Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KANKER PARU

NAMA : RAHMANIAR JASAN S.Kep


NIM : 03.2020.082
DOSEN PEMBIMBING : Ns. REZKIYAH HOESNY M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KURNIA JAYA PERSADA PALOPO
TAHUN 2020/2021
A. Defenisi

Kanker paru-paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh di paru-paru. Sebagian


besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru; tetapi kanker paru-paru
bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru.

Kanker paru-paru merupakan kanker yang paling sering terjadi, baik pada pria
maupun wanita. Kanker paru-paru juga merupakan penyebab utama dari kematian
akibat kanker.

Lebih dari 90 % tumor primer merupakan tumor ganas dan sekitar 95% tumor
ganas ini termasuk karsinoma bronkogenik. Bila mana menyebut kanker paru-paru
maka yang dimaksudkan dengan Karsinoma Bronkogenik, karena kebanyakan tumor
ganas primer dari sistem pernapasan bagian bawah bersifat epitelial dan berasal dari
mukosa percabangan bronkus.

Meskipun pernah dianggap sebagai suatu bentuk keganasan yang jarang terjadi,
insidenst kanker paru-paru di Negara industri telah meningkat sampai tahap epidemik
sejak 1930. sebagian statistik yang mengejutkan ini disebutkan pada bagian awal dari
bagian ini, kanker paru-paru sekarang ini telah menjadi sebab utama dari kematian
akibat kanker pada pria dan wanita, insidents tertinggi tejadi pada usia 55-65 tahun.
Peningkatan ini dipercaya ada hubungannya dengan makin tingginya kebiasaan
merokok yang sebenarnya sebagian dapat dihindari (Smeltzer,2010).

B. Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari karsinoma bronkogenik belum diketahui, tetapi
ada tiga daktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insidens penyakit
ini: merokok, bahaya industri dan polusi udara. Dari faktor-faktor ini, merokok
agaknya yang memegang peranan penting yaitu 85% dari seluruh kasus (Carr dan
Hoyle,1988). Banyak bukti yang menunjukkan adanya hubungan antara perokok berat
dan timbulnya kanker paru-paru.
Semakin banyaknya orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif
atau mengisap asap rokok yang dihembuskan oleh orang lain didalam ruangan
tertutup, dengan resiko terjadinya kanker paru-paru. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok tetapi menghisap asap dari
orang lain, resiko untuk mendapatkan kanker paru-paru jumlahnya dua kali.
Kematian akibat kanker paru-paru juga berkitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil jika dibandingkan dengan rokok. Kematian akibat kanker dua kali
lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti
statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat
dengan kelas ekonomi rendah dan berkurang pada kelas ekonomi tinggi. Dengan kata
lain bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cendrung lebih dekat dengan
tempat pekerjaan mereka.
Selain itu kanker paru mungkin dapat dijelaskan hubungannya dengan zat
karsinogen, antara lain:
1. Deburadioaktif/nuklir
2. Asap tambang
3. Zat kimia
4. Asap pabrik
5. Asap mobil (Baughman,2018).

C. Klasifikasi kanker paru


Setiap kanker di tubuh kita akan dibagi dalam beberapa jenis klasifikasi.
Klasifikasi ini dibuat berdasarkan pada dua kriteria, yaitu klasifikasi pada perbedaan
gambaran yang tampak dibawah mikroskop yang disebut dengan pembagian secara
Histopatologik dan klasifikasi berdasarkan pada pembesaran dan penyebaran tumor
diebut dengan pembagian Penderajatan .
Secara Histopatologik maka kanker paru dibagi menjadi 4 (empat) jenis yang
masing-masing disebut sebagai :
1. Karsinoma epidermoid (sel skuamosa)
Merupakan tipe histologik karsinoma bronkogenik yang paling sering
ditemukan, kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus.
2. Adenokarsinoma
Sesuai dengan namanya, memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar
bronkus dan dapat mengandung mukus. Karsinoma sel bronkial-alveolar merupakan
sub tipe adenokarsinoma yang jarang ditemukan dan yang berasal dari epitel
alveolus atau bronkiolus terminalis.
3. Karsinoma sel besar
Sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma
yang besar dan ukuran inti bermacam-macam.
4. Karsinoma sel kecil
Seperti tipe sel skuamosa, biasanya terletak ditengah di sekitar percabangan
utama bronkiolus
Masing-masing jenis kanker ini mempunyai gambaran yang berbeda-beda
dibawah mikroskop, dan sedikit banyak berbeda pula penanganan dan hasil pengobatan.
Dari ke-4 jenis ini, karsinoma sel kecil adalah kanker yang paling ganas dan paling sering
menimbulkan kematian. Untungnya karsinoma sel kecil ini hanya sekitar 15% dar seluruh
kanker paru-paru yang ada. Karena ganasnya jenis ini, maka klasifikasi Histopatologik
kanker paru yang lebih sederhana hanya menyebutkan bahwa kanker paru ini di bagi
menjadi dua jenis yaitu karsinoma sel kecil dan jenis bukan karsinoma sel kecil.
Kalsifikasi berdasarkan pembesaran dan penyebaran tumor atau dikenal sebagai
penderajatan tumor, membagi kanker paru-paru menjadi 4 (empat) stadium :
1. Stadium I adalah stadium yang lebih awal, pertumbuhan kanker masih
terbatas pada paru-paru dan dikelilingi oleh jaringan paru-paru.
2. Stadium II , stadium yang telah menyebar dekat kelenjar getah bening
3. Stadium III, kanker yang telah menyebar ke paru-paru
Stadium IIIa kanker dapat dicabut dengan operasi bedah
Stadium IIIb kanker tidak dapat di cabut dengan operasi bedah
4. Stadium IV kanker telah menyebar dari tempat pertumbuhan awal ke
bagian tubuh lainnya selain paru-paru, yang ditandai dengan anak sebar (metastasis)
Penilaian beratnya penyakit kanker paru adalah merupakan gabungan antara
penilaian histopatologik dan stadium penyakit. Karsinoma sel kecil stadium I akan lebih
berat, situasi penyakitnya dari pada karsinoma epedermoid Stadium I. misalnya walaupun
keduanya sama-sama baru stadium I, tindakan pengobatan yang akan dilakukan oleh
dokter juga akan bergantung pada gabungan penilaian terhadap jenis histopatologik dan
stadium kanker paru-paru. (Bruner, 2014)

D. Patofisiologi
Kanker paru terjadi saat sel-sel mengalami mutasi dan bereproduksi berlebihan Hal
ini mempengaruhi gen untuk mengaktifkan protooncogen (mediator positif pada
proliferasi sel) dan menonaktifkan gen tumor supresor (mediator negatif dari proliferasi
sel) yang bersinergi dengan genetik lainnya (kromosom) yang mempengaruhi K-ras, p53
dan P16, sehingga terjadi pertumbuhan sel abnormal juga menjelaskan bahwa mutasi
tersebut terjadi pada sel epitel yang disebabkan karena adanya karsinogenik, dipengaruhi
oleh faktor genetik dan terjadi pertumbuhan neoplastik secara perlahan (Bruner, 2014)

E. Manifestasi Klinik
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis, bila
sudah menampakkan gejal berarti pasien sudah dalam stadium lanjut. Gejala-gejala dapat
bersifat :
a. Lokal (tumor tumbuh setempat):
- Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronik.
- Hemoptisis
- Mengi karena ada obstruksi saluran nafas.
- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru.
- Atelektasis
b. Infeksi lokal
- Nyeri dada
- Dispnea karena karena efusi pleura
- Infasi ke perikardium -> terjadi tamponade atau aritmia.
- Sindrom vena cava superior.
- Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal reccurent.
- Sindrom pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis
servikalis.
c. Gejala penyakit Metastasis:
- Pada otak, tulang, hati, adrenal.
- Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)
d. Sindrom paraneoplastik: terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala:
- Sistemik: penurunan berat badan, anoreksia, demam.
- Hematologi: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi.
- Hipertrofi osteoartropati.
- Neurologik: demensia, ataksia, tremor, neuropati perifer
Pada dasarnya kanker paru tidak menimbulkan gejal-gejala yang khas, penderita
dapat saja mengeluh batuk, sesak napas atau nyeri dada, semua keluhan ini dapat
saja terjadi pada penyakit paru yang lain, sehingga tindakan merupakan
karakteristik khas untuk gejala kanker paru.
Batuk dapat saja terjadi pada influenza, tuberculosa paru, bronkhitis dan lain-
lain. Sebagian orang bahkan ada yang menganggap keluhan batuknya merupakan
“batuk biasa”.
Selain keluhan-keluhan diatas kanker paru dapat menimbulkan keluhan lain,
serangan radang paru yang berulang, terabanya benjolan di dada, dan adanya cairan
di dalam rongga dada pada penderita kanker paru biasanya bertambah jumlahnya
secara cepat sehingga menimbulkan sesak napas. Adanya cairan kemerahan di
rongga dada ini dapat merupakan bnetuk penyebaran dari kanker-kanker di luar paru
yang bermetastasis ke paru. Kanker leher rahim dan kanker prostat adalah contoh
dari kanker-kanker yang dapat menyebar ke paru-paru dan menimbulkan cairan di
dalam rongga dada.
Kanker yang cukup besar akan dapat menekan jalan masuknya makanan,
sehingga penderita dapat mengeluh sulit menelan makanan. Adanya
metastasis/penyebaran tumor paru ketulang akan menyebabkan keluhan nyeri
dilengan atau tungkai, penyebaran ke hati akan menimbulkan gangguan pada fungsi
hati.
Ada pula gejala-gejala lain yang bisa muncul, antara lain sebagai berikut:
 Mulai secara tersembunyi selama beberapa puluh tahun dan sering
asimtomatik sampai tahap akhir.
 Tanda-tanda gejala tergantung pada lokasi, ukuran, derajat obstruksi dan
keberadaan metastasis.
 Gejala yang paling sering adalah batuk kering tidak produktif, pada tahap
akhir batuk menghasilkan dahak kental dan purulen. Batuk yang menunjukkan
perubahan dalam karakter harus, menimbulkan kecurigaan terhadap adanya kanker
paru.
 Demam yang terjadi berulang.
 Nyeri adalah gejala akhir, sering kali berhubungan dengan metastasis
tulang.
 Nyeri dada kekakuan, suara serak, disfagia, edema pada leher dan kepala.
(Bruner,2014).
E. Patoflowdiagram

karsinogen Rokok genetik Radon Gas polusi

menyerang percabangan segmen/sub mokus

silia hilang + dekuamasi

pengendapan karsinogen MK : gangguan pertukaran gas

metaplasia, dysplasia, hyperplasia penurunan transport oksigen

RR : mengi, dispnea, stridor


sel – sel abnormal

KANKER PARU – PARU obstruksi bronkus

batuk
nyeri dada, tulang, abdomen
kemoterapi dan radioterapi
anoreksia
kelelahan
intake kurang
MK : intoleransi aktivitas MK : Koping individu
tidak efektif
MK : ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
F. Prosedur diagnostik
a. Foto dada secara posterior-anterior (PA) dan lateral
Adalah pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru, sedangkan pemeriksaan sitologi sputum hanya bisa mendeteksi 19% pada
kanker paru, pemeriksaan foto dada ulang di perlukan juga untuk menilai
Doubling Time-nya.
b. Pemeriksaan computer tomograf dan magnetic
resonance imaging
Pemeriksaan CT scan pada dada lebih sensiif dari pada pemeriksaan foto
dada biasa, karena dapat mendeteksi kelainan nodul dengan diameter minimal 3
mm, walapun positif palsu untuk kelainan sebesar itu mencapai 25-60%. Bila
fasilitas memungkinkan, pemeriksaan CT scan merupakan pemeriksaan screening
kedua setelah foto dada biasa.
c. Pemeriksaan bone scanning
Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada tanda-tanda metastasis ke tulang.
Insidens metastasis tumor non small cell lung cancer (NSCLC) ke tulang
dilaporkan sebesar 15%.
d. Diagnosis kanker paru.
Langkah pertama adalah secara radiologis dengan menentukan apakah lesi
intratorakal tersebut merupakan tumor jinak atau ganas. Bila pasilitas ada dengan
teknik Positron Emission Tomography (PET) dapat dibedakan antara tumor jinak
atau ganas. Kemudian tentukan apakah letak lesi sentral atau perifer yang
bertujuan untuk menentukan bagaimana cara pengmbilan jaringan tumor. Untuk
lesi yang letaknya perifer, kombinasi bronkoskopi dengan biopsi, sikatan, bilasan,
transtorakal biopsi/aspirasi dan tuntunan USG atau CT Scan akan memberikan
hasil yang lebih baik .(Bruner,2014).
e. Pemeriksaan bronkoskopi
Alat ini akan dimasukkan kedalam bronkus melalui mulut, tenggorokan,
trakea, pada pemeriksaan ini memungkinkan dokter untuk mengetahui dimana
letak tumor didalam paru dan memungkinkan untuk melakukan biopsi dan
pengambilan sedikit jaringan tumor yang dilihat, pemeriksaan biopsi merupakan
tindakan yang aman dan amat bermanfaat dalam diagnosis kanker dan berbagai
penyakit paru lainnya.
f. Pemeriksaan torakoskopi
Suatu cara untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan histologis untuk
kanker paru, pada pemeriksaan ini alat torakoskopi ditusukkan dari kulit dada kedalam
rongga dada untuk melihat dan mengambil sebagian jaringan paru yang tampak. Alat
ini dimasukkan kedalam paru pada saat paru dalam keadaan kempis. Misalnya karena
banyak cairan dirongga dada cairan yang ada ini juga dapat diambil dengan jarum
suntik untuk pemeriksaan dibawah mikroskop. Dapat juga dilakukan pengambilan
jaringan langsung ke dalam paru dengan menusukkan jarum yang lebih panjang
kemudian dilakukan pengisapan jaringan tumor yang ada. .(Bruner,2014).

G. komplikasi
 Gagal pernapasan
 Hilangnya fungsi kardiopulmonal
 Kemoterapi : Toksisitas pulmonal, leukimia, penomonitis ( jika dikombinasikan
antara kemoterapi dan radiasi) (Smeltzer,2010).

H. Pengobatan kanker paru


Setelah selesai dilakukan diagnosis histologik dan perosedur penentuan stadium
anatomis dan fisiologis maka dapat dibuat rencana pegobatan keseluruhan, yaitu:
pembedahan, radiasi (penyinaran) dan kemoterapi( Pemberian obat-obatan yang
diperkirakan dapat membunuh sel-sel kanker golongan sitostatika).
Adapun tujuan dari pengobatan adalah untuk memberikan kemungkinan
penyembuhan maksimum, pengobatan tergantung pada tipe, sel tahap penyakit dan matus
psikologi. Pengobatan dapat saja dilakukan kombinasi dari atau secara terpisah.
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan cara pertama pengobatan utama dalam kanker paru ini.
Tujuan pembedahan adalah mengangkat seluruh jaringan tumor sebersih mungkin, bila
kankernya terletak pada satu lobus paru, biasanya seluruh lobus itu akan diangkat. Bila
kankernya sudah mengenai lebih dari satu lobus (dua atau tiga lobus) disatu paru kiri
atau kanan akan dilakukan pengangkatan dari paru yang sakit itu, sehingga penderitan
hanya akan hidup dengan satu paru saja.
Pembedahan hanya dapat dilakukan pada stadium yang masih dini. Bila
stadiumnya sudah lanjut, apalagi kalau sudah ada anak sebar di alat tubuh lain,
pembedahan tidak mendapat tempat lagi, kalau misalnya kanker paru ini telah menyebar
ke otak, tentu percuma saja mengangkat kanker yang ada di paru, sementara kanker di
otak terus bermetastase.
2. Penyinaran
Penyinaran mendapat tempat kedua dalam pengobatan kanker paru. Penderita
karsinoma epidermoid yang tidak mungkin di bedah lagi biasanya mendapatkan
penyinaran. Kadang-kadang dapat juga dilakukan penyinaran sebelum pembedahan,
kalau saja setelah penyinaran keadaannya memang memungkinkan. Kanker paru jenis
adenokarsinoma biasanya tidak begitu memberikan hasil yang baik pada penyinaran,
tidak sebaik hasil penyinaran pada kanker paru jenis karsinoma epidermoid.
Penyinaran biasanya dilakukan sekitar 20 hari, sambil terus di evaluasi hasilnya.
Sebagai efek samping penyinaran ini dapat timbul keluhan seperti rasa panas, kulit
menjadi hitam seperti bekas terbakar, dll. (Smeltzer,2010).

3. Pengobatan sitostatika
Yang dimaksud dengan obat sitostatika adalah obat yang diduga dapat
menghentikan pertumbuhan kanker. Keampuhan obat ini belum dapat diakui 100%
karena pada dasarnya memang penyakit kanker paru pada saat ini adalah pembedahan,
pemberian sitostatika biasanya kepada penderita yang sudah tidak dapat dibedah lagi
atau penderita kanker paru jenis karsinoma sel kecil. Sitostatika juga dapat diberikan
sesudah pembedahan atau radioterapi.
Bagi sebagian penderita pemberian obat sitostatika ini menggunakan hasil yang
memuaskan, sementara pada sebagian lagi biasanya tidak begitu baik. Mual muntah dan
makin lemahnya badan merupakan efek samping pemberian obat sitostatika ini.
(Baughman, 2018)

I. Diagnosa dan intervensi keperawatan


No Diagnosa Intervensi
1. Gangguan pertukaran gas b/d  monitor kecepatan , irama ,
ketidakseimbangan ventilasi – perfusi kedalaman dan kesulitan bernafas
ditandai oleh dispnea (3,4, 00030)  ajarkan tekhnik batuk efektif
 auskultasi suara nafas
 catat perubahan pada saturasi o2
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari  kaji intake dan output klien
kebutuhan tubuh b/d kurangasupan  tentukan status gizi klien dan
makanan ditandai oleh kurang minat kemampuan untuk memenuhi
pada makanan (2,1 00002) kebutuhan gizi
 anjurkan keluarga untuk
membawa makanan favorit klien
 tawarkan makanan ringan yang
padat gizi
3. Keletihan b/d kelesuan fisiologis  kaji status fisiologis klien yang
karena penyakit kanker paru paru menyebabkan kelelahan
ditandai oleh kelelahan (4,300093)  monitor intake/asupan nutrisi
 ukur tingkat kelelahan
menggunakan instrumen yang
valid

4. Ketidakefektifan koping berhubungan  bantu klien menyelesaikan


dengan ketidakmampuan mengubah masalah dengan cara yang
energi yang adabtif ditandai oleh konstruktif
ketidakmampuan memenuhi  berikan penilaian mengenai
kebutuhan dasar (9,2, 00069) pemahaman klien terhadap proses
penyakit .
 dukung sikap klien terhadap
harapan yang realistis
 evaluasi kemampuan pasien dalam
mengambil keputusan
DAFTAR PUSTAKA

Baughman c Diane 2018 keperawatan medical bedah jakarta EGC


Bruner dan siddarth 2014 buku ajar keperawatan medikal bedah edisi 8 vol 3 jakarta EGC.
Bulecheck M gloria dkk, nursing interventions classification (NIC) edisi 6 2016 ELSEIVER.
Herdman NANDA Internasional Inc. Nursing Diagnoses: Defenision and Classification
2015- 2017. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC
Smeltzer C. Suzanne, Brunner &suddarth, 2010. Buku ajaran keperawatan medical Bedah,
EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai