Anda di halaman 1dari 24

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS MATA KULIAH HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH


BENTUK NEGARA DAN PEMERINTAHAN SWISS

Dosen:
DR. HARSANTO NURSADI, S.H., M.SI.

Oleh:
MUHAMMAD BRILLYAN ALVAYEDO (2006615944)
WYLLYAN ICHSAN SHAB BILLAH (2006616455)

PROGRAM PASCASARJANA ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Bentuk Negara
dan Pemerintahan Swiss”. Dalam makalah ini membahas tentang bentuk negara konfederal
dan bentuk pemerintahan yang digunakan oleh Negara Swiss serta tentang sistem
pemerintahan yang digunakan baik presidensil maupun parlementer. Adapun maksud dan
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum
Pemerintahan Daerah Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak menutup kemungkinan di dalamnya


terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, segala bentuk saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat diharapkan oleh penulis untuk meningkatkan kualitas pada penulisan
karya-karya selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan para pembaca pada umumnya.

10 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………... ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………….. 1


1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………. 4
1.3 Tujuan Masalah …………………………………………………. 4

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………. 5

2.1 Bentuk Negara Konfederasi ……………………………………… 5


2.2 Bentuk Negara dan Sistem Pemerintahan di Negara Swiss ……..... 10
1. Bentuk Negara Swiss …………………………………………. 10
2. Sistem Pemerintahan di Swiss ………………………………... 15

BAB III PENUTUP …………………………………………………………… 18

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………….. 18

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya, bentuk negara dan bentuk pemerintahan merupakan sebuah

refleksi keinginan dan tujuan dari masyarakat yang terdapat di dalamnya. Bentuk

negara menyesuaikan dirinya dengan keadaan di dalam negara tersebut berdasarkan

seluruh aspek yang dapat mempengaruhi jalannya pemerintahan serta sistem yang

ditimbulkan oleh masyarakat itu sendiri. Berbicara mengenai bentuk negara, terdapat

beberapa teori yang dikembangkan oleh para ahli dan tetap eksis menjadi paham yang

bertahan hingga saat ini. Beberapa paham tersebut salah satunya adalah paham yang

menggabungkan antara bentuk negara dengan bentuk pemerintahan. Paham ini

menganggap bahwa terdapat klasifikasi penggabungan bentuk negara dengan bentuk

pemerintahan yang terbagi menjadi tiga macam, yang pertama adalah bentuk

pemerintahan dimana terdapat hubungan yang erat antara legislatif dan ekskutif; dan

yang kedua adalah bentuk pemerintahan dimana ada pemisahan yang tegas antara

legislatif, eksekutif, dan yudikatif; dan yang terakhir adalah bentuk pemerintahan

dimana terdapat pengaruh dan pengawasan langsung dari rakyat terhadap badan

legislatif.1

Sementara itu teori lain juga menyebutkan bahwa terdapat pembagian

mengenai sistem pemerintahan (regering system) yang dimana isinya antara lain:

a. Sistem pemerintahan presidensiil;

b. Sistem pemerintahan parlementer;

1
Samosir, R. I. (2017). Kedudukan dan Fungsi Lembaga Wali Nanggroe dalam Sistem Pemerintahan Otonomi
Khusus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh
Darusalam (Doctoral dissertation, Fakultas Hukum Universitas Pasundan). Hlm. 24.
1
c. Sistem pemerintahan campuran, yaitu quasil presidensiil seperti di

Indonesia (dibawah Undang-Undang Dasar 1945) atau quasi parlementer

seperti Perancis yang dikenal dengan istilah hybrid system; dan

d. Sistem pemerintahan collegial seperti di Swiss.2

Berkembang dari teori-teori diatas, terdapat salah satu teori yang sering

dijadikan sebagai ilmu dasar dalam memahami bentuk negara yang dimana pada saat

ini sudah banyak negara yang telah menerapkan bentuk tersebut sesuai dengan isi dari

teori yang akan dijelaskan dibawah ini, yang dimana teori tersebut adalah bentuk

negara dimulai dari bentuk negara Kesatuan (unitary state, eenheidstaat); bentuk

negara Serikat (federal, bonds-staat); dan bentuk negara Konfederasi (confederation,

staten-bond). Negara Kesatuan adalah negara yang tidak tersusun dari beberapa

negara, melainkan hanya terdiri atas satu negara, sehingga tidak ada negara di dalam

negara. Dengan demikian, dalam negara Kesatuan hanya ada satu pemerintah, yaitu

pemerintah pusat yang mempunyai kekuasaan serta wewenang tertinggi dalam bidang

pemerintahan negara, menetapkan kebijakan-kebijakan pemerintahan dan

melaksanakan pemerintahan negara baik di pusat maupun di daerah-daerah.3 Berbeda

dengan negara Serikat lebih lanjut Soehino menjelaskan bahwa, negara Serikat atau

negara Federasi adalah negara yang bersusun jamak, maksudnya negara ini tersusun

dari beberapa negara yang semula telah berdiri sebagai negara yang merdeka dan

berdaulat, dan mempunyai undang-undang dasar tersendiri. Tetapi kemudian karena

suatu kepentingan, negara-negara tersebut saling menggabungkan diri untuk

membentuk suatu ikatan kerja sama yang efektif.4

Sementara itu terdapat salah satu bentuk negara lainnya yaitu bentuk negara

Konfederasi. Konfederasi ialah bentuk perserikatan antar negara merdeka berdasarkan

2
Jimly Asshiddiqie. (2006). Konstitusi dan Konstitusionalisme. Konstitusi Press. Jakarta. Hlm. 259.
3
Soehino. (2000). Ilmu Negara. Liberty. Yogyakarta. Hlm. 224.
4
Ibid.
2
perjanjian atau undang-undang misalnya yang menyangkut berbagai kebijakan

bersama. Bentuk konfederasi ini tidaklah diakui sebagai negara berdaulat tersendiri

dalam hukum internasional, karena masing-masing negara yang membentuk

konfederasi tetap memiliki kedudukan internasional sebagai negara yang berdaulat.

Contoh dari konfederasi antara lain adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa (United

Nations) dan ASEAN (Association of Southeast Asian Nations). Konfederasi pun

dapat diartikan juga sebagai bentuk perkembangan selanjutnya dari bentuk negara

Federal. Negara ini dibentuk sebagai perserikatan antara negara-negara atau gabungan

beberapa negara untuk membuat sebuah sistem kehidupan bersama yang lebih besar

lagi. Unsur pembentukannya bukan lagi koloni atau kelompok-kelompok masyarakat

akan tetapi negara dalam pengertiannya yang harfiah. Dapat dikatakan bawa

konfederasi itu sendiri adalah negara yang berbentuk negara. Dalam hukum

internasional, negara konfederasi tidak diakui sebagai negara berdaulat, karena negara-

negara yang membentuknya telah memiliki kedudukan internasional sebagai negara

berdaulat sebelumnya.

Dalam definisi lain, konfederasi merupakan gabungan dari sejumlah negara

melalui sejumlah perjanjian internasional yang memberikan wewenang tertentu

kepada sebuah konfederasi. Dalam bentuk gabungan ini, negara-negara yang

merupakan anggota konfederasi masing-masing, tetap merupakan negara-negara yang

berdaulat dan diakui sebagai subjek hukum internasional. Bentuk konfederasi ini

terjadi hanya di abad XIX, meskipun negara Swiss secara resmi menamakannya

dirinya sebagai konfederasi semenjak tahun 1848.

Sehubungan dengan hal tersebut, berikut adalah beberapa rumusan masalah

yang akan dibahas di dalam makalah ini yang berjudul Bentuk Negara dan

Pemerintahan Swiss.

3
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah bentuk negara konfederasi secara luas?

2. Bagaimanakah bentuk dan sistem pemerintahan di negara Swiss sebagai salah satu

negara yang berbentuk konfederasi?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui bentuk negara konfederasi yang terdapat di negara Swiss

2. Untuk Mengetahui sistem pemerintahan yang terdapat di negara Swiss

1.1

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bentuk Negara Konfederasi

Secara luas, konfederasi adalah perserikatan atau persekutuan antar beberapa

negara dan setiap negara yang menjadi anggota pada umumnya merupakan negara

merdeka dan berdaulat. Ikatan Kerjasama antara negara-negara pun ada yang bersifat

erat seperti dalam negara federasi, ada juga yang bersifat renggang sehingga

menyerupai perjanjian multilateral, yang mana disebut dengan serikat negara-negara

(konfederasi).5 Jadi konfederasi tidak merupakan suatu kekuasaan di atas negara-

negara anggotanya. Terbentuknya negara konfederasi biasanya karena adanya

kesamaan kepentingan dinamika sosial-politik global atau karena perkembangan

sejarah. Kepentingan bersama tersebut dalam bentuk perjanjian internasional (traktat)

yang dibuat oleh anggota konfederasi, serta kepengurusannya diserahkan kepada

badan-badan konfederasi yang dibentuk secara bersama-sama dalam traktat tersebut.

Menurut salah satu ahli, J.C.T Simorangkir bahwa segala isi perjanjian internasional

atau traktat tersebut mengikat negara yang tergabung, akan tetapi tidak mengikat

penduduk masing-masing negara.6 Contoh konkritnya, misal adalah negara-negara

merdeka bekas Unisoviet. Setelah Unisoviet bubar, mereka pun mulai membentuk

Confederation of Independent States (CIS) yang sifat persekutuannya sangatlah

longgar dan menyerupai organisasi kerjasama internasional antar negara biasa, seperti

Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).7

5
Ibid. Hlm. 227.
6
Gde Pantja Astawa dan Suprin Na’a. (2009). Memahami Ilmu Negara dan Teori Negara. Refika Aditama.
Bandung. Hlm. 102.
7
Jimly Asshiddiqie. (2007). Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Pasca Reformasi. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.
Hlm. 283.
5
Konfederasi dapat dikatakan juga sebagai bentuk perserikatan antara negara

merdeka berdasarkan perjanjian atau undang-undang misalnya yang menyangkut

berbagai kebijakan bersama. Bentuk konfederasi tidak diakui sebagai negara berdaulat

tersendiri di dalam hukum internasional, karena masing-masing negara yang

membentuk konfederasi tetap memiliki kedudukan internasional sebagai negara yang

berdaulat. Konfederasi merupakan gabungan dari sejumlah negara melalui sejumlah

perjanjian internasional yang memberikan wewenang tertentu kepada konfederasi.

Dalam bentuk gabungan ini, negara-negara anggota konfederasi masing-masingnya

adalah tetap merupakan negara-negara yang berdaulat dan tetap menjadi subjek hukum

internasional. Pada akhirnya, konfederasi pun dapat dikatakan sebagai bentuk

perkembangan selanjutnya dari bentuk negara federal.

Menurut Georg Jellinek, seorang filsuf dan ahli tata negara berkebangsaan

Jerman, menegaskan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara serikat negara-

negara (konfederasi) dengan negara serikat (federal) dalam masalah kedaulatan

(souvereiniteit) yaitu sebagai berikut:

a. Pada serikat negara-negara atau negara konfederasi, kedaulatannya

terletak pada negara-negara yang berserikat;

b. Pada negara serikat atau negara federal, kedaulatannya terletak pada

negara secara keseluruhan.8

Pendapat Jellinek tersebut berbeda dengan pendapat dari seorang Profesor

berkebangsaan Belanda yaitu Kranenburg. Prof. Mr. R. Kranenburg menyatakan

bahwa apabila kedaulatan dipandang dalam arti kata absolut yang berarti kekuasaan

mutlak sebagai kekuasaan pelengkap, maka dalam serikat negara-negara (konfederasi)

8
Angin, T. (2021). Negara Konfederasi. Hlm. 13.
6
kedaulatan pun tidak seluruhnya terletak dalam tangan negara-negara yang berserikat

dan selalu masih terlihat sedikit kekuasaan pada negara konfederasi tersebut.

Menurut R. Kranenburg, perbedaan antara negara konfederasi dengan negara

federal dapat dilihat dalam ukuran terikat atau tidaknya rakyat negara-negara yang

berserikat secara langsung dengan peraturan-peraturan dari negara konfederasi

tersebut, dalam artian sebagai berikut:

a. Pada negara konfederasi, alat-alat perlengkapannya mempunyai

kekuasaan-kekuasaan dan kewajiban-kewajiban terhadap negara-negara

yang berserikat yang telah diatur sebagaimana rupa, tapi tidak terhadap

rakyatnya;

b. Pada negara federal, alat-alat pusat mempunyai kekuasaan langsung

beserta kewajiban langsung mengenai rakyatnya.

Oleh karena penjabaran teorinya tersebut R. Kranenburg menyimpulkan bahwa

sistem negara konfederasi lebih lemah daripada sistem negara federal berdasarkan

referensi teori yang telah dikemukakan olehnya sendiri.

Dijelaskan lagi bahwa bentuk negara federasi dan bentuk negara konfederasi

memiliki perbedaannya masing-masing yang terletak di berbagai aspek. Negara

federasi (Bondstaat), adalah satu negara yang besar yang berfungsi sebagai negara

pusat dengan satu konstitusi federal yang di dalamnya terdapat sejumlah negara bagian

yang masing-masing memiliki konstitusinya sendiri-sendiri. Konstitusi federal

mengatur batas-batas kewenangan pusat (federal), sedangkan sisanya dianggap

sebagai milik daerah (negara bagian). Sementara itu negara konfederasi (Statenbond),

adalah kumpulan banyak negara yang memiliki konstitusi sendiri-sendiri, tetapi

bersepakat untuk bergabung dalam perhimpunan longgar yang didirikan bersama-sama

7
dengan nama konfederasi. Dalam konfederasi, kedaulatan terletak pada negara-negara

bagian. Keputusan pemerintah federal mengikat warga negaranya, tetapi keputusan

negara konfederasi tidak. Bentuk negara konfederasi juga merupakan gabungan antar

negara-negara yang telah berdaulat dengan mempergunakan satu-satunya perangkat

yang dimiliki, yaitu kongres. Artinya, negara-negara dalam konfederasi tersebut tetap

memiliki kedaulatan dan konstitusinya sendiri-sendiri (tidak ada pelimpahan

wewenang), namun pemerintahan yang berdaulat di tiap negara itu bersepakat untuk

duduk satu meja memikirkan segala sesuatu kemungkinan kerjasama dalam forum

yang dinamakan kongres tersebut.

Jadi dapat disimpulkan juga bahwa negara konfederasi ini adalah bentuk yang

lebih lunak dari federasi. Sementara itu, antara federasi dengan konfederasi dapat juga

dibedakan melalui segi letak kedaulatan negaranya dan kewenangan dalam mengambil

keputusan warga negara yang mengikat. Dalam federasi, kedaulatan terletak di pusat

dan memiliki wewenang tertentu (seperti di Amerika Serikat memiliki tiga wewenang)

yang hanya bisa dilakukan oleh pemerintah federal. Sedangkan di dalam bentuk

negara konfederasi, wewenang tersebut dapat dilakukan bersama-sama sesuai dengan

pembicaraan bersama. Satu-satunya negara di dunia saat ini yang masih menganut

sistem konfederasi adalah negara Swiss, walaupun Amerika pun pernah menerapkan

sistem konfederasi ini sebelum terbentuknya negara federal.9

Teori mengenai negara konfederasi lainnya, yang dikemukakan oleh seorang

ahli hukum berkebangsaan Jerman yang terkenal yaitu Lassa Francis Lawrence

Oppenheim yang juga dianggap sebagai bapak disiplin modern hukum internasional

oleh orang banyak, mengemukakan bahwa negara konfederasi terdiri dari beberapa

negara yang berdaulat penuh yang untuk mempertahankan kemerdekaan ekstern dan

intern, bersatu atas dasar perjanjian internasional yang diakui dengan


9
Ibid. Hlm. 16.
8
menyelenggarakan beberapa alat perlengkapan tersendiri yang mempunyai kekuasaan

tertentu terhadap negara keanggotaan konfederasi, tetapi tidak terhadap warga negara

dari negara yang mengadakan konfederasi tersebut.10

Beberapa contoh bentuk negara konfederasi selain Swiss yang pernah eksis di

tatanan dunia internasional adalah konfederasi antara negara Malaysia dan negara

Singapura. Pembentukan konfederasi ini berkaitan dengan antisipasi politik luar negeri

dari Indonesia yang terkenal agresif pada saat pemerintahan Presiden Soekarno yang

pada saat itu memiliki banyak keunggulan dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Konfederasi dua negara merdeka dan berdaulat tersebut ditujukan untuk

memperkuat pertahanan negaranya masing-masing dalam jalinan kerjasama.

Pembentukan konfederasi antara negara merdeka Malaysia dan tetangganya yaitu

Singapura tersebut terjadi pada tahun 1963. Meskipun terkait perjanjian, negara yang

berada di dalam konfederasi tersebut tetap berdaulat tanpa bisa di intervensi satu sama

lain.

Salah satu contoh bentuk negara konfederasi lainnya adalah konfederasi

Amerika. Dunia memang telah mengenal bahwa Amerika merupakan negara yang

menganut sistem federasi dimana di dalamnya terdapat negara-negara bagian.

Konfederasi Amerika bukanlah negara Amerika itu sendiri, melainkan terbentuk saat

terjadinya perang saudara antar Amerika pada tahun 1861. Konfederasi tersebut terdiri

dari beberapa negara bagian sebagai ciri-ciri negara serikat yang keluar dari negara

federal Amerika seperti South Carolina, Mississippi, Florida, Alabama, Georgia,

Louisiana, dan Texas. Serta beberapa negara bagian yang belakangan baru bergabung

yakni seperti Virginia, Arkansas, Tennesse, dan North Carolina. Pembentukan negara

10
Moh. Kusnardi dan Bintan Regen Saragih. (1995). Ilmu Negara. Gaya Media Pratama. Jakarta. Hlm. 128.

9
konfederasi tersebut merupakan salah satu alasan munculnya perang saudara Amerika

yang berlangsung selama 5 tahun lamanya dimulai dari tahun 1861-1865.11

2.2 Bentuk Negara dan Sistem Pemerintahan di Negara Swiss

1. Bentuk Negara Swiss

Swiss atau secara resminya Konfederasi Swiss atau dalam bahasa latinnya

disebut dengan Confoederatio Helvetica adalah negara berbentuk konfederasi yang

terletak di jantung Eropa yakni tepatnya di Eropa Tengah yang berbatasan dengan

Jerman di utara, Prancis di barat, Italia di selatan, Liechtenstein dan Austria di timur,

dengan total luas wilayah hanya 41.293 km persegi. 12 Swiss adalah negara yang

sebagian besar wilayahnya terdiri dari pegunungan Alpen.

Konfederasi Swiss terdiri dari 26 kanton (canton) atau negara bagian. Enam

dari kanton tersebut kadang-kadang dianggap sebagai separuh kanton dikarenakan

berasal dari pemisahan tiga kanton, dan dampaknya adalah hanya ada satu wakil

dalam dewan negara. Ibu kota negara Swiss adalah Bern, beserta kota-kota penting

lainnya seperti Zurich yang dinobatkan sebagai kota yang memiliki kualitas hidup

terbaik di dunia serta Jenewa yang menjadi lokasi berbagai badan internasional. Secara

garis besar, kanton Swiss terbagi dalam empat basis kultural yaitu Jerman, Perancis,

Italia, dan Romans yang kemudian mempengaruhi bahasa yang digunakan yaitu,

bahasa Jerman sebanyak 63,9%, bahasa Perancis sebanyak 19,5%, bahasa Italia

sebanyak 6,6%, dan bahasa Romans sebanyak 0,4%.13

11
Agil Antono. (2019). Pengertian Bentuk Negara Konfederasi dan Contohnya.
https://guruppkn.com/pengertian-bentuk-negara-konfederasi-dan-contohnya. (Diakses pada 03-03-2021, Pukul
22.23)
12
Leo Schelbert. (2007). Historical Dictionary of Switzerland. The Scarecrow Press, Inc,. Maryland. Hlm. 39.
13
Ibid. Hlm. 51.
10
Selain itu, negara Swiss juga memiliki suatu identitas nasional yaitu sebagai

negara yang netral. Netralitas yang diterapkan oleh Swiss tidak hanya berlaku pada

sistem pemerintahan dan implementasi kebijakan negara, tetapi juga telah menjadi

karakteristik negara Swiss secara keseluruhan. Penerapan prinsip netralitas Swiss ini

pertama kali dilakukan pasca kekalahan Swiss dalam perang Marignano pada tahun

1515. Ide netralitas tersebut diambil dari pernyataan St. Niklaus Von Flue yang

berbunyi “Do not meddle in foreign disputes!” yang artinya jangan ikut campur dalam

perselisihan luar negeri.14

Pada saat itu, Swiss mengimplementasikan netralitas sebagai usaha untuk tetap

mempertahankan Swiss sebagai sebuah negara konfederasi yang memiliki

karakteristik dan multikultural. Swiss kaya dengan sejarahnya sebagai sebuah negara

yang netral tanpa memandang masa perang atau damai dan tidak pernah terlibat dalam

perang terhadap pemerintahan asing sejak tahun 1815. Oleh karena itu, Swiss

dijadikan tuan rumah berbagai organisasi internasional seperti PBB yang meskipun

markas besarnya ada di New York, tetapi masih banyak yang mendirikan kantor di

Swiss.

Dalam perkembangannya, identitas Swiss sebagai negara netral mengalami

beberapa perubahan yang disesuaikan dengan keadaan dunia internasional.

Berkembangnya isu-isu internasional, terutama isu keamanan yang semakin dinamis

memberikan dampak pada keputusan pengambilan kebijakan luar negeri setiap negara.

Isu-isu yang berkembang sekarang pun tidak hanya berfokus pada isu tradisional,

seperti konflik ideologis dan perang, tetapi kini telah meliputi isu non-internasional.

Isu non-tradisional mulai muncul dan marak pada akhir 1990-an seperti kasus

terorisme, pelanggaran hak asasi manusia, proliferasi senjata pemusnah massal,

demokrasi, sosial budaya, ekonomi, dan banyak hal lain yang mengancam keamanan,
14
Ibid. Hlm. 244.
11
stabilitas baik itu nasional maupun internasional. Netralitas itu sendiri tidak dapat

melindungi negara Swiss dari masalah-masalah baru seperti terorisme, kejahatan

terorganisir dan kerusakan lingkungan. Hal inilah yang kemudian membuat Swiss

mengambil langkah untuk merevisi kembali pengertian netralitasnya. Swiss yang

merupakan negara multikultural dan multilingual pada dasarnya menerapkan sikap

netral dalam segala faktor, baik itu faktor sosial, politik, ekonomi, hubungan

diplomatik, dan dalam hal militer. Terkait dengan faktor militer, kenetralan Swiss

berarti tidak akan terlibat dalam kontak militer dengan pihak manapun dan Swiss tidak

akan terlibat dalam perang, konflik atau kontak senjata, kecuali apabila Swiss

mendapatkan serangan terlebih dahulu.15 Akan tetapi terkait dengan isu non-tradisional

yang bermunculan, telah terjadi pergeseran yang mengharuskan Swiss untuk merevisi

kembali netralitasnya, serta membuka diri untuk kerjasama internasional.

Konfederasi Swiss pertama kali diawali pada tahun 1291 dimana terjadi sebuah

pembentukan persekutuan antara komunitas lembah Alpen tengah untuk memfasilitasi

pengelolaan kepentingan umum (perdagangan bebas) dan menjamin keamanan jalur

perdagangan gunung yang amat penting. Pembentukan konfederasi Swiss pada masa

itu dapat ditunjukan dengan Piagam Federal 1291 yang berisi persetujuan antara

kanton Uri, Schwyz, dan Unterwalden yang masing-masing merupakan kanton

berbahasa Jerman.16

Di awal terbentuknya konfederasi, Swiss merupakan sebuah negara kecil

dengan konsep aliansi militer yang didirikan untuk menghadapi sentiment agresif dan

ekspansionis Rudolf dari Habsburg, yaitu seorang raja baru dari Jerman. Seiring

berjalannya waktu, Swiss kemudian berhasil memperluas wilayahnya dengan

15
Daniele Ganser dan George Kreis. (2007). Swiss Neutrality: Incompatible with EU Membership. Routledge.
New York. Hlm. 52.
16
Wikipedia. Swiss. https://id.wikipedia.org/wiki/Swiss#cite_note-schwabe-7. (Diakses pada 07-03-2021, Pukul
12.54)
12
mengikutsertakan kanton Lucerne pada tahun 1332, kanton Zurich pada tahun 1351,

kanton Glarus pada tahun 1352 dan kanton Bern pada tahun 1353 sebagai bagian dari

konfederasi Swiss. Pada abad ke-16, jumlah kanton yang bergabung dalam

konfederasi bertambah menjadi tiga belas kanton yang dimana kondisi ini kemudian

menempatkan Swiss sebagai salah satu kekuatan militer yang dihormati di Eropa.17

Seiring dengan terjadinya perubahan dalam perkembangan Kawasan Eropa

pada abad ke-18, Swiss ikut mengalami penguatan nilai patriotisme nasional Swiss.

Landasan berbangsa dan bernegara Swiss kemudian berubah, yaitu bukan menekankan

pada kerjasama dan aliansi militer sebagai kekuatan pemersatu melainkan pada

semangat pemahaman konteks historis dan nilai-nilai demokrasi antar kanton yang

ingin tetap dipertahankan. Maka dari itu, pada akhir abad ke-18, semangat baru Swiss

sebagai sebuah negara-bangsa inilah yang dijadikan dasar bagi keberlangsungan

negara Swiss modern pada abad berikutnya.

Revolusi Perancis dan invasi Napoleon pada 1798 menandai akhir konfederasi

kuno Swiss sekaligus menjadi sebuah awal yang baru bagi Swiss. Bila negara-negara

seperti Jerman, Italia dan Polandia menolak cita-cita Revolusi Perancis, maka Swiss

justru menunjukkan reaksi yang berbeda. Swiss menerima dan menyerap pelajaran

dari Revolusi Perancis dan hal ini kemudian menjadi awal sebuah negara-bangsa

Swiss yang baru. Di bawah pemerintahan Napoleon, Konfederasi Swiss dibongkar dan

digantikan dengan entitas Swiss baru yang ditandai dengan berdirinya Republik

Helvetic pada tahun 1803.

Berdirinya Republik Swiss yang baru yang dimana sebuah federasi dari tiga

belas kanton, dideklarasikan dalam Konstitusi Swiss baru yang mendasarkan pada

konsepsi pengakuan hak-hak dan kebebasan manusia. Konstitusi yang baru, mengubah
17
Rizki Damayanti. (2011). “Keragaman Swiss dalam Kesatuan: Cermin Keberhasilan Integrasi” Jurnal Global
dan Strategis. Vol.5 No.1. Hlm. 51.
13
Swiss menjadi sebuah negara federalis yang modern. Konstitusi tahun 1803 ini juga

menghapuskan hak-hak istimewa kelas sosial yang sebelumnya ada, memberikan

kesamaan hukum kepada individu di semua wilayah, menerima bahasa Italia menjadi

bahasa resmi ketiga di Swiss, mencetak uang koin dan perangko nasional serta untuk

pertama kalinya menciptakan sistem parlemen terpusat yang akan menjadi wakil dan

menjalankan fungsi politik Swiss.

Dalam perjalanannya, kekuasaan terpusat tersebut justru tidak mampu menjadi

jembatan bagi keberlangsungan Swiss sebagai sebagai sebuah bangsa multietnis.

Seiring dengan kejatuhan Napoleon, Swiss kemudian merumuskan sebuah konstitusi

baru pada 1815. Konstitusi baru ini merujuk pada kegagalan konstitusi sebelumnya

serta menggantikan keberadaan parlemen. Konstitusi baru juga membukakan

kesempatan bagi persamaan posisi kepada kanton-kanton non-Jerman seperti kanton

Valais, kanton Neuchatel, dan kanton Jenewa di dalam konfederasi. Sayangnya, jika

Konstitusi tahun 1803 mengusung sistem yang terlalu terpusat, maka Konstitusi pada

tahun 1815 justru terbukti terlalu desentralisasi. Hal ini ditandai dengan banyaknya

konflik antar kanton sepanjang tahun 1846 serta terjadinya perang saudara Swiss (the

Sonderbund war) yang meletus pada tahun berikutnya. Perang Sonderbund sendiri

hanya berlangsung singkat, yaitu selama 25 hari dengan korban sejumlah 128 orang,

baik dari pihak yang mendukung sistem federasi maupun pihak yang mendukung

sistem konfederasi.18

Penyelesaian perang saudara ini kemudian melahirkan kelompok liberal yang

berupaya mencari solusi antara konsep federasi dan konfederasi, serta kemudian

berhasil merumuskan sebuah konstitusi baru pada tahun 1848. Konstitusi baru ini

membentuk dua lembaga politik, yaitu Dewan Negara (Standerat) yang dibentuk

berdasarkan konsep Diet seperti yang terdapat di dalam Konfederasi lama serta
18
Ibid. Hlm. 52.
14
merujuk pada sistem Senat Amerika Serikat. Lembaga ini memberikan masing-masing

kanton 2 orang perwakilan. Lembaga politik berikutnya yang terbentuk di bawah

konstitusi baru adalah Dewan Nasional (Nationalrat) yang dipolakan sama seperti

House of Representatives Amerika Serikat yang dimana perwakilan tiap-tiap kanton

didasarkan pada proporsionalitas jumlah penduduknya. Konstitusi pada tahun 1848 ini

kemudian mengalami sedikit perubahan pada tahun 1874, dengan tujuan menciptakan

mekanisme politik yang lebih baik serta memastikan keberimbangan kekuasaan antara

lembaga-lembaga politik dalam lingkup keragaman etnis dan linguistik Swiss. Sejak

saat itu dan sampai sekarang, Swiss tumbuh menjadi sebuah negara makmur dalam

sebuah sistem konfederasi politik yang stabil.

2. Sistem Pemerintahan di Swiss

Ada beberapa sistem Pemerintahan yang dikenal oleh dunia modern yaitu:

a. Sistem Pemerintahan Presidensiil

Sistem pemerintahan yang dikatakan sebagai sistem presidensiil apabila;

kedudukan kepala negara dan kepala pemerintahan tidak terpisahkan melaikan

menjadi satu entitas, kepala negara tidak bertanggung jawab kepada parlemen

melainkan langsung bertanggung jawab terhadap rakyat yang memilihnya, presiden

tidak berwenang membubarkan parlemen, cabinet sepenuhnya bertanggung jawab

kepada presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan negara atau dapat

disebut sebagai pemegang administrator tertinggi.

15
b. Sistem Pemerintahan Parlementer

Sistem pemerintahan yang dapat dikatakan sebagai penganut sistem

parlementer apabila; sistem kepemimpinannya terbagi antara kepala negara dan

kepala pemerintahan sebagai dua jabatan yang terpisah, sistem pemerintahannya

ditentukan oleh parlemen dan bertanggung jawab penuh terhadap parlemen, kabinet

dapat dibubarkan apabila tidak mendapatkan dukungan dari parlemen, parlemen

juga dapat dibubarkan oleh pemerintah apabila parlemen dianggap tidak

memberikan dukungan kepada pemerintah.

c. Sistem Pemerintahan Campuran

Sistem ini dinamakan dengan sistem campuran karena terdapat sistem

pemerintahan presidensiil dan sistem pemerintahan parlementer yang diterapkan

secara bersamaan. Pelu diketahui, apabila sistem pemerintahan presidensiilnya yang

lebih menonjol maka disebut sebagai sistem pemerintahan quasi-presidensiil.

Apabila sistem parlemennya yang lebih menonjol maka disebut sebagai sistem

pemerintahan quasi-parlementer.

Selain dengan sistem pemerintahan yang telah disebutkan di atas, masih terdapat

sistem pemerintahan yang lebih menarik lagi, yaitu sistem yang diterapkan di Swiss

merupakan Sistem Pemerintahan Kolegial. Sistem pemerintahan kolegial adalah sistem

pemerintahan dimana kepemimpinan negara dan pemerintahan dilaksanakan secara

bersama-sama. Dalam sistem pemerintahan kolegial yang diterapkan di Swiss. Tujuh (7)

orang Anggota Dewan Konfederal yang telah dipilih oleh parlemen ini secara bersama-

sama memimpin negara dan pemerintahan Swiss. Ketujuhnya berstatus sebagai menteri,

mengepalai sebuah department, dan untuk jabatan presiden dan wakil presiden dipilih

16
oleh tujuh (7) anggota dewan konfederal untuk masa jabatan secara bergantian setiap

tahun.

Hal yang menarik dari sistem pemerintahan kolegial yang diterapkan oleh Swiss

ini adalah tidak ada orang yang sangat berkuasa penuh, tetapi juga tidak ada orang yang

paling berat menanggung tugas dan kewajiban. Semuanya ditanggung secara bersama-

sama, karena sifat pemerintahannya kolektif-kolegial. Presiden Swiss bukan orang yang

sangat berkuasa sebagaimana dalam sistem pemerintahan presidensiil. Sistem tersebut

telah berjalan sejak Konstitusi Swiss Modern telah disahkan pada tahun 1848. Sistem

ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya pemerintahan yang bersifat otoriter serta

kekuasaan yang terus-menerus dan sewenang-wenang. Sistem pemerintahan di Swiss

yang menggunakan sistem pemerintahan kolektif-kolegial tampak lebih stabil dengan

gaya kepemimpinannya secara bersama-sama. Dijalankan oleh tujuh (7) orang menteri

kabinet (dewan konfedaral) dipilih oleh Majelis Federal (parlemen) termasuk di

dalamnya Presiden dan Wakil Presiden. Seluruh anggota dewan konfederal dianggap

sebagai kepala negara kolektif. Hal in merupakan salah satu kelebihan Swiss dalam

menjalankan pemerintahannya, dalam meminimalkan jumlah kabinet sehingga dapat

menghemat pengeluaran anggaran negara, sumber daya manusia di Swiss benar-benar

di distribusikan secara optimal untuk membangun negara.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hubungan kerjasama anatara kekuasaan negara-negara ada yang bersifat erat seperti di

dalam bentuk negara federasi. Ada pula yang bersifat renggang sehingga menyerupai bentuk

perjanjian multilateral, yang biasa disebut dengan serikat negara-negara (Konfedarasi).

Konfederasi merupakan perserikatan atau persekutuan antara beberapa negara dan setiap

negara yang menjadi anggota pada umumnya adalah negara yang merdeka dan berdaulat.

Maka dari itu konfederasi tidak merupakan suatu bentuk kekuasaan diatas negara-negara

anggotanya. Terbentuknya konfederasi biasanya disebabkan oleh adanya kesamaan

kepentingan, adanya dinamaki sosio-politik global, atau disebabkan oleh perkembangannya

sejarah yang menjadi gejala umum dan mempengaruhi negara-negara sekitarnya.

Kepentingan bersama disebutkan dan dirumuskan dalam suatu bentuk perjanjian

internasional (traktat) yang dibuat oleh anggota konfederasi, dan kepengurusannya diserahkan

kepada badan-badan konfederasi yang dibentuk secara bersama-sama di dalam traktat

tersebut. Oleh sebab itu segala perjanjian tesebut mengikat seluruh negara-negara yang

tergabung, melainkan tidak mengikat penduduk masing-masing negara. Contoh dari

konfederasi antara lain Perserikatan Bangsa-Bangsa dan ASEAN.

Konfederasi juga dapat diartikan sebagai bentuk perkembangan selanjutnya dari

bentuk federal. Negara ini dibentuk sebagai perserikatan antara negara-negara atau gabungan

beberapa negara untuk membuat sebuah sistem kehidupan bersama yang lebih besar lagi.

Unsur pembentukannya bukan koloni lagi atau kelompok-kelompok masyarakat melainkan

negara dalam pengertiannya yang harfiah. Dapat dikatakan bahwa negara konfederasi

merupakan negara yang berbentuk negara, dalam hukum internasional negara konfederasi

tidak diakui sebagai negara yang berdaulat. Karena, negara-negara yang membentuknya telah

18
memiliki kedudukan internasional sebagai negara berdaulat sebelumnya. Dapat kita

simpulkan bahwa negara konfederasi merupakan gabungan dari negara sejumlah negera

melalui dokumen perjanjian internasional yang memberikan wewenang tertentu kepada

konfederasi. Dalam bentuk gabungan ini, negara-negara yang menjadi anggota konfederasi

masing-masing tetap merupakan negara-negara yang berdaulat dan subjek hukum

internasional. Bentuk konfederasi hanya terdapat di abad XIX, walaupun Swiss secara resmi

menamakan dirinya sebagai negara konfederasi semenjak tahun 1848.

Sistem pemerintahan di Swiss yaitu Sistem Pemerintahan Kolegial. Sistem

pemerintahan kolegial merupakan sistem pemerintahan dimana kepemimpinan negara dan

pemerintahan dilaksanakan secara bersama-sama. Dalam sistem pemerintahan kolegial yang

diterapkan di Swiss. Tujuh (7) orang Anggota Dewan Konfederal yang telah dipilih oleh

parlemen ini secara bersama-sama memimpin negara dan pemerintahan Swiss. Ketujuhnya

berstatus sebagai menteri, mengepalai sebuah department, dan untuk jabatan presiden dan

wakil presiden dipilih oleh tujuh (7) anggota dewan konfederal untuk masa jabatan secara

bergantian setiap tahun. Sistem pemerintahan kolegial yang digunakan Swiss tampak lebih

stabil dengan pola kepemimpinannya yang secara bersama-sama, Presiden Swiss bukan orang

yang sangat berkuasa sebagaimana dalam sistem pemerintahan presidensiil. Sistem tersebut

telah berjalan sejak Konstitusi Swiss Modern telah disahkan pada tahun 1848. Sistem ini

sangat efektif untuk mencegah terjadinya pemerintahan yang bersifat otoriter serta kekuasaan

yang terus-menerus, dan sewenang-wenang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Angin, T. Negara Konfederasi. 2021.

Antono, Agil. Pengertian Bentuk Negara Konfederasi dan Contohnya.

https://guruppkn.com/pengertian-bentuk-negara-konfederasi-dan-contohnya. 2019.

(Diakses pada 03-03-2021, Pukul 22.23)

Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi dan Konstitusionalisme. Jakarta: Konstitusi Press, 2006.

Asshiddiqie, Jimly. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Pasca Reformasi. Jakarta: Bhuana

Ilmu Populer, 2007.

Damayanti, Rizki. “Keragaman Swiss dalam Kesatuan: Cermin Keberhasilan Integrasi”

Jurnal Global dan Strategis. Vol.5 No.1. 2011.

Daniele Ganser, and George Kreis. Swiss Neutrality: Incompatible with EU Membership.

New York: Routledge 2007.

Gede Pantja Astawa dan Suprin Na’a, (2009). Memahami Ilmu Negara dan Teori Negara.

Refika Aditama. Bandung.

Moh. Kusnardi dan Bintan Regen Saragih. Ilmu Negara. Jakarta: Gaya Media Pratama. 1995.

Samosir, R. I. Kedudukan dan Fungsi Lembaga Wali Nanggroe dalam Sistem Pemerintahan

Otonomi Khusus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang

Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam Doctoral Dissertation, Fakultas

Hukum Universitas Pasundan, 2017.

Schelbert, Leo. Historical Dictionary of Switzerland. Maryland: The Scarecrow Press, Inc.

2007

Soehino. Ilmu Negara. Yogyakarta: Liberty, 2000.

Wikipedia. Swiss. https://id.wikipedia.org/wiki/Swiss#cite_note-schwabe-7. (Diakses pada

07-03-2021, Pukul 12.54)

20
21

Anda mungkin juga menyukai