Kanker paru-paru merupakan kanker yang paling sering terjadi, baik pada pria
maupun wanita. Kanker paru-paru juga merupakan penyebab utama dari kematian
akibat kanker.
Lebih dari 90 % tumor primer merupakan tumor ganas dan sekitar 95% tumor
ganas ini termasuk karsinoma bronkogenik. Bila mana menyebut kanker paru-paru
maka yang dimaksudkan dengan Karsinoma Bronkogenik, karena kebanyakan tumor
ganas primer dari sistem pernapasan bagian bawah bersifat epitelial dan berasal dari
mukosa percabangan bronkus.
Meskipun pernah dianggap sebagai suatu bentuk keganasan yang jarang terjadi,
insidenst kanker paru-paru di Negara industri telah meningkat sampai tahap epidemik
sejak 1930. sebagian statistik yang mengejutkan ini disebutkan pada bagian awal dari
bagian ini, kanker paru-paru sekarang ini telah menjadi sebab utama dari kematian
akibat kanker pada pria dan wanita, insidents tertinggi tejadi pada usia 55-65 tahun.
Peningkatan ini dipercaya ada hubungannya dengan makin tingginya kebiasaan
merokok yang sebenarnya sebagian dapat dihindari (Smeltzer,2010).
B. Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari karsinoma bronkogenik belum diketahui, tetapi
ada tiga daktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insidens penyakit
ini: merokok, bahaya industri dan polusi udara. Dari faktor-faktor ini, merokok
agaknya yang memegang peranan penting yaitu 85% dari seluruh kasus (Carr dan
Hoyle,1988). Banyak bukti yang menunjukkan adanya hubungan antara perokok berat
dan timbulnya kanker paru-paru.
Semakin banyaknya orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif
atau mengisap asap rokok yang dihembuskan oleh orang lain didalam ruangan
tertutup, dengan resiko terjadinya kanker paru-paru. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok tetapi menghisap asap dari
orang lain, resiko untuk mendapatkan kanker paru-paru jumlahnya dua kali.
Kematian akibat kanker paru-paru juga berkitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil jika dibandingkan dengan rokok. Kematian akibat kanker dua kali
lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti
statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat
dengan kelas ekonomi rendah dan berkurang pada kelas ekonomi tinggi. Dengan kata
lain bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cendrung lebih dekat dengan
tempat pekerjaan mereka.
Selain itu kanker paru mungkin dapat dijelaskan hubungannya dengan zat
karsinogen, antara lain:
1. Deburadioaktif/nuklir
2. Asap tambang
3. Zat kimia
4. Asap pabrik
5. Asap mobil (Baughman,2018).
D. Patofisiologi
Kanker paru terjadi saat sel-sel mengalami mutasi dan bereproduksi berlebihan Hal
ini mempengaruhi gen untuk mengaktifkan protooncogen (mediator positif pada
proliferasi sel) dan menonaktifkan gen tumor supresor (mediator negatif dari proliferasi
sel) yang bersinergi dengan genetik lainnya (kromosom) yang mempengaruhi K-ras, p53
dan P16, sehingga terjadi pertumbuhan sel abnormal juga menjelaskan bahwa mutasi
tersebut terjadi pada sel epitel yang disebabkan karena adanya karsinogenik, dipengaruhi
oleh faktor genetik dan terjadi pertumbuhan neoplastik secara perlahan (Bruner, 2014)
E. Manifestasi Klinik
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis, bila
sudah menampakkan gejal berarti pasien sudah dalam stadium lanjut. Gejala-gejala dapat
bersifat :
a. Lokal (tumor tumbuh setempat):
- Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronik.
- Hemoptisis
- Mengi karena ada obstruksi saluran nafas.
- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru.
- Atelektasis
b. Infeksi lokal
- Nyeri dada
- Dispnea karena karena efusi pleura
- Infasi ke perikardium -> terjadi tamponade atau aritmia.
- Sindrom vena cava superior.
- Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal reccurent.
- Sindrom pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis
servikalis.
c. Gejala penyakit Metastasis:
- Pada otak, tulang, hati, adrenal.
- Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)
d. Sindrom paraneoplastik: terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala:
- Sistemik: penurunan berat badan, anoreksia, demam.
- Hematologi: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi.
- Hipertrofi osteoartropati.
- Neurologik: demensia, ataksia, tremor, neuropati perifer
Pada dasarnya kanker paru tidak menimbulkan gejal-gejala yang khas, penderita
dapat saja mengeluh batuk, sesak napas atau nyeri dada, semua keluhan ini dapat
saja terjadi pada penyakit paru yang lain, sehingga tindakan merupakan
karakteristik khas untuk gejala kanker paru.
Batuk dapat saja terjadi pada influenza, tuberculosa paru, bronkhitis dan lain-
lain. Sebagian orang bahkan ada yang menganggap keluhan batuknya merupakan
“batuk biasa”.
Selain keluhan-keluhan diatas kanker paru dapat menimbulkan keluhan lain,
serangan radang paru yang berulang, terabanya benjolan di dada, dan adanya cairan
di dalam rongga dada pada penderita kanker paru biasanya bertambah jumlahnya
secara cepat sehingga menimbulkan sesak napas. Adanya cairan kemerahan di
rongga dada ini dapat merupakan bnetuk penyebaran dari kanker-kanker di luar paru
yang bermetastasis ke paru. Kanker leher rahim dan kanker prostat adalah contoh
dari kanker-kanker yang dapat menyebar ke paru-paru dan menimbulkan cairan di
dalam rongga dada.
Kanker yang cukup besar akan dapat menekan jalan masuknya makanan,
sehingga penderita dapat mengeluh sulit menelan makanan. Adanya
metastasis/penyebaran tumor paru ketulang akan menyebabkan keluhan nyeri
dilengan atau tungkai, penyebaran ke hati akan menimbulkan gangguan pada fungsi
hati.
Ada pula gejala-gejala lain yang bisa muncul, antara lain sebagai berikut:
Mulai secara tersembunyi selama beberapa puluh tahun dan sering
asimtomatik sampai tahap akhir.
Tanda-tanda gejala tergantung pada lokasi, ukuran, derajat obstruksi dan
keberadaan metastasis.
Gejala yang paling sering adalah batuk kering tidak produktif, pada tahap
akhir batuk menghasilkan dahak kental dan purulen. Batuk yang menunjukkan
perubahan dalam karakter harus, menimbulkan kecurigaan terhadap adanya kanker
paru.
Demam yang terjadi berulang.
Nyeri adalah gejala akhir, sering kali berhubungan dengan metastasis
tulang.
Nyeri dada kekakuan, suara serak, disfagia, edema pada leher dan kepala.
(Bruner,2014).
E. Patoflowdiagram
batuk
nyeri dada, tulang, abdomen
kemoterapi dan radioterapi
anoreksia
kelelahan
intake kurang
MK : intoleransi aktivitas MK : Koping individu
tidak efektif
MK : ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
F. Prosedur diagnostik
a. Foto dada secara posterior-anterior (PA) dan lateral
Adalah pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru, sedangkan pemeriksaan sitologi sputum hanya bisa mendeteksi 19% pada
kanker paru, pemeriksaan foto dada ulang di perlukan juga untuk menilai
Doubling Time-nya.
b. Pemeriksaan computer tomograf dan magnetic
resonance imaging
Pemeriksaan CT scan pada dada lebih sensiif dari pada pemeriksaan foto
dada biasa, karena dapat mendeteksi kelainan nodul dengan diameter minimal 3
mm, walapun positif palsu untuk kelainan sebesar itu mencapai 25-60%. Bila
fasilitas memungkinkan, pemeriksaan CT scan merupakan pemeriksaan screening
kedua setelah foto dada biasa.
c. Pemeriksaan bone scanning
Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis ke tulang.
Insidens metastasis tumor non small cell lung cancer (NSCLC) ke tulang
dilaporkan sebesar 15%.
d. Diagnosis kanker paru.
Langkah pertama adalah secara radiologis dengan menentukan apakah lesi
intratorakal tersebut merupakan tumor jinak atau ganas. Bila pasilitas ada dengan
teknik Positron Emission Tomography (PET) dapat dibedakan antara tumor jinak
atau ganas. Kemudian tentukan apakah letak lesi sentral atau perifer yang
bertujuan untuk menentukan bagaimana cara pengmbilan jaringan tumor. Untuk
lesi yang letaknya perifer, kombinasi bronkoskopi dengan biopsi, sikatan, bilasan,
transtorakal biopsi/aspirasi dan tuntunan USG atau CT Scan akan memberikan
hasil yang lebih baik .(Bruner,2014).
e. Pemeriksaan bronkoskopi
Alat ini akan dimasukkan kedalam bronkus melalui mulut, tenggorokan,
trakea, pada pemeriksaan ini memungkinkan dokter untuk mengetahui dimana
letak tumor didalam paru dan memungkinkan untuk melakukan biopsi dan
pengambilan sedikit jaringan tumor yang dilihat, pemeriksaan biopsi merupakan
tindakan yang aman dan amat bermanfaat dalam diagnosis kanker dan berbagai
penyakit paru lainnya.
f. Pemeriksaan torakoskopi
Suatu cara untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan histologis untuk
kanker paru, pada pemeriksaan ini alat torakoskopi ditusukkan dari kulit dada kedalam
rongga dada untuk melihat dan mengambil sebagian jaringan paru yang tampak. Alat
ini dimasukkan kedalam paru pada saat paru dalam keadaan kempis. Misalnya karena
banyak cairan dirongga dada cairan yang ada ini juga dapat diambil dengan jarum
suntik untuk pemeriksaan dibawah mikroskop. Dapat juga dilakukan pengambilan
jaringan langsung ke dalam paru dengan menusukkan jarum yang lebih panjang
kemudian dilakukan pengisapan jaringan tumor yang ada. .(Bruner,2014).
G. komplikasi
Gagal pernapasan
Hilangnya fungsi kardiopulmonal
Kemoterapi : Toksisitas pulmonal, leukimia, penomonitis ( jika dikombinasikan
antara kemoterapi dan radiasi) (Smeltzer,2010).
3. Pengobatan sitostatika
Yang dimaksud dengan obat sitostatika adalah obat yang diduga dapat
menghentikan pertumbuhan kanker. Keampuhan obat ini belum dapat diakui 100%
karena pada dasarnya memang penyakit kanker paru pada saat ini adalah pembedahan,
pemberian sitostatika biasanya kepada penderita yang sudah tidak dapat dibedah lagi
atau penderita kanker paru jenis karsinoma sel kecil. Sitostatika juga dapat diberikan
sesudah pembedahan atau radioterapi.
Bagi sebagian penderita pemberian obat sitostatika ini menggunakan hasil yang
memuaskan, sementara pada sebagian lagi biasanya tidak begitu baik. Mual muntah dan
makin lemahnya badan merupakan efek samping pemberian obat sitostatika ini.
(Baughman, 2018)