Anda di halaman 1dari 24

1

MAKALAH ETIKA DAN PROFESI KEPERAWATAN


KONSEP DILEMA ETIK

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Fathra Annis Nauli, M.Kep, Sp.Kep.J

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
2011165251 Muhamad Edo Karefo
2011165351 T. Hidayu Marizal
2011165348 Patri Cia Yeremia
2011165355 Laras Sati
2011165358 Hilda Pratiwi
2011165360 Dwi Oktaviani
2011165363 Renika Simamora
2011165366 Huriyah Isty

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dilema Etik” dengan baik tanpa
ada halangan yang berarti.

Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas tutor pada mata
kuliah Etika dan Profesi Kesehatan. Kesempatan ini penulis sampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
penulisan makalah ini.

Penyusun menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan


makalah ini, untuk itu kritik dan saran akan sangat berharga untuk penulis dalam
memperbaiki penulisan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
setiap usaha kita, Amin.

Pekanbaru, 3 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Pembelajaran..........................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................3
1.5 Klasifikasi Istilah................................................................................................4
1.6 Identifikasi Masalah...........................................................................................5
1.7 Analisis Masalah................................................................................................5
1.8 Mind Map...........................................................................................................6
1.9 Learning Objective.............................................................................................6
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................................7
2.1 Definisi Hospitalisasi.........................................................................................7
2.2 Stresor Dalam Hospitalisasi...............................................................................7
2.3 Respon Terhadap Hospitalisasi.........................................................................8
2.3.1 Respon anak...............................................................................................8
2.3.2 Respon orang tua......................................................................................10
2.3.3 Respon Saudara Kandung (Sibling)..........................................................10
2.4 Rentang Respon Hospitalisasi..........................................................................11
2.5 Efek Hospitalisasi.............................................................................................13
2.6 Penatalaksanaan Hospitalisasi..........................................................................14
BAB 3 PENUTUP......................................................................................................19
3.1 Kesimpulan......................................................................................................19
3.2 Saran................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................20
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dilema etik merupakan hal yang kerap dialami oleh perawat dalam
praktik keperawatan sehari-hari. Sebab perawat dianggap bertanggung jawab
untuk mengidentifikasi masalah pasien, membuat keputusan klinis dan
mengevaluasi efek klinis dari pengobatan (Villa, 2012 dalam Nilawati 2019).
Ketika memecahkan masalah etika kita perlu membuat pilihan atas dasar
keyakinan dan perasaan baik secara fundamental ataupun hak kita. Konsep
dilema etika digunakan untuk merujuk kepada keadaan ketika sebuah pilihan
harus dibuat antara dua alternatif sama-sama memuaskan. Tindakan
keperawatan melibatkan pilihan etis dan nilai moral yang memberikan
bimbingan pada praktik keperawatan yang digambarkan berhubungan dengan
rasa kepedulian, belas kasih dan penghormatan terhadap martabat manusia
(Knutson, 2012).
Agar mampu mengambil keputusan yang tepat meski dilanda oleh
dilema etik, perawat tentunya perlu mengetahui konsep dari dilema etik itu
sendiri, maka penulis pun tertarik untuk menyusun makalah tentang “Konsep
Dilema Etik”.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa definisi dari dilema etik?
2) Apa sajakah prinsip-prinsip etik keperawatan?
3) Apa sajakah hak-hak pasien?
4) Bagaimanakah penatalaksanaan/pemecahan masalah dilema etik?
5) Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dilema etik bagi perawat?
6) Apa saja permasalahan etika keperawatan yang terjadi dalam dilema
etik?
1.3 Tujuan Pembelajaran
1) Tujuan Umum
Mahasiswa/i mampu mengetahui dan memahami tentang konsep dilema
etik.
2) Tujuan khusus
a) Mampu memahami definisi dilema etik
b) Mampu memahami prinsip-prinsip etik keperawatan
c) Mampu memahami hak-hak pasien
d) Mampu memahami penatalaksanaan/pemecahan masalah dilema etik
e) Mampu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi dilema etik
bagi perawat?
f) Mampu memahami permasalahan etika keperawatan yang terjadi
dalam dilema etik

1.4 Manfaat Penulisan


1) Bagi mahasiswa/i
Mahasiswa/i dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan bacaan
dan pembelajaran tentang Konsep Dilema Etik.
2) Bagi institusi
Sebagai sarana pengembangan dan pemahaman ilmu pengetahuan
untuk menunjang proses pembelajaran.

SKENARIO
Apa yang sebaiknya Saya lakukan....??
Seorang pasien Tn. A usia 38 tahun masuk UGD RS X menderita
sariawan sudah 3 bulan tidak sembuh-sembuh, dan berat badannya turun
secara berangsur-angsur. Semula Tn. A badannya gemuk tapi 3 bulan terakhir
ini badannya turun dan telah turun 10 kg dari berat badan semula. Tn. A ini
merupakan seorang sopir truk yang sering pergi keluar kota karena tuntutan
kerjaan bahkan jarang pulang, kadang-kadang 2 minggu sekali bahkan
sebulan sekali.
Dokter menyuruh pasien untuk diopname di ruang penyakit dalam
karena kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas dan memberikan advice
kepada perawatnya untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan
mengambil sampel darahnya. Tn. A yang ingin tahu sekali tentang
penyakitnya meminta perawat tersebut untuk segera memberitahu
penyakitnya setelah didapatkan hasil pemeriksaan. Hasilnya mengatakan
bahwa Tn. A positif terjangkit HIV/AIDS. Kemudian perawat tersebut
memanggil keluarga Tn. A untuk menghadap dokter yang menangani Tn. A.
Bersama dokter dan seijin dokter tersebut, perawat menjelaskan tentang
kondisi pasien dan penyakitnya. Keluarga terlihat kaget dan bingung.
Keluarga meminta kepada dokter terutama perawat untuk tidak
memberitahukan penyakitnya ini kepada Tn. A. Keluarga takut Tn. A akan
frustasi, tidak mau menerima kondisinya dan dikucilkan dari masyarakat.
Perawat tersebut mengalami dilema etik di mana satu sisi dia harus
memenuhi permintaan keluarga namun di sisi lain perawat tersebut harus
memberitahukan kondisi yang dialami oleh Tn. A karena itu merupakan hak
pasien untuk mendapatkan informasi. Tetapi secara kode etik standard praktik
keperawatan dan profesi, perawat tersebut tetap harus merahasiakan dengan
menjalankan prinsip etik sesuai dengan kasus tersebut.

1.5 Klasifikasi Istilah


1) Sariawan merupakan suatu luka kecil dangkal di dalam mulut atau di
dasar gusi.
2) Opname merupakan perawatan terhadap pasien yang dilakukan secara
rawat inap.
3) Advice diangkat dari bahasa Inggris yang berarti saran atau nasehat.
4) HIV/AIDS; HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan
kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada
tahap infeksi akhir.
5) Dilema etik adalah suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang di mana ia
harus membuat keputusan tentang perilaku seperti apa yang tepat untuk
dilakukannya.
6) Frustasi dapat diartikan sebagai kekecewaan dalam diri individu yang
disebabkan oleh tidak tercapainya keinginan.

1.6 Identifikasi Masalah


1) Apa yang mendasari dokter memberikan advice kepada perawat untuk
melakukan tes laboratorium terhadap pasien?
2) Hasil laboratorium seperti apa yang menunjukkan indikator positif
terhadap penyakit HIV/AIDS?
3) Prinsip etik apa yang dilanggar dalam skenario tersebut?

1.7 Analisis Masalah


1) Hal yang mendasari dilakukannya pemeriksaan laboratorium terhadap
pasien tersebut yaitu dokter mencurigai adanya tanda dan gejala penyakit
HIV/AIDS pada diri pasien, seperti sariawan, penurunan berat badan
yang drastis, badan terlihat kurus, serta pekerjaan pasien sebagai sopir
yang sering keluar kota.
2) Hasil laboratorium untuk HIV/AIDS dinyatakan normal atau negatif jika:
a) Tidak ditemukan antibodi HIV di dalam darah pasien
b) Tes PCR tidak mendeteksi RNA atau DNA HIV
Hasil laboratorium untuk HIV/AIDS dinyatakan abnormal atau positif
jika:
a) Ditemukan antibodi HIV di dalam darah pasien
b) Tes PCR mendeteksi keberadaan materi genetik HIV (RNA atau
DNA)
3) Kode etik yang mungkin dapat dilanggar dalam kasus tersebut yakni
prinsip moral berupa autonomy (otonomi), veracity (kejujuran), fielity
(menepati janji), dan confidentiality (kerahasiaan).
1.8 Mind Map

Tn.A 38 th

Mengalami gejala:
-Penurunan berat
badan
-Sariawan

Advice dokter:
-Opname
-Cek lab darah

Pasien dinyatakan
positif HIV/AIDS

Keluarga meminta
perawat untuk
merahasiakan dari
pasien

Dilema Etik

Prinsip etik yang


menjadi dilema

Autonomy Veracity Fidelity


(Kemandirian) (Kejujuran) (Menepati Janji)
1.9 Learning Objective
Topik pembahasan: Konsep Dilema Etik
1) Definisi dilema etik
2) Prinsip-prinsip etik
3) Hak-hak pasien
4) Penatalaksanaan/pemecahan dilema etik
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi dilema etik bagi perawat
6) Permasalahan etika keperawatan dalam dilema etik
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Dilema Etik


Dilema etik adalah kondisi yang mengharuskan perawat untuk
melakukan analisa, menepis, melakukan sintesa dan menentukan keputusan
terbaik bagi pasien. Dilema etik menempatkan perawat pada kondisi dimana
dia harus menimbang, memilah dan menapis pilihan keputusan yang menjadi
sulit diputuskan jika kedua pilihan tidak ada yang benar-benar baik ataupun
keduanya sama sama baik berdasarkan prinsip etis (Fjetland, 2009 dalam
Rosa, 2016).
Menurut Thompson & Thompson (1985) dalam Ngesti (2016) dilema
etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan yang
tidak memuaskan sebanding.
Dilema etik adalah suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana
ia harus membuat keputusan tentang perilaku seperti apa yang tepat dilakukan
(Dalami dkk, 2015).

2.2 Prinsip-prinsip Etik Keperawatan


Menurut Dalami dkk (2015) prinsip- prinsip etik terdiri dari:
1. Otonomy (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang
dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri,
memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek
terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa
dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktik profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak- hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience artinya hanya melakukan sesuatu yang baik.
Kebaikan memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh
diri dan orang lain. Terkadang dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi
konflik antara prinsip ini dengan otonomi. Prinsip ini menjelaskan bahwa
perawat melakukan yang terbaik bagi klien, tidak merugikan klien, dan
mencehag bahaya bagi klien.
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dinutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang sama
dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral,
legal dan kemanusian. Nilai ini direfleksikan dalam praktik profesional
ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.
4. Tidak merugikan (Non maleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya atau cedera fisik
dan psikologis selama perawat memberikan asuhan keperawatan pada
klien dan keluarga.
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan
oleh pemberi pelayanan kesehatan utuk menyampaikan kebenaran pada
setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip
veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprehensif, dan
objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang
ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani
perawatan.
6. Menepati Janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan adalah
kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.
Kesetiaan menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan, mencegah penyakit.
7. Kerahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien
harus dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
klien. Tidak ada seorang pun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi
tentang klien diluar are pelayanan, menyampaikan pada teman atau
keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan
seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.

2.3 Hak-hak Pasien


Menurut Ngesti (2016), berikut hak-hak pasien di rumah sakit:
1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan
yang berlaku di rumah sakit, pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur;
2) Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan
standar profesi kedokteran/kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi;
3) Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan dengan standar profesi
keperawatan;
4) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit;
dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan
pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar;
5) Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di
rumah sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang
dideritanya, sepengetahuan dokter yang merawat; “privacy” dan
kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya;
mendapat informasi yang meliputi: penyakit yang diderita, tindakan
medik yang hendak dilakukan, alternatif terapi, prognosa, perkiraan
biaya, pengobatan;
6) Pasien berhak menyetujui/memberikan ijin atas tindakan yang akan
dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya;
7) Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya
dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri
sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya;
8) Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
9) Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak menggangu pasien lainnya;
10) Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di rumah sakit;
11) Pasien berhak mengajukan usul, saran dan perbaikan atas perlakuan
rumah sakit terhadap dirinya;
12) Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun
spiritual.

Menurut UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran dalam


menerima pelayanan pada praktik kedokteran, pasien mempunyai hak :
a) mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3);
b) meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
c) mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
d) menolak tindakan medis; dan
e) mendapatkan isi rekam medis. (Republik Indonesia, 2004)
Menurut UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan, dalam Praktik
Keperawatan, Klien berhak:
a) Mendapatkan informasi secara, benar, jelas, dan jujur tentang tindakan
Keperawatan yang akan dilakukan;
b) Meminta pendapat Perawat lain dan/atau tenaga kesehatan lainnya;
c) Mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar
Pelayanan Keperawatan, standar prolesi, standar prosedur operasional,
dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
d) Memberi persetujuan atau penolakan tindakan Keperawatan yang akan
diterimanya; dan
e) Memperoleh keterjagaan kesehatannya.
Pengungkapan rahasia kesehatan Klien sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38 huruf e dilakukan atas dasar :

a) Kepentingan kesehatan Klien;

b) Pemenuhan permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka


penegakan hukum;

c) Persetujuan Klien sendiri;

d) Kepentingan pendidikan dan penelitian; dan


e) Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kesehatan Klien diatur dalam
Peraturan Menteri. (Republik Indonesia, 2014)
2.4 Penatalaksanaan/Pemecahan Dilema Etik
Menurut yang terdapat di dalam Rosa (2016) model dalam
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
a. Model berpusat pada pasien
Pengambilan keputusan berdasarkan model ini mengambarkan
tanggungjawab perawat kepada pasien/keluarga. Ketika pasien benar dan
terjadi konflik dengan dokter dan lembaga. Perawat melihat mereka
sendiri sebagai penasehat untuk pasien dan melindungi otonomi pasien.
Model pengambilan keputusan berpusat pasien mereflesikan tanggung
jawab perawat atas sikap dokter atau pemegang otoritas (Murphy, dkk
1984 & MCElmurry, dkk 1985).
b. Model berpusat pada dokter
Pengambilan keputusan berdasarkan model ini mengambarkan
tanggungjawab sikap dokter atau wewenang, atau komunitas kesehatan.
Perawat mengikuti model ini mereka sendiri melihat yang
bertanggungjawab hanya dokter dan mempersepsikan bahwa tugas penting
mereka adalah menjaga kepercayaan dalam hubungan dokter-pasien.
c. Model berpusat pada birokrasi
Pengambilan keputusan berdasarkan model ini mengambarkan
tanggungjawab wewenang dari rumahsakit atau sistem lembaga bahwa
memperkerjakan perawat. Perawat seharusnya mengikuti perintah,
aturan, atau kebijakan dari institusi dan tidak ada penyebab masalah
dalam institusi.
Model yang berpusat pada birokrasi keputusan yang diambil
bedasarkan model yang berpusat pada birokrasi mereflesikan tanggung
jawab perawat kepada otoritas rumah sakit atau sistem institusi tempat
perawat bekerja. Perawat berpendapat bahwa untuk mengikuti instruksi,
peran, atau kebijakan institusi sebaiknya tidak membuat permasalahan
dalam institusi (Murphy, dkk 1984 & MCElmurry, dkk 1985).
Ada juga beberapa model pengambilan keputusan etik dapat
disampaikan sebagai berikut (dikutip dari Sumijatun, 2009)
a. Thompson (1985)
1) Review situasi dan kondisi permasalahan kesehatan yang ada,
kebutuhan keputusan, komponen etik dan seseorang yang dianggap
sebagai kunci.
2) Mengumpulkan informasi awal untuk mengklarifikasi situasi
3) Identifikasi situasi dan isu etik yang ada.
4) Kejelasan posisi individu dan kedudukan moral professional.
5) Identifikasi posisi moral dan individu yang dianggap sebagai
kunci.
6) Identifikasi konflik nilai yang ada.
7) Menentukan siapa yang akan mengambil keputusan.
8) Identifikasi langkah kegiatan dengan mengantisipasi dampak yang
akan muncul.
9) Menentukan waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan
dan kapan harus selesai.
10) Evaluasi atau review keputusan/kegiatan yang telah dilakukan
b. Cassells dan Readman (1989)
1) Identifikasi aspek moral pada asuhan keperawatan
2) Mengumpulkan fakta yang relevan dengan isu moral yang ada
3) Klarifikasi dan aplikasi dari nilai yang dianut
4) Memahami prinsip dan teori etika keperawatan seperti otonomi,
kejujuran, dll
5) Menggunakan sumber-sumber interdisiplin yang ada seperti
keluarga, literature, konsultan, dsb
6) Usulan kegiatan yang akan dilakukan
7) Mengaplikasikan kode etik keperawatan sebagai panduan kegiatan.
8) Memilih dan mengimplementasikan kegiatan.
9) Berpartisipasi aktif dalam isu pemecahan masalah.
10) Mengaplikasikan praktik keperawatan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
11) Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan.
c. Menurut Kozier, dkk (1997).
Secara garis besar perawat profesional harus bertanggung jawab
dalam meningkatkan kemampuan dirinya untuk dapat mengambil
keputusan dengan baik, pendidikan berkelanjutan merupakan alternatif
yang perlu dipahami. Beberapa komponen yang penting dalam
pengambilan keputusan adalah :
1) Fakta dan situasi spesifik
2) Prinsip dan teori etika keperawatan
3) Kode etik keperawatan
4) Sesuai untuk pasien
5) Nilai yang dianut
6) Faktor dan atribut terkait seperti nilai, kultur, harapan, derajat
komitmen, penggunaan waktu, kurangnya pengalaman, ketidak
tahuan atau kecemasan terhadap hukum dan adanya loyalitas
terhadap konflik.
d. Menurut Jones RA dan Beck SE (1996).
Pembuatan keputusan etis merupakan proses moral yang
melibatkan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi situasi etika (sensitifitas moral)
2) Kesadaran dan analisis dari informasi yang relevan menggunakan
kesadaran sebagai pemandu (refleksi moral)
3) Membangun pandangan tentang nilai moral (perspektif moral)
4) Kesadaran dan pemahaman dari perbedaan perspektif oleh orang-
orang yang terlihat dalam kasus.
e. Menurut Potter dan Perry (2005).
Setiap situasi dan permasalahan yang ada dapat dikembangkan
dengan mengacu pada pendekatan proses keperawatan. Hal terbaik
yang harus dilakukan perawat adalah mendiskusikan dan membantu
mengatasi dilema etis dengan mempertimbangkan seluruh informasi
yang relevan, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Menunjukkan maksud baik, mempunyai anggapan bahwa semua
orang mempunyai maksud yang baik untuk menyelesaikan masalah
yang ada
2) Mengidentifikasi semua orang penting, menganggap bahwa semua
orang yang terlihat dalam proses pengambilan keputusan
merupakan orang penting dan perlu didengar pendapatnya
3) Mengumpulkan informasi yang relevan. Informasi yang relevan
meliputi data tentang pilihan klien, sistem keluarga, diagnosa dan
prognosa medis, pertimbangan sosial dan dukungan lingkungan.
4) Mengidentifikasi prinsip etis yang penting
5) Mengusulkan tindakan alternative.
6) Melakukan tindakan terpilih..
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dilema Etik bagi Perawat
Menurut Ngesti (2016), ada berbagai faktor yang mempengaruhi
seseorang dalam membuat keputusan etis, yaitu:
1) Faktor Agama dan Adat-Istiadat
Berbagai latar belakang adat istiadat merupakan faktor utama
dalam membuat keputusan etis.Setiap perawat disarankan memahami
nilai yang diyakini maupun kaidah agama yang dianutnya.
2) Faktor Sosial
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan
keputusan etis. Faktor ini meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu
pengetahuan dan teknologi, hukum dan peraturan perundang-undangan.
3) Faktor legislasi dan keputusan yuridis
Setiap perubahan sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya
suatu tindakan yang merupakan reaksi perubahan tersebut. Legislasi
merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga orang yang
bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan suatu konflik.
4) Faktor Dana/Keuangan
Perawat dan tenaga kesehatan yang setiap hari menghadapi klien,
sering menerima keluhan klien mengenai pendanaan. Dalam daftar
kategori diagnosis keperawatan tidak ada pernyataan yang menyatakan
ketidakcukupan dana, tetapi hal ini dapat menjadi etilogi bagi berbagai
diagnosis keperawatan antara lain ansietas dan ketidakpatuhan.
5) Faktor Pekerjaan
Dalam pembuatan suatu keputusan, perawat perlu
mempertimbangkan posisi pekerjaannya.Sebagian besar perawat bukan
merupakan tenaga yang praktek sendiri, tetapi bekerja dirumah sakit,
dokter praktek swasta, atau institusi kesehatan lainnya

2.6 Permasalahan Etika Keperawatan dalam Dilema Etik


Didalam modul Laily (2016) dibahas sekilas beberapa hal yang
berkaitan dengan masalah etik yang berkaitan langsung pada praktik
keperawatan, yaitu:
a. Konflik Etik antara Teman Sejawat
Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu
pencapaian kesejahteraan pasien. Untuk dapat menilai pemenuhan
kesejahteraan pasien, maka perawat harus mampu mengenal/tanggap bila
ada asuhan keperawatan yang buruk dan tidak bijak, serta berupaya untuk
mengubah keadaan tersebut.
b. Menghadapi Penolakan Pasien terhadap Tindakan Keperawatan
Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak
bentukbentuk pengobatan sebagai alternatif tindakan. Dan
berkembangnya teknologi yang memungkinkan orang untuk mencari
jalan sesuai dengan kondisinya. Penolakan pasien menerima pengobatan
dapat saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh cepat, keuangan, sosial dan
lain-lain.
c. Masalah antara peran merawat dan mengobati
Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran
perawat adalah memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan adanya
berbagai faktor sering kali peran ini menjadai kabur dengan peran
mengobati. Masalah antara peran sebagai perawat yang memberikan
asuhan keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan yang melakukan
pengobatan banyak terjadi di Indonesia, terutama oleh perawat yang ada
didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.
d. Berkata Jujur atau Tidak jujur
Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali
perawat tidak merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur. Padahal
yang dilakukan perawat adalah benar (jujur) sesuai kaedah asuhan
keperawatan. Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal,
saat perawat ditanya oleh pasien berkaitan dengan kondisinya, perawat
sering menjawab “tidak apa-apa ibu/bapak, bapak/ibu akan baik, suntikan
ini tidak sakit”. Dengan bermaksud untuk menyenangkan pasien karena
tidak mau pasiennya sedih karena kondisinya dan tidak mau pasien takut
akan suntikan yang diberikan, tetapi didalam kondisi tersebut perawat
telah mengalami dilema etik. Bila perawat berkata jujur akan membuat
sedih dan menurunkan motivasi pasien dan bila berkata tidak jujur,
perawat melanggar hak pasien.
e. Tanggung Jawab Terhadap Peralatan dan Barang
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering,
yang berarti mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada
pasien yang sudah meninggal dan setalah pasien meninggal ada barang-
barang berupa obat-obatan sisa yang belum dipakai pasien, perawat
dengan seenaknya membereskan obat-obatan tersebut dan memasukan
dalam inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga pasien.

.
BAB 3
PENUTUP

.1 Kesimpulan
.Dilema Etik dapat diartikan suatu masalah yang sulit dimana tidak
ada alternatif yang memuaskan yang mengharuskan perawat untuk
melakukan analisa dan menentukan keputusan terbaik tentang perilaku seperti
apa yang tepat dilakukan bagi pasien. Dan memiliki beberapa cara untuk
menyelesaikan masalah dilema etik yaitu dengan mengembangkan data dasar,
mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut,membuat
tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan
tersebut,menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa
pengambil keputusan yang tepat,mendefinisikan kewajiban perawat serta
membuat keputusan nya. Dari pembahasan mengenai Dilema Etik dalam
memecahkan kebingungan seorang perawat dalam suatu masalah yang sulit
dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau suatu situasi dimana
alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan itu sebanding.sehingga
seorang tenaga kesehatan harus tergantung kepada pemikiran rasional bukan
emosional. Jika dihubungkan dalam prinsip moral dalam menyelesaikan
masalah etik, kadang sulit karena keputusan yang akan diambil keduanya
sama-sama memiliki kebaikan dan keburukan, sehingga apabila seorang
perawat mengambil keputusan etis harus memenuhi keputusan yang terarah
agar tercapainya keputusan yang legal.

3.2 Saran
Sebagai seorang tenaga kesehatan yang profesional kita harus lebih
memilih pemikiran yang rasional dibandingkan dengan emosional.sehingga
disaat kita mengalami dilema etis kita dapat menghadapinya dengan
profesional.
DAFTAR PUSTAKA

Ermawati dkk. 2015. Etika Keperawatan. Jakarta. Trans Info Media

Laily, Dayang dkk. 2016. Modul Guru Pembelajar Paket Keahlian Keperawatan
SMK. Diakses pada 3 Oktober 2020. Terdapat di situs :
http://repositori.kemdikbud.go.id

Ngesti W Utami, dkk. 2016. ETIKA KEPERAWATAN DAN KEPERAWATAN


PROFESIONAL. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Nilawati. 2019. Analisis Jurnal Peran Perawat Manajer dan Kode Etik Terhadap
Pengambilan Keputusan di Dalam Manajemen Keperawatan (online).
Diakses pada 5 Oktober 2020.Terdapat di situs: https://osf.io/m7h58/

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun


2004 Tentang Praktik Kedokteran. Lembaran Negara RI Tahun 2204,
No. 4431. Sekretariat Negara. Jakarta.diakses pada 4 Oktober 2020.
Terdapat di situs : http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/

Republik Indonesia. 2014.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun


2014 Tentang Keperawatan. Lembaran Negara RI Tahun 2204, No.
5612. Sekretariat Negara. Jakarta.diakses pada 4 Oktober 2020.
Terdapat di situs : https://peraturan.bpk.go.id/

Rosa, Nela. 2016. Dilema Etik dan Model Pengambilan Keputusan Etis Perawat
dalam Merawat Pasien Skizofrenia di RSJ Prof. Dr. M. Ildrem Medan
(online). Diakses pada 3 Oktober 2020. Terdapat di situs :
http://repository.sari-mutiara.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai