MAKALAH REVISI
Oleh
RAMLIATI
NIM : 80100211113
Dosen Pemandu:
Dr. H. Ibnu Sulaiman, M.Ag
Dr. Muhammad Yaumi, M. Hum.,M.A
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2012
1
1
I. PENDAHULUAN
Dewasa ini banyak lontaran kritik terhadap sistem pendidikan yang pada da-
kan bertambahnya pengangguran tenaga terdidik dari pada bertambahnya tenaga pro-
duktif yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Kritik ini tentu saja beralasan
proporsi jumlah tenaga pengangguran lulusan pendidikan yang lebih tinggi ternyata
lebih besar dibandingkan dengan proporsi pengangguran dari lulusan yang lebih ren-
dah1. Dengan kata lain, persentase jumlah penganggur tenaga sarjana lebih besar di-
Namun, kritik tersebut juga belum benar seluruhnya karena cara berpikir yang
Cara berpikir seperti itu cukup berbahaya, bukan hanya berakibat pada penyudutan
lah-masalah pengangguran tenaga terdidik yang dewasa ini banyak disoroti oleh ma-
Ace Suryadi dan H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu Pengantar (Bandung:
1
kerjaan.
tertentu dalam pendidikan dan konsep Link and Match perlu dihidupkan kembali
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada beberapa pertanyaan terkait kon-
II. PEMBAHASAN
Pada mulanya, sebelum ada pendidikan melalui sekolah seperti sekarang, pen-
didikan dijalankan secara spontan dan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Anak-
anak petani langsung mempelajari pertanian dengan langsung bekerja di sawah, anak-
mereka sekaligus juga belajar tentang nilai-nilai dan norma-norma yang berhubungan
merupakan sesuatu yang kongkret, spontan, dan tidak direncanakan tetapi langsung
berhubungan dengan keperluan hidup. Dengan kata lain, dalam situasi yang belum
mengenal sistem sekolah, sifat pendidikan pada dasarnya selalu bersifat linked and
matched.2
Konsep Link and Match telah dikumandangkan sejak tahun 1990-an. Saat itu
wacana yang muncul Perguruan Tinggi hanya sekedar menyiapkan lulusan yang siap
training, siap dimodifikasi, dan siap ditambahkan ilmu. Padahal tuntutan para
pengguna lulusan Perguruan Tinggi adalah siap pakai, siap bekerja, dan sebagainya.
Intinya industri tidak ingin hanya sekedar terkena beban kembali, dengan biaya yang
cukup tinggi, untuk selain memberi gaji pada karyawan juga harus mengeluarkan
dana yang cukup besar untuk kembali melatih. 3 Konsep keterkaitan dan kesepadanan
(Link and Match) antara dunia pendidikan dan dunia kerja yang dicetuskan mantan
2
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/03/Terbentuknya-Budaya-Agama-disekolah.html,
diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
Mahmud Imrona, Link and Match, http://Mahmud-Imrona.blogspot.com/Search/Label/Link
3
Mendiknas Prof. Dr. Wardiman perlu dihidupkan lagi. Konsep itu bisa menekan
bertambah.4
mengatakan bahwa konsep Link and Match antara lembaga pendidikan dan dunia ker-
ja dianggap ideal. Jadi, ada keterkaitan antara pemasok tenaga kerja dengan peng-
perguruan tinggi dapat menyusun kurikulum sesuai dengan kebutuhan kerja. Contoh
nyata Link and Match dengan program magang. Perbaikan magang, dimaksudkan
agar industri juga mendapatkan manfaat. Selama ini ada kesan yang mendapatkan
manfaat dari magang adalah perguruan tinggi dan mahasiswa, sedangkan industri ke-
bagian repotnya.5
Di sisi lain, produk dari Perguruan Tinggi menghasilkan sesuatu yang amat
berharga dan bukan hanya sekedar kertas tanpa makna, yaitu produk kepakaran, pro-
duk pemikiran dan kerja laboratorium. Produk-produk ini masih sangat jarang dilirik
oleh industri di Indonesia. Produk kepakaran yang sering dipakai adalah yang bersifat
Menjalankan Link and Match bukanlah hal yang sederhana. Karena itu, ide-
alnya, ada tiga komponen yang harus bergerak simultan untuk menyukseskan prog-
ram Link and Match yaitu perguruan tinggi, dunia kerja (perusahaan) dan pemerintah.
Dari ketiga komponen tersebut, peran perguruan tinggi merupakan keharusan dan
4
Wardiman, Keterkaitan Dan Kesepadanan (Link And Match) (Jakarta: Mendiknas, 2010),
h.ii.
5
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/Search-label-kurikulum.html, diakses,
tanggal, 15 Oktober 2012.
5
Ada beberapa langkah penting yang harus dilakukan suatu perguruan tinggi
untuk menyukseskan program Link and Match. Perguruan tinggi harus mau melaku-
kan riset ke dunia kerja. Tujuannya adalah untuk mengetahui kompentensi (keahlian)
apa yang paling dibutuhkan dunia kerja dan kompetensi apa yang paling banyak
sia diketahui, keahlian (kompentensi) yang paling banyak dibutuhkan dunia kerja
kemampuan akuntansi.
Selain itu, perguruan tinggi juga harus mampu memprediksi dan mengantisi-
pasi keahlian (kompetensi) apa yang diperlukan dunia kerja dan teknologi sepuluh ta-
hun ke depan. Seharusnya perguruan tinggi mulai menjadikan kompetensi yang dibu-
tuhkan dunia kerja sebagai materi kuliah di kampusnya. Dengan demikian, diharap-
kan, lulusan perguruan tinggi sudah mengetahui, minimal secara teori, tentang
teri kuliahnya dengan kebutuhan dunia kerja. Sebab, harus ada materi kuliah yang
berguna bagi mahasiswa yang termotivasi untuk melanjutkan studi ke jenjang strata
Langkah penting lainnya, perguruan tinggi harus menjalin relasi dan mencip-
takan link dengan banyak perusahaan agar bersedia menjadi arena belajar kerja (ma-
6
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/Teori-teori-tentang-motivasi.html, diakses,
tanggal, 15 Oktober 2012.
6
gang) bagi mahasiswa yang akan lulus. Dengan magang langsung (on the spot) ke du-
nia kerja seperti itu, lulusan tidak hanya siap secara teori tetapi juga siap secara prak-
tik.
Jika program Link and Match berjalan baik, pemerintah juga diuntungkan de-
tah secara serius menjaga iklim keterkaitan dan mekanisme implementasi ilmu dari
perguruan tinggi ke dunia kerja sehingga diharapkan program Link and Match ini
berjalan semakin baik dan semakin mampu membawa manfaat bagi semua pihak.7
Manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan Link and Match sangat besar.
Karena itu, diharapkan semua stakeholders dunia pendidikan bersedia membuka ma-
lapang dada menerima bidang keahlian (kompentensi) yang dibutuhkan dunia kerja
sebagai materi kuliah utama. Perusahaan juga harus membuka pintu selebar-lebarnya
bagi mahasiswa perguruan tinggi yang ingin magang (bekerja) di perusahaan tersebut.
Sedangkan Pemerintah harus serius dan tidak semata memandang program Link and
pokok: kognitif, afektif dan psikomotorik. Banyak orang berpendapat bahwa sisi afek-
tif dari pendidikan adalah yang paling penting. Seperti ditekankan oleh Paola friere,
suatu konsep pendidikan, dimana otak manusia hanya seperti rekening bank tidak
berlaku atau sesuai lagi. Tujuan yang lebih berkaitan dengan proses menyadarkan
orang bahwa kemampuan berpikir dan menentukan identitas diri sekarang ini jauh
15 Oktober 2012.
7
lebih penting.8 Pendidikan dan pembelajaran adalah proses bukan produk akhir.9 Ivan
Illich pernah mengatakan bahwa kita tidak boleh mengijinkan pendidikan formal
mengganggu proses belajar terus menerus.10 Tidak selayaknya orang berhenti dari
1. Pendekatan Sosial
syarakat pada saat ini. Pendekatan ini menitik beratkan pada tujuan pendidikan dan
sekolah serta memungkinkan pemberian kesempatan kepada peserta didik dan orang
tua secara bebas.13 Sebagai contoh penerapan pendekatan ini adalah diterapkannya
8
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/05/Pengertian-motivasi-berprestasi.html,
diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
9
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/Label-metode-pembelajaran.html, diakses,
tanggal, 15 Oktober 2012.
10
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/05/Pengertian-dan-hakikat-disiplin-
belajar.html, diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
11
Sindhunata, Menggegas Paradigma Baru Pendidikan: Demokrasi, Otonomi, Civil Society,
Globalisasi (Yogyakarta: Kanisius, 2000), h. 130.
12
Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), h. 56.
13
Djumberansyah Indar, Perencanaan Pendidikan Strategi dan Implementasinya (Surabaya:
Karya Aditama, 1995), h. 30.
8
dengan aspek sosial dari kehidupan individu untuk mencapai tujuan secara efektif dan
efisien.14
nan ini didasarkan kepada tujuan untuk memenuhi tuntutan atau permintaan seluruh
individu terhadap pendidikan pada tempat dan waktu tertentu dalam situasi pere-
konomian, politik, dan kebudayaan yang ada pada waktu itu. Ini berarti bahwa sektor
atas, pernah dituang secara tepat dalam Robbins Comunitte on Higher Education di
Inggris pada tahun 1963 dengan alasan pemilihan pendektan ini bahwa: ”All young
person qualified by ability and attaint ment to pursue a full time course in higher
14
Bohar Soeharto, Perencanaan Sosial Kasus Pendekatan (Bandung: Armico, 1991), h. 28.
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/Search-label-budaya-sekolah.html, diakses, tanggal,
15
15 Oktober 2012.
16
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/Pendekatan-perencanaan-pendidikan.html,
diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
9
2. Pendekatan Ketenagakerjaan
pa negara dan juga terjadi perbedaan dalam pendekatan perencanaan antara berbagai
periode pembangunan dalam satu negara. Dalam kebijakan pemerintah (sebut saja
kebijakan lima tahunan), disana tergambar secara jelas harapan-harapan yang akan
dan harus dipenuhi oleh sektor pendidikan. Dengan kata lain kebutuhan akan pendi-
dikan yang akan menjadi sasaran dalam perencanaan selalu dijadikan penuntun atau
arahkan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja pada ta-
hap permulaan pembangunan tentu saja memerlukan banyak tenaga kerja dari segala
baik dalam sektor pertanian, perdagangan, industri dan sebagainya.20 Untuk itu, pe-
rencana pendidikan harus mencoba membuat perkiraan jumlah dan kualitas tenaga
fasilitas dan pengarahan arus peserta didik benar-benar didasarkan atas perkiraan
kebutuhan tenaga kerja tadi. Akan tetapi metode-metode untuk memperkirakan kebu-
tuhan tenaga kerja perlu ditetapkan terlebih dahulu sesuai dengan kepentingan dan
kondisi negara yang bersangkutan. Salah satu metode misalnya bukan hanya sekedar
memerhatikan kebutuhan saja tetapi perlu meneliti berbagai jenis tenaga yang terlatih
yang diperlukan oleh negara atas dasar perbandingan atau ratio yang seimbang, mi-
sudah berkembang ataupun negara yang teknologinya sudah maju, dimana setiap
waktu diperlukan jenis keahlian yang baru. Ahli teknologi modern dengan mencip-
takan teori dan sistem yang baru dengan sendirinya mendorong teknologi untuk ber-
kembang secara pesat. Dan hal ini, menyebabkan pula timbulnya kebutuhan akan
tenaga ahli dari jenis yang baru untuk menangani atau mengelolanya.
tuntutan dunia lapangan kerja dalam segala bidang. Para ahli ekonomi mengharapkan
agar ada keseimbangan antara penambahan lapangan kerja dengan peningkatan pen-
nal, pendapatan nasional yang telah ditingkatkan akan memberi peluang untuk mem-
perluas lapangan kerja. Ini berarti penyerapan tenaga kerja akan lebih banyak.
11
kan sedemikian rupa sehingga menjamin setiap individu, tentunya seorang lulusan
menjadi seorang pekerja yang produktif. Dengan kata lain, sistem pendidikannya ha-
rus menghasilkan lulusan dari berbagai tingkat dan jenis yang siap pakai.21
tenaga kerja yang dibutuhkan dihitung dari jumlah pendapatan nasional yang direnca-
nakan atau yang diperhitungkan akan dicapai. Dengan kata lain, anak didik melalui
sistem pendidikan harus disiapkan menjadi tenaga kerja, dan perencanaan mengenai
keperluan akan tenaga kerja harus diintegrasikan secara menyeluruh ke dalam pe-
ekonomi dimasa depan dianggap sebagai variabel yang independen karena dianggap
pendidikan yang ditujukan kearah pembentukan tenaga kerja dianggap sebagai pra-
syarat bagi pertumbuhan ekonomi yang secara struktural seimbang dan sebagai pra-
syarat bagi sistem pendidikan yang fungsional. Kebutuhan akan tenaga kerja semata-
mata dari pertumbuhan ekonomi di masa depan dianggap relevan bagi alokasi tenaga
kerja yang efisien dan bagi penggunaan secara optimal sumber-sumber yang tersedia
Cara pendekatan persoalan pendidikan seperti ini dapat dikaitkan sebagai pen-
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/10/Penarikan-Rekruitmen-Sumber-Daya-
21
tem pendidikan dengan tuntutan akan kebutuhan tenaga kerja, didalam pendekatan ini
juga mempunyai kelemahan, dimana ada tiga kelemahan yang paling utama, yaitu;
1) Mempunyai peranan yang terbatas dalam perencanaan pendidikan, karena pen-
dekatan ini mengabaikan keberadaaan sekolah umum karena hanya akan meng-
hasilkan pengangguran saja, pendekatan ini lebih mengutamakan sekolah mene-
ngah kejuruan untuk memenuhi kebutuhan kerja.
2) Menggunakan klasifikasi rasio permintaan dan persediaan.
3) Tujuan dari pada pendekatan ini hanyalah untuk pemenuhan kebutuhan tenaga
kerja, disisi lain tuntutan dunia kerja berubah-ubah sesuai dengan cepatnya pe-
rubahan zaman.23
didik dapat ditekan dengan memperbaiki sistem dan perencanaan pendidikan yang
ngan kerja. Sempitnya lapangan kerja disebabkan pemerintah yang kurang bisa mem-
melahirkan atau meluluskan lulusan yang siap pakai. Kalau yang dimaksud dengan
siap pakai ialah kemampuan lulusan yang mengenali dan menguasai permasalahan
rutin serta mampu mengaplikasikan ilmunya; maka bukan pada tempatnya, hal itu di-
22
Sindhunata (ed), Pendidikan Kegelisahan Sepanjang Zaman (Yogyakarta: Kanisius, 2001),
h. 17.
23
Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), h. 59.
13
tenaga pembangunan yang ahli, terampil dan sesuai dengan lapangan kerja tidak
tivitas kerja, dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi
suatu masyarakat. Anggapan ini mengacu pada teori Human Capital. Teori Human
Teori ini merasa yakin bahwa pertumbuhan suatu masyarakat harus dimulai
dari prodiktivitas individu. Jika setiap individu memiliki penghasilan yang tinggi ka-
Teori Human Capital ini menganggap bahwa pendidikan formal sebagai suatu inves-
tasi, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Dari teori ini, timbul beberapa mo-
24
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/03/Perencanaan-dan-Pengelolaan.html,
diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
25
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/Hakikat-Pengembangan-Sumber-Daya.html,
diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
14
dengan menggunakan teknik cost benefit analysis, model pendidikan tenaga kerja dan
lain sebagainya.
Human Capital tidak selalu benar. Hal ini terbukti dari hasil penelitian Cammings
negara maju dan negara berkembang, yaitu bahwa pendidikan formal hanya membe-
rikan kontribusi kecil terhadap status pekerjaan dan penghasilan lulusan pendidikan
Teori Human Capital dianggap tidak berhasil, maka muncullah teori baru se-
bagai koreksi terhadap teori sebelumya, yaitu teori kredensialisme. Teori ini me-
ngungkapkan bahwa struktur masyarakat lebih ampuh dari pada individu dalam men-
sebagai alat untuk mempertahankan status quo dari para pemenang status sosial yang
lebih tinggi. Menurut teori ini perolehan pendidikan formal tidak lebih dari suatu
Dua teori yang dikemukan diatas, masing-masing memiliki kaitan erat dengan
fungsi sistem pendidikan yang diungkap oleh Sayuti Hasibuan. Menurutnya, fungsi
penting, yaitu: 1). Dimensi kuantitatif yang meliputi fungsi sistem pendidikan dalam
pemasok tenaga kerja terdidik dan terampil sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja
yang tersedia, 2). Dimensi kualitatif yang menyangkut fungsinya sebagai penghasil
26
Williams Cammings, Studi Pendidikan dan Tenaga Kerja pada Beberapa Industri Besar di
Indonesia, Jakarta: Pusat Penelitian BP3K.
15
tenaga terdidik dan terlatih yang akan menjadi sumber penggerak pembangunan atau
Sistem pendidikan sebagai suatu sistem pemasok tenaga kerja terdidik lebih
banyak di ilhami oleh teori Human Capital. Sistem pendidikan memiliki arti penting
dalam menjawab tuntutan lapangan kerja yang membutuhkan tenaga kerja terampil
dalam berbagai jenis pekerjaan. Penyediaan tenaga kerja terdidik tidak hanya harus
memenuhi kebutuhan akan suatu jumlah yang dibutuhkan. Akan tetapi, yang lebih
penting ialah jenis-jenis keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan
dunia industri. Teori Human Capital percaya bahwa pendidikan memiliki anggapan
lapangan kerja yang membutuhkan kecakapan dan keterampilan tersebut juga sudah
tersedia.
force) cenderung lebih sesuai dengan teori Kredensialisme. Sistem pendidikan harus
mampu membuka cakrawala yang lebih luas bagi tenaga yang dihasilkan, khususnya
dalam membuka lapangan kerja baru. Pendidikan harus dapat menghasilkan tenaga
jasa termasuk cara-cara memasarkannya. Kemampuan ini amat penting dalam rangka
memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha. Dengan demikian, lulusan sistem
pendidikan tidak bergantung hanya kepada lapangan kerja yang telah ada yang pada
dasarnya sangat terbatas, akan tetapi mengembangkan kesempatan kerja yang masih
potensial.
27
Sayuti Hasibuan, Changing Manpower Requirements in The Face of Non-Oil Growth,
Labor Force Growth and Fast Tehnological Change, (Jakarta: Bappenas, 1987), h. 5.
16
kerja. Jika ada masalah ketidaksesuaian, hal ini dianggap sebagai ”gejala persediaan”
(supply phenomina), yaitu ketidaksesuaian antara pendidikan dan lapangan kerja yang
lulusan yang mudah dilatih atau yang dapat membelajarkan diri agar menjadi tenaga
kan oleh sistem pendidikan itu sendiri, tetapi lapangan kerja juga belum memung-
sikan sistem pelatihan kerja secara optimal. Jika ketidaksesuaian antara keterampilan
kerja dengan kebutuhan dunia industri dianggap sebagai demand phenomina, sistem
pelatihan kerja juga harus merupakan bagian yang integral di dalam industri atau
perusahaan. Dalam hubungan dengan hal tersebut, dunia industri akan berfungsi
sebagai training ground. Jika industri atau perusahaan sudah berfungsi sebagai
Pelatihan dalam industri atau perusahaan ialah tempat yang paling tepat untuk
dapat menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai (ready trained), sementara sistem
pendidikan formal secara maksimal harus mampu menghasilkan tenaga potensial atau
yang memiliki kecakapan dasar yang dapat dikembangkan lebih jauh di dunia kerja.
Sekat-sekat yang ada antara pendidikan, pelatihan dan tenaga kerja seperti yang kita
alami dewasa ini, setidak-tidaknya secara konseptual tidak terjadi dalam masyarakat
industri modern. Diperlukan program yang terintegrasi antara dunia pendidikan dan
28
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/10/Pelatihan-dan-Pengembangan-SDM.html,
diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
29
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/Hakikat-Pengembangan-Sumber-Daya.html,
diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
17
hanya dilaksanakan di dalam industri, tetapi sistem pendidikan sekolah dan luar
dunia kerja.
Dalam kaitan ini perlu ada refungsionalisasi SISDIKNAS yang membuka diri
sional. Dengan sistem yang seperti itu, bukan berarti akan menghilangkan pengang-
guran, tentu saja masalah pengangguran akan selalu ada karena berbagai sebab eko-
malisir.
Fungsi pendidikan sebagai pemasok tenaga kerja terdidik dan terlatih dapat di-
uji berdasarkan kemampuannya dalam memenuhi jumlah angkatan kerja yang dibu-
tuhkan oleh lapangan kerja yang telah ada atau yang diperkirakan tersedia dalam su-
atu sistem ekonomi. Untuk menguji kemampuan ini diperlukan perbandingan antara
persediaan angkatan kerja yang dihasilkan oleh sistem pendidikan dan latihan dengan
kebutuhan tenaga kerja dalam lapangan kerja yang ada menurut kategori tingkat
pendidikan pekerja.
kan oleh masih banyak tersedianya lapangan kerja pada sektor tradisional dan sektor
informal pada saat struktur tenaga kerja telah mulai bergeser ke tingkat pendidikan
yang lebih tinggi. Keadaan ini didukung oleh kenyataan bahwa kelebihan persediaan
tenaga kerja terjadi pada tingkat-tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan yang
30
H.A.R. Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional (Cet IV; Bandung: Rosdakarya, 1999), h.
178.
18
menjadi akibatnya pengangguran tenaga terdidik atau lulusan Perguruan Tinggi akan
Salah satu sebab kesenjangan supply dan demand pendidikan tinggi ialah ke-
senjangan antara keinginan mahasiswa (dan dorongan orang tua serta persepsi masya-
rakat) dengan kebutuhan akan tenaga kerja. Mahasiswa lebih menyenangi program
studi profesional seperti ahli hukum dan ekonomi dibanding dengan program tek-
nologi maupun pertanian. Gejala ini terjadi juga di negara industri maju dan sangat
kuat di negara berkembang. Sebaliknya kebutuhan akan tenaga kerja yang banyak
sebagai berikut: 1). Semakin tinggi jenjang pendidikan semakin besar kemungkinan
terdapat kekurangan tenaga kerja terdidik; 3). Tamatan SLTA cenderung untuk
menganggur dan jumlahnya semakin besar; 4). surplus lulusan Perguruan Tinggi
gi kita buka terletak pada angka absolutnya, karena sebenarnya kita masih keku-
rangan tenaga lulusan Perguruan Tinggi. Kekurangan ini masih dipersulit lagi dengan
adanya ”mis-match” jenis keahlian yang diproduksi oleh pendidikan tinggi kita.
Menurut Darlaini Nasution SE ada tiga faktor mendasar yang menjadi pe-
adalah, ketidaksesuaian antara hasil yang dicapai antara pendidikan dengan lapangan
19
lapangan pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja umumnya tidak sesuai dengan
yang siap pakai, artinya sesuai dengan pendidikan dan keterampilannya, namun
dalam kenyataan tidak banyak tenaga kerja yang siap pakai tersebut. Justru yang
banyak adalah tenaga kerja yang tidak sesuai dengan job yang disediakan.
negara kita adalah terlampau banyak tenaga kerja yang diarahkan ke sektor formal
sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan di sektor formal, mereka kelabakan dan
tidak bisa berusaha untuk menciptakan pekerjaan sendiri disektor informal. Justru
entah sebagai joki yang menumpang di mobil atau joki payung kalau hujan.
pendidikan tinggi tidak boleh berhenti. Akan tetapi, pemerataan pendidikan itu harus
Karena itu, maka salah satu kelemahan dari sistem pendidikan kita adalah
seseorang dalam berkarier atau bekerja. Saat ini pendidikan kita terlalu menekankan
pada segi teori dan bukannya praktek. Pendidikan seringkali disampaikan dalam
31
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/10/Artikel-Pengertian-Perencanaan-sdm.html,
diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
20
dalam porsi yang lebih besar. Di negara kita, saat ini ada kecenderungan bahwa para
menyangkut ilmu sosial, bahasa, dan sejarah atau menerima saja berbagai teori,
namun sayangnya para siswa tidak memiliki kemampuan untuk menggali wawasan
pandangan yang lebih luas serta cerdas dalam memahami dan mengkaji suatu
masalah. Sedangkan untuk ilmu pengetahuan alam para siswa cenderung hanya
diberikan latihan soal-soal yang cenderung hanya melatih kecepatan dalam berpikir
matika bukan karena kecerdikan dalam melakukan analisis terhadap soal atau kepan-
daian dalam membuat jalan perhitungan tetapi karena dia memang sudah hapal tipe
soalnya. Kenyataan inilah yang menyebabkan sumber daya manusia kita ketinggalan
jauh dengan sumber daya manusia yang ada di negara-negara maju. Kita hanya pan-
dai dalam teori, tetapi gagal dalam praktek dan dalam profesionalisme pekerjaan
tersebut. Rendahnya kualitas tenaga kerja terdidik kita juga adalah karena terlampau
melihat pada gelar tanpa secara serius membenahi kualitas dari kemampuan di bidang
Sehingga karena hal inilah maka para tenaga kerja terdidik sulit bersaing de-
ngan tenaga kerja asing dalam usaha untuk mencari pekerjaan. Salah satu penyebab
tinggi di Indonesia yang masih rendah. Akibatnya lulusan yang dihasilkan pun kua-
litasnya rendah sehingga tidak sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
21
sistem pendidikan. Namun bila dilihat lebih jauh, dari sisi permintaan tenaga kerja,
kerja dalam menyerap tenaga terdidik yang muncul secara bersamaan dalam jumlah
kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945
dengan partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi dijadikan penang-
Untuk itu diperlukan dua kebijakan, yaitu kebijakan makro dan mikro (khu-
sus). Kebijakan mikro (khusus) dapat dijabarkan dalam beberapa poin: Pertama, pe-
setiap manusia sesungguhnya memiliki potensi dalam dirinya namun sering tidak
dupan yang lebih baik, bernilai dan berkualitas bagi dirinya sendiri maupun masya-
rakat luas.32
Kepribadian yang matang, dinamis dan kreatif memiliki tujuan dan visi yang
jauh ke depan, berani mengambil tantangan serta mempunyai mindset yang benar. Itu
merupakan tuntutan utama dan mendasar di era globalisasi dan informasi yang sangat
kompetitif dewasa ini dan di masa-masa mendatang. Perlu diyakini oleh setiap orang,
kesuksesan yang hakiki berawal dari sikap mental kita untuk berani berpikir dan
32
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/10/Hakikat-Pengembangan-Sumber-Daya.html,
diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
22
bertindak secara nyata, tulus, jujur matang, sepenuh hati, profesional dan bertanggung
III. PENUTUP
Kesimpulan
1. Konsep Link and Match (keterkaitan dan kesepadanan) merupakan konsep keter-
kaitan antara lembaga pendidikan dengan dunia kerja, atau dengan kata lain Link
and Match ini adalah keterkaitan antara pemasok tenaga kerja dengan penggu-
nanya. Dengan adanya keterkaitan ini, maka pendidikan sebagai pemasok tenaga
2. Dengan link and match ini suatu lembaga khususnya Perguruan Tinggi bisa me-
ngadakan kerja sama dengan pihak lain khususnya dengan perusahaan atau in-
dustri agar mahasiswa bisa magang di perusahaan tersebut. Perguruan tinggi harus
mau melakukan riset ke dunia kerja. dengan adanya Link and Match tersebut
Perguruan Tinggi dapat mengetahui kompentensi (keahlian) apa yang paling di-
33
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/10/Pelatihan-dan-Pengembangan-SDM.html,
diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
23
butuhkan dunia kerja dan kompetensi apa yang paling banyak dibutuhkan dunia
kerja. Selain itu, Perguruan Tinggi juga akan dapat memprediksi dan mengan-
tisipasi keahlian (kompetensi) apa yang diperlukan dunia kerja dan teknologi sepu-
luh tahun ke depan. Dan yang lebih penting Perguruan Tinggi harus menjalin
relasi dan menciptakan link dengan banyak perusahaan agar bersedia menjadi are-
na belajar kerja (magang) bagi mahasiswa yang akan lulus. Dengan magang
langsung (on the spot) ke dunia kerja seperti itu, lulusan tidak hanya siap secara
3. Adapun pendekatan yang digunakan untuk mewujudkan Link and Match adalah
pendekatan yang didasarkan atas keperluan masyarakat yang mana pendekatan ini
kinkan pemberian kesempatan kepada peserta didik dan orang tua secara bebas.
keterkaitan lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan terhadap tenaga kerja pada
berbagai sektor pembangunan dengan tujuan yang akan dicapai adalah bahwa
nomi, dan titik temu antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah produk-
tivitas kerja, dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan, semakin ting-
24
ekonomi suatu masyarakat. Anggapan ini mengacu pada teori Human Capital yang
DAFTAR PUSTAKA
Cammings, Williams, Studi Pendidikan dan Tenaga Kerja pada Beberapa Industri
Besar di Indonesia, Jakarta: Pusat Penelitian BP3K.
Enoch, Jusuf. 1992, Dasar-Dasar Perencanaan, Jakarta: Bumi Aksara
Hasibuan, Sayuti. 1987, Changing Manpower Requirements in The Face of Non-Oil
Growth, Labor Force Growth and Fast Tehnological Change, Jakarta:
Bappenas.
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/03/Perencanaan-dan-Pengelolaan.html,
diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/03/Terbentuknya-Budaya-Agama-diseko-
lah.html, diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/Hakikat-Pengembangan-Sumber-Da-
ya.html, diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/Hakikat-Pengembangan-Sumber-Da-
ya.html, diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/Label-metode-pembelajaran.html, di-
akses, tanggal, 15 Oktober 2012.
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/Pendekatan-Perencaanaan-Pendidi-
kan.html, diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/Pendekatan-perencanaan-pendidi-
kan.html, diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
25
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/Pengembangan-desain-Perencaana-
an.html, diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/Search-label-kurikulum.html, diakses,
tanggal, 15 Oktober 2012.
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/04/Teori-teori-tentang-motivasi.html, di-
akses, tanggal, 15 Oktober 2012.
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/05/Pengertian-dan-hakikat-disiplin-bela-
jar.html, diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/05/Pengertian-motivasi-berprestasi.html,
diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/10/Artikel-Pengertian-Perencanaan-
sdm.html, diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/10/Hakikat-Pengembangan-Sumber-Da-
ya.html, diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/10/Pelatihan-dan-Pengembangan-SDM.
html, diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/10/Pelatihan-dan-Pengembangan-
SDM .html, diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/2011/10/Penarikan-Rekruitmen-Sumber-Daya-
Manusia-SDM.html, diakses, tanggal, 15 Oktober 2012.
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/Search-label-budaya-sekolah.html, diakses,
tanggal, 15 Oktober 2012.
http://kabar-pendidikan.blogspot.com/search-label-otonomi-daerah.html, diakses,
tanggal, 15 Oktober 2012.
Imrona, Mahmud, Link and Match, http://Mahmud-Imrona.blogspot.com/Search/
Label/Link and Match, Diakses Tanggal 05 Januari 2008
Indar, Djumberansyah. 1995. Perencanaan Pendidikan Strategi dan Implementasinya.
Surabaya: Karya Aditama.
Limongan, Andreas, Masalah Pengangguran di Indonesia, Diakses Tanggal 07 Janu-
ari 2008.
Sa’ud, Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu
Pendekatan Komprehensif , Cet. II; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Sa’ud, Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun, 2006. Perencanaan Pendidi-
kan Suatu Pendekatan Komprehensif . Bandung: Remaja Rosdakarya. Cet II.
Sindhunata (ed), 2001, Pendidikan Kegelisahan Sepanjang Zaman, Yogyakar-
ta:Kanisius.
Sindhunata (ed). 2000, Menggegas Paradigma Baru Pendidikan: Demokrasi, Otono-
mi, Civil Society, Globalisasi, Yogyakarta: Kanisius.
Soeharto, Bohar. 1991, Perencanaan Sosial Kasus Pendekatan, Bandung: Armico.
26
Suryadi, Ace dan H.A.R. Tilaar. 1993, Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu Pe-
ngantar, Bandung: Rosdakarya.
Tilaar, H.A.R. 1999, Manajemen Pendidikan Nasional, Bandung: Rosdakarya. Cet
IV.
Usman, Husaini. 2006, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta:
Bumi Aksara.
Wardiman, Keterkaitan Dan Kesepadanan (Link And Match), Jakarta: Mendiknas,
2010.