Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL

LITERATUR REVIEW

IDENTIFIKASI FAKTOR KEMANDIRIAN LANSIA DALAM

PEMENUHAN ACTIVITIES OF DAILY LIVING (ADL)

Oleh :

Ita Hardiningsih

20161660044

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SURABAYA

2020
PROPOSAL

LITERATUR REVIEW

IDENTIFIKASI FAKTOR KEMANDIRIAN LANSIA DALAM

PEMENUHAN ACTIVITIES OF DAILY LIVING (ADL)

Oleh :

Ita Hardiningsih

20161660044

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

SURABAYA

2020

i
PERSETUJUAN

Usulan judul proposal literature review ini telah diperiksa dan disetujui isi serta

susunannya, sehingga dapat diajukan dalam ujian sidang Proposal pada Program

Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surabaya.

Surabaya, 31 Agustus 2020

Menyetujui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

(Ratna Agustin, S.Kep Ns., M.Kep) (Septian Galuh W., S.Kep.Ns)

Mengetahui,

Ketua Program Studi

(Reliani, S.Kep., Ns., M.Kes)

DAFTAR ISI

ii
Halaman Judul………….…………...………………………………………....i

Lembar Persetujuan…………………………………………….…...….……..ii

Daftar Isi………………………….………………………………..…………...iii

Daftar Gambar………………..……………….…………….……..……….....vi

Daftar Tabel……………..……..…………………………………………...….vii

Daftar Singkatan…..……………………………………………………...…...viii

BAB I PENDAHULUAN……………………………….………….………….1

1.1 LATAR BELAKANG……..………………………………….……….1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………….……………...……….……..5

2.1 konsep lansia…..……………………………………………….......…..5

2.1.1 Definisi Lasia……..………………………………….……........5

2.1.2 Batasan Lansia……..……………………………….………......6

2.1.3 Ciri-ciri Lansia……..……………………………….……...…...7

2.1.4 Tugas Perkembangan Lansia ……..……………………...…...7

2.1.5 Masalah Umum Lansia……..……………………….………….8

2.2 Konsep Kemandirian……..………………………………….….….....9

2.2.1 Definisi Kemandirian.……..………………………….….…….9

2.2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi kemandirian…………...12

iii
2.2.3 Komponen Kemandirian..……..……………………..………..14

2.3 Teori Kemandirian Lansia.……..…………………………..………...14

2.3.1 Definisi Kemandirian Lansia……..…………………………....14

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Lansia...15

2.4 Activities of Daily Living (ADL) ……..……………………………....17

2.4.1 Definisi ADL……..…………………………………………......17

2.4.2 Manfaat Activities Daily Living……..…………………….......18

2.4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Activities Daily Living.19

2.5 Kerangka Konsep………………………………………………..…....23

BAB III Metode Penelitian………………….………………..………….......25

3.1 Rancangan……………....………………………………………….....25

3.2 Strategi Pencarian……………….………..……………………...…..25

3.3 Kriteria Inklusi…………………………………………………....….27

3.4 Ekstraksi Data atau Sistesis Tematik………..............……….

………………………………........…….27

DAFTAR PUSTAKA………..………………………………………...….…..38

LAMPIRAN………………………….……………………………………..…41

Daftar Gambar

iv
Gambar 2.1 kerangka konseptual.……...……………………………………..23

Gambar 3.1 Sintesis tematik literature review identifikasi faktor kemandirian

lansia dalam pemenuhan Activities of Daily Living (ADL) ..............................

…………………...……………………………………......29

Gambar 3.2 Hasil pencarian jurnal database NCBI PubMed: No Filter……..41

Gambar 3.3 Hasil pencarian jurnal database NCBI PubMed: Full text……...41

Gambar 3.4 Hasil pencarian jurnal database NCBI PubMed:JournalArtilcle..42

Gambar 3.5 Hasil pencarian jurnal database NCBI PubMed:Journal yeart....42

Gambar 3.6 Hasil pencarian jurnal database NCBI PubMed: Journal

Language...........................................................................................................43

v
Daftar Tabel

Tabel 3.1 Ekstrasi data review artikel…………………………………………32

vi
DAFTAR SINGKATAN

ADL = Activities daily living

WHO = Wold Healdth Organization

Lansia = Lanjut Uaia

BAK = Buang Air Kecil

BAB = Buang Air Besar

vii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Menua menjadi tua (aging) adalah proses menghilangnya kemampuan secara

perlahan untuk memperbaiki diri dan mengganti diri atau mempertahankan

struktur dan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan pada infeksi atau

memperbaiki kerusakan yang dideritanya. Proses penuaan adalah siklus kehidupan

dengan tanda-tanda menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, ditandai dengan

rentannya tubuh terhadap berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian

contohnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,

pencernaan, endokrin, dan lain sebagainya. Penurunan produktifitas dari

kelompok usia lanjut ini terjadi karena terjadi penurunan fungsi, sehingga akan

menyebabkan kelompok usia lanjut mengalami penurunan dalam melaksanakan

kegiatan harian seperti makan, ke kamar mandi, berpakaian, dan lainnya dalam

Activities Daily Living (ADL). Lansia dirasakan semakin mirip dengan anak-

anak, dalam ketergantungan pemenuhan kebutuhan dasarnya, hal inilah yang

menyebabkan pada akhirnya lansia dikirim ke panti werda (David, 2013). Activity

of Daily Living (ADL) ada dua macam yaitu, ADL standar dan ADL

instrumental.

Berdasarkan badan pusat statistika pada tahun 2013 proyeksi jumlah lanjut

usia (≥60 tahun) di Indonesia pada tahun 2014 diperkirakan mencapai

207.930.000 jiwa, dan pada tahun 2035 diperkirakan mencapai 481.987.000juta

jiwa. Peningkatan jumlah lansia di Indonesia secara signifikan membuat Indonesia


2

masuk dalam 5 besar negara yang memiliki populasi lansia terbanyak di Dunia

(World Health Organization, 2014). Peningkatan jumlah lansia ini juga

berdampak pada peningkatan usia harapan hidupnya di Indonesia. berdasarkan

laporan perserikatan Bangsa 2011, pada tahun 2000-2005 usia harapan hidup

mencapai 66,4 tahun (dengan persentase lansia tahun 2000 sebesar 7,74%). Angka

ini akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan usia harapan hidup

menjadi 77,6 tahun (dengan persentase populasi lansia pada tahun 2045 sebesar

28,68%). Badan Pusat Statistik (BPS) juga mengatakan terjadi peningkatan usia

harapan hidup, dari 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia sebesar 7,18%)

pada tahun 2000 menjadi 69,43 pada tahun 2010 (dengan persentase populasi

lansia sebesar 7,56%), dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan

persentase populasi lansia sebesar 7,58)(Pusat Data dan Informasi Kementrian

Kesehatan RI, 2013).

Salah satu perubahan fisik yang terjadi pada seseorang yang sudah lanjut usia

adalah penurunan kemampuan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari.

Kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu; usia, riwayat penyakit, stress dan gangguan kognitif.

Pemenuhan aktivitas sehari-hari merupakan suatu bentuk energi atau kemampuan

bergerak pada seseorang secara bebas, mudah dan teratur untuk mencapai suatu

tujuan yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara mandiri maupun

dengan bantuan orang lain atau keluarga (Azizah, 2011). ADL (Activity daily

living) adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari dan merupakan

aktivitas pokok bagi perawatan diri. ADL merupakan salah satu alat ukur untuk

menilai kapasitas fungsional seseorang dengan menanyakan aktivitas kehidupan


3

sehari-hari, untuk mengetahui lanjut usia yang membutuhkan pertolongan orang

lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari atau dapat melakukan

secara mandiri. Menghasilkan informasi yang berguna untuk mengetahui adanya

kerapuhan pada lanjut usia yang membutuhkan perawatan (Gallo dkk, 1998).

Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002) ADL adalah aktifitas perawatan

diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan

tuntutan hidup sehari-hari. Activity of Daily Living (ADL) ada dua macam yaitu,

ADL standar dan ADL instrumental, ADL standar meliputi: kemampuan

merawat diri seperti berpakaian, makan, buang air besar/buang air kecil, dan

mandi. ADL instrumental meliputi aktivitas yang kompleks seperti menggunakan

telpon, menggunakan uang, memasak, dan menyuci. Menurut Agung (2006),

Activity of Daily Living adalah pengukuran aktivitas yang rutin dilakukan oleh

manusia setiap hari. Contohnya sepeti: memasak, merawat/mengurus rumah,

berbelanja, mengatur keuangan, mencuci, minum obat dan memanfaatkan sarana

transportasi.

Tingginya angka ketergantungan ini maka keluarga mampu mengasuh lansia

lainnya memiliki beban yang berat dalam memenuhi kebutuhan ADL lansia itu

sendiri (Badan Pusat Statistik, 2015). Perlu mengetahui perawatan yang dapat

diberikan pada lansia dengan faktor kemandirian lansia untuk mencegah penyakit

lebih lanjut, menegtahui kepribadian lansia dan pola tempat tinggal lansia, maka

dari itu salah satunya adalah mengetahui faktor kemandirian lansia.

Berdasarkan telaaan pustaka yang ada, kemandirian dipengaruhi oleh faktor-

faktor sebagai berikut : self care. faktor kesehatan yang meliputi : kurangnya

bergerak, gangguan tulang, sendi, penyakit jantung, dan pembuluh darah. faktor
4

fisik meliputi : immobility (kurang bergerak), instability (mudah jatuh),

incontinence (BAB/BAK), intellectual impairment gangguan

intelektual/demensia), infection (infeksi), impairement of hearing, vasion, and

smell (gangguan pendengaran, penglihatan, dan penciuman), isolation

(depression), inanition (malnutrisi), impecunity (kemiskinan), iantrogenik

(menderita penyakit pengaruh obat-obatan), insomnia (sulit tidur), immuno-

defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh), impotence (gangguan seksual),

impaction (sulit buang air besar). faktor psikis meliputi : motivasi, persepsi,

proses belajar, kepercayaan dan sikap. faktor sosial meliputi : hubungan

kekeluargaan, pandangan pekerjaan, kebebasan berpolitik dan bermasyarakat.

Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk menyajikan hasil

penelitian sebelumnya Identifikasi Faktor Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan

Activities Of Daily Living, dengan cara pendekatan systematic review untuk

menentukan solusi yang terbaikbagi lansia.


5
BAB 2

TINJAU PUSTAKA

2.1 Konsep lansia

2.1.1 Definisi

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada kehidupan

manusia (Keliat, 1999,dalam Maryam, 2008:32). Sedangkan menurut pasal 1 ayat

(2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut

adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

Reimer, dkk (1999); Stanley & Baere (2007) dalam Azizah (2011:1),

mendefinisikan lansia berdasarkan karakteristik sosial masyarakat yang

menganggap bahwa orang yang telah tua jika yang menunjukan ciri fisik seperti

kerutan kulit, rambut beruban, dan hilangnya gigi. Peran masyarakat tidak bisa

lagi melakukan fungsi peran orang dewasa, seperti pria yang tidak lagi terikat

dalam kegiatan ekonomi produktif dan untuk wanita tidak dapat melakukan tugas

rumah tangga.

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia apabila

usianya 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita. Departemen kesehatan RI

menyebutkan seseorang dikatakn berusia lanjut dimulai dari usia 55 tahun ke atas.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) usia lanjut dimulai dari usia 60 tahun

(Kushariyadi, 2010; Indriana, 2012; Wallnce, 2007).


7

2.1.2 Batasan lansia

A. Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab 1 pasal 1

ayat 2 yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia

60 tahun ke atas”.

1. kelompok pertengahan umur : 45-54 tahun

2. kelompok lanjut usia dini : 55-64 tahun

3. kelompok lanjut usia : 65 tahun ke atas

4. kelompok lanjut usia dengan resiko tinggi : 70 tahun keatas

atau kelompok lanjut usia yang hidup sendiri, terpencil, menderita

penyakit berat atau cacat.

B. menurut WHO usia lansia yaitu:

1. usia pertengahan (middle age) : usia 45-59 tahun.

2. usia lanjut (elderly) : usia di atas 90 tahun.

3. usia lanjut tua (old) : usia 75-90 tahun

4. usia sangat tua(very old) : usia diatas 90 tahun.


8

2.1.3 Ciri-ciri lansia

Ciri-ciri usia lanjut (Hurlock, 2006) adalah:

1. Periode kemunduran dapat mengakibatkan penyakit khusus tapi

karna proses menua.

2. Perbedaan individual pada efek menua. Setiap orang akan menjadi

tua karena mereka mempunyai sifat bawaan yang berbeda pula,

sosioekonomi, latar pendidikan yang berbeda, dan pola hidupyang

berbeda.

3. Dinilai dari kriteria yang berbeda. Mereka menilai lanjut usia dalam

cara yang sama dengan penilaian orang dewasa, dalam hal

penampilan diri, apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan.

4. Streotipe pada orang lanjut usia. Pria dan wanita yang keadaan fisik

dan mentalnya loyo, sering pikun, jalannya membungkuk, dan sulit

hidup bersama siapapun.

5. Menua membutuhkan perubahan peran

6. Penyesuaian yang buruk merupakan ciri-ciri lanjut usia

7. Keinginan menjadi muda kembali sangat kuat pada lanjut usia.

2.1.4 Tugas perkembamga lansia

Tugas perkembangan lansia lebih banyak berkaitan dengan kehidupan

pribadi seseorang dari pada kehidupan orang lain (Hurlock, 2006). Adapun tugas

perkembangan lansia adalah:

1. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income

(penghasilan) keluarga
9

2. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan

kesehatan.

3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.

4. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.

5. Membentuk hubungan dengan orang-orang seusia.

6. Menyesuaikan dengan peran sosial secara luwes.

2.1.5 Masalah umum lansia

Hurlock (2012) menyebutkan beberapa masalah umum yang unik bagi

lansia meliputi:

1. Harus menyesuaikan diri seiring dengan perubahan ekonomi dan fisik.

2. Kehilangan pasangan sehingga harus mencari teman baru.

3. Melemahnya keadaan fisik sehingga sering dan harus bergantung

dengan orang lain.

4. Pendapatan nyang menurun menyebabkan lansia harus mengubah pola

hidup.

5. Harus dapat memperlakukan anak sebagai orang dewasa.

6. Semakin banyaknya waktu luang sehingga harus mencari kegiatan.

7. Mengurang kegiatan berat yang sering dilakukan ketika masih muda.

8. Harus mulai terlibat dan membiasakan diri dengan kegiatan yang

berhubungan dengan lansia.

9. Memiliki masalah yang berhubungan dengan kesehatan.


10

2.2 konsep kemandirian

2.2.1 Definisi

Kemandirian menurut psikologis dan mentalis mengandung pengertian

keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu memutuskan dan

mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Kemampuan yang dimiliki

seseorang dapat memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakan

atau diputuskannya, baik dalam segi manfaatnya atau keuntungan maupun segi-

segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya menurut Basri (dalam Sa’diyah,

2017). Istilah “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang mendapat awalan

“ke” dan akhiran “an”, kemudian membentuk satu kata keadaan atau kata benda.

Kemandirian berasal dari kata diri, maka mengenai kemandirian tidak terlepas

dari perkembangan tentang diri sendiri. Menurut Nurhayati (2011: 130)

kemandirian berasal dari kata “mandiri” diambil dari dua istilah yang

pengertiannya sering disejajarkan yaitu autonomy dan indepandence. Konsep

kemandirian menurut Carl Rogers disebut sebagai self, karena diri adalah inti dari

kemandirian. Konsep yang sering digunakan pada kemandirian adalah autonomy

(Desmita, 2017).

Menurut Monks, dkk (dalam Astuti, 2013) mengatakan bahwa orang yang

mandiri akan memperlihatkan sifat dan perilaku yang eksploratif, mampu

mengambil keputusan percaya diri dan kreatif. Selain itu juga mampu bertindak

kritis, tidak takut berbuat sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan

aktivitasnya, mampu menerima realita, serta dapat memanipulasi lingkungan,

berinteraksi dengan teman sebaya, terarah pada tujuan dan mampu mengendalikan
11

diri. Menurut Steinberg (dalam Purbasari, 2016) dapat dijelaskan sebagai

kemampuan seseorang dalam berpikir, merasakan dan membuat keputusan secara

pribadi berdasarkan diri sendiri dibandingkan mengikuti apa yang orang lain

percayai.

Menurut Chaplin (dalam Desmita, 2017), otonomi adalah kebebasan

individu untuk memilih, untuk menjadi kesatuan bias yang memerintah,

menguasai dan menemtukan dirinya sendiri. Sedangkan Seifert dan Hoffinung

(dalam Desmita, 2017), mendefinisikan otonomi atau kemandirian sebagai “The

ability to govern and regulate one’s own thought, feeling, and actions freely and

responsibly while overcoming feeling of shame and doubt”.

Kemandirian berarti hal atau keadaan seseorang yang dapat berdiri sendiri

tanpa bantuan orang lain. Kata kemandirian berasal dari kata diri yang mendapat

awalan ke- dan akhiran –an yang dapat membentuk satu kata keadaan atau kata

benda (Bahara, 2008). Kemandirian adalah keadaan seseorang yang dapat

membentuk diri sendiri dan dapat berdiri sendiri, sehingga dapat menetukan diri

sendiri yang dinyatakan dalam tindakan dan perilaku yang dapat dinilai (Setiawan,

2008). Untuk mendapatkan apakah fungsi tersebut mandiri atau dependen

(memperlihatkan tingkat ketergantungan) diterangkan standart sebagai berikut :

1. Mandi

Kemampuan klien untuk menggosok atau membersihkan sendiri seluruh

bagian tubuhnya. Dikatakan mandiri apabila klien dalam melakukan

aktivitas haanya memerlukan bantuan misal; membersihkan badan


12

dibagian tertentu. Dikatakan dependen jika klien memerlukan bantuan

untukmelakukan lebih dari satu bagian badannya.

2. Berpakaian

Dikatakan mandiri apabila dapat mengambil pakaian di dalam lemari dan

mengenakan pakaian sendiri, mengancingkan atau resleting pakai sendiri.

3. Toilet

Lansia dikatakan mandiri apabila mampu ketoilet sendiri, beranjak ke

kloset dan membersihkan organ ekskresi. Dikatakan dependen apabila

memerlukan pispot.

4. Transferin

Dikatakan mandiri apabila bisa naik turun dari tempat tidur, dan

memerlukan bantuan bersifat mekanis. Dependen bila selalu memerlukan

bantuan untuk kegiatan tersebut.

5. Kontinensia

Mandiri bila mampu BAB dan BAK secara mandiri, dependen jika salah

satu atau keduanya memerlukan alat bantu.

6. Makan

Dikatakan mandiri jika mampu menyuap makan, mengambil dari piring

secara mandiri (Tamher & Noorkasiani, 2009).


13

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian

Menurut Heryanti (2014) faktor yang mempengaruhi kemandirian antara

lain:

1. Usia

Lansia yang sudah memasuki usia 70 tahun, yaitu lansia yang beresiko

tinggi. Biasanya akan mengalami penurunan dalam berbagai hal termasuk

tingkat kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

2. Pendidikan

Kemandirian pada lansia dapat di pengaruhi oleh pendidikan lansia,

gangguan sensorik juga dapat mempengaruhi penglihatan dan

pendengaran, dan di pengaruhi oleh penurunan kemampuan fungsional.

Pendidikan yang lebih tinggi pada seseorang akan mampu

mempertahankan hidupnya yang lebih lama dan dapat mempertahankan

kemampuan fungsional dan kemandiriannya lebih lama karena cenderung

melalukan pemeliharaan dan upaya pencegahan pada kesehatannya.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemandirian lansia adalah sebagai

berikut :

1. Kondisi kesehatan

Lansia yang memiliki tingkat kemandirian yang tinggi adalah lansia

yang secara fisik dan psikis memiliki kesehatan yang cukup prima.

Kemandirian bagi seorang lansia dapat dilihat dari kualitas kesehatan

sehingga dapat melakukan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS).


14

2. Kondisi ekonomi

Lanjut usia yang mandiri pada ekonomi yang sedang akan

menyesuaikan kembali dengan kondisi yang mereka alami sekarang,

misalnya perubahan gaya hidup. Dengan berkurangnya pendapatan

setelah pensiun, mereka dengan terpaksa harus menghentikan kegiatan

yang dianggap menghamburkan uang (Hurlock, 2008).

3. Kondisi sosial dan keluarga

Kondisi penting yang menunjang kebehagiaan bagi lansia adalah

menikmati kegiatan sosial yang dilakukan dengan kerabat, keluarga

dan teman-teman (Hurlock, 2008).

2.2.3 Komponen kemandirian

Menurut Durkheim (2008) melihat makna kemandirian dari dua sudut

pandang yang berpusat pada masyarakat. Dengan menggunakan sudut pandang ini

Durkheim berpendirian bahwa kemandirian merupakan elemen esensial dan

moralitas yang bersumber pada masyarakat.

Kemandirian tumbuh dan berkembang karena dua faktor yang menjadi syarat

bagi kemandirian, yaitu disiplin dan komitmen terhadap kelompok. Oleh karena

itu, individu yang mandiri adalah individu yang berani mengambil keputusan

yang dilandasi oleh pemahaman akan segala konsekuensi dari tindakannya,

sehingga kemandirian merupakan suatu kekuatan internal individu melalui proses

realisasi kemandirian dan proses menuju kesempurnaan (Bahar, 2008).


15

2.3 Teori kemandirian Lansia

2.3.1 Definisi

Dalam kamus psikologis, kemandirian berasal dari kata mandiri yang

diartikan sebagai kondisi diman seseorang tidak bergantung pada orang lain dalam

menentukan keputusan dan adanya sikap percaya diri (Chaplin 2010). Sedangkan

menurut Enung (2008) kemandirian adalah suatu perilaku individu yang diperoleh

secara komulatif selama perkembangan, dan individu terus belajar bersikap

mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu

dapat berpikir dan bertindak sendiri. Kemandirian merupakan sikap individu yang

dapat diperoleh secara komulatif dalam perkembangan dimana individu dapat

terus belajar untuk bersikap mandiri dalam berbagai situasi di lingkungan,

sehingga individu akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Kemandirian

seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk berkembang yang lebih baik

(Husain, 2013).

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lansia

Salah satu perubahan fisik yang terjadi pada seseorang yang sudah lanjut usia

adalah penurunan kemampuan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari.

Kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu; usia, riwayat penyakit, stress dan gangguan kognitif.

Pemenuhan aktivitas sehari-hari merupakan suatu bentuk energi atau kemampuan

bergerak pada seseorang secara bebas, mudah dan teratur untuk mencapai suatu

tujuan yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara mandiri maupun

dengan bantuan orang lain atau keluarga (Azizah, 2011).


16

2.4 Activities of Daily Living (ADL)

2.4.1 Definisi

Aktivitas kehidupan sehari-hari atau ADL (Activities Daily Living) adalah

aktivitas pokok bagi perawatan diri antara lain : makan, minum, mandi, toileting,

berpakaian, dan berpindah tempat. Penilaian ADL penting dalam penilaian level

bantuan bagi lansia dengan tingkat ketergantungan penuh atau sedang (Tamher &

Noorkasiani, 2009). ADL (Activities Daily Living) yaitu keterampilan dasar yang

harus dimiliki oleh seseorang dalam merawat dirinya, meliputi pakaian, makan,

minum, toileting, mandi, dan berhias (Ekasari, Riasmini, & Hartini, 2018).

ADL (Activity daily living) adalah kegiatan melakukan kegiatan rutin sehari-

hari dan merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri. ADL merupakan salah

satu alat ukur untuk menilai kapasitas fungsional seseorang dengan menanyakan

aktivitas kehidupan sehari-hari, untuk mengetahui lanjut usia yang membutuhkan

pertolongan orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari atau

dapat melakukan secara mandiri. Menghasilkan informasi yang berguna untuk

mengetahui adanya kerapuhan pada lanjut usia yang membutuhkan perawatan

(Gallo dkk, 1998). Menurut Brunner & Suddarth (2002) ADL merupakan aktivitas

perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan

dan tuntutan hidup sehari-hari.

2.4.2 Manfaat Activities daily living

1. Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual lansia. Terdapat banyak

faktor yang dapat membatasi dorongan dan kemauan seksual pada lanjut

usia khususnya pria. Sejumlah masalah organik dan jantung serta sistem
17

peredaran darah, sistem kelenjar dan hormon serta sistem saraf dapat

menurunkan kapasitas dan gairah seks. Efek samping dari berbagai obat-

obatan yang digunakan untuk menyembuhkan beberapa macam penyakit

dapat menyebabkan masalah organik, selain itu masalah psikologis juga

berpengaruh terhadap kemampuan untuk mempertahankan gairah seks

(Bandiyah, 2009).

2. kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan

3. meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang tidak mudah patah.

4. menghambat pengecilan otot dan mempertahankan atau mengurangi

kecepatan penurunan kekuatan otot. Pembatasan atas lingkup gerak sendi

banyak terjadi pada lanjut usia, yang sering terjadi akibat keketatan atau

kekakuan otot dan tendon dibanding sebagai akibat kontraktur sendi.

Keketatan otot betis sering memperlambat gerak dorso-fleksi dan

timbulnya kekuatan otot dorsoflektor sendi lutut yang diperlukan untuk

mencegah jatuh kebelakang.

5. Self efficacy (keberdayagunaan mandiri) yaitu suatu istilah untuk

menggambarkan rasa percaya diri atas keamanan dalam melakukan

aktivitas. Hal ini berhubungan dengan ketidak tergantungan terhadap

instrumen ADL (IADL). Dengan keberdayagunaan mandiri ini seorang

lanjut usia mempunyai keberanian dalam melaakukan aktivitas atau

olahraga (Darmojo, 2006).


18

2.4.3 faktor-faktor yang mempengaruhi Activities daily living

Kemp dan Mitchel (dalam Blackburn dan Dulmus, 2007) menyebutkan

bahwa aktivitas sehari-hari pada lansia dipengaruhi oleh depresi. Kemp dan

Mitchel juga menyebutkan kemampuan aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan

ketakutan, kemarahan, kecemasan, penolakan dan ketidak pastian. Kemauan dan

kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari pada lansia adalah sebagai

berikut (Potter, 2005):

1. Faktor-faktor dari dalam diri sendiri:

1. Umur

Mobilitas dan aktivitas sehari-hari adalah hal yang paling vital bagi

kesehatan total lansia. Perubahan normal muskuloskeletal terkait usia

pada lansia termasuk penurunan tinggi badan, redistribusi masa otot

dan lemak subkutan, peningkatan porositas tulang, atrofi otot,

pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan sendi-sendi yang

menyebabkan perubahan penampilan,kelemahan dan lambatnya

pergerakan yang menyertai penuaan (Stanly dan Beare, 2007).

2. Kesehatan fisiologis

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan

partisipasi dalam aktivitas sehari-hari, sebagai contoh sistem nervous

mengumpulkan dan menghantarkan, dan mengelolah informasi dari

lingkungan. Penampilan klinis seperti dehidrasi, konfusio,

inkontinentia dan komplikasi-komplikasi lainnya yang berkaitan

dengan DM merupakan gejala-gejala yang tampak (Potter, 2005).


19

3. Fungsi kognitif

Kognitif adalah kemampuan berfikir dan memberi rasional,

termasuk proses mengingat, menilai, orientsi, persepsi dan

memperhatikan (Kekiat, 1995).

4. Fungsi psikologis

Meskipun seseorang sudah terpenuhi kebutuhan materialnya,

tetapibila kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi, maka dapat

mengakibatkan dirinya merasa tidak senang dengan kehidupannya,

sehingga kebutuhan psikologis harus terpenuhi agar kehidupan

emosionalnya menjadi stabil (Tamher, 2009).

5. Tingkat stress

Stress dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Stress

dapat mempunyai efek negatif atau positif pada kemampuan

seseorang memenuhi aktivitas sehari-hari (Miller, 1995).

2. Faktor-faktor dari luar meliputi :

1. Lingkungan keluarga

Budaya tiga generasi (orang tua, anak, dan cucu) di bawah satu

atap makin sulit dipertahankan, karena ukuran rumah di daerah

perkotaan yang sempit, sehingga kurang memungkinkan para lanjut

usia tinggal bersama anak(Hardywinoto, 2005).

2. Lingkungan tempat kerja

Kerja sangat mempengaruhi keadaan diri dalam mereka berkerja,

karena setiap kali seseorang bekerja maka ia memasuki situasi

lingkungan tempat ia bekerja.


20

3. Ritme biologis

Waktu ritme biologi dikenal sebagai irama biologi, yang

mempengaruhi fungsi hidup manusia. Irama biologis membantu,ahluk

hidup mengatur lingkungan fisik disekitarnya.


21

2.5 Kerangka konsep


Faktor-faktor yang mempengaruhi
activity daily living:
Faktor-faktor yang
mempengaruhi 1. Dari dalam diri sendiri :
- Umur
kemandirian pada
- Kesehatan fisiologis
lansia:
- Fungsi kongnitif
Lansia 1. usia, - Fungsi psikologis
2. riwayat - Tingkat stress
penyakit,
3. stress, dan 2. faktor-faktor dari luar:
4. gangguan - lingkungan keluarga
kognitif.
- lingkungan tempat kerja

Kemandirian ADL - ritme biologis


pada lansia

Keterangan :

: di teliti

: tidak di teliti

Gambar 2.1 kerangka konsep literatur kemandirian ADL pada lansia


22

Teori konesp ini menjelaskan dimana lansia banyak mengalami perubahan, perubahan

yang ada pada kemandirian dapat dikaitkan dengan beberapa faktor antara lain faktor

kesehatan, faktor ekonomi, faktor sosial. Peneliti menggunakan faktor kesehatan yang

didalamnya ada aktivitas sehari-hari (ADL). Aktivitas sehari-hari (ADL) bermacam-

macam seperti berolah raga, aktivitas kelompok,berinteraksi sesama lansia, dan

sebagainnya. Aktivitas ini dapat meperkuat daya tahan tubuh, pikiran jadi fres, dan

lain-lain. Ada pun berbagai faktor yang mempengaruhi kemandirian antara lain

kondisi kesehatan, kondisi ekonomi, dan kondisi sosial.


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan

Desain penelitian ini adalah Literature Review atau tinjauan pustaka.

Systematic literature review atau sering disingkat SLR atau dalam bahasa

Indonesia disebut tinjauan pustaka sistematis adalah metode literature review

yang mengidentifikasi, menilai, dan menginterprestasi seluruh temuan-temuan

pada suatu topik penelitian, untuk menjawab pertanyaan penelitian (research

question) yang telah ditetapkan sebelumnya (Kitchenham & Chartera, 2007).

Rancangan yang akan digunakan dalam article review adalah

melaksanakan pengamatan atau pengeksplorasikan dengan melalui pencarian

artikel atau hasil-hasil penelitian sebelumnya tentang mengidentifikasi faktor

kemandirian lansia dalam pemenuhan activities of daily living (ADL).

3.2 Strategi Pencarian

Strategi pencarian adalah pencarian lengkap informasi yang dipublikasikan

pada subyek tertentu yang dilakukan secara sistematis menggunakan semua alat

bantu atau bibliografi yang tersedia (Joan M Reitz, 2004).

Dalam pengumpulan data isinya menjelaskan tentang bagaimana cara

mengumpulkan artikel yang akan direview, dengan metode pencarian artikel

dalam database jurnal penelitian dan pencarian melalui internet. Pencarian

database bisa menggunakan ProQuest, NCBI, PubMed, Acopus atau lainnya.


24

Di artikel review ini menggunakan database dari PubMed yang merupakan

bibliografi (layanan dari National Library of medicine), yang diproduksi oleh

National Center for Biotechnoloy Information (NCBI). NCBI adalah suatu

institusi yang konsen sebagai sumber informasi perkembangan biologi

molerkuler, dengan membuat database yang dapat diakses oleh public,

merangsang riset biologis terkomputasi, mengembangkan softwere penganalisis

data genome, dan menyebarkan informasi biomedical. Repositori besar untuk

studi akademik, jurnal maupun artikel dari seluruh dunia dan bisa didapatkan

secara gratis memudahkan peneliti untuk mengaksesnya. Disini peneliti

mengakses database dari PubMed saja karena jurnal yang dibutuhkan sudah ada

disini berjumlah 10 jurnal. Disini peneliti menekankan pada data yang terbanyak

yang akan dijadikan artikel review dan untuk membuat sintesis tematiknya nanti

tidak perlu banyak data ataupembahasan yang di cantumkan hal ini menjadi

keuntungan mengakses satu database saja.

pencarian database dari tahun 2015 hingga tahun 2020 (10 tahun). Dari

jurnal keperawatan untuk pencarian artikel, kata kunci yang digunakan juga

dicantumkan dalam pengumpulan data. Sebelum masuk ke kata kunci peneliti

terlebih dahulu membuat clinical question. Peneliti menggunakan PIO yaitu untuk

populasi semua lansia, intervensi kemandirian, out come ADL (activities of daily

living) dan didapatkan untuk kata kuncinya adalah “erderly, independence,

activities of daily living (ADL)”. Sampai jumlah artikel yang diperoleh adalah 10-

15 artikel.
25

3.3 Kriteria Inklusi

Berdasarkan hasil penelusuran yang pertama mungkin akan didapatkan

ratusan bahkan ribuan artikel sehingga perlu adanya suatu kriteria untuk

menghomogenkan artikel-artikel yang ditemukan agar artikelyang didapat tidak

terlalu banyak. Kriteria Inklusi yang dirumuskan peneliti adalah :

1. Diterbitkan (5 years)

2. Kesediaan teksyaitu full text

3. Tipe artikel yaitu artikel jurnal

4. Jurnal keperawatan

5. Duplikasidalam bahasainggris

6. Lansiabisa melakukan aktivitas sehari-hari\tidak cacat fisik.

3.4 Ekstraksi data atau sintesis data

Literature Review ini di sentesis menggunakan metode naratif dengan

mengelompokkan data-data hasil ektrasi yang sejenis sesuai dengan hasil yang

diukur dengan menjawab tujuan. Tujuan peneliti yaitu mengidentifikasi faktor

kemandirian lansia dalam pemenuhan activities of daily living (ADL).

Jurnal penelitian yang sesuia dengan kriteria inklusi kemudian

dikumpulkan dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama peneliti, tahun terbit,

negara penelitian, judul penelitian, metode dan ringkasan hasil atau temuan.

Ringkasan jurnal penelitian tersebut dimasukan ke dalam tabel diurutkan sesuai

alvabet dan tahun terbit jurnal dan sesuai dengan format tersebut di atas.

Untuk lebih memperjelas analisis abstrak dan full text jurnal dibaca dan

dicermati. Ringkasan jurnal tersebut kemudian dilakukan analisis terhadap isi

yang terdapat dalam tujuan penelitian dan hasil/temuan penelitian. Analisis yang
26

digunakan menggunaakan analisis isi jurnal, kemudian dilakukan konding

terhadap isi jurnal yang direview menggunakan kategori kemandirian. Data yang

sudah terkumpul kemudian dicari persamaan dan perbedaannya lalu dibahas untuk

menarik kesimpulan.

Didalam ektraksi data yang digunakan dalam meriview artikel atau riteratur

peneliti mengekstraksi semua hasil penelitian pada artikel yang sesuai. Untuk

lebih jelasnya gambaran proses durseleksi sistematik review artikel dapat dilihat

digambarkan sebagai berikut :


27

Database search: PubMed

(n : 4.523) Artikel yang di

eksklusikan

Text Availability, Articel


(n : 506)
Type yang memenuhi

(n : 4.017) Artikel yang di

eksklusikan

Lenguage, Journal (n: -3.332 )

Categoris yang memenuhi

(n : 3.838) Artikel yang di

eksklusikan

Publication date (n : -5.477)

yang memenuhi

(n : 2.145) Artikel yang di

ekslusikan

Artikel yang dimasukan (n : -5.487)

pada review lebih lanjut

(n : 10)

Gambar 3.1 Sintesis tematik literatur review kemandirian lansia pada pemenuhan

Activities of daily living.


28

NO Author Tahun Judul Hasil pembahasan Data base

.
1. Eylen Tutun 2011 The effect of Rata-rata usia responden adalah 74, 70 PubMed
tahun dan 72, 67 5,52 tahun. Masing-
Yumin, Tulay functional masing untuk mereka yang tinggal di
panti jompo dan mereka yang tinggal
Tarsuslu mobility and rumah.

Simsek, Meral balance on health-

Sertel, related quality of

Asuman life (HRQoL)

Oztuk, Murat among elderly

Yumin. people living at

home and those

living in nursing

home.
2. Marjolein EM 2012 Assocation Dari 400 peserta, 106 mengalami PubMed
tingkat ketergantungan dan 294 peserta
den Ouden, between physical sepenuhnya independen, menurut skor
HAQ mereka memiliki ketergantungan
Marieke J performance paling besar hadir pada subskala yang
terkait dengan jangkauan (n = 65),
Schuurmans, characteristics aktivitas (n = 47) dan timbul (n = 27).
Hubungan antara karakteristik fisik dan
Ilse EMA and independence kemampuan untuk melakukan ADL
secara mandiri. Dalam model yang
Arts, and in activities of sepenuhnya disesuaikan, kecepatan
berjalan yang lebih tinggi (m/s) dikitkan
Yvonne Y van daily living in dengan kemungkinan yang lebih tinggi
menjadi independen dalam ADL (OR =
der Schouw. midle-aged and 2,96, 95% Cl = 1,31-6,72).

elderly men.
3. Sandra Bedaf, 2013 Selecting services Kelompok fokus dilakukan di Belanda, PubMed

Gert Jan for a service Inggris dan Prancis dan mencangkup

Gelderblom, robot: evaluating tiga kelompok pengguna terpisah: (1)

Luc de witte, the problematic lansia (n = 41), (2) pengasuh formal (n


29

David activities = 40), dan (3) pengasih informal (n =

Hewson, Dag threatening the 32). Hal ini menghasilkan 3 domain

Syrdal, Hagen independence of aktivitas bermasalah teratas yang

Lehmann, elderly persons. menerima preoritas tinggi: (1)

Farshid mobilitas, (2) perawatan diri, dan (3)

Amirabdollahi isolasi sosial.

an, Kerstin

Dautehahn.

4. Fernanda 2014 Relationship Waktu rata-rata yang dibutuhkan dalam PubMed

Sotello between lower- FTSST adalah 21,7 detik: skor rata-rata

Batista, Grace limb muscle untuk FIM adalah 82,2 dan untuk IADL

Angelica de strength and adalah 21,2; 44,7% subjek menyajikan

Oliveira funcional 1-2 kriteria dan kelemahan dan 55,3%

Gomes, independence >3 kriteria. Ada hubungan yang

Mmaria Jose among elderly signifikan antara LLMS dan

D Elboux, people according independensi fungsional dalam kaitanya

Fernanda to frailty criteria: dengan jumlah kriteria kerapuhan, tanpa

Aparecida a cross-sectional homogenitas jenis kelamin dan usia.

Cintra, Anita study. Kemandirian fungsional menunjukkan

Liberalesso pengaruh yang signifikan dari jenis

Neri, Maria kelamin dan LLMS.

Elena

Guariento,
30

Maria da Luz

Rosario de

Souza.
5. Min-Hui Liu, 2014 A Correlational 141 pasien dengan gagal jantung. PubMed

Chao-Hung Study of illness Sebagian peserta (51,8%), orang dewasa

Wang, Yu- knowledge, self- yang lebih tua (49,6% lebih tua dari 71

Yen Huang, care behavior, and tahun), dan berpendidikan sekolah dasar

Wen-Jin quality of life in atau buta huruf (69,5%), dan memiliki

Cherng, Kai- elderly patients new york heart kelas asosiasi II

Wei Katherine with heart failure. (61,0%). Peserta memiliki fraksi ejeksi

Wang. vertikel kiri rata-rata 41,1%.

Pengetahuan penyakit peserta buruk

(tingkat akurasi : 29,3%) dan sebagian

besar Pengetahuan penyakit berkorelasi

dengan kedua perilaku perawatan diri (r

= j. 42, p G. 01) dan kualitas hidup (r =

j. 22, p. 01). Pengetahuan penyakit dan

usia diidentifikasi sebagai faktor

berkorelasi signifikan dari perilaku

perawatan diri (R2 = 22); dan kelas

fungsional, hidup mandiri, dan lama

diidentifikasi sebagai faktor berkorelasi

signifikan dari kualitas hidup (R2 = 41).

tidak menyadari pentingnya perawatan

diri.
31

6. Sandra Bedaf, 2015 Which activities Kegiatan dalam klasifikasi internasional PubMed

Gert Jan threaten mobilitas domain yang berfungsi,

Gelderblom, independent perawatan diri, serta interaksi dan

Dag Sverre living of elderly hubungan antar pribadi ditemukan

Syrdal, Hagen when becoming sebagai yang paling bermasalah.

Lehmann, problematic: Serangkaian aktivitas sehari-hari yang

Herve Michel, inspiration for berbeda diidentifikasi yang dapat

David meaningful mengancam kehidupan mandiri, tetapi

Hewson, service robot tidak ada aktivitas tunggal yang dapat

Farshid functionality dipilih sebagai aktivitas utam yang

Amirabdollahi menyebabkan holangnya kemandirian

an, Kerstin karena sering kali merupakan kombinasi

Dautenhahn & aktivitas bermasalah yang yang bersifat

Luc de Witte. khusus.


7. Takasi Saito, 2016 The relative and Dari 63 partisipan, dikeluarkan 14 PubMed

Kazuhiro P. absolute subjek dari analisis karena adanya

Izaawa, reliability of the gangguan kognitif yang diindikssikan

shuichiro functional oleh MSQ, satu subjek karena

Watanabe. independence and penolakan untuk berpartisipasi dalam

difficulty scale in penelitian ini dalam satu subjek karena

community- nilai yang hilang. Oleh karena itu,

dwelling frail sampel akhir untuk analisis terdiri dari

elderly japanese 47 responden (22 untuk penilaian

people using reliabilitas tes-tes ulang dan 25 untuk

long-term care penilaian reliabilitas antar penilai).


32

insurance

services.
8. Masahiro 2017 Relationship Dari 589 pasien, 113 memenuhi kriteria, PubMed
dan mereka dibagi menjadi
Kitamura, between activities nonreadmission (n = 90) dan kelompok
penerimaan kembali (n = 23). Usia
Kazuhiro P. of daily living and indeks masa tubuh, kelas asosiasi
Jantung New York, kadar hemoglobin,
Ijawa, Hiroki readmission dan skor FIM motorik berbeda secara
signifikan antara kedua kelompok (n
Taniue, Yumi within 90 days in <0,05). Indeks massa tubuh (rasio
bahaya [HR]: 0,87; <o,05) dan skor
Mimura, Keita hospitalized FIM motorik (HR: 0,94; <0,01) tetap
signifikan secara statistik.
Imamura, elderly patiens

Hitomi with heart failure

Nagashima,

and Peter H.

Brubaker.
9. Silke 2018 Effects of an Dua puluh sembilan peserta (laki-laki; n PubMed

Neumann, Exergame = 14; Perempuan; n = 15)

MSc, Ursula Software for menyelesaikan studi. Skor ketahanan

Meidert, lic. Older (tes langkah 2 menit; P = 0,01, g 2 =

Phil, Ricard Adults on Fitness, 0.3)

Barberà- Activities of meningkat secara signifikan. Ukuran

Guillem, Dr, Daily Living efek sedang dalam kualitas hidup ( r =

Rakel Poveda- Performance, and 0.3), kekuatan tubuh bagian bawah ( g 2

Puente, Prof. Quality of Life = 0,08), dan ukuran efek besar

Dr, dan dalam daya tahan ( g 2 = 0,3) terdeteksi.

Heidrun Efek kecil dievaluasi dalam kecepatan

Becker, Prof. berjalan ( r = 0.2), mobilitas di tubuh


33

Dr. bagian bawah ( r = 0,2), dan

kemampuan keseimbangan ( r = 0.2).

Kesimpulan: Hasil penelitian ini

membawa kita pada kesimpulan bahwa

latihan fisik dengan aktivitas yang

berfokus pada aktivitas yang

berhubungan dengan tugas

sehari-hari orang dewasa yang lebih tua

dapat membantu untuk

mempertahankan dan meningkatkan

status kebugaran individu.


10. Yen-Feng Lai, 2019 Current status and Sebanyak 64 pasien OA lutut yang PubMed
memenuhi syarrat.dari pasien ini ada 3
Pei-Chao Lin, changes in pain yang menolak untuk diwawancara
karena nyeri pasca operasi yang parah,
Chung-Hwan and activities of satu menolak karena gagal ginjal akut
pasca operasi yang memerlukan
Chen, Jyu-Lin daily living in dianalisis, dan dua menolak karena
demam akibat infeksi saluran kemih
Chen, Hsin- elderly patients pasca operasi. Ukuran sampel yang
valid dihasilkan sebesar 58 yang
Tien Hsu. with mewakili tingkat penyelesaian 90,6%.
Sebagian besar peserta (79,3%. n = 46)
Osteoarthritis adalah perempuan. Usia rata-rata dari
58 peserta adalah 74,47 (SD = 4,96)
before and after tahun. Rentang usia 66 sampai 83 tahun
adalah 4,96. Sebagian besar sudah
unilateral total menikah (62,1%, n = 36), dan sebagian
besar berpendidikan di bawah sekolah
knee replacement dasar (79,3%, n = 46).

surgery
Tabel 3.1 Tabel ekstraksi data review artikel Hubungan dukungan social dengan

resiko jatuh lansia


34
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik). Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Darmojo & Martono. (1999). Geriatri: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta:

Balai Penerbit FKUL.

Gallo, J. J. et al. (1998). BukuSaku Gerontologi. Edisi 2, Jakarta: EGC.

Azizah, Lilik M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia , Yogyakarta: Graha Ilmu.

Maryam. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba


Medika.
36

Lampiran hasil pencarian database di NCBI Pubmed

Gambar 3.1 hasil pencarian database pubmed

Gambar 3.2 hasil pencarian database pubmed : full text


37

Gambar 3.3 hasil pencarian database pubmed: journal article

Gambar 3.4 hasil pencarian database pubmed: English


38

Gambar 3.5 hasil pencarian database pubmed : 10 years

Anda mungkin juga menyukai