Disusun Oleh :
Iqbal Fauzi
(C1AA17067)
4A
2021
Kata Pengantar
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa karena dengan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah untuk Tugas Perbaikan Nilai
Keperawatan Bencana 1 yang diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah
Keperawatan Bencana 1.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan.............................................................................................. 3
BAB II : PEMBAHASAN
ii
13. perlindungan dan perawatan bagi petugas kesehatan saat bencana.
......................................................................................................51
14. mengetahui penanganan bencana komprehensif pada berbagai kasus
......................................................................................................61
A. Simpulan ......................................................................................... 71
B. Saran ................................................................................................ 71
Daftar pustaka............................................................................................
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa
bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu,
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai
bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial. (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), 2012).
Berdasarkan UU RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang penaggulangan
bencana, risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka,
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan
harta, dan gangguan kegiatan masyarakat (Emi,2009). Masyarakat diharapkan
memiliki kapasitas yang memadai untuk meningkatkan kesiapsiagaan
menghadapi bencana serta tanggap dan sadar bahwa mereka tinggal di daerah
rawan bencana. Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang menunjukkan respons
terhadap bencana. Faktor yang berperan dalam
kesiapsiagaan bencana adalah Masyarakat dan pihak pengambil
keputusan. Masyarakat memiliki Pengetahuan (Knowledge), Sikap (Attitude), dan
Perilaku (Behaviour) untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan. Kesiapsiagaan
adalah bagian yang integral dari pembangunan berkelanjutan. Jika pembangunan
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan bencana
2. Untuk mengetahui sistem penangggulangan bencana terpadu yang terintegrasi
pada sistem pelayanan kesehatan
3. Untuk mengetahui etika dan hukum pada penanganan gawat darurat bencana
4. Untuk mengetahui konsep dan modelmodel triase bencana (disaster triage)
dimasa pandemic covid 19
5. Untuk mengetahui oganisasi penanganan bencana di Indonesia
6. Untuk mengetahui bagaimana Surveilence bencana ,Dokumentasi dan
pelaporan hasil penilaian bencana
7. Untuk mengetahui perawatan luka pada korban bencana
8. Untuk mengetahui pemberdayaan masyarakat pada penanggulangan bencana
9. Untuk mengetahui managemen bencana berdasarkan karakteriktik bencana
10. Untuk mengetahui penanganan bencana: pra – saat – pasca bencana
11. Untuk mengtahui penanganan bencana di lapangan (emergency response plan)
12. Untuk mengetahui pencegahan penyakit dan promosi kesehatan pada
penanggulangan bencana
13. Untuk mengetahui perlindungan dan perawatan bagi petugas kesehatan saat
bencana
14. Untuk mengetahui penanganan bencana komprehensif pada berbagai kasus
BAB II
PEMBAHASAN
Pre-hospital service
1) 48% Dari semua pasien yang memerlukan ambulance pada rentang usia > 66
thun.
2) Sebagian besar panggilan ke pusat ambulance oleh orang lain, selain pasien
sendiri (82%).
5) 65 % membutuhkan rs rujukan
Lingkum bantuan yaitu pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana
10
System komando musibah masal Pada setiap bencana atau musibah masal
harus ada komandan lapangan. Yang menjadi komandan utama di lapangan
tergantung dari jenis dan tempat bencana. Pada umumnya komandan ini akan
berasal dari Kepolisian. Di daerah militer, komandan adalah militer setempat
atau di pelabuhan, komandan adalah syahbandar atau kepala pelabuhan udara
Prioritas utama atau prioritas tertinggi ( Warna merah ) Ada gangguan A-B-C.
Contoh adalah penderita sesak ( gangguan airway ) , Cervikal-spine
injury,pneumothorax, perdarahan hebat,shock,hypotermi.warna merah
Prioritas rendah ( Warna Hijau ) Contoh adalah penderita dengan luka tidak
berdarah lagi atau patah tulang lengan atau tangan,ABC tidak ada masalah.
1. Cepat dan Tepat : Yang dimaksud dalam prinsip ini adalah bahwa dalam
penanggulangan bencana harus cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan
keadaan. Keterlambatan dalam penanganan akan meningkatkan dampak
baik dari segi material maupun korban jiwa.
2) Level 1 Pasien dengan kategori ini 98%harus segera ditangani oleh dokter
3) Level 2 Pasien dengan kategori ini 95% harus ditangani oleh dokter dalam
waktu 15 menit
4) Level 3 Pasien dengan kategori ini 90% harus ditangani oleh dokter dalam
waktu 30 menit
5) Level 4 Pasien dengan kategori ini 85% harus ditangani oleh dokter dalam
waktu 60 menit
6) Level 5 Pasien dengan kategori ini 80% harus ditangani oleh dokter dalam
waktu 120 menit
Level CTAS
1) LevelI 1 : Resuscitation. Tidak responsif, tanda vital tidak ada / tidak stabil,
dehidrasi parah dan gangguan pernapasan parah membutuhkan segera
intervensi agresif
4) Level IV Less Urgent (Semi urgen). Kondisi yang berkaitan dengan usia
pasien, kesulitan, potensi kerusakan atau komplikasi akan mendapat
manfaat dari intervensi atau jaminan dalam 1-2 jam). Waktunya ke dokter
≤ 1 jam.
Manchester triage scale Ciri khas MTS adalah identifikasi sindrom pasien
yang datang ke unit gawat darurat diikuti oleh algoritma untuk mengambil
keputusan. Berdasarkan keluhan utama pasien, ditetapkan 52 algoritma contohnya
algoritma trauma kepala, dan algoritma nyeri perut. Dalam tiap algoritma ada
diskriminator yang menjadi landasan pengambilan keputusan, diskriminator
tersebut adalah kondisi klinis yang merupakan tanda vital seperti tingkat
kesadaran, derajat nyeri, dan derajat obstruksi jalan nafas
ESI
yang sifatnya segera dan tidak dapat ditunda. Parameter prioritas 2 adalah
pasien-pasien haemodinamik atau ABCD stabil dengan penurunan kesadaran
tapi tidak sampai koma (GCS 8-12). Contoh prioritas 2 antara lain, serangan
asma, abdomen akut, luka sengatan listrik dan lain-lain
Prinsip Triage :
2. Selection of People
BPBD tingkat I
(Badan Penaggulangan Bencana Daerah TkI)
BPBD tingkat II
(Badan Penanggulangan Bencana Daerah Tk II)
Tugas BNPB
6. Survilance Bencana
Definisi survilence bencana Surveilans adalah kegiatan “analisis” yang
sistematis dan berkesinambungan melalui kegiatan pengumpulan dan
pengolahan data serta penyebar luasan informasi untuk pengambilan keputusan
dan tindakan segera. Tujuan survilance bencana yaitu mengurangi jumlah
kematian, rasiko kematian dan kecacatan, mencegak penyakit menular,
mengatasi kesehatan lingkungan
1) Deteksi dini
Peran Survilance
3) Mendapatkan data dasar penyakit dan faktor risiko, sehingga dapat diteliti
kemungkinan pencegahan dan penanggulangan, dan program nantinya
dapat dikembangkan
5) Laporan Masyarakat
22
6) Hasil Wawancara
3. Imunisasi
2) Validasi data agar data menjadi sahih dan akurat, pengolahan data kesakitan
menurut jenis penyakit dan golongan umur per minggu (form BA-4);
3) Pembuatan dan pengiriman laporan (form BA‐5 dan BA‐7).
2) Validasi data agar data menjadi sahih dan akurat;
3) Pengolahan data kesakitan menurut jenis penyakit, golongan usia dan tempat
tinggal per minggu (form BA-4);
4) Pembuatan dan pengiriman laporan (form BA‐5 dan BA‐7).
1) Pengumpulan data kesakitan penyakit yang diamati dan data kematian melalui
pencatatan rujuka kasus harian kunjungan rawat jalan dan rawat inap dari para
korban bencana(form BA‐3, BA‐6);
2) Validasi data agar data menjadi sahih dan akurat;
3) Pengolahan data kesakitan menurut jenis penyakit, golongan usia dan tempat
tinggal per minggu (form BA-4);
4) Pembuatan dan pengiriman laporan (form BA‐5 dan BA‐7).
3. Luka lecet, terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yg biasanya
dengan benda yg tidak tajam
4. Luka tusuk, terjadi akibat adanya benda seperti peluru atau pisau yg masuk
ke dlm kulit dgn diameter kecil
5. Luka gores, terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau kawat
6. Luka tembus, yaitu luka yg menembus organ tubuh biasanya pada bagian
awal masuk diameternya kecil tapi pada bagian ujung lukanya melebar
25
7. Luka bakar, yaitu luka yg diakibatkan oleh paparan panas, misal api dan
bahan kimia
8. Luka gigitan hewan, disebabkan adanya gigitan hewan liar atau piaraan.
1. Pembersihan Luka
- Berikan antiseptic.
2. Penutupan luka
- Hindari penutupan primer pada luka terinfeksi dan meradang, luka kotor.
3. Pembalutan
Pertimbangan dlm menutup dan membalut luka sangat tergantung
pada penilaian kondisi luka. Memilih balutan :
Tujuan pembalutan :
b. Membantu hemostasis.
- Jika luka yang dialami adalah luka tertutup berupa luka lecet atau gores, bagian
tubuh yang luka dapat digerakkan seperti biasa, dan tidak ada nyeri hebat pada
luka, kemungkinan besar luka tersebut dapat diobati sendiri.
- Meski begitu, luka seperti itu tak boleh dianggap sepele. Perawatan lukanya
harus sangat diperhatikan agar tak terjadi infeksi.
5. Pertolongan pertama
Untuk mencegah infeksi pada luka, orang yang akan merawat luka
harus mencuci tangannya dengan air bersih dan sabun terlebih dahulu. Jika tak
ada air bersih, Anda bisa menggunakan hand sanitizer. Sebisa mungkin,
hindari menyentuh luka terbuka dengan tangan.
Lihat dengan saksama, apakah darah terus menerus mengalir pada luka
tersebut. Jika ya, carilah kain pembalut luka (perban) atau kain bersih lainnya.
Selanjutnya, letakkan perban pada daerah luka dan tekan bagian tersebut
dengan tangan selama setidaknya 3-5 menit terus menerus untuk
menghentikan perdarahan. Setelah itu, amati apakah perdarahannya sudah
28
berhenti. Jika belum, lakukan hal yang sama selama lima menit lagi. Begitu
seterusnya.
- Cegah tetanus
Jika yakin bahwa luka bisa dibersihkan dengan optimal, maka luka
sebaiknya ditutup setelah pencucian luka selesai. Idealnya, luka ditutup
dengan perban tahan air. Namun jika ini tak tersedia, sementara waktu bisa
juga luka ditutup dengan plastik yang bersih. Namun demikian, jika tak semua
kotoran di daerah luka bisa dibersihkan, justru sebaiknya luka tak ditutup.
Penutupan luka justru akan ”menjebak” bakteri untuk berkembang biak di
daerah luka.
- Rencana persiapan dan manajemen perawatan luka (B), (C), (D), (E)
a. Dalam kondisi bencana luka akut setidaknya harus dikaji setiap 48 jam utk
melihat perkembangan penyembuhan luka dan mengevaluasi hasil dari
dressing yang digunakan.
b. Dokumentasi utk penilaian luka harus menjadi bagian dari kebijakan dan
prosedur.
c. pitelisasi.
a. Fase ini adalah kondisi unik tentang evakuasi, transfer antra triase dan
mengirim pasien setelah luka dibalut.
b. Pasien akan dikirim ke 3 pilihan yaitu antara basecamp, posko rumah sakit
atau RSUD.
d. Jika infeksi terjadi dan penggunaan balutan topical tdk tepat diiindikasikan
dengan adanya kegagalan perkembangan penyembuhan luka, maka rujuk
pasien ke rumah sakit.
Tujuan KSB :
Lingkup KSB
c. Tahapan Emergency
a. Dimulai sejak berakhirnya serangan bencana yang pertama sampai
terjadi rekonstruksi
b. Bisa terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan
c. Korban membutuhkan bantuan medis, awam yang terampil. Alat
evakuasi, Makanan, dan pakaian
d. Mini hospital dilapangan
Peran tenaga kesehatan ketika fase
emergency adalah :
a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan
sehari-hari.
b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan ketenaga kesehatan harian.
c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS.
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
36
3. Struktur Organisasi
a. Team Pendukung
Kelompok ini melakukan analisis kemungkinan-kemungkinan dari
resiko yang terjadi di Rumah Sakit. Beberapa tanggung
jawab mereka adalah:
1) Mengamankan perlengkapan rumah sakit
2) Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan setelah bencana, termasuk air
bersih, makanan dan pengobatan yang dibutuhkan.
3) Menggambar dari peta daerah tersebut lokasi dari rumah sakit serta
mengidentifikasi tempat yang aman atau yang berbahaya.
4) Mengaktifkan sistem manajemen bencana di rumah sakit
b. Team Manajemen Informasi
Bagian aktifitas dari kelompok manajemen informasi selama
bencana, adalah
1) Waspada terhadap kondisi yang mungkin bisa terjadi saat itu.
2) Menyediakan informasi dan panduan untuk pasien dan personal
rumah sakit lainnya.
3) Mengatur informasi dan menghubungkan informasi tersebut pada
setiap team pencarian, penampungan, pemadam kebakaran serta team
pendukung.
4) Memeriksa setiap pintu keluar darurat serta jalan-jalan yang saling
digunakan.
5) Kewaspadaan publik melalui media massa.
6) Memberikan list dari nomer telepon darurat untuk kepentingan pasien
yang membutuhkan.
7) Melaporkan segala akibat dari bencana
39
c. Team Pencarian
Kelompok ini bertujuan untuk pencarian dan penyelamatan pada saat dan
selama terjadinya bencana. Kegiatan utama
mereka adalah:
1) Membangun penyidikan untuk mencari korban dan yang terjebak
2) Melakukan observasi dari kerusakan di daerah tersebut dan mencegah
orang untuk masuk di daerah tersebut
3) Memindahkan dan mengevakuasi yang cedera dari tempat yang
berbahaya ke tempat yang aman.
d. Team Penampungan Sementara
Kelompok ini termasuk penempatan tenda, tempat penampungan
sementara atau tenda darurat setelah bencana. Beberapa aktifitas mereka
adalah:
1) Melakukan list kondisi fisik dari setiap pasien untuk mengidentifikasi
siapa
diantara mereka yang membutuhkan perawatan lebihdalam kondisi
emergency.
2) Mengidentifikasi list dari pasien yang mana tidak membutuhkan
bantuan yang darurat.
3) Menyediakan asisten atau bantuan pada yang terluka, terutama pada
orang yang membutuhkan bantuan alat-alat kesehatan
4) Menyediakan alat-alat kesehatan seperti alat-alat kesehatan yang steril,
pelayanan kesehatan dan peralatan medis yang bisa dimobiliasikan.
5) Kebutuhan emergency bagi pasien termasuk suplai air dan distribusi
makanan dan obatobatan diantara pasien dan yang terluka.
6) Menyediakan tempat penampungan bagi korban, pasien maupun yang
terluka pada daerah yang aman
e. Team Pemadam Kebakaran
Kemungkinan untuk terjadinya kebakaran ketika terjadi bencana adalah
40
4. Longsoran
a) Longsoran (landslide) merupakan pergerakan masa batuan dan/atau tanah
secara grafitasional yang dapat terjadi secara perlahan maupun tiba-tiba.
Longsoran dapat terjadi secara alami maupun dipicu oleh adanya ulah
manusia.
44
A. Kedaruratan
Suatu keadaan yang harus ditangani dengan segera dan
tindakan yang luar biasa akibat terjadinya suatu kejadian dan ikutannya
yang dapat mengancam nyawa, harta benda, jam kerja/sumber
penghasilan dan kesejahteraan masyarakat/pekerja.
B. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (UU 24/2007
tentang Penanggulangan Bencana).
3 Masalah Krusial Saat Terjadinya Kedaruratan Atau Bencana
1. Waktu = Terbatas, singkat.
46
C. Incident Commander/Ketua
1. Menentukan dan memutuskan Kebijakan Tanggap Darurat Perusahaan
2. Mengajukan anggaran dana yang berkaitan dengan sarana dan
prasarana tanggap darurat Perusahaan.
3. Mengundang partisipasi seluruh karyawan untuk melangsungkan
latihan tanggap darurat di lingkungan Perusahaan.
4. Menjadwalkan pertemuan rutin maupun non-rutin Tim Tanggap
Darurat.
5. Menyusun rencana pemulihan keadaan darurat Perusahaan.
D. Personil ERP
1. Deputy IC/Wakil Ketua
a. Membuat laporan kinerja Tim Tanggap Darurat.
b. Melakukan pemantauan kebutuhan dan perawatan sarana dan
prasarana tanggap darurat Perusahaan.
47
2. Floor warden/Captain
Adalah petugas lantai yang bertanggung jawab memimpin
para karyawan dilantainya bila terjadi keadaan darurat.
Tugas:
Tugas:
7. Logistic
Mengakomodasi kebutuhan umum tanggap darurat (makanan,
minuman, pakaian, selimut, pakaian).
8. Transportasi
Mengakomodasi sarana transportasi darurat dari dalam/luar
lingkungan Perusahaan.
9. Penghubung/caraka
Internal
a. Memantau perkembangan penanganan kondisi darurat dan
menjembatani komunikasi antar regu Unit Tanggap Darurat.\
b. Memastikan alur komunikasi antar regu Unit Tanggap Darurat
dapat dilangsungkan secara baik dan lancar.
Eksternal
a. Memantau seluruh informasi internal dan mengakomodasi
informasi/pemberitaan untuk pihak luar.
b. Menghubungi pihak eksternal terkait untuk kepentingan
tanggap darurat (Kepolisian/Damkar/BPBD/PMI/Warga).
10. Security/Keamanan
Melaksanakan tindakan keamanan internal maupun eksternal
selama berlangsungnya tanggap darurat Perusahaan.
E. Prosedur-Prosedur Dalam Situasi Darurat Atau (Masing-masing
dibuatkan Protap-protapnya)
1. Penyelamatan diri
2. Evakuasi
3. Berkumpul di titik kumpul
4. Pemadaman awal kebakaran
5. Pertolongan pertama
6. Lockdown
7. Komunikasi
50
Simulasi
Prinsip:
focus group discussion (FGD) adalah diantara metode yang baik dan
bisa dengan cepat menyerap informasi
Bencana alam yang merusak sarana system sanitasi dan air bersih dapat
menimbulkan potensi penyakit yang dapat ditularkan melalui media air
(water-borne diseases) seperti ISPA dan diare
Pengkajian Rinci
3. Pencapaian
Mencegah morbiditas dan mortalitas berlebih akibat penyakit menular
4. Objektif
54
Strategi
1. Pasal 27
2. Pasal 29 :
Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam
menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan terlebih
dahulu melalui mediasi.
3. Pasal 53
1) Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga
2) Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan
masyarakat
3) Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding
kepentingan lainnya
4. Pasal 55
1) Pemerintah wajib menetapkan standar mutu pelayanan kesehatan
2) tandar mutu pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah
1. Pasal 28 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama dihadapan hukum. Hal ini serupa dengan Pasal 5
ayat (1) UU No. 39/1999 tentang HAM yang juga menyebutkan bahwa
57
setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut dan
memperoleh perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan
martabat kemanusiaannya di depan hukum
2. Sehubungan dengan gugus tugas penanganan percepatan Covid-19, maka
Pemerintah memiliki kewajiban memberikan pengayoman dan mejamin
hak-hak tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan termasuk di
dalamnya adalah imbalan dan jaminan atas keselamatan dan kesehatan
selama bertugas
1. Baju Pelindung
2. Pelindung Mata
3. Masker
4. Kenakan sepatu
6. Kenakan baju pelindung dan buat agar lengan baju menutupi pergelangan
sarung tangan dalam
8. Kenakan hood
9. Kenakan apron
10. Kenakan sarung tangan luar yang biasanya memiliki pergelangan lebih
panjang
2. Robek apron di bagian leher kemudian gulung ke bagian depan dan bawah
1. Masker bedah
2. Gaun
3. Sarung tangan
6. Penutup kepala
7. Sepatu pelindung
area triase hanya melakukan skrining awal tanpa kontak langsung dan
membatasi jarak dengan pasien minimal 1 meter.
Tenaga kesehatan yang melakukan pemeriksaan fisik pada pasien dengan gejala
infeksi saluran napas perlu menggunakan alat pelindung diri sebagai berikut:
1. Masker bedah
2. Gaun
3. Sarung tangan
4. Pelindung mata
5. Pelindung wajah
6. Pelindung kepala
7. Sepatu pelindung
2. Gaun
3. Sarung tangan
4. Pelindung mata
5. Pelindung wajah
6. Pelindung kepala
64
7. Sepatu pelindung
1. Masker bedah
2. Gaun
4. Pelindung mata
5. Pelindung kepala
6. Sepatu pelindung
1. Masker bedah
2. Gaun
3. Sarung tangan
4. Pelindung mata
5. Pelindung kepala
6. Sepatu pelindung
Bencana Tsunami
Menurut Sugito (2008), Tsunami adalah ombak yang terbentuk akibat adanya
gempa bumi, gempa laut, gunung meletus, atau hantaman meteor dilaut.
Tsunami sering dianggap sebagai gelombang air pasang. Hal ini terjadi karena
pada saan mencapai daratan, gelombang tsunami lebih menyerupai air pasang
yang tinggi dari pada menyerupai ombak biasa yang mencapai pantai secara
alami oleh tiupan angin.
Fungsi Manajemen
Untuk mempelajari masa depan dan membuat rencanarencana kegiatan (to
plan).
Untuk menyusun struktur organisasi, menempatkan orang-orang dan membagi
hasil kerja sesuai dengan bidang tugasnya (to organize).
Untuk mengatur dan membuat staf melakukan pekerjaannya (to command).
Untuk mempersatukan dan mengkorelasikan semua aktivitas (to coordinate).
Untuk melihat agar segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan (to control).
Proses Manajemen
Griffin (2002) menyebutkan dalam proses manajemen biasanya tidak terjadi
dalam suatu cara yang rapi dan teratur, langkah demi langkah melainkan
proses manajemen dapat dilakukan secara bersamaan atau bahkan tidak
berurutan.
Manajemen Bencana (Disaster Management)
1. Manajemen Diri dari Risiko Bencana (Self Management of Disaster Risk)
2. Manajemen Risiko Bencana Berbasis Masyarakat (Community Based Disaster
Risk Management)
3. Proses Manajemen Risiko Bencana Berbasis Masyarakat
Definisi Tsunami
gempa bumi di laut, tumbukan benda besar/cepat di laut, angin ribut, dan lain
sebagainya. Sunami sangat berbahaya karena bisa menyapu bersih pemukiman
68
warga dan menyeret segala isinya ke laut lepas yang dalam. Tsunami yang
besar bisa membunuh banyak manusia dan makhluk hidup yang terkena
dampak tsunami.
Tanah longsor adalah proses perpindahan massa batuan (tanah) akibat gaya
berat (gravitasi). Longsor terjadi karena adanya gangguan kesetimbangan gaya
yang bekerja pada lereng, yaitu gaya penahan dan gaya peluncur. Gaya
peluncur dipengaruhi oleh kandungan air, berat massa tanah itu sendiri berat
beban bangunan. Ketidakseimbangan gaya tersebut diakibatkan adanya gaya
dari luar lereng yang menyebabkan besarnya gaya peluncur pada suatu lereng
menjadi lebih besar daripada gaya penahannya, sehingga menyebabkan massa
tanah bergerak turun (Naryanto, 2011; Naryanto et al., 2016).
1. Zona Tipe A
Zona berpotensi longsor pada daerah lereng gunung, lereng pegunungan,
lereng bukit, lereng perbukitan, dan tebing sungai dengan kemiringan lereng
lebih dari 40%, dengan ketinggian di atas 2000 meter di atas permukaan laut.
2. Zona Tipe B
Zona berpotensi longsor pada daerah kaki gunung, kaki pegunungan, kaki
bukit, kaki perbukitan, dan tebing sungai dengan kemiringan lereng berkisar
antara 21% sampai dengan 40%, dengan ketinggian 500 meter sampai dengan
2000 meter di atas permukaan laut.
3. Zona Tipe C
Zona berpotensi longsor pada daerah dataran tinggi, dataran rendah, dataran,
tebing sungai, atau lembah sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara
0% sampai dengan 20%, dengan ketinggian 0 sampai dengan 500 meter di
atas permukaan laut.
Definisi Gempa
Gempa Bumi atau seisme banyak diartikan sebagai getaran atau gun-cangan
yang timbul di permukaan bumi yang terjadi karena adanya per-gerak-an
lempeng bumi. Gempa bumi juga diartikan sebagai suatu pergeseran lapisan
secara tiba-tiba yang berasa dalam bumi. Karena gempa bumi dikatakan
bersumber dari dalam bumi atau lapisan bawah bumi berarti gempa bumi
adalah getaran pada kulit bumi yang disebabkan oleh kekuatan dari dalam
bumi. Getaran gempa biasa dinyatakan dalam skala richter. Ilmuwan yang
mempelajari tentang gempa bumi disebut seismologist dan alat yang
digunakan sisemologist untuk mengukur setiap getaran yang terjadi disebut
siesmograf.
71
A. Kesimpulan
Bencana alam adalah konsekuesi dari kombinasi aktivitas
alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah
longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat
kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan
kerugian dalam bidang keuangan dan strukural, bahkan sampai kematian.
Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah
atau menghindari bencana dan daya tahan mereka.
Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk
bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan
individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi
mengakhiri peradaban umat manusia.
Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam.
Kehilangan dan kerusakan termasuk yang paling sering harus dialami
bersama datangnya bencana itu. Harta benda dan manusia terpaksa harus
direlakan, dan itu semua bukan masalah yang mudah. Dan juga
terhambatnya laju perekonomian daerah tersebut.
B. Saran
Masyarakat yang sudah paham mengenai kesiapsiagaan
menghadapi bencana gampa bumi, tsunami, banjir bandang dll, yang
berupa pengetahuan dan sikap terhadap risiko gempa bumi, tsunami, banjir
bandang, dll, rencana tanggap darurat terhadap bencana gempa bumi,
tsunami, banjir bandang dll, system peringatan bencana gempa bumi,
tsunami, banjir bandang, dll dan dan kemampuan mobilisasi sumber daya
dapat menyebar luaskan atau memberi tahu kepada kepala keluaga maupun
anggota masyarakat yang lain.
75
DAFTAR PUSTAKA
https://classroom.google.com/c/MTQ0NjI4MDA3NDA1
76