Anda di halaman 1dari 4

PENDAPAT HUKUM (Legal Opinion)

Tentang Perceraian Pasangan Warga Afrika Selatan


yang Diajukan di Pengadilan Negeri Denpasar

Balikpapan, 21 November 2019

Kepada Ykh. Bapak Adriansyah, S.H., M. H.


Dosen Pengampu Mata Kuliah
Hukum Perdata Internasional
Di
Balikpapan

Dengan Hormat,
Kami menyampaikan pendapat hukum (Legal Opinion) tentang Perceraian Pasangan Warga
Negara Afrika Selatan yang diajukan di Pengadilan Negeri Denpasar, sebagai berikut :

A. Kasus Posisi (Case Position)


Adapun kronologi singkat tentang kasus yang kami bahas sebagai berikut :
1. Putusan Pengadilan Negeri Denpasar dibawah register Nomor 172/PdtG/2014/Pn.Dps
mengenai perceraian warga negara asing di Indonesia merupakan salah satu kasus yang
terkait dengan Hukum Perdata Internasional. Gugatan ini diajukan oleh seorang suami
yaitu bernama Thomas yang merupakan Warga Negara Afrika Selatan, pemegang
Pasport No. M00096351 dan KITAS (Kartu Ijin Tinggal Terbatas) di Indonesia, yang
dikeluarkan oleh Kantor Imigrasi Ngurah Rai, yang saat ini beralamat di Badung Bali.
2. Bahwa Thomas dan Isteri nya sudah menikah sejak tanggal 12 Desember 1975 dan
diterangkan dalam Akte Perkawinan Lengkap yang telah dikeluarkan Oleh Departemen
Dalam Negeri Republik Afrika Selatan No. Q10424 pada tanggal 12 Desember 2005.
3. Bahwa sejak pernikahan dilangsungkan hingga sekarang mereka tidak di karuniai
seorang anak. Sudah 10 Tahun terakhir Thomas dan Isterinya sudah tidak tinggal dalam
satu rumah. Kedua pasangan suami isteri tersebut sama-sama bekerja pada bidang
perhotelan namun mereka bekerja pada hotel yang berbeda sehingga mereka harus
menjalani perjalanan ke luar negeri sendiri-sendiri yang mengakibatkan mereka jarang
bertemu satu sama lain.
4. Bahwa, karena sudah 10 Tahun berpisah dalam arti mereka sudah tidak tinggal dalam
satu rumah kemudian Thomas mengajukan gugatan perceraian ke Pengadilan Negeri
Denpasar dimana ia dan isterinya berdomisili sekarang dan Isterinya pun menyetujui
nya.
B. Isu Hukum (Legal Issues)
Adapun yang menjadi permasalahan hukum yang terdapat dalam kasus tersebut, yaitu:
1. Bagaimanakah penegakan hukum yang terdapat di Indonesia dalam menangani kasus
tersebut?

C. Sumber Hukum (Source of Law)


Adapun yang menjadi sumber hukum dalam opini hukum (legal opinion) adalah sebagai
berikut:
1. Pasal 207 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata)
ditegaskan bahwa, “tuntutan untuk perceraian perkawinan, harus dimajukan kepada
pengadilan negeri, yang mana dalam daerah hukumnya, tatkala surat permintaan
termaksud dalam Pasal 831 Reglemen Hukum Acara Perdata dimajukan, si suami
mempunyai tempat tinggalnya, atau dalam hal tak adanya tempat tinggal yang
demikian, tempat kediaman sebenarnya.
2. Pasal 16 AB berbunyi:
De wettelijke bepalingen betreffende den staat en de voegdheid der personen blijven
verbindend voor ingezetenen van Nederlandsch-Indie, wanneer zij zich buiten’s lands
bevinden.
(Ketentuan hukum mengenai negara dan yurisdiksi orang-orang tetap mengikat
penduduk Hindia Belanda, ketika mereka berada di luar negeri).
Bagi penduduk Hindia-Belanda peraturan-peraturan perundang-undangan mengenai
status dan wewenang hukum seseorang tetap berlaku terhadap mereka, apabila mereka
ada di luar negeri. Pasal ini mengatur tentang Status Personal Seseorang & Wewenang,
yang mencakup:
1. Peraturan mengenai hukum perorangan (personenrecht)termasuk hukum
kekeluargaan.
2. Peraturan-peraturan mengenai benda yang tidak tetap (bergerak).
Dari bunyi pasal tersebut yang merupakan Sumber Hukum Perdata Internasional maka
yang menjadi Lexi causae dari kasus ini adalah Hukum Indonesia.

D. Argumentasi Hukum (Legal Arguments)


Kasus gugatan perceraian Thomas terhadap isterinya yang masuk dalam perkara
Hukum Perdata Internasional, karena terdapat unsur asing yaitu Thomas dan Isterinya yang
berkewarganegaraan Afrika Selatan. Dimana dalam menganalisa kasus ini yang menjadi
fokus adalah gugatan perceraian yang diajukan di Pengadilan Negeri Denpasar, Namun
perkawinan kedua pasangan ini dilangsungkan di Afrika Selatan.
Dari uraian kasus diatas kami mencoba menganalisis dengan pranata tradisional Teori
Titik Taut, Teori Kualifikasi, Lex Fori, dan Lex causae.
Menurut Bayu Seto Hardjowahono. Titik Taut adalah fakta-fakta di dalam sekumpulan
fakta perkara yang menunjukkan pertautan antara perkara itu dengan suatu tempat tertentu,
dan karena itu menciptkan relevansi antara perkara yang  bersangkutan dengan
kemungkinan berlakunya sistem atau aturan hukum intern dari tempat itu.
Pertama-tama kami menentukan apa yang menjadi Titik Taut Primer dari kasus tersebut.
Yang menjadi Titik Taut Primer dari kasus tersebut antara lain yaitu :
1) Kewarganegaraan, karena Thomas dan isterinya mereka adalah pasangan suami isteri
yang berkewarganegaraan Afrika Selatan.
2) Domisili, Tempat tinggal tetap Thomas dan Isterinya adalah di Bali sehingga
Domisili masuk menjadi Titik Taut Primer dalam kasus ini.
3) Tempat terjadinya perbuatan hukum, poin ke-3 ini masuk menjadi Titik Taut Primer
karena gugatan perceraian yang diajukan Thomas terhadap Isterinya diajukan di
Pengadilan Negeri Denpasar. 
Setelah ditentukan mana yang menjadi Titik Taut Primer kemudian kita menentukan
apa yang menjadi Titik Taut Sekunder, yang menjadi Titik Taut Sekunder adalah Hukum
Kewarganegaraan (lex patriae) karena Thomas dan Isterinya termasuk Warga Negara
Asing
Setelah ditentukan apa yang menjadi Titik Taut Primer dan Sekunder kemudian kita
mengkualifikasi kasus tersebut dari uraian fakta hukum yang sudah dijabarkan diatas,
kategori yuridis terhadap fakta yang ditemukan menjadikan kasus ini masuk dalam
kualifikasi hukum tentang orang karena yang menjadi fokus utama nya adalah gugatan
perceraian Warga Negara Asing yang diajukan di PN Denpasar. 
Kemudian kami tentukan Lex Fori dari uraian fakta hukum diatas adalah Hukum
Indonesia, karena
Jika si suami pada saat tersebut tak mempunyai tempat tinggal atau tempat kediaman
sebenarnya di Indonesia, maka tuntutan harus dimajukan kepada Pengadilan Negeri tempat
kediaman si istri sebenarnya. Hal ini di kuatkan dengan pendapat Sudargo Gautama
(1987:224) “pada saat perkara perceraian atau hidup terpisah diajukan, haruslah salah satu
ketentuan yang terinci dibawah ini terpenuhi, yaitu Pihak tergugat mempunyai “habitual
residence” nya (domisilinya) dinegara tempat perceraian diucapkan. Setelah kita
menemukan lex fori dari kasus tersebut maka langkah selanjutnya menentukan lex
causae dari kasus tersebut menurut Pasal 16 AB yang berisi "Ketentuan hukum mengenai
negara dan yurisdiksi orang-orang tetap mengikat penduduk Hindia Belanda, ketika
mereka berada di luar negeri." Dari bunyi pasal tersebut yang merupakan Sumber Hukum
Perdata Internasional maka yang menjadi lex causae dari kasus ini adalah Hukum
Indonesia.

E. Kesimpulan
Dari hasil analisis kasus yang bersangkutan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
dalam menyelesaikan perkara perceraian yang diajukan oleh warga negara asing di
pengadilan Indonesia dapat diselesaikan di Indonesia, dengan syarat proses peradilan
tersebut sesuai dengan hukum formil dan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
Selain itu, Pengadilan Negeri Denpasar memiliki kewenangan untuk memeriksa dan
mengadili dalam perkara perceraian Warga Negara Asing berdasarkan tempat tinggal
tergugat (forum rei) yaitu di Indonesia dan pertimbangan Mahkamah Agung yang
mengabulkan gugatan perceraian warga negara asing berkewarganegaraan Afrika Selatan
telah sesuai prinsip-prinsip Hukum Perdata Internasional maka hukum materil yang
digunakan yaitu hukum Indonesia sebagai dasar pemeriksaan gugatan yang diajukan oleh
Penggugat.

Anda mungkin juga menyukai