Anda di halaman 1dari 11

84

NIKAH TANGKEP (TANGKAP) PERSPEKTIF HUKUM ISLAM


(Studi di Pulau Kangean)
Oleh:
Misbahul Munir
Dosen Prodi PAI STIT Togo Ambarsari Bondowoso

Abstrak
Nikah tangkep (tangkap) adalah pernikahan yang dilakukan dengan sebab apabila
seorang laki-laki yang belum menikah atau sudah menikah bertamu kepada perempuan/wanita
(bukan mahram) yang statusnya single sampai di luar batas waktu yang telah ditentukan dan
disepakati masyarakat Desa setempat (Jam 10.00 malam ke atas). Dalam pengertian lain jika
seorang laki-laki bertamu kepada perempuan melewati batas waktu yang telah ditentukan dan
disepakati, maka laki-laki tersebut akan dinikahkan tanpa harus memandang statusnya beristri
atau belum beristri.
Tujuan Penelitian ini adalah mendeskripsikan dampak positif dan negatif Nikah Tangkep
dan mendeskripsikan tinjauan hukum Islam tentang Nikah Tangkep
Penelitian ini menggunakan pendekatan kulitatif deskriptif. Dengan jenis Studi kasus.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi, dan
dokumentasi. Analisis datanya menggunakan kondesasi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan
Kesimpulan penelitian adalah Pertama, Dampak positif dan negatif nikah tangkep
adalah: Dampak positif nikah Tangkep adalah: (1) Terhindar dari prasangka buruk masyarakat
setempat, (2) Terhindar dari fitnah yang berkepanjangan, (3) Menjadi pembelajaran bagi pelaku
untuk tidak bertamu kepada perempuan yang bukan muhrimnya di luar batas, (4) menjadi
pembelajaran bagi yang belum melakukan supaya memiliki etika dalam bertamu, dan (5) tidak
terjerumus kepada jurang perzinahan. Sedangakan dampak negatifnya adalah (1) Bagi orang
yang masih sekolah terutama yang masih sekolah menengah maka sekolahnya terputus, (2)
timbulnya ketidak harmonisan menjalani kehidupan rumah tangga sehingga berdampak pada
perceraian. Kedua, tinjauan hukum islam tentang nikah tangkep yaitu: Ditinjau dari dampak
positif dari nikah tangkep di bebrapa desa di pulau Kangean, maka pernikahan itu hukumnya
adalah wajib dilakukan hal ini didasarkan pada dampak-dampak positif yang akan diperoleh dari
dilaksanakannya nikah tangkep yaitu mnghindarkan dari kejahatan (perzinahan). Sedangkan
ditinjau dari dampak negatifnya maka nikah tangkep yang dilakukan di beberapa desa di Pulau
Kangean, Hukumnya adalah tidak boleh hal ini didasarkan pada dampak negatif yang diperoleh
dari dilaksanakannya nikah tangkep yang bertentangan dengan tujuan nikah yaitu mewujudkan
keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.

Kata kunci: Nikah Tangkep, Hukum Islam


85

Pendahuluan
Pernikahan adalah ‘aqad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan
kewajiban serta bertolong-tolongan antara laki-laki dan seorang perempuan yang anatar
keduanya bukan muhrim.1 Pernikahan dalam tinjauan hukum Islam dimkasudkan di antaranya
adalah untuk menciptkan keluarga Sakinah, mawaddah warahmah, serta mendapatkan
keberkahan hidup.
Akan tetapi penyebab proses, dan motif sebelum terjadi dan dilangsungkannya
pernikahan bisa berbeda. Ada yang diawali dengan ta’aruf, tunangan, dan yang secara tiba-tiba.
di beberapa desa di Pulau Kangean ada istilah pernikahan yang dikenal dengan istilah “nikah
Tangkep (Tangkap)”. Nikah Tangkep ini masuk dalam kategori yang secara tiba-tiba.
Nikah tangkep (tangkap) adalah pernikahan yang dilakukan dengan sebab apabila
seorang laki-laki yang belum menikah atau sudah menikah bertamu kepada perempuan/wanita
(bukan mahram) yang statusnya single sampai di luar batas waktu yang telah ditentukan dan
disepakati masyarakat Desa setempat (Jam 10.00 malam ke atas). Dalam pengertian lain jika
seorang laki-laki bertamu kepada perempuan melewati batas waktu yang telah ditentukan dan
disepakati, maka laki-laki tersebut akan dinikahkan tanpa harus memandang statusnya beristri
atau belum beristri.
Nikah tangkep ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
(perzinahan) sekaligus sebagai upaya untuk menghindari prasangka dan pembicaraan buruk
orang lain (masyarakat umum). Kendatipun demikian tidak menutup kemungkinan juga ada
dampak negative yang akan terjadi dalam nikah tangkep ini. Berdasarkan tataran konteks di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tujuan
1. Mendeskripsikan Dampak positif dan negatif nikah tangkep perspektif hukum Islam
2. Mendeskripsikan Tinjauan Hukum Islam tentang nikah Tangkep
Metode Penelitian

1
. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Jakarta: Attahiriyah, 1976), 335
86

Penelitian ini menggunakan pendekatan kulitatif deskriptif. Dengan jenis studi kasus.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, observasi, dan
dokumentasi. Analisis datanya menggunakan kondesasi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Pembahasan
Konsep Tentang pernikhan
Pengertian Nikah
Secara etimologi Nikah dalam bahasa Arab disebut ‫ ألعقد‬،‫ الو طء‬،‫ الضم‬artinya adalah
kumpul, wathi atau jima’ dan akad. Sedangkan secara syari’at Nikah adalah suatu akad yang
mengandung beberapa rukun dan syarat.2 Pernikahan adalah ‘aqad yang menghalalkan pergaulan
dan membatasi hak dan kewajiban serta bertolong-tolongan antara laki-laki dan seorang
perempuan yang anatar keduanya bukan muhrim.3.
Menurut para ahli definisi pernikahan sebagai berikut. Hanafiyah: Nikah itu adalah akad
yang memfaidahkan memiliki, bersenang-senang dengan sengaja, Syafi’iyah: Nikah adalah akad
yang mengandung ketentuan hukum kebolehan watha’ dengan lafadz nikah atau tazwij atau yang
satu makna dengan keduanya, Malikiyah: Nikah adalah akad yang mengandung ketentuan
hukum semata-mata untuk memperbolehkan watha’, bersenang-senang dan menikmati apa yang
ada pada diri seorang wanita yang dinikahinya, dan Hambaliyah: Nikah adalah akad dengan
mempergunakan lafadz nikah atau tazwij guna memperbolehkan manfaat, bersenang-senang
dengan wanita.4
Dalam UU No. 1 Tahun 1974 dijelaskan bahwa pernikahan adalah ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.5
Berdasarkan keterangan di atas maka dapat diambil satu pemahaman bahwa pernikahan adalah
suatu aqad perjanjian yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya
(mahramnya) untuk membentuk kehidupan rumah tangga.
Adapun yang dimaksud Nikah Tangkep6 Nikah tangkep (tangkap) adalah pernikahan
yang dilakukan dengan sebab apabila seorang laki-laki yang belum menikah atau sudah menikah
2
Ahmad bin Husen dan abi Syuja’, Fath al-Qarib (Surabaya: Nurul Hidayah), 43
3
. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Jakarta: Attahiriyah, 1976), 335
4
http/Fiqih-munakahat-dalam-perspektif-empat madzhab/diakses 26 Juli 2019
5
Undang-Undang Sekretariat Negara RI Nomor 01 Tahun 1974 Tentang Pernikahan
6
Istilah di pulau Kangean
87

bertamu kepada perempuan/wanita (bukan mahram) yang statusnya single sampai di luar batas
waktu yang telah ditentukan dan disepakati masyarakat Desa setempat (Jam 10.00 malam ke
atas). Dalam pengertian lain jika seorang laki-laki bertamu kepada perempuan melewati batas
waktu yang telah ditentukan dan disepakati, maka laki-laki tersebut akan dinikahkan tanpa harus
memandang statusnya beristri atau belum beristri. Nikah tangkep ini dilakukan dimaksudkan
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan akan tetapi tidak menutup kemungkinan
dilaksanakannya nikah tangkep ini memberi dampak negatif.
Tujuan Nikah
Pada dasarnya tujuan pernikahan di anataranya adalah membentuk keluarga sakinah,
mawaddah, wa rahmah, hal ini didasarkan pada firman Allah SWT. sebagai berikut.
ٰ ۚ
ٖ َ‫كَ أَل ٓ ٰي‬FFِ‫ ةً إِ َّن فِي َذل‬F‫ل بَ ۡينَ ُكم َّم َو َّد ٗة َو َر ۡح َم‬F
‫و ٖم‬Fۡ Fَ‫ت لِّق‬ َ F‫ا َو َج َع‬FFَ‫ ُكنُ ٓو ْا إِلَ ۡيه‬F ‫ ا لِّت َۡس‬F‫ ُكمۡ أَ ۡز ٰ َو ٗج‬F ‫ق لَ ُكم ِّم ۡن أَنفُ ِس‬
َ F َ‫َو ِم ۡن َءا ٰيَتِ ِٓۦه أَ ۡن َخل‬
َ‫يَتَفَ َّكرُون‬
Artinya “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.7 {QS. Al-Ruum (30):
21}.

Ayat di atas telah memberikan penegasan bahwa salah satu tujuan pernikahan adalah
menciptkan keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah. Dengan terwujudnya keluarga sakinah,
mawaddah, wa rahmah maka akan menghasilkan keturunan-keturunan yang ‫ قرة أعين‬sehingga
lahirlah generasi pemimpin-pemimpin yang bertaqwa..
Dasar-dasar Hukum Nikah
Terdapat beberapa ayat al-Qur’an dan hadits yang secara khusus membahas tentang
penikahan diataranya adalah:
a. Dalil al-Qur’an tentang pernikahan
Dalam al-Qur’an Allah SWT. secara khusus menyinggung tentang pernikahan dan
sekaligus menjadi dalil dan dasar hukum pernikahan. Hal ini sebagaimana yang terdapat
dalam surat an-Nisa’ ayat 3 sebagai berikut.
‫وا‬ َ َ‫اب لَ ُكم ِّمنَ ٱلنِّ َسٓا ِء َم ۡثن َٰى َوثُ ٰل‬
ْ ُ‫ث َو ُر ٰبَ ۖ َع فَإِ ۡن ِخ ۡفتُمۡ أَاَّل ت َۡع ِدل‬ Fْ ‫وا فِي ۡٱليَ ٰتَ َم ٰى فَٱن ِكح‬
َ َ‫ُوا َما ط‬ Fْ ُ‫َوإِ ۡن ِخ ۡفتُمۡ أَاَّل تُ ۡق ِسط‬
َ ِ‫فَ ٰ َو ِح َدةً أَ ۡو َما َملَ َك ۡت أَ ۡي ٰ َمنُ ُكمۡۚ ٰ َذل‬
ْ ُ‫ك أَ ۡدن ٰ َٓى أَاَّل تَعُول‬
‫وا‬
Artinya “dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang
kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
7
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Surabaya: Al-Hidayah, 1971), 644
88

Berlaku adil, Maka (nikahilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang
demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”.8 {Qs. An-Nisa’ (4): 3}

Ayat di atas secara tegas menyatakan bahwa pernikahan memiliki dasar hukum yang kuat
dan sekaligus sebagai akad yang disyari’atkan dalam Islam. Oleh karena itu, maka pernikahan
adalah sesuatu yang baik untuk dilakukan.
b. Dalil al-Hadits tentang pernikahan
Melalui haditsnya Rasulullah SAW menganjurkan kepada manusia untuk menikah. Ini
artinya bahwa menikah adalah salah satu sunnah Nabi. hal ini sebagaimana yang ditegaskan
oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagai berikut.
‫النكا ح سنتي فمن رغب عن سنتي فليس مني‬
Artinya: “Nikah adalah sunnahku maka barang siapa yang tidak suka/senang akan sunnahku
(perjalananku) maka dia bukan dari umatku”.9

Melalui hadits ini Rasulullah SAW menegaskan bahwa pernikahan adalah sunnah dan
merupakan Ibadah yang dianjurkan oleh Nabi. hadits di atas juga menjadi argumentasi kuat
bahwa nikah itu adalah sunnah dan sangat dianjurkan oleh Nabi.
Hukum Pernikahan
Adapun Hukum-hukum pernikahan adalah jaiz, sunnat, wajib, makruh, dan haram.10
Mubah/Jaiz: Nikah mubah adalah pernikahan bagi mereka yang punya kemampuan dan
kemauan untuk melakukannya, tetapi jika tidak melakukannya tidak dikhawatirkan akan berbuat
zina dan apabila melakukannya juga tidak akan menelantarkan istri,
Sunnat: Nikah sunat menurut pendapat jumhur ulama’.Yaitu pernikahan bagi orang yang telah
mempunyai kemauan dan kemampuan untuk membangun rumah tangga tetapi jika tidak
melaksanakannya juga tidak dikhawatirkan akan berbuat zina.
Wajib: Wajib bagi orang yang cukup mempunyai belanja dan dia takut akan tergoda kepada
kejahatan (zina).11 zina adalah kejahatan yang diharamkan oleh Allah swt. sebagaiman firman
Allah dalam al-Qur’an sebagai berikut.
‫ٱلزن ٰۖ َٓى إِنَّ ۥهُ َكانَ ٰفَ ِح َش ٗة َو َسٓا َء َسبِياٗل‬ ْ ‫َواَل ت َۡق َرب‬
ِّ ‫ُوا‬

8
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Surabaya: Al-Hidayah, 1971), 115
9
Imam Syihabuddin, ibanah al-ahkam (Dar al-Fikri, 2012), 247
10
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Jakarta: Attahiriyah, 1976), 362
11
Sulaiman Rasjid, Fiqh Isla. ,,,362
89

Artinya: “dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. dan suatu jalan yang buruk”.12 {Qs. Al-Isra’ (17): 32}

Makruh:  Nikah makruh adalah pernikahan seorang laki – laki yang mempunyai kemauan untuk
melakukanNya juga mempunyai kemampuan untuk menahan diri dari perbuatan zina sehingga
tidak memungkinkan tergelincir untuk berbuat zina jika sekiranya tidak nikah. Namun orang ini
tidak mempunyai keinginan ntuk dapat memenuhi kewajiban sebagai suami istri yang baik.
Haram: Nikah yang haram adalah pernikahan bagi mereka yang tidak mempunyai keinginan dan
tidak mempunyai kemampuan untuk membangun rumah tangga dan melaksanakan kewajiban-
kewajiban selama berumah tangga , sehingga apabila dia menikah akan menelantarkan istrinya
dan istrinya atau bahkan hanya menyakiti istrinya.13
Syarat dan Rukun Pernikahan
Adapun syarat dan rukun pernikahan adalah: Mempelai Pria: Mempelai pria yang
dimaksud di sini adalah calon suami yang memenuhi persyaratan, Mempelai wanita: Mempelai
wanita yang dimaksud ialah calon istri yang halal dinikahi oleh mempelai pria. Seorang laki-laki
dilarang memperistri perempuan yang masuk kategori haram dinikahi. Keharaman itu bisa jadi
karena pertalian darah, hubungan persusuan, atau hubungan kemertuaan, Wali: Wali di sini ialah
orang tua mempelai wanita baik ayah, kakek maupun pamannya dari pihak ayah (‘amm), dan
pihak-pihak lainnya. Secara berurutan, yang berhak menjadi wali adalah ayah, lalu kakek dari
pihak ayah, saudara lelaki kandung (kakak ataupun adik), saudara lelaki seayah, paman (saudara
lelaki ayah), anak lelaki paman dari jalur ayah, Dua saksi: Dua saksi ini harus memenuhi syarat
adil dan terpercaya, dan Shighat: Shighat di sini meliputi ijab dan qabul yang diucapkan antara
wali atau perwakilannya dengan mempelai pria.14
Hukum Islam (Hukum Syar’i)
Pengertian Hukum Islam
Secara etimologi Istilah hukum berasal dari bahasa arab yaitu ‫ حكما‬،‫ يحكم‬،‫حكم‬artinya
adalah memimpin, memerintah, memutuskan, menetapkan, atau mengadili, sehingg kata al-
hukm berarti putusan, ketetapan, kekuasaan, atau pemerintahan.15 Secara terminolgi hukum
merupakan tuntutan Allah berkaitan dengan perbuatan orang yang telah dewasa menyangkut

12
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Surabaya: Al-Hidayah, 1971), 429
13
https://darunnajah.com/hukum-hukum-pernikahan-dalam-islam/ diakses 26 Juli 2019
14
https://islam.nu.or.id/post/read/84168/lima-rukun-nikah-dan-penjelasannya, diakses, 26 Juli 2019
15
A. W. Munawwir. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984), 286
90

perintah, larangan dan kebolehannya untuk melaksanakan atau meninggalkannya.16 Sedangkan


kata Islam berasal dari bahasa arab aslama yuslimu al-Islam dalam bentuk lain disebut salam
artinya adalah damai. Sedangkan secara terminologi Islam adalah ajaran yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diambil satu pemahaman bahwa hukum Islam
adalah tuntutan dan peraturan yang bersumber dari al-Qur’an dan bersumber dari ajaran yang
dibawa oleh Nabi besar Muhammad SAW untuk mewujudkan kedamaian, keadilan, dan
kebaikan seluruh umat manusia.
Macam-macam Hukum Islam (Syara’)
Secara garis besar Hukum Islam diklasifikasi menjadi dua bagian, yaitu hukm yaitu
hukum taklifi dan hukum wadl’i. akan tetapi yang akan dibahas dalam kajian ini adalah hukum
taklifi yang artinya adalah hukum Allah yang berkaitan dengan perbuatan orang mukallaf,
berupa tuntutan atau penekanan.17 Adapun macam-macam hukum taklifi adalah wajib, sunnah,
mubah, makruh, dan haram.18
1. Wajib : ‫( ما يثاب على فعله ويعاقب على تركه‬sesuatu yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan
apabila ditinggalkan berdosa). Dalam pengertian lain wajib adalah segala sesuatu yang harus
dikerjakan.
2. Sunnah: ‫( ما يثاب على فعله واليعاقب على تركه‬sesuatu yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan
apabila ditinggalkan tidak berdosa). Artinya adalah segala sesuatu yang sangat dianjurkan
untuk dilakukan dan dilaksanakan jika tidak maka tidak ada masalah.
3. Mubah: ‫ماال يتعلق بكل من فعله و تركه ثواب والعقاب‬
4. Makruh: ‫ما يثا ب على تركه امتثاال وال يعاب على فعله‬
5. Haram : ‫ما يعاقب على فعله ويثاب على تركه‬

Nikah Tangkep (Tangkap) Perspektif Hukum Islam


Nikah tangkep (tangkap) adalah pernikahan yang dilakukan dengan sebab apabila seorang
laki-laki yang belum menikah atau sudah menikah bertamu kepada perempuan/wanita (bukan

16
Abdul Khalaf. Ushul Fiqh. (jami’ah al-Qahirah), 91
17
Ridwan Qayyum Sa’id. Terjemh al-waroqot ushul Fiqh (Kediri: Mitra-Gayatri, 2012), 7
18
Ridwan Qayyum Sa’id. Terjemh al-waroqot ushul Fiqh…, 7-16
91

mahram) yang statusnya single sampai di luar batas waktu yang telah ditentukan dan disepakati
masyarakat Desa setempat (Jam 10.00 malam ke atas). Dalam pengertian lain jika seorang laki-
laki bertamu kepada perempuan melewati batas waktu yang telah ditentukan dan disepakati,
maka laki-laki tersebut akan dinikahkan tanpa harus memandang statusnya beristri atau belum
beristri. Di bawah ini akan dideskripsikan tentang dampak positif dan negatif nikah tangkep dan
tinjauan hukumIslam tentang nikah tangkep
A. Dampak Positif dan Negatif Nikah Tangkep
1. Dampak Positif
Dampak positif nikah Tangkep di beberapa Desa di Pulau Kangean adalah terhindar
dari prasangka buruk masyarakat setempat, terhindar dari fitnah yang berkepanjangan,
menjadi pembelajaran bagi pelaku untuk tidak bertamu kepada perempuan yang bukan
muhrimnya di luar batas, dan menjadi pembelajaran bagi yang belum melakukan supaya
memiliki etika dalam bertamu, tidak terjerumus kepada jurang perzinahan.
2. Dampak Negatif
Dampak Negatif nikah tangkep di beberapa desa di Pulau Kangean adalah bagi orang
yang masih sekolah terutama yang masih sekolah menengah maka sekolahnya terputus,
timbulnya ketidak harmonisan dalam menjalani kehidupan rumah tangga sehingga
berdampak pada terjadinya perceraian. Hal ini bertentangan dengan tujuan nikah
sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an sebagai berikut.
ٰ ۚ
ٖ َ‫ق لَ ُكم ِّم ۡن أَنفُ ِس ُكمۡ أَ ۡز ٰ َو ٗجا لِّت َۡس ُكنُ ٓو ْا إِلَ ۡيهَا َو َج َع َل بَ ۡينَ ُكم َّم َو َّد ٗة َو َر ۡح َمةً إِ َّن فِي َذلِكَ أَل ٓ ٰي‬
‫و ٖم‬Fۡ Fَ‫ت لِّق‬ َ َ‫َو ِم ۡن َءا ٰيَتِ ِٓۦه أَ ۡن َخل‬
َ‫ك‬FFِ‫ ۚةً إِ َّن فِي ٰ َذل‬F‫ق لَ ُكم ِّم ۡن أَنفُ ِس ُكمۡ أَ ۡز ٰ َو ٗجا لِّت َۡس ُكنُ ٓو ْا إِلَ ۡيهَا َو َج َع َل بَ ۡينَ ُكم َّم َو َّد ٗة َو َر ۡح َم‬َ َ‫يَتَفَ َّكرُونَ َو ِم ۡن َءا ٰيَتِ ِٓۦه أَ ۡن َخل‬
َ‫ت لِّقَ ۡو ٖم يَتَفَ َّكرُون‬ ٖ َ‫أَل ٓ ٰي‬
Artinya “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.19 {QS. Al-Ruum (30):
21}.

B. Tinjauan Hukum Islam tentang Nikah Tangkep


Ditinjau dari dampak positif dari nikah tangkep di bebrapa desa di pulau Kangean, maka
pernikahan itu hukumnya adalah wajib dilakukan (Wajib : ‫م[[ا يث[[اب على فعل[[ه ويع[[اقب على تركه‬
(sesuatu yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan berdosa).20 hal ini
19
Ridwan Qayyum Sa’id. Terjemh al-waroqot ushul Fiqh (Kediri: Mitra-Gayatri, 2012), 7
20
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Surabaya: Al-Hidayah, 1971), 429
92

didasarkan pada dampak-dampak positif yang akan diperoleh dari dilaksanakannya nikah
tangkep yaitu terhindar dari kejahatan (perzinahan). Hal ini sebagaimana yang diungkapkan
Sulaiman Rasjid bahwa nikah hukumnya menjadi wajib dilakukan atas orang yang cukup
mempunyai belanja dan dia takut akan tergoda kepada kejahatan (zina). 21 Zina termasuk
kejahatan yang hukumnya adalah haram. Sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Qur’an
‫ٱلزن ٰۖ َٓى إِنَّ ۥهُ َكانَ ٰفَ ِح َش ٗة َو َسٓا َء َسبِياٗل‬ ْ ‫َواَل ت َۡق َرب‬
ِّ ‫ُوا‬
)٣٢( .‫ وبئس الطريق طريقه‬،‫ إنه كان فعال بالغ القبح‬،‫وال تقربوا الزنى ودواعيه؛ كي ال تقعوا فيه‬

Artinya: “dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”.22 {Qs. Al-Isra’ (17): 32}

Ditinjau dari dampak negatifnya maka nikah tangkep yang dilakukan di beberapa desa
di Pulau Kangean, Hukumnya adalah tidak boleh hal ini didasarkan pada dampak negatif yang
diperoleh dari dilaksanakannya nikah tangkep yang bertentangan dengan tujuan nikah yaitu
mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.
Kesimpulan
A. Dampak Positif dan Negatif Nikah Tangkep
1. Dampak Positif
Dampak positif nikah Tangkep adalah: (1) Terhindar dari prasangka buruk
masyarakat setempat, (2) terhindar dari fitnah yang berkepanjangan, (3) menjadi
pembelajaran bagi pelaku untuk tidak bertamu kepada perempuan yang bukan muhrimnya
di luar batas, (4) menjadi pembelajaran bagi yang belum melakukan supaya memiliki etika
dalam bertamu, dan (5) tidak terjerumus kepada jurang perzinahan.
2. Dampak Negatif
Dampak negatif nikah Tangkep adalah: (1) Bagi orang yang masih sekolah terutama
yang masih sekolah menengah maka sekolahnya terputus, (2) timbulnya ketidak
harmonisan menjalani kehidupan rumah tangga sehingga berdampak pada perceraian.
B. Tinjauan Hukum Islam tentang Nikah Tangkep
Ditinjau dari dampak positif dari nikah tangkep di bebrapa desa di pulau Kangean,
maka pernikahan itu hukumnya adalah wajib dilakukan hal ini didasarkan pada dampak-

21
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Jakarta: Attahiriyah, 1976), 362
22
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Surabaya: Al-Hidayah, 1971), 429
93

dampak positif yang akan diperoleh dari dilaksanakannya nikah tangkep yaitu mnghindarkan
dari kejahatan (perzinahan).
Sedangkan ditinjau dari dampak negatifnya maka nikah tangkep yang dilakukan di
beberapa desa di Pulau Kangean, Hukumnya adalah tidak boleh hal ini didasarkan pada
dampak negatif yang diperoleh dari dilaksanakannya nikah tangkep yang bertentangan dengan
tujuan nikah yaitu mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.

Daftar Rujukan

Ahmad bin Husen dan abi Syuja’, Fath al-Qarib. Surabaya: Nurul Hidayah
https/Fiqih-munakahat-dalam-perspektif-empat madzhab/diakses 26 Juli 2019
https://darunnajah.com/hukum-hukum-pernikahan-dalam-islam/ diakses 26 Juli 2019
https://islam.nu.or.id/post/read/84168/lima-rukun-nikah-dan-penjelasannya, diakses, 26 Juli 2019
Kementerian Agama RI, 1971. Al-Qur’an dan Terjemahan. Surabaya: Al-Hidayah
Khalaf, Abdul Wahab. Ushul Fiqh. Jami’ah al-Qahirah
Munawwir, A. W.. 1984. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Progresif
94

Rasjid, Sulaiman. 1976. Fiqh Islam. Jakarta: Attahiriyah


Sa’id, Ridwan Qayyum. 2012. Terjemh al-waroqot ushul Fiqh. Kediri: Mitra-Gayatri,
Syihabuddin. 2012. Ibanah al-ahkam. Dar al-Fikri. 247
Undang-Undang Sekretariat Negara RI Nomor 01 Tahun 1974 Tentang Pernikahan

Anda mungkin juga menyukai