Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ETIKOLEGAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

OLEH:

NAMA : AGUSTINA WOLLA DAPPA MERA


NIM : PO5303240200419
KELAS : 1B KEBIDANAN

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKES KEMENKES KUPANG
PRODI D-III KEBIDANAN
ANGKATAN XXII
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena kasih-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah
’’ETIKOLEGAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN”

Saya menyadari, bahwa dalam penyusunan makalah ini masih dalam


kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna baik dari aspek materi maupun
non materi. Oleh sebab itu, saya sangat mangharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sehingga dijadikan pedoman untuk penyusunan makalah
kedepannya.

Penulis
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………................1

KATA PENGANTAR………………………………………………….............2

DAFTAR ISI……………………………………………………………….......3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………....…....4

1.1 Latar Belakang...........................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….........5

2.1UU Tentang Aborsi Permenkes No 28 Tahun 2017...................................5


2.2UU Tentang Bayi
Tabung...........................................................................6
2.3UU No 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan.................................................6

BAB III PENUTUP……………………………………………………............8

3.1Kesimpulan................................................................................................8
3.2Saran..........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Perkemenkes nomor 28 tahun 2017 menjelaskan dalam menjalnkan
praktik kebidanan, bidan paling rendah memiliki kualifikasi jenjang
pendidikan diploma tiga kebidanan. Selain itu, praktik mandiri bidan
harus memasang papan nama dan paling sedikit memuat nama Bidan,
nomor STBR, nomor SIPB, dan waktu pelayanan.
Penegakan hukum terhadap bidan sebagai pelaku tindak pidana
aborsi ditinjau dari peraturan menteri kesehatan nomor 28 tahun 2017
Tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan. Penegakan hukum ini
meliputi segala elemen profesi yang ada dan diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan salah satunya adalah bidan.
Pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya perempuan,
bayi, dan anak yang dilaksanakan oleh bidan masih dihadapkan pada
kendala profesionalitas, kompetensi, dan kewenangan.
1.2Rumusan Masalah
1. Menjelaskan tentang UU tentang aborsi Permenkes No 28 Tahun
2017!
2. Menjelaskan tentang UU bayi Tabung!
3. Menjelaskan tentang UU No 4 thun 2019!
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Undang-Undang Tentang Aborsi Perkemenkes No 28 Thn 2017

Penegakan hukum terhadap bidan sebagai pelaku tindak pidana


aborsi ditinjau dari peraturan menteri kesehatan nomor 28 tahun 2017
Tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan. Penegakan hukum ini
meliputi segala elemen profesi yang ada dan diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan salah satunya adalah bidan.

Bidan merupakan profesi yang dituntut dalam melaksanakan


profesinya harus memiliki kualifikasi tertentu dan izin tertentu. Rumusan
masalah dalam penelitian ini meliputi bagaimana penegakan hukum dan
faktor-faktor yang menghambat proses penegakan hukum terhadap bidan
sebagai pelaku tindak pidana aborsi ditinjau dari Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan
praktik bidan Penelitian ini menggunakan metode yuridis empiris dengan
melakukan wawancara di Polres Sungailiat, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Pengadilan Negeri Sungailiat. Metode pendekatan yang
digunakan adalah undang-undang dan pendekatan kasus. Hasil dari
penelitian ini menjelaskan bahwa dalam penegakan hukum terhadap
bidan sebagai pelaku tindak pidana aborsi yang tidak memiliki surat izin
praktik bidan di Kabupaten Sungailiat belum optimal hal ini dikarenakan
oleh beberapa faktor yakni, faktor hukum, penegak hukum, kebudayaan,
masyarakat, sarana dan prasarana. Oleh sebab itu penegak hukum harus
dapat menjalankan dan menegakan Undang-Undang maupun Peraturan
terkait bidan dan izin praktiknya, sehingga oknum-oknum yang
melakukan perbuatan yang dilarang oleh Peraturan dan Undang-Undang
memilki efek jera sehingga mengurangi angka pelanggaran dan
penyalahgunaan kewenangan.

2.2 Undang-Undang Tentang Bayi Tabung

Bayi tabung hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri
yang sah yang di tanamkan dalam Rahim istri dari mana ovum berasal.
Pengaturan hukum terkait dengan bayi tabung daptbkita temui dalam
pasal 127 ayat (1).

2.3 Undang-Undang No 4 Thn 2019 Tentang Kebidanan

Bahwa pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya


perempuan, bayi, dan anak yang dilaksanakan oleh bidan masih
dihadapkan pada kendala profesionalitas, kompetensi, dan kewenangan.
Selain itu, pengaturan mengenai pelayanan kesehatan oleh bidan maupun
pengakuan terhadap profesi dan praktik kebidanan belum diatur secara
komprehensif sebagaimana profesi kesehatan lain. Hal tersebut
mengakibatkan belum adanya perlindungan dan kepastian hukum bagi
bidan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Berdasarkan pertimbangan tersebut perlu dibentuk Undang-Undang
tentang Kebidanan.

Dasar Hukum :

Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28C, dan Pasal 28H ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

Undang-Undang ini mengatur tentang: Kebidanan

Mulai berlaku pada tanggal diundangkan;

 Ditetapkan pada tanggal 13 Maret 2019;


 Diundangkan pada tanggal 15 Maret 2019.
 Dalam lembaran negara Tahun 2019 No. 56.
BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan
Jadi Penegakan hukum terhadap bidan sebagai pelaku tindak pidana
aborsi ditinjau dari peraturan menteri kesehatan nomor 28 tahun 2017
Tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan. Penegakan hukum ini
meliputi segala elemen profesi yang ada dan diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan salah satunya adalah bidan.
Pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya perempuan, bayi,
dan anak yang dilaksanakan oleh bidan masih dihadapkan pada kendala
profesionalitas, kompetensi, dan kewenangan.
3.2Saran
Dalam makalah ini terdapat isi UU tentang kebidanan dan pelayan
kesehatan bagi bidan. Berharap mahaiswa pahami tentang undang-udang
pelayanan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.ubb.ac.id/2497/

Anda mungkin juga menyukai