
anatomi, peradangan pada gusi, ulserasi pada mulut, pernafasan berbau
amoniak, dan mual muntah.
18) Leher: inspeksi kelainan bentuk leher, adanya vena jugularis, nadi karotis
dan adanya penggunaan otot bantu nafas.
19) Dada
Paru-paru: inspeksi bentuk dada, palpasi, perkusi seluruh lapang dada
dan auskultasi suara nafas.
Jantung: inspeksi iktus qordis, palpasi CRT dan detakan jantung, perkusi
batas jantung, dan auskultasi suara jantung abnormal
20) Abdomen: inspeksi adanya asites dan kelainan bentuk abdomen, nyeri
area pinggang.
21) Urogenital: inspeksi bentuk anatomi genital, alat bantu eliminasi yang
terpasang.
22) Ekstremitas: inspeksi kelainan bentuk ekremitas baik bawah maupun
atas, fungsi pergerakan, perubahan bentuk, dan adanya edema daerah
ekstremitas, terasa panas pada telapak kaki, kelemahan pada tungkai, foot
drop, penurunan kekuatan otot.
23) Kulit dan Kuku
Kajian tentang Integritas kulit, echimosis, kulit kering bersisik, adanya
edema generalisata, adanya pruritus akibat penumpukan ureum dalam
sirkulasi, warna kulit abu-abu mengkilat atau terjadi hiperpigmentasi,
kebersihan kulit dan kuku, serta kaji CRT >3 detik, kuku tipis dan rapuh.
24) Keadaan Lokal
Compos mentis, GCS 455

35
b. Hasil pemeriksaan penunjang
urin lengkap: nilai BUN 25 mg/dl, warna urine keruh, protein (+), glukosa (+),
eritrosit 4/lpb, kreatinin 1,4 mg/dl, pH urin 2,3. saturasi oksigen 89 %, Hb 7 gr.
c. Analisi Data
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O KEPERAWATAN
1. DO : Kerusakan ginjal Kelebihan volume
- Edema anasarka cairan
- pitting edema pada Gagal ginjal
ekstremitas bawah ++/
++ Gangguan filtrasi, reabsorsi
- kencing jarang keluar dan augmentasi
hanya sedikit
- peningkatan berat Penumpukan cairan dan
badan yang drasti 45 elektrolit
Kg menjadi 50 Kg
dalam 1 minggu Peningkatan konsentrasi
DS: elektrolit intravaskuler
- Tn.G mengeluh sesak
nafas berat Perpindahan cairan dari
ekstravaskuler ke intra
vaskuler

Peningkatan cairan dan


elektrolit intravaskuler

Edema anasarka

Kelebihan volume cairan

2. DO: Disfungsi ekskresi amoniak Ketidakefektifan

36
- RR 28 X/menit pola nafas
- Tampak penggunaan Penumpukan amoniak
otot bantu pernafasan dalam tubuh
- Tampak pernafasan
cuping hidung Penurunan pH darah
- Saturasi oksigen 89 %
DS : Asidosis metabolik
- Tn. G merasa sesak
yang berat yang tida Mekanisme kompensasi
biasa
Hiperventilasi

Ketidakefektifan pola nafas


3. DO: Retensi amoniak dan Gangguan perfusi
- Akral dingin sekresi asam bikarbonat jaringan perifer
- CRT >2 detik
- Kuku sianosis Penurunan permeabilitas
- Wajah pucat dan kapiler
konjungtiva anemis
DS : Penurunan oksigenasi
- Tn.G mengeluh pusing sirkulasi
dan limbung
- Tn.G mengatakan Hipoksemia
lemah sekali
Hipoksia jaringan

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
4. DO : Gagal ginjal akut/kronik Gangguan
- Keluaran urin sedikit eliminasi urine
dan jarang, keluaran Gangguan filtrasi
urine

37
DS : Hipofiltrasi darah
- Tn. G mengatakan
jarang BAK 100 ml/24 Penurunan GFR
jam
- Warna urin sedikit Oligouria/anuria
keruh, berbau
menyengat dan pekat Gangguan eliminasi urine

5. DO : Disfungsi amoniak Ketidakseimbangan


- kulit kering nutrisi: kurang dari
- turgor kulit kering, Retensi amonia dan kebutuhan tubuh
mukosa bibir kering, peningkatan asam
penurunan berat badan bikarbonat
yaitu dari 75 Kg
menjadi 45 Kg Mulut terasa kecap logam
DS: dan berbau
- klien mengatakan
tidak nafsu makan Mual dan muntah
- Mulut terasa kecap
logam Anoreksia

Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
6. DO : Gagal ginjal kronis stadium
- Edema anasarka akhir
- Terdapat purpura
DS : Sindroma uremik
- Klien mengatakan
gatal-gatal pada kulit Ketidakseimbangan
elektrolit

38
Intoksisitas sistemik

Gatal dan terjadi


purpura pada permukaan
7. DO: Ketidakseimbangan Kelemahan/fatigue
- Tn. G tampak lemah, elektrolit
limbung dan pucat.
- klien malaise, lemah Gangguan permeabilitas
yang ekstrem, ADL kapiler
dibantu oleh keluarga
dan perawat. Penurunan oksigenasi
DS:
- Tn G mengatakan masih Hipoksemia
lemas dan tidak punya
tenaga Peningkatan metabolisme
anaerob

Peningkatan asam laktat

Penurunan energi

Kelemahan/fatigue
8. DO: Gagal ginjal Defisiensi
- Klien dan keluarga pengetahuan
tampak bingung dan tidak Kondisi anuria/oliguria
memahami kondisi
penyakit Tn.G. Tidak mengetahui
- seringkali bertanya penyebab penyakit
kepada perawat dan
dokter terkait kondisinya, Kurang terpapar informasi

39
tampak cemas dengan terkait penyakit
kondisinya
DS: Defisiensi pengetahuan
- klien mengatakan tidak
mengetahui penyakit
yang dideritanya

5.3 Diagnosa
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan cairan intravaskuler
yang ditandai dengan edema anasarka dengan pitting edema pada ekstremitas
bawah ++/++, kencing jarang keluar hanya sedikit, peningkatan berat badan
yang drasti 45 Kg menjadi 50 Kg dalam 1 minggu.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan mekanisme kompensasi
asidosis metabolik yang dtandai dengan takipneu, RR 28 kali permenit, terdapat
penggunaan otot bantu pernafasan, penafasan cuping hidung, saturasi oksigen 89
%.
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
oksigenasi sirkulasi yang ditandai dengan CRT >2 detik, kuku sianosis,
konjungtiva anemis, wajah pucat, akral dingin.
4. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan GFR yang ditandai
dengan keluaran urin sedikit kurang dari 400 ml/24 jam dan jarang.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah ditandai dengan kulit kering, dan turgor kulit kering, mukosa bibir
kering, penurunan berat badan yaitu dari 75 Kg menjadi 45 Kg, mengeluh
sensasi rasa seperti logam dan berbau.
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan intoksikasi cairan elektrolit yang
ditandai dengan gatal, purpura dan edema.
7. Kelemahan/ fatigue berhubungan dengan metabolisme anaerob yang ditandai
dengan klien malaise, lemah yang ekstrem, ADL dibantu oleh keluarga dan
perawat.

40
8. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang
penyakit yang ditandai denganklien dan keluarga tampak bingung, klien tidak
mengetahui penyakit yang dideritanya, seringkali bertanya kepada perawat dan
dokter terkait kondisinya, tampak cemas dengan kondisinya

41
5.4 Intervensi
N TANGGAL/ DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI NAMA
O JAM HASIL DAN
PARAF
1. 24 Kelebihan volume cairan Tujuan : setelah dilakukan 12.Kaji jumlah urin yang dieliminasi Juwarti
September berhubungan dengan perawatan selama 4 X 24 jam 13.Kaji tipe intake yang sesuai dengan
2016, 08.00 peningkatan cairan klien akan menunjukkan: kebutuhan
intravaskuler yang 3. Balance cairan 14.Kaji CRT dan turgor kulit
ditandai dengan edema, 4. fungsi ginjal membaik 15.Monitoring berat badan klien
peningkatan berat badan 16.Monitoring TTV
dengan cepat Kriteria hasil : 17.Atur keseimbangan intake dan otput
10.keseimbangan intake dan 18.Monitoring tanda dan gejala asites
output 19.Lakukan pemeriksaan darah lengkap
11.TTV dalam batas normal dan urinalisis (kolaborasi)
12.Turgor kulit membaik 20.Kolaborasikan pemberian obat untuk
13.Kadar serum elektrolit, mengurangi preload
hematokrit, dan berat jenis 21.Kolaborasikan perlunya dilakukan
urin normal dialisis
14.Tidak ada edema 22.Siapkan klien untuk melakukan terapi
15.Output urin dalam 8 jam dialisis
normal
16.Warna urin, pH urin dan
kadar elektrolit urin dalam
rentang normal
17.Tidak da penimbunan BUN,
kretini serum, natrium,
glukosa, protein
18.Tidak ada peningkatan berat
badan yang cepat dan
berlebihan

42
2. 24 Gangguan eliminasi urin Tujuan : setelah dilakukan 7. Lakukan pengaturan jadwal berkemih Juwarti
September berhubungan dengan perawatan selama 5 X 24 jam 8. Monitor karakteristik urin (frekuensi,
2016, 08.00 penurunan GFR yang klien akan menunjukkan: warna, bau, volume, dan sedimentasi)
ditandai dengan 3. Kontinensia urinari 9. Identifikasi perlunya dilakukan
penurunan jumlah 4. Kemampuan elminasi urin pemasangan kateter
keluaran urin kurang dari Krriteria hasil: 10. Ambil sampel urin untuk
400 ml/24 jam. 10. Pola BAK normal pemeriksaan urinalisis
11. Keluaran urin sesuai 11. Atur asupan cairan sesuai dengan
dengan jumlah urin normal kebutuhan klien
12. Pengosongan bladder 12. Catat atau monitoring output urin
komplit
13. Intake dan output
seimbang
14. Asupan cairan adekuat
15. Pola eliminasi normal
16. Tidak ada endapan
elektrolit dalam urin
17. Karekateristik urin
( warna, jumlah, bau,
sedimentasi) dalam batas
normal
18. Tidak ada hematuria
3. 24 Ketidakseimbangan Tujuan : setelah dilakukan 8. Kaji status nutrisi klien dan pmenuhan Maerani
September nutrisi kurang dari perawatan selama 5 X 24 jam nutrisi klien
2016, 08.00 kebutuhan tubuh klien akan menunjukkan: 9. Identifikasi riwayat alergi makanan
berhubungan dengan 3. Self-care :eating klien
mual muntah ditandai 4. Peningkatan berat badan 10. Anjurkan keluarga untuk membantu
dengan kulit kering, normal melakukan pemenuhan nutrisi
mukosa bibir kering, 11. Kaji keseimbangan kalori yang
mengeluh sensasi rasa Kriteria hasil: dibutuhkan

43
makanan atau minuman. 6. Intake makanan dan cairan 12. Monitoring secara kontinue berat
peroral adekuat badan dan status hidrasi klien
7. Nutrisi parenteral adekuat 13. Melakukan oral higyen
8. Menghabiskan porsi makan 14. Monitoring asupan cairan dan
tanpa gangguan makanan serta hitung output
9. Tidak ada gangguan selama
proses makan (mual dan
muntah)
10. Proporsi antar tinggi
badan dan berat badan
seimbang
4. 24 Ketidakefektifan perfusi Tujuan : setelah dilakukan 8. Monitoring abnormalitas nilai serum Maerani
September jaringan perifer perawatan selama 2 X 24 jam elektrolit
2016, 08.00 berhubungan dengan klien akan menunjukkan: 9. Monitoring perubahan fungsi
penurunan oksigenasi 1.status sirkulasi pulmonal dan kardiak yang
sirkulasi yang ditandai 2. Perfusi jaringan adekuat mengindikasikan terjadinya kelebihan
dengan CRT >3 detik, volume cairan
kuku sianosis, Kriteria hasil 10. Lakukan pemeriksaan laboratorium
konjungtiva anemis. 9. tekanan darah sistolik dan (hematokrit, BUN, protein, natrium
diastolik dalam rentang dan kalium)
normal 11. Beri cairan sesuai dengan kebutuhan
10. saturasi oksigen 100% klien
11. urine output normal 12. Hindari pemberian cairan yang
12. CRT < 2 detik bersifat diuresis
13. PaO2 dan PaCO2 dalam 13. Monitor terjadinya penurunan
rentang normal sensasi
14. Tidak ada penambahan 14. Koreksi kondisi dehidrasi klien
berat badan yang mendadak
15. Temperatur kulit
ekstremitas normal

44
16. Tidak ada distensi vene
jugularis, edema perifer,
asites, dan fatigue

5. 24 Ketidakefektifan pola Tujuan : setelah dilakukan 8. Identifikasi perlunya pemasangan alat


September nafas berhubungan perawatan selama 2 X 24 jam bantu nafas (oksigenasi)
2016, 08.00 dengan mekanisme klien akan menunjukkan: 9. Monitoring suara nafas, frekuensi, dan
kompensasi asidosis 4. Status respirasi:ventilasi kedalaman
metabolik yang dtandai 5. Airway 10. Ukur TTV
dengan takipneu, RR >24 6. Status tanda-tanda vital 11. Monitor adanya tanda-tanda
kali permenit, terdapat hipoventilasi
penggunaan otot bantu Kriteria hasil: 12. Monitor kefektifan oksigenasi
pernafasan. 5. Tanda-tanda vital dalam 13. Pertahankan jalan nafas tetap paten
rentang normal 14. Monitor frekuensi dan irama
6. Ventilasi normal (frekuensi, pernafasan
RR, kedalaman)]
7. Tidak menunjukkan
penggunaan otot bantu
pernafasan
8. Jalan nafas paten
6. 24 Kerusakan integritas Tujuan : setelah dilakukan 6. Monitoring akses hemodialisi (rubbor, Rilly
September kulit berhubungan perawatan selama 5 X 24 jam dolor, color, dollor dan fungsiolesa)
2016, 08.00 dengan intoksikasi cairan klien akan menunjukkan: 7. Gunakan teknik sterilisasi dalam
elektrolit yang ditandai 3. Akses hemodialisis merawat pemasangan kateter, lesi,
dengan gatal, purpura 4. Intergritas jaringan: kulit akses dialisis dan kulit lainnya
dan edema. dan membran mukosa 8. Inspeksi kulit dan memberan mukosa
9. Observasi kondisi ektremitas
Kriteria Hasil: (terutama pada bagian yang
6. Pulsasi perifer adekuat mengalami edema)
7. Tidak ada pigmentasi 10. Identifikasi klien mengenai tingkat

45
abnormal, lesi, kelembapan, resiko tinggi mengalami gangguan
tkstur, perfusi jaringan, dan integritas jaringan kulit
integritas kulit dalam
kondisi baik
8. Aliran darah pada akses
hemodialisis lancar
9. Tidak ada tanda-tanda
infeksi (rubbor, tumor,
color, dollor dan
fungsiolesa)
10. Tidak ada edema dan nyeri
7. 24 Kelemahan/ fatigue Tujuan : setelah dilakukan6. Batasi aktivitas klien untuk Maerani
September berhubungan dengan perawatan selama 3 X 24 jam menghemat energi
2016, 08.00 metabolisme anaerob klien akan menunjukkan: 7. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
yang ditandai dengan 5. Ketahanan kelemahan
klien malaise, lemah 6. Konsentrasi 8. Monitor status nutrisi dan sumber
yang ekstrem. 7. Konservasi energi energi yang adekuat
8. Status nutrisi: energi 9. Bantu aktivitas klien dalam melakukan
aktivitas harian yang sesuai dengan
Kriteria hasil: kebutuhan
5. Memverbalisasi penigkatan 10. Konsultasikan dengan ahli gizi
energi tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi
6. Istirahat yang cukup dan cairan
7. Mampu melakukan aktivitas
secara mandiri
8. Terdapat penggunaan energi
dalam mengatasi kelemahan
8. 24 Defisiensi pengetahuan Tujuan : setelah dilakukan 11. Jelaskan pada klien dan keluarga Rilly
September berhubungan dengan perawatan selama 1 X 24 jam tentang proses penyakit dengan bahasa
2016, 08.00 kurang terpapar klien akan menunjukkan: yang mudah dipahami

46
informasi tentang 3. Pengetahuan mengenai 12. Sediakan akses yang memadai untuk
penyakit yang ditandai managemen penyakit kronik meningkatkan pengetahuan klien
dengan klien tidak 4. Pengetahuan mengenai 13. Diskusikan terkait dengan terapi
mengetahui penyakit managemen penyakit ginjal yang akan dilakukan pada klien
yang dideritanya, 14. Dorong klien untuk memberikan
seringkali bertanya Kriteria Hasil: pendapat dan keputusan pada setiap
kepada perawat dan 5. Mampu menjelaskan faktor tindakan yang akan dilakukan
dokter terkait kondisinya, penyebab dan proses 15. Informasikan kepada klien tindakan
tampak cemas dengan penyakit yang akan dilakukan
kondisinya. 6. Mampu menyebutkan tanda 16. Lakukan inform consen yang benar
gejala, komplikasi, stategi 17. Libatkan keluarga selama tindakan
pencegahan dan pengobatan 18. Anjurkan klien untuk kooperatif
penyakit terhadap tindakan yang dilakukan
7. Mampu melakukan terapi 19. Kaji pengetahun klien sebelum dan
medis dan non medis serta sesudah dilakukan pendidikan
efek dari pengobatan kesehatan
8. Menyatakan mampu 20. Evaluasi efektivitas tindakan yang
melakukan tindakan dilakukan.
kegawatan dini jika terjadi
serangan penyakit

5.5 Implementasi
N TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI RESPON KLIEN NAMA DAN
O PARAF
1. 24 september 3. Melakukan pemasangan kateter Klien tampak lemah Juwarti
2016, pukul 10.00 4. Menginformasikan kondisi klien pada keluarga
WIB

24 september
2016, pukul 10.30 1. Melakukan pemasangan IV dengan cairan NS 10

47
WIB tpm
2. 24 september 5. Memonitoring TTV Klien tampak meringis dan lemah rilly
2016, pukul 17.00 6. Mengatur keseimbangan intake dan otput saat dilakukan sampel darah dan
WIB 7. Memonitoring tanda dan gejala asites pengambilan urin
8. Melakukan pemeriksaan darah lengkap dan
urinalisis (kolaborasi)

3. 24 september 4. Melakukan pemasangan oksigen dengan nasal Klien tampak lebih tenang dengan Maerani
2016, pukul 21.00 kanul 4 lpm pernafasan berangsung-angsur
WIB 5. Mengukur TTV normal setelah dilakukan
6. Mengobservasi status pernafasan klien (frekuensi pemasangan oksigen
nafas, kedalaman, dan suara nafas tambahan)
4. 25 september 2. Menjelaskan tentang peyakit yang dialami klien Keluarga tampak memahami juwarti
2016, pukul 07.00 pada keluarga serta tindakan yang akan penjelasan perawat
WIB dilakukan
5. 25 september 3. Melakukan persiapan hemodialisa untuk klien Klien menyutujui akan dilakukan Rilly
2016, pukul 10.00 4. Melakukan inform konsen untuk mendapatkan terapi hemodialisa
WIB persetuan tindakan yang akan dilakukan pada
klien dan keluarga
6. 25 september 2. membantu aktivitas klien dalam melakukan Klien sangat kooperatif dan merasa Maerani
2016, pukul 13.40 aktivitas harian yang sesuai dengan kebutuhan senang aktivitasnya bisa terbantu
WIB
7. 25 september 2. mengkonsultasikan dengan ahli gizi tentang Klien menerima kebutuhan nutrisi Maerani
2016, pukul 19.11 pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan berdasarkan instruksi dari ahli gizi
WIB
8. 26 september 2. Mengukur keluaran urin dan mengambil sampel Klien menyetujui tindakan Rilly
2016, pukul 08.00 urin untuk pemeriksaan urinalisis pemeriksaan urin dilakukan

48
WIB
9. 26 september 3. Mengukur TTV Klien tampak tenang akan dilakukan Juwarti
2016, pukul 13.30 4. Mempersiapkan klien melakukan terapi terapi hemodialisa
WIB hemodialisa

5.6 Evaluasi
NO TANGGAL/JAM DIAGNOSA EVALUASI SUMATIF NAMA DAN
PARAF
29 September Kelebihan volume cairan berhubungan S: - Juwarti
1. 2016, pukul 15.00 dengan peningkatan cairan
WIB intravaskuler yang ditandai dengan O: TTV TD: 130/100 mmHg, RR: 24 x/menit, S:
edema anasarka dengan pitting edema 36,5oC, N: 100 x/menit
pada ekstremitas bawah ++/++, kencing tampak edema pada ekstremitas bawah, BB 50
jarang keluar hanya sedikit, kg, BUN 25 mg/dl, protein (+), glukosa (+),
peningkatan berat badan yang drasti 45 eritrosit 4/lpb, kreatinin 1,4 mg/dl, Hb 7 g,
Kg menjadi 50 Kg dalam 1 minggu. Abdomen tampak membesar (asites), wajah
tampak sianosis, terdapat vena jugularis.

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi 1,2,5, dan 7


2. 29 September Ketidakefektifan pola nafas S:- Juwarti
2016, pukul 15.10 berhubungan dengan mekanisme O: TTV TD: 130/100 mmHg, RR: 24x/menit, S:
WIB kompensasi asidosis metabolik yang 36,5oC, N: 100 x/menit oksigen 95%, masih
dtandai dengan takipneu, RR 28 kali tampak menggunakan otot bantu pernafasan,
permenit, terdapat penggunaan otot A :Masalah teratasi sebagian
bantu pernafasan, penafasan cuping
hidung, saturasi oksigen 89 %. P : Lanjutkan intervensi 5,3,dan 6
3. 29 September Ketidakefektifan perfusi jaringan S: - Maerani

49
2016, pukul 15.10 perifer berhubungan dengan penurunan
WIB oksigenasi sirkulasi yang ditandai O: TTV TD: 130/100 mmHg, RR: 24 x/menit, S:
dengan CRT >2 detik, kuku sianosis, 36,5oC, N: 100 x/menit CRT <2 detik, kuku tidak
konjungtiva anemis, wajah pucat, akral sianosis, konjunctiva anemis, wajah masih pucat,
dingin. akral hangat, dan Hb 8 gr.

A: Masalah teratasi sebagian

P: ulangi intervensi
4. 29 September Gangguan eliminasi urin berhubungan S : - Maerani
2016, pukul 15.21 dengan penurunan GFR yang ditandai
WIB dengan keluaran urin sedikit kurang O: jumlah keluaran urin 100 ml/24jam, nilai
dari 400 ml/24 jam dan jarang. BUN 25 mg/dl, warna urine keruh, protein (+),
glukosa (+), eritrosit 4/lpb, kreatinin 1,4 mg/dl,
pH urin 2,3

A: Masalah tidak teratasi

P: Lanjutkan intervensi 6 dan 7


5. 29 September Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari S : Pasien mengatakan nafsu makan meningkat Rilly
2016, pukul 15.25 kebutuhan tubuh berhubungan dengan
WIB mual muntah ditandai dengan kulit O : BB 48 kg
kering, dan turgor kulit kering, mukosa
bibir kering, penurunan berat badan A: Masalah teratasi sebagian
yaitu dari 75 Kg menjadi 45 Kg,
mengeluh sensasi rasa seperti logam P: Lanjutkan intervensi 2,6,8
dan berbau.
6. 29 September Kerusakan integritas kulit berhubungan S: - Rilly
2016, pukul 15.45 dengan intoksikasi cairan elektrolit O: Kulit tampak berwarna pucat dan keabu-
WIB yang ditandai dengan gatal, purpura dan abuan dan kering, terlihat adanya purpura dan

50
edema. edema pada ekstremitas bawah

A: Masalah tidak teratasi

P: ulangi dan modifikasi intervensi


7. 29 September Kelemahan/ fatigue berhubungan S: Klien mengeluh lemah Juwarti
2016, pukul 15.48 dengan metabolisme anaerob yang
WIB ditandai dengan klien malaise, lemah O: Tampak aktivitas pasien dibantu oleh
yang ekstrem, ADL dibantu oleh keluarga
keluarga dan perawat.
A: Masalah tidak teratasi

P: Lanjutkan intervensi 3,5,dan 7

8. 29 September Defisiensi pengetahuan berhubungan S: Pasien mengatakan sudah mengetahui Rilly


2016, pukul 15.58 dengan kurang terpapar informasi penyakitnya
WIB tentang penyakit yang ditandai dengan
klien tidak mengetahui penyakit yang O : Pasien tidak menanyakan kembali tentang
dideritanya, seringkali bertanya kepada penyakitnya kepada dokter dan perawat
perawat dan dokter terkait kondisinya,
tampak cemas dengan kondisinya A: Masalah teratasi

P: Hentikan intervensi

51
BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Uremia merupakan suatu kondisi sindroma klinis yang disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, hormon, dan metabolisme tubuh yang terjadi
dan berkembang secara paralel akibat adanya penurunan atau gangguan fungsi gnjal.
Pada penderita dengan gangguan gagal ginjal kronis yang mencapai stadium akhir
sering kali berkembang menjadi sindroma uremik. Kondisi sindrom uremik ini
dikatakan dialami oleh penderita apabila kadar ureum dalam darah mencapai atau lebih
dari 50 mg/dl.
Sindroma uremik akan menunjukkan tanda dan gejala diberbagai macam sistem
tubuh, mulai dari sistem kardiovaskuler, respirasi, gastrointertinal, integumen atau
dermatologi, muskuloskeletal, hematologi dan neurologi. Kondisi ini terjadi pada
penderita sebagai stadium akhir dari gangguan fungsi ginjal yang kronis.
Penataalaksanaan yang biasa dilakukan untuk mengrangi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh adalah dengan terapi hemodialisa hingga transplantasi ginjal.
Penatalaksanaan medis maupun keperawatan yang tepat dan efektif sangat diperlukan
untuk membantu proses kesembuhan pasien dan juga meningkatkan kondisi kesehatan
pasien mencapai kesehatan yang oprtimal.

6.2 Saran
Dengan pengetahuan ini Perawat diharapkan mampu untuk melakukan tindakan
asuhan keperawatan pada klien dengan ruptur uterus dengan cepat, tepat dan efektif
sesuai dengan sanadar operasional prosedur. Pengetahuan ini harus dimiliki dan pahami
oleh semua perawat untuk mampu melakukan penatalaksanaan yang tepat apabila
menghadapi klien dengan masalah sindrom uremik tersebut.

52
DAFTAR PUSTAKA

Rubenstein, David, David Wayne & John Bradley. 2007. Lecture Notes: Kedokteran
Klinis. Jakarta: Erlangga

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Jakarta: EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta: EGC

Baughman DC, Hackley JC. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku. Jakarta :
EGC

NANDA Internasional. 2013. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014. Jakarta: EGC

Nurarif AH, & Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Edisi Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction
Publishing

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55839/4/Chapter%20II.pdf. Diakses
pada tanggal 24 September 2016, pukul 12.34 WIB

Prabowo, Eko & Andi Eka Pratama.2014. Buku Ajar Asuhan Kperawatan Sistem
Perkemihan Pendekatan NANDA NIC dan NOC.Yogyakarta: Medical Book

Sjamsuhidajat R, & Wing DE Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta:
EGC

Mariyanti, Sulis & Vika MN. 2013. Gambaran Makna Hidup Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal psikologi. Vol 11 (1). Hal 1-2

Pardede, Sudung O. 2010. Pruritus Uremik. Sari Pediatri. Vol 11 (5). Hal 348-350

53
http://www.depkes.go.id/article/print/16031000001/hari-ginjal-sedunia-2016-cegah-
nefropati-sejak-dini.html, Diakses pada tanggal 22 September 2016, pukul 14.30
WIB

Switra, Ketut. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta: Interna Publishing

54

Anda mungkin juga menyukai